Professional Documents
Culture Documents
•Definition of undernutrition
a condition caused by a lack of nutrient intake of food so that it may result in health problems.
( definisi kekurangan
kondisi yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dari makanan sehingga dapat
mengakibatkan masalah kesehatan.)
•According to WHO estimates, as many as 54% of the causes of infant and child mortality
caused by the poor state of child nutrition. The risk of death of children malnourished 13 times
greater than normal children (World Bank, 2006). While in Indonesia based on Susenas 2005,
the prevalence of malnutrition children still amounted to 8.8%.
( Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh
keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar
dibandingkan anak yang normal (World Bank, 2006). Sementara di Indonesia berdasarkan data
Susenas tahun 2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.)
Slide 2
Acute undernutirion
1. Marasmus adalah salah satu bentuk kekurangan gizi yang buruk paling sering ditemui pada
balita penyebabnya antara lain karena masukan makanan yang sangat kurang, infeksi,
pembawaan lahir, prematuritas, penyakit pada masa neonatus serta kesehatan lingkungan.
2. Kwashiorkor adalah salah satu bentuk gizi buruk (busung lapar) yang disebabkan oleh
kekurangan gizi protein, dikenal juga sebagai kekurangan gizi edematous karena tanda dominan
yang ditampakkan adalah edema atau penumpukan cairan pada tubuh terutama pada daerah mata
kaki, kaki, perut, dan bisa seluruh tubuh
3. Marasmic kwashiorkor Untuk gejala jenis ini sebenarnya adalah gabungan antara marasmus
dan kwashiorkor di atas, jadi jika anda menemui ke dua gejala di atas berarti anak tersebut
mengalami malnutrisi dengan gejala ini
Chronic undernutrion
1. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia
dua tahun
2. Underweight adalah keadaan gizi kurang yang terjadi akibat kurangnya asupan zat gizi yang
masuk ke dalam tubuh. Sedangkan pengukuran status gizi untuk anak dan remaja dibawah 19
tahun menggunakan metode yang berbeda, yaitu metode antopometrik meliputi BB/U, TB/U,
BB/TB dan IMT/U.
Slide 4
slide 5
Etiologi: faktor penentu dan faktor pendingin untuk gizi
Ada lima mekanisme yang mungkin yang mengakibatkan kekurangan gizi, mekanisme yang
sendiri atau dalam kombinasi dapat mengurangi status gizi:
• penurunan asupan nutrisi, misalnya kelaparan atau anoreksia penyakit kronis seperti anoreksia
nervosa
• menurun penyerapan nutrisi, misalnya karbohidrat umum dan asam amino malabsorpsi di
kolera cepat waktu transit usus atau malabsorpsi gula setelah defisiensi laktase diare yang
diinduksi
• menurun pemanfaatan nutrisi dalam tubuh, misalnya konsumsi seiring obat antimalaria yang
mengganggu metabolisme folat, dan kekurangan enzim bawaan yang sebagian memblokir jalur
metabolisme nutrisi, seperti yang di fenilketonuria
• peningkatan kerugian gizi (paling sering melalui saluran pencernaan, tetapi juga melalui kulit
atau urin), misalnya yang enteropati protein-kehilangan penyakit radang usus dan hilangnya
nutrisi melalui gundul, membakar kulit
• Persyaratan meningkat nutrisi (melalui negara patofisiologi seperti peradangan kronis),
misalnya peningkatan tingkat metabolisme dengan demam atau hipertiroidisme.
Bencana
Misalnya Persediaan pangan yang tidak mencukupi juga merupakan awal dari proses terjadinya
penurunan derajat kesehatan yang dalam jangka panjang akan mempengaruhi secara langsung
tingkat pemenuhan kebutuhan gizi korban bencana
Misalnya Peningkatan kekebalan tubuh dapat dilakukan antara lain dengan mengkonsumsi zat
gizi yang mampu meningkatakan respon imun yang umumnya berupa vitamin dan mineral yang
seimbang. Beberapa vitamin yang mampu meningkatkan respon imun yaitu, vitamin A, B6, B12,
C, D dan E, asam folat dan mineral yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit antara lain zinc (Zn), selenium (Se), tembaga (Cu) dan besi (Fe).
Responden sedikit lebih banyak memiliki perilaku konsumsi makanan berisiko. Perilaku
makanan berisiko yang paling sering dilakukan adalah memberikan gula pasir setiap kali masak
atau dalam mengolah makanan, lebih menyukai makanan berbumbu dan terasa gurih, mengolah
daging, ikan, ayam atau lauk lainnya dengan cara digoreng, dipanggang atau digulai
menggunakan santan biasanya berakibat obesitas dan lain sebagainya.
Persediaan makanan
Slide 6