Professional Documents
Culture Documents
A. Masalah Utama :
Perilaku Bunuh Diri
B. Proses terjadinya
Masalah
C. Pengertian
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena klien berada
dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping maladaptif.
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu
akan akibatnya dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam dalam waktu
singkat (Marasmis, 1998:431). Respon adaptif merupakan respon yang
dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara
umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Tanda dan gejala
Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
1. Tanda Subjektif : Klien mengatakan ia putus asa, cendrung
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan.
2. Tanda Objektif : Insomnia, penurunan berat badan, berbicara lamban,
keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial dan pikiran dan rencana
bunuh diri.
1. Penyebab
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri antara
lain :
Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan
interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti.
Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
Selain itu penyebab perilaku bunuh diri juga terbagi menjadi:
1) Faktor genetik
Berdasarkan penelitian 1,5 – 3 kali lebih banyak perilaku bunuh diri
terjadi pada individu yang menjadi kerabat tingkat pertama dari orang
yang mengalami gangguan mood/depresi/ yang pernah melakukan
upaya bunuh diri. Lebih sering terjadi pada kembar monozigot dari
pada kembar dizigot.
2) Faktor biologis lain
Faktor Biologis lain, biasanya karena penyakit kronis/kondisi medis
tertentu, misalnya: stroke, gangguan kerusakan kognitif (demensia),
diabetes, penyakit arteri koronaria, kanker, HIV / AIDS, dll.
3) Faktor psikososial & lingkungan.
Teori Psikoanalitik / Psikodinamika: Teori Freud, yaitu bahwa
kehilangan objek berkaitan dengan agresi & kemarahan, perasaan
negatif thd diri, dan terakhir depresi;
Teori Perilaku Kognitif: Teori Beck, yaitu Pola kognitif negatif yang
berkembang, memandang rendah diri sendiri;
Stressor Lingkungan: kehilangan anggota keluarga, penipuan,
kurangnya sistem pendukung sosial.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif :
Klien mengatakan depresi pada alam perasaan, pernah melakukan
upaya bunuh diri sebelumnya.
Klien mengatakan pernah mengalami kelaianan tindakan dan
depresi mental pada remaja
Klien mengatakan riwayat psikososial
Baru berpisah, bercerai/ kehilangan
Hidup sendiri
Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami
Faktor-faktor kepribadian: implisit, agresif, rasa bermusuhan,
kegiatan kognitif dan negatif, keputusasaan, harga diri rendah,
batasan/gangguan kepribadian antisosial
2) Tanda Objektif :
Keputusasaan, gelisah, insomnia yang menetap, penurunan BB,
berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
2. Akibat
Klien dengan perilaku bunuh diri akan berakibat melukai atau
mencederai dirinya sendiri. Selain itu juga dapat menyebakan orang
terdekat dan sekitarnya juga dapat terluka baik secara fisik maupun psikis.
Tanda dan gejala :
1) Tanda Subjektif : Klien mengungkapkan kejadian yang telah
dialami atau yang dilakukan baik secara fisik maupun psikis,
2) Tanda Objektif : akibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri, dsb.
D. Pohon masalah:
A. Rencana Tindakan
Diagnosa I : Perilaku bunuh diri
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Perkenalkan diri dengan klien
Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal.
Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
Bersifat hangat dan bersahabat.
Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
2. Klien dapat terlindung dari perilaku bunuh diri
Tindakan
Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan (pisau,
silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
Awasi klien secara ketat setiap saat.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya
Tindakan:
Dengarkan keluhan yang dirasakan.
Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan
dan keputusasaan.
Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan
keinginan untuk hidup.
4. Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
Kaji dan kerahkan sumber sumber internal individu.
Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hubungan
antar sesama, keyakinan, hal hal untuk diselesaikan).
5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif
Tindakan:
Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca buku
favorit, menulis surat dll.).
Bantu untuk mengenali hal hal yang ia cintai dan yang ia sayang, dan
pentingnya terhadap kehidupan orang lain, mengesampingkan tentang
kegagalan dalam kesehatan.
Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain yang
mempunyai suatu masalah dan atau penyakit yang sama dan telah
mempunyai pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut
dengan koping yang efektif
Pasien Keluarga
No.
SPIP SPIk
1. Mengidentifikasi benda-benda yang Mendiskusikan masalah yang
dapat membahayakan pasien dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2. Mengamankan benda-benda yang Menjelaskan pengertian, tanda dan
dapat membahayakan pasien gejala resiko bunuh diri, dan jenis
perilaku bunuh diri yang dialami
pasien beserta proses terjadinya.
3. Melakukan kontrak treatment Menjelaskan cara-cara merawat
pasien resiko bunuh diri
4. Mengajarkan cara-cara
mengendalikan dorongan bunuh diri
5. Melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
SPIIP SPIIk
1 Mengidentifikasi aspek positif pasien Melatih keluarga mempraktekkan
cara merawat pasien dengan resiko
bunuh diri
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang. RSJD Dr.
Amino Gondohutomo : Semarang.
Keliat. B. A. 2006. Modul MPKP Jiwa UI . Jakarta : Egc.
Keliat. B. A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Tim Direktorat Keswa. 2000. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, RSJP
Bandung : Bandung.
Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa. PT. Refika Aditama : Bandung.
http://rastirainia.wordpress.com/2009/11/25/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan-pada-klien-dengan-prilaku-percobaan-bunuh-diri/ diakses
pada tanggal 13 September 2014
Stuart G.W, Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. EGC : Jakarta.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
KLIEN DENGAN PERILAKU BUNUH DIRI
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Klien dengan perilaku bunuh diri cenderung mengalami keputusasaan,
menyalahkan diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga, perasaan
tertekan, insomnia yang menetap, penurunan berat badan, berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan social dan pikiran dan
rencana bunuh diri.
2. Diagnosa keperawatan
Perilaku Bunuh Diri
Kerja
”Bagaimana perasaan bapak D setelah ini terjadi? Apakah dengan
bencana ini bapak D paling merasa menderita di dunia ini? Apakah Bapak D
pernah kehilangan kepercayaan diri? Apakah Bapak D merasa tidak berharga
atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Bapak D merasa
bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah Bapak D sering mengalami
kesulitan berkonsentrasi? Apakah Bapak D berniat untuk menyakiti diri sendiri?
Ingin bunuh diri atau berharap Bapak D mati? Apakah Bapak D pernah mencoba
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang D rasakan?”
”Baiklah, tampaknya Bapak D membutuhkan pertolongan segera karena
ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
Bapak D ini untuk memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan
D)”
”Karena D tampaknya mash memiliki keinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup D, saya tidak akan membiarkan Bapak D sendiri”
”Apa yang D lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya Bapak A harus
langsung minta bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau
teman yang sedang besuk. Jadi Bapak D jangan sendirian ya, katakan kepada
teman perawat, keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri
kehidupan.”
”Saya percaya Bapak D dapat mengatasi masalah.”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak D sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri?”
” Coba Bapak D sebutkan lagi cara tersebut!”
”Saya akan menemani Bapak D terus sampai keinginan bunuh diri hilang.”
(jangan meninggalkan pasien).