Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hipertetensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmhg dan tekanan diastolik
≥ 90 mmhg atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi (Arief Mansjoer, 2001).
Hipertensi adalah keadan fungsional yang ditandai oleh tingginya tekanan
darah diatas normal (lebih dari 140/ 90 mmhg), apabila tidak terkendali hipertensi
dapat menimbulkan akibat yang lebih berat misalnya jantung koroner, ginjal dan
sakit paru-paru (Djoko Pekik Irianto, M. Kes, 2007).
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya terdapat sekitar 95 % kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktifitas susunan syaraf
simpatis, system rennin angiostenin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na
dan Ca dalam intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, koartasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dll.
C. Manifestasi Klinis
- Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu- satunya gejala.
- Sakit kepala
- Perdarahan hidung / Epistaksis
- Vertigo
- Mual muntah
- Perubahan penglihatan / mata berkunang- kunang
- Kesemutan pada kaki dan tangan
- Sesak nafas
- Kejang atau koma
- Nyeri dada
D. Pemeriksaan Penunjang
- Hb : untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN : memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa : mengkaji hiperglikemi yang
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG
E. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran
tetapi hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pada kunjungan yang
berbeda, kecuali didapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner atau, gagal jantung, penyakit cerebrovaskuler dan lainnya.
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang pada bagian
lengan kontralateral. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) memilih
klasifikasi sesuai WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak
bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaranm
luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsure sistolik yang juga penting dalam
penentuan.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung
yang timbul pada penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko
paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah
dengan setiap kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan
perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat
tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan
darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertensi.
H. Pencegahan
ŏ) Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas
dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
ŏ) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
4. Batasi aktivitas.
I. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan adalah menurunkan resiko, penyakit
kardiovaskuler, mortalitas serta morbilitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmhg dan
tekanan diastolik dibawah 90 MmHg serta mengontrol faktor resiko. Hal ini
dapat dicapai dengan modifikasdi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi.
- obesitas
- alcohol
- merokok
Resti Injuri - polisetemia
Gangguan pola
Tidur anoreksia vasokontriksi ketidakseimbangan suplai
Vaskuler O2
curah jantung ↓
C. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan after load
4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
5. Nutrisi < kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anorexia
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala.
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan
kursi saat mandi, sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara
bertahap jika dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.
Diagnosa II
Kriteria hasil:
- melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti
pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri
kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.
Diagnosa III
Kriteria hasil:
- Tidak terjadi penurunan curah jantung
Intervensi :
- Pantau Tekanan darah
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Anjurkan tekhnik relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian nifedipin.
Diagnosa IV
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
- Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
- Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan
dengan lotion emoltion.
- Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan alat bantu.
- Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.
Diagnosa V
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
- Pantau intake dan output klien
- Timbang BB sesuai indikasi
- Intruksikan porsi sedang tapi sering.
BAB I
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
I. Identitas
Initial klien : Tn. N
Umur : 68 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Tanggal Periksa : 28 Mei 2008
Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Pengkajian : 28 - 29 Mei 2008 jam 11.00
VIII. Genogram
Keterangan :
: Orang tua laki-laki meninggal
: Klien
: Istri Klien
: Saudara Laki-laki
: Saudara Perempuan
: Anak Laki-laki
: Anak Perempuan
: Ada hubungan
: Tinggal Serumah
No Kelompok Data
1. Gagguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral ditandai dengan wajah nampak meringis, segan untuk
menggerakkan kepala, TTV : - TD : 190/100 mmhg
- N : 120x/ menit.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri Kepala ditandai dengan klien
mengatakan merasa pusing dan jarang tidur siang, klien malam hari klien tidur
dari jam 23.00 wib. s.d jam 04.30 wib, klien sering terbangun di malam hari
karena mengalami nyeri kepala dan nyeri kepala dan juga pada persendian,
klien tampak kusam.
RENCANA KEPERAWATAN
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan + 3 1. Anjurkan klien untuk istirahat 1. Istirahat yang adekuat akan
berhubungan dengan Nyeri x 24 jam, klien dapat istirahat dengan cukup siang yang cukup. menstabilkan emosional.
Kepala ditandai dengan klien tanpa mengeluh pusing, dengan kriteria 2. Anjurkan klien untuk 2. Untuk meningkatkan rasa
mengatakan merasa pusing hasil : menghirup udara segar, latihan kantuk.
dan jarang tidur siang, klien - Klien dapat beristirahat sesuai kebutuhan ringan.
malam hari tidur dari jam - Mengutarakan perasaan segar bila bangun 3. Anjurkan klien untuk minum- 3. Meningkatkan keinginan
23.00 wib. s.d jam 04.30 - Tidur siang cukup. minuman yang tidak untuk tidur.
wib, klien sering terbangun - Wajah klien tampak segar dan rileks. mengandung unsure cafein
di malam hari karena (kopi).
mengalami nyeri kepala dan
nyeri kepala dan juga pada
persendian, klien tampak
kusam.
CATATAN PERAWATAN
No
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Dx
29-05-08 1. Membina hubungan saling - Klien senang
Jam 12.00 percaya
No
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx
31-05-08 1. S : Klien mengatakan pusing dan nyeri kepala
Jam 12.00 hilang.
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertetensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmhg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmhg atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi (Arief
Mansjoer, 2001).
Hipertensi adalah keadan fungsional yang ditandai oleh tingginya tekanan
darah diatas normal (lebih dari 140/ 90 mmhg), apabila tidak terkendali hipertensi
dapat menimbulkan akibat yang lebih berat misalnya jantung koroner, ginjal dan
sakit paru-paru (Djoko Pekik Irianto, M. Kes, 2007).
B. Saran
Diharapkan dengan tersusunnya Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan
tambahan pengetahuan bagi kita sebagai calon perawat maupun bagi orang lain
sehingga mengetahui tindakan ap yang harus dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta