Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses
kurang makan ketika kebutuhan normal terhadap satu atau beberapa nutrien tidak
terpenuhi, atau nutrien-nutrien tersebut hilang dalam jumlah yang besar dari pada
mortalitas pada masa anak. Malnutrisi dapat akibat dari masukkan makanan yang
tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat akibat dari penyerapan maknanan yang
tidak cukup. Penyediaan makanan yang tidak cukup, kebiasaan diet yang jelek,
Kurang gizi meliputi kurang gizi makro dan kurang gizi mikro. Kurang
gizi makro dulu disebut kurang kalori protein (KKP) atau kurang energi protein
(KEP). Sekarang KKP atau KEP tidak dipakai lagi diganti dengan gizi kurang
(z-score BB/U < -2 SD) dan gizi buruk (z-score BB/U < -3 SD) jadi gizi kurang
pasangan dari gizi buruk, tidak lagi disebut KKP atau KEP karena tidak semata-
mata kurang kalori dan protein tetapi juga kekurangan zat gizi mikro.12
6
2.1.2 Penyebab Kurang Gizi Pada Anak
baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment).
Hal itu disebut juga dengan penyebab majemuk (multiple causion of diseases).13
Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi delapan unsur, yaitu unsur gizi,
kimia dari luar, kimia dari dalam, faktor fall, genetis, faktor psikis, faktor
b. Pejamu (Host)
c. Lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan dapat dibagi menjadi tiga unsur utama, yaitu : lingkungan
fisik (cuaca, iklim, tanah, dan air), lingkungan biologis (kepadatan penduduk,
sumber makanan baik hewani maupun nabati yang dapat mempengaruhi gizi),
Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara
infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas,
pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang memadai, kurang baiknya
7
kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya ketahanan pangan di tingkat rumah
Gizi Kurang
Kemiskinan
Pokok
kurang Pendidikan
masalah
Kurang Keterampilan
Gambar 2.1. Faktor Penyebab Gizi Kurang (sumber : Persagi, 1999. Visi
Jakarta.)10
dapat di lihat dari penyebab langsung, tidak langsung, pokok permasalahan dan
8
A. Fak tor Langsung
2. Penyakit infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ
2. Perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak
Faktor lain yang dikemukan oleh Adriani & Wirjatmadi ( 2012) dalam
buku mereka pengantar gizi masyarakat bahwa status gizi dipengaruhi oleh faktor-
b. Penyakit
c. Pola Asuh, salah satu kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
9
d. Budaya, masih ada kepercayaan untuk memantang makanan tertentu yang
saluran pencernaan.
gizi anak
A. Asupan Makanan
memenuhi jumlah dan komposisi zat gizi yang memenuhi syarat gizi seimbang
yaitu beragam, sesuai kebutuhan, bersih dan aman, misalnya bayi tidak
B. Penyakit Infeksi
balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. Penyakit
yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberkulosis,
10
Pudjiadi (2000) berpendapat interaksi antara malnutrisi dan penyakit
nafsu makan penderita penyakit infeksi sehingga masukan zat gizi dan energi
kebutuhan energi dan zat gizi yang meningkat karena katabolisme yang
infeksi, yaitu :
11
2.1.3.2 Faktor tidak Langsung
A. Ketersedian Pangan
keperluan rumah tangga dan distribusi hasil tanaman perdagangan, ternak dan
jenis pangan lain yang dijual di pasar lokal atau tempat lain. Jika pangan
diproduksi dalam jumlah dan ragam yang cukup, kemudahan bahan tadi cukup
tersedia di tingkat desa atau masyarakat dan kalau keluarga memiliki uang yang
cukup untuk membeli keperluan pangan yang tidak ditanam di tempatnya, tidak
B. Pola Asuh
Asuhan anak atau interaksi ibu dan anak terlihat erat sebagai indikator
kualitas dan kuantitas peranan ibu dalam mengasuh anak. Pola asuh dapat dipakai
sebagai peramal atau faktor risiko terjadinya kurang gizi atau gangguan
perkembangan pada anak. Peran ibu dalam keluarga sangat besar dalam
menanamkan kebiasaan makan pada anak dan proses tumbuh kembang yaitu
kebutuhan emosi atau kasih sayang diwujudkan dengan kontak fisik dan psikis,
Kutipan Hidayat dan Noviati Fuada (2011) dalam Soekirman dkk (2010)
mengatakan masalah gizi selain disebabkan oleh kurangnya asupan zat gizi, juga
dapat terjadi akibat buruknya sanitasi lingkungan dan kebersihan diri. Sehingga
12
langsung mempengaruhi kesehatan anak balita yang pada akhirnya dapat
fasilitas kesehatan lainnya. Ada beberapa alasan yang membuat balita tersebut
jarang dibawa ke Posyandu yaitu sebagai berikut : pertama adalah akses ke sarana
ke Posyandu.
A. Kemiskinan
pangan di rumah tangga sulit dicapai sehingga orang akan kekurangan berbagai
(energi dan protein) lebih rendah dibandingkan anak-anak dari keluarga berada.19
Hal ini terkait dengan kemampuan rumah tangga untuk menyediakan pangan yang
13
ditentukan oleh faktor ekonomi.
anak kurus dan pendek karena kurang gizi mudah sakit, kurang cerdas dan tidak
produktif. Keadaan ini berdampak rendahnya daya saing kerja, tingkat kerja
dengan pendapatan rendah yang dapat memiskinkan. Salah satu ciri kemiskinan
B. Tingkat Pendapatan
anak, karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
nilai ekonomi dan nilai gizinya. Bagi mereka dengan pendapatan yang sangat
rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan pangan berupa sumber karbohidrat yang
C. Tingkat Pendidikan
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orangtua dapat
14
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang
antara makanan dan kesehatan atau kebutuhan tubuh termasuk kebutuhan zat gizi
bagi anggota keluarganya. Seorang ibu dengan pendidikan yang tinggi akan
mendapat akan dapat merencanakan menu makanan yang sehat dan bergizi bagi
dirinya dan keluarganya dalam upaya memenuhi zat gizi yang diperlukan.15
D. Pekerjaan Ibu
ibu dan anak, sebagian besar bergantung pada usia anak pada waktu ibu mulai
bekerja. Jika ia mulai bekerja sebelum anak telah terbiasa selalu bersamanya dan
sebelum suatu hubungan terbentuk maka pengaruhnya akan minimal, tetapi bila
hubugan ibu dan anak telah terbentuk maka pengaruhnya akan mengakibatkan
bekerja dan harus meninggalkan bayinya dari pagi sampai sore akan membuat
bayi tidak mendapat ASI sedangkan pemberian pengganti ASI maupun makanan
E. Tingkat Pengetahuan
15
berlebihan sehingga merusak dan mengurangi zat gizi yang dikandungnya.
diperoleh dari pengalaman diri sendiri maupun pengalaman diri seseorang. Tata
bahan-bahan makanan yang bergizi bagi kesehatan, manfaat makanan bergizi bagi
bahaya yang ditimbulkan dari kurangnya asupan zat gizi, pentingnya istirahat
orang atau masyarakat untuk mewujudkan kehidupan dengan status gizi yang
baik, sebagai bagian dalam kesehatan jasmani dan rohani. Pengetahuan gizi
tentang gizi juga dapat diperoleh melalui media cetak, media elektronik, serta
16
konsumsi terhadap bahan makanan bisa berubah.22
berkembang. Proses pada bagan terjadi akibat dari faktor lingkungan dan faktor
manusia yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat gizi. Akibat kekurangan
asupan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi
kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsuang lama, maka simpanan zat gizi akan
habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah
dikatakan malnutrisi walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan
Gambar 2.2. Patogenesis Penyakit Kurang Gizi ( Sumber : Solon F.S dan Rodolfo
17
2.1.6 Akibat Kekurangan Enegri Protein
marasmus.
1. Kwashiorkor
tahun 1933 ketika dia menentukan keadaan ini di Ghana, Afrika. Ditinjau dari
golongan umur, kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian
anak belum mengenal jenis makanan lainnya. Pada masa pertumbuhan balita
energi protein tidak terpenuhi, maka setelah beberapa saat anak akan menderita
malnutrisi protein.
A. Gejala kwashiorkor :
b. Edema.
e. Karakteristik di kulit: timbul sisik, gejala kulit itu disebut dengan flaky paint
dermatofitosis
18
f. Hipoalbuminemia, infiltrasi lemak dalam hati yang reversibel.
duodenum terhambat.
h. Anemia.
plasma protein pengikat retinol sehingga sering kali timbul gejala kebutaan
2. Marasmus
Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan protein dan kalori yang
A. Gejala marasmus
a. Kurus kering.
f. Lemas, layu/kering.
19
2.2 Penilaian Status Gizi Secara Fisik
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan
lebih.3 Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada
periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja
bergantung pada benyuk kelainan yang bertalian dengan kejadian penyakit ras
tertentu.21
gizi dapat di nilai dengan dua cara, yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
2.2.1 Antropometri
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Penilaian status gizi dengan antropometri digunakan untuk
mudah dan lebih cepat dimengerti masyarakat umum, baik untuk mengukur status
gizi akut atau kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap
20
perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan.13 (Supariasa, 2001).
Indeks BB/U adalah pengukuran total berat badan termasuk air, lemak,
tulang dan otot (As’ad, 2002). Untuk pengkategorian status gizi berdasarkan
Tabel 2.1. Status Gizi dengan Indikator BB/U Menurut Baku WHO NCHS
Kategori Z- Score
Status gizi lebih > 2,0 SD
Status gizi baik - 2,0 sampai 2,0 SD
Status gizi kurang < - 2,0 SD
Status gizi buruk ≤ - 3,0 SD
Sumber : Persagi, 2003
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal , tinggi badan tumbuh seiring dengan
menilai status gizi masa lampau, pengukur panjang badan dapat dibuat
Tabel 2.2. Status Gizi dengan Indikator TB/U Menurut Baku WHO NCHS
Kategori Z- Score
Normal ≥ - 2,0 SD
Pendek < - 2,0 SD
Sumber : Persagi, 2003
tinggi badan dengan kecepatan tertentu, keuntungan dari indeks BB/TB adalah
21
tidak memerlukan data umur dan dapat membedakan proporsi badan (gemuk,
Tabel 2.3. Status Gizi dengan Indikator BB/TB Menurut Baku WHO NCHS
Kategori Z- Score
Gemuk > 2,0 SD
Normal - 2,0 SD sampai +,0 2 SD
Kurus < - 2,0 SD
Sangat kurus < - 3,0 SD
Sumber : Persagi, 2003
penilaian status gizi berupa pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) yang juga
merupakan salah satu tolak ukur pertumbuhan anak. Menurut Centers of Disease
Control (CDC), status gizi pada anak terbagi atas gizi baik, malnutrisi ringan,
tubuh seseorang.23
The World Health Organization (WHO) pada tahun 1997, The National
Institute of Health pada tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical
22
Indeks massa tubuh dihitung berdasarkan berat badan dalam kilogram (kg)
Kategori IMT
Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5
Normal Normal > 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Tabel 2.5 Klasisfikasi Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks
23
Anak Umur 0-60 bulan
Indeks Massa Tubuh menurut Sangat Kurus < - 3 SD
Umur (IMT/Umur) Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak Umur 0-60 Bulan Normal -2 SD sampai dengan 2 SD
Gemuk >2 SD
Indeks Massa Tubuh menurut Sangat Kurus < - 3 SD
Umur (IMT/U) Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Anak Umur 5- 18 Tahun Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : Kemenkes RI, 2011
lebih cepat dan objektif dari pada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
kandungan berbagai zat gizi dan substansi kimia lain dalam darah dan urin. Hasil
Adanya parasit dapat diketahui melalui pemeriksaan feces, urine dan darah,
karena kurang gizi sering berkaitan dengan prevalensi penyakit karena parasit.10
protein serum, lipid serum, mikronutrien serum, dan pemeriksaan spesifik lain
diperiksa antara lain prealbumin, hemoglobin, serum iron (SI), total iron binding
24
Tabel 2.6 Pemeriksaan Laboratorium Pada Anak25
25
2.4 Kerangka Pikir Penelitian
Sosial Ekonomi
• Pendidikan ibu
• Pengetahuan ibu tentang gizi
• Pendapatan Keluarga
• Pekerjaan orang tua Status
Gizi
Anak
Keadaan kesehatan anak/riwayat
penyakit:
Penyakit infeksi
26