Professional Documents
Culture Documents
dan Dwi | Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester Pertama: Peran
Intervensi Dokter Keluarga
Tata Laksana Demam Tifoid Tanpa Komplikasi pada Wanita Hamil Trimester
Pertama: Peran Intervensi Dokter Keluarga
Sakinah, Dwi Indria Anggraini
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
Abstrak
Demam tifoid ialah suatu sindrom sistemik yang terutama disebabkan oleh Salmonella typhi. Cara penularan adalah melalui
fekal-oral, transplasenta atau terjadi pada saat persalinan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas kebersihan
pribadi dan sanitasi lingkungan. Terdapat beberapa antibiotik yang dikontraindikasikan pada wanita hamil, sehingga
pemberian obat juga perlu diperhatikan. Pasien wanita hamil, 32 tahun, G2P1A0 hamil 12 minggu dengan keluhan demam,
lemas, mual, dan tidak nafsu makan dengan hasil darah rutin yaitu leukosit meningkat dan uji widal positif. Faktor internal
pada pasien yaitu kondisi kehamilannya, dan pengetahuan tentang demam tifoid kurang, serta faktor eksternal berupa
perilaku hidup bersih dan sehat yang belum optimal. Tata laksana demam tifoid pada wanita hamil perlu perhatian khusus,
baik tatalaksana medikamentosa ataupun nonmedikamentosa. Pasien ini diberikan intervensi dengan pendekatan dokter
keluarga, baik dari faktor internal maupun faktor eksternal melalui kunjungan rumah. Hasil evaluasi didapatkan bahwa
pasien mulai menerapkan pola hidup bersih dan sehat.
Kata kunci: demam tifoid, pola hidup bersih dan sehat
Management of Typhoid Fever Without Complication in Pregnant Woman
First Trimester: The Role of Family Doctor Intervention
Abstract
Typhoid fever is a systemic syndrome that caused by Salmonella typhi. It was transmitted by fecal-oral, transplacenta, or
labour. This disease is associated with the quality of personal hygiene and environmental sanitation. There are several
antibiotics that are contraindicated in pregnant women, so that drug delivery is also noteworthy. A 32 years old woman in
pregnancy 12 weeks with symptoms were fever, malaise, nausea, and loss of appetite, and the results of routine blood
leukocytes increased and the widal test is positive. Internal factors in this patient were condition of pregnancy and lack of
knowledge about typhoid fever. The external factors were hygiene and healthy behaviors were not optimal. The
management of typhoid fever in this patient needed special attention, either management of medical or nonmedical. This
patient was given the intervention with the family doctor approach, from both internal factors and external factors through
home visits. The results showed that patient begin to implement a hygiene and healthy lifestyle.
Keywords: typhoid fever, a clean and healthy lifestyle
Korespondensi : Sakinah, S.Ked., alamat Perumahan Citra Garden Blok D2 No. 29, Bandar Lampung, HP 082176100401, e-
mail sakinahasegaf19@gmail.com
perdarahan usus, melena, perforasi usus, generalis pasien kesan dalam batas normal.
peritonitis. Organ lain yaitu meningitis, Pada pemeriksaan abdomen terdapat nyeri
kolesistitis, ensefalopati dan epigastrium.
bronkopneumoni. Komplikasi yang berat Berdasarkan pemeriksaan obstetri
dapat menyebabkan kematian pada penderita diperoleh pada pemeriksaan luar tinggi fundus
demam tifoid.6 uteri 2 jari atas simfisis pubis, dan terdapat
Tatalaksana medikamentosa salah ballotement.
satunya adalah pemberian antibiotik. Pada pemeriksaan penunjang
Pemilihan antibiotik pada wanita hamil lebih didapatkan hasil darah rutin yaitu leukosit
spesifik karena terdapat beberapa antibiotik 11.400 / uL dan hitung jenis: 0-0-0-65-29-6,
yang dikontraindikasikan. Tatalaksana serta pemeriksaan uji Widal diperoleh hasil
nonmedikamentosa yang sangat berpengaruh typhi O 1/640, typhi H 1/320, paratyphi O
adalah pola hidup bersih dan sehat karena 1/160, dan paratyphi H 1/80.
dapat mencegah penularan dan kejadian Pasien ditatalaksana dengan
berulang.7 Oleh karena itu, tindakan medikamentosan dan nonmedikamentosa.
pemantauan, pengawasan, identifikasi, Adapun tatalaksana nonmedikamentosa
pencegahan, penanggulangan, dan adalah:
pengendalian yang cepat dan tepat mengenai 1. Memberikan penjelasan mengenai
penyakit ini sangat diharapkan untuk penyakit pasien dan komplikasinya.
dilakukan oleh para tenaga ahli kesehatan. 2. Konseling pasien untuk tirah baring
sementara waktu
Kasus 3. Konseling diet selama sakit, yaitu diet
Seorang perempuan berusia 32 tahun, lunak rendah serat
datang ke puskesmas rawat inap Gedong 4. Memberikan penjelasan mengenai
Tataan dengan keluhan demam dan lemas pengaruh penyakit dengan
sejak 4 hari yang lalu, keluhan lemas semakin kehamilannya, dan keamanan
memberat sejak pagi hari. Demam tidak penggunaan obat-obatan yang
terlalu tinggi, suhu meningkat terutama saat diberikan dari Puskesmas
sore dan malam hari, tidak ada menggigil dan 5. Mengingatkan agar selalu
berkeringat banyak. Pasien juga mengeluhkan mengontrolkan kesehatan diri dan
mual, tidak nafsu makan, namun tidak kehamilannya minimal satu kali
mengalami muntah. Pasien tidak ada keluhan dalalam trimester I, satu kali dalam
buang air besar. Pasien belum mengonsumsi trimester II, dan dua kali dalam
obat-obatan karena takut berpengaruh trimester III.
terhadap kehamilannya. 6. Konseling kepada keluarga pasien
Pasien sedang hamil 12 minggu. Saat ini tentang pentingnya memberi
kehamilan kedua, sudah melahirkan satu dukungan pada pasien terkait penyakit
orang anak dan tidak pernah keguguran dan kehamilannya
(G2P1A0). Pada kehamilan sebelumnya, 7. Konseling pasien untuk menjaga
pasien tidak pernah mengalami keluhan yang hieginitas dan sanitasi terutama di
sama. lingkungan rumah.
Pasien merupakan seorang ibu rumah
tangga dan tinggal bersama suaminya yang Penatalaksanaan medikamentosa
berusia 39 tahun. Suami bekerja sebagai dilakukan dengan perawatan pasien di rawat
buruh tani, penghasilan didapatkan setiap kali inap Puskesmas Gedong Tataan selama tiga
panen yaitu setahun sekali. Suami pasien hari dengan terapi:
merupakan perokok aktif, kurang lebih dua 1. IVFD RL XX gtt
bungkus sehari dan sering merokok di rumah. 2. Ceftriaxon inj 1 mg/ 12 jam
Berdasarkan pemeriksaan fisik 3. Ranitidin inj 1 amp/12 jam
didapatkan keadaaan umum pasien tampak 4. Paracetamol tab 3 x 500 mg
sakit sedang; suhu 37,8oC; tekanan darah 5. Vitamin B complex 1 x 1 tab
90/60 mmHg; frekuensi nadi 76x/menit; Pasien pulang dengan terapi antibiotik
frekuensi nafas 20x/menit; berat badan 55 kg; peroral amoksisilin kapsul 3 x 500 mg,
tinggi badan 160 cm; IMT 21.48. Status ranitidin tab 3 x 150 mg, dan vitamin B
complex tablet 1 x 1. Pasien diminta kontrol demam tifoid adalah demam lebih dari tujuh
ulang tujuh hari kemudian. hari, terdapat gangguan sistem pencernaan,
Peran dokter keluarga pada dengan atau tanpa gangguan kesadaran.8
penatalaksanaan demam tifoid pada wanita Pada pemeriksaan penunjang
hamil adalah untuk mengubah perilaku didapatkan bahwa terdapat penurunan Hb
hiegienitas dan sanitasi diri dan lingkungan 11,8 mg/dl, peningkatan leukosit 11.400 / uL,
baik pasien ataupun keluarga pasien sebagai hitung jenis: 0-0-0-65-29-6, serta hasil uji
upaya pencegahan penularan dan kejadian Widal positif yaitu: typhi O 1/640, thyphi H
berulang. Dokter keluarga melakukan 1/320, paratyphi O 1/160, paratyphi H 1/80.
intervensi kepada pasien mengenai Interpretasi hasil uji widal adalah: (1) titer O
pengenalan penyakit demam tifoid serta yang tinggi atau meningkat (≥ 1/160)
perilaku hidup bersih dan sehat dengan cara menandakan adanya infeksi aktif, (2) titer H
kunjungan rumah sebanyak tiga kali. yang tinggi (≥ 1/160) menunjukkan adanya
Kunjungan pertama dilakukan pada riwayat imusisasi atau infeksi di masa lampau,
tanggal 20 Februari 2016 berupa pendekatan (3) terdapat peningkatan titer 4 kali lipat pada
dan perkenalan terhadap pasien; pemeriksaan kedua dapat didiagnosis dengan
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan; demam tifoid.9
anamnesis tentang keluarga dan perihal Kunjungan kedua yaitu melakukan
penyakit yang telah diderita. Kunjungan kedua intervensi terhadap pasien dengan
dilakukan pada tanggal 25 Februari 2016 menggunakan media poster bergambar
untuk melakukan intervensi terhadap pasien tentang demam tifoid, dan pencegahannya
dan keluarga. Kunjungan ketiga dilakukan berupa sepuluh perilaku hidup bersih dan
pada tanggal 2 Maret 2016 yaitu evaluasi hasil sehat di rumah tangga. Keluarga juga turut
intervensi. mendampingi dan mendengarkan apa yang
disampaikan pada pasien saat intervensi
Pembahasan dilakukan. Intervensi bertujuan untuk
Masalah kesehatan yang dibahas pada mengubah pola hidup pasien dan keluarga
kasus ini adalah seorang wanita hamil berusia yang kurang memperhatikan hiegiene dan
32 tahun yang terdiagnosa dengan demam sanitasi lingkungan rumah agar dapat
tifoid. terhindar dari infeksi mikroorganisme.
Hasil yang diperoleh dari kunjungan Demam tifoid adalah infeksi saluran
pertama, sesuai konsep mandala of health, cerna oleh bakteri Salmonella typhi. Faktor
yaitu pasien memiliki pengetahuan yang resiko terinfeksinya bakteri ini adalah faktor
kurang tentang penyakit-penyakitnya. Pada pejamu, agen, dan lingkungan. Faktor pejamu
lingkungan psikososial, pasien tidak sulit yaitu penularan Salmonella typhi sebagian
menjangkau pusat pelayanan kesehatan besar melalui makanan/minuman yang
karena memiliki kendaraan dan jarak tempuh tercemar oleh kuman yang berasal dari
cukup dekat. Di lingkungan rumah, pasien penderita atau karier yang biasanya keluar
rutin mengikuti pengajian desa yang diadakan bersama tinja atau urin. Kebiasaan jajan
satu minggu sekali. Gaya hidup, kesadaran mempunyai resiko lebih tinggi terkena
dalam perilaku kebersihan pasien dan sanitasi penyakit demam tifoid dibandingkan dengan
lingkungan rumah masih kurang, terutama kebiasaan tidak jajan, serta kebiasaan tidak
dalam mengolah dan menyajikan makanan mencuci tangan sebelum makan lebih
dan minuman. Pekerjaan pasien sebagai ibu beresiko terkena penyakit demam tifoid.7
rumah tangga. Faktor agen, bahwa demam tifoid
Penegakan diagnosis klinik demam disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
tifoid, ditegakkan berdasarkan anamnesis, Jumlah kuman yang dapat menimbulkan
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan infeksi adalah sebanyak 105-109 kuman yang
penunjang. Berdasarkan anamnesis diketahui tertelan melalui makanan dan minuman yang
keluhan demam empat hari dan terdapat terkontaminasi sehingga semakin banyak
gejala sistem pencernaan yaitu mual serta jumlah kuman yang masuk maka masa
tidak nafsu makan. Pada pemeriksaan fisik inkubasi akan semakin pendek dan pejamu
didapatkan suhu 37,8 C dan bradikardi relatif. akan lebih cepat sakit dan menimbulkan
Gejala klinis dalam menegakkan diagnosis gejala.7
pedarahan saluran cerna atau perforasi usus. minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran
Asupan serat maksimal 8 gram/hari, atau sebaliknya setiap hari.
menghindari susu, daging berserat kasar, f. Aktivitas fisik setiap hari, adalah anggota
lemak, terlalu manis, asam, berbumbu tajam. keluarga melakukan aktivitas fisik 30 menit
Makanan juga sering diberikan dalam porsi setiap hari agar tetap sehat dan bugar
kecil.7 sepanjang hari.
Upaya pencegahan demam tifoid g. Tidak merokok. Rokok ibarat pabrik bahan
dilakukan dengan menerapkan pola hidup kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap
bersih dan sehat, serta pemberian vaksin akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia
tifoid. Namun vaksin tidak dapat dilakukan berbahaya, di antaranya yang paling
pada wanita hamil karena kontraindikasi, berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon
selain itu juga masih sulit dijangkau baik dari Monoksida (CO).
segi harga maupun ketersediaan di Indonesia.9
Sehingga hal yang paling dapat dilakukan pada Kunjungan ketiga dilakukan anamnesis
pasien wanita hamil dengan demam tifoid lanjut dan didapatkan kondisi pasien
adalah perubahan perilaku hidup yaitu hidup membaik, tidak ada keluhan demam, mual
bersih dan sehat. sudah berkurang dan ada peningkatan nafsu
Terdapat sepuluh perilaku hidup bersih makan dari sebelumnya. Pengukuran tekanan
dan sehat di rumah tangga menurut Depkes darah pasien didapatkan 110/70 mmHg,
RI, dan perilaku yang berhubungan dengan pasien memahami bahwa perlu untuk
kasus ini adalah:16 berisitirahat di rumah dan mengurangi
kegiatan yang berat terlebih dahulu. Pasien
a. Pertolongan persalinan oleh tenaga juga sudah memahami bahwa penyakit
kesehatan, adalah persalinan yang ditolong demam tifoid sangat dipengaruhi oleh
oleh tenaga kesehatan seperti bidan, higienitas dan sanitasi diri dan lingkungan.
dokter, dan tenaga para medis lainnya. Pola hidup bersih dan sehat juga
b. Cuci tangan dengan sabun. Air yang tidak beberapa sudah diterapkan oleh pasien.
bersih banyak mengandung kuman dan Pasien sudah menerapkan pertolongan
bakteri penyebab penyakit. persalinan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
c. Tersedia air bersih. Air bersih secara fisik diketahui dari riwayat persalinan anak
dapat dibedakan melalui indera kita, pertamanya, yaitu di bidan. Anak pasien juga
antara lain: diberikan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan
• Air tidak berwarna, harus dilanjutkan hingga usia 2 tahun. Setiap bulan
bening/jernih. anak dibawa ke puskesmas untuk ditimbang
• Air tidak keruh, harus bebas dari dan dicatat perkembangannya.
pasir, debu, lumpur, sampah, busa Pasien selalu mencuci tangan tanpa
dan kotoran lainnya. sabun sebelum dan setelah makan, sebelum
• Air tidak berasa, tidak berasa asin, masak, dan jika tangannya terasa kotor.
tidak berasa asam, tidak payau, dan Setelah dilakukan intervensi, bahwa banyak
tidak pahit, harus bebas dari bahan kuman bersumber dari tangan, pasien dan
kimia beracun. keluarganya mulai mencuci tangan
• Air tidak berbau seperti bau amis, menggunakan sabun.
anyir, busuk atau bau belerang. Sumber air di rumah pasien adalah dari
d. Tersedia jamban. Jamban adalah suatu PAM, air tersebut jernih, bersih, dan tidak
ruangan yang mempunyai fasilitas berbau. Setiap masak selalu menggunakan air
pembuangan kotoran manusia yang terdiri untuk mencuci bahan makanan dan sayuran.
atas tempat jongkok atau tempat duduk Setelah dilakukan intervensi, terlihat
dengan leher angsa atau tanpa leher angsa bahwa pasien cukup memahami pola hidup
(cemplung) yang dilengkap dengan unit bersih dan sehat. Pada beberapa hal, pasien
penampungan kotoran dan air untuk mulai memperbaiki sikap dalam melaksanakan
membersihkannya. pola hidup bersih dan sehat, namun suami
e. Makanlah dengan gizi seimbang. Setiap pasien masih belum dapat menghindari
anggota rumah tangga mengkonsumsi merokok di dalam rumah, ataupun
mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsi.