You are on page 1of 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Hipertetensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmhg dan tekanan diastolik
≥ 90 mmhg atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi (Arief Mansjoer, 2001).
Hipertensi adalah keadan fungsional yang ditandai oleh tingginya tekanan
darah diatas normal (lebih dari 140/ 90 mmhg), apabila tidak terkendali hipertensi
dapat menimbulkan akibat yang lebih berat misalnya jantung koroner, ginjal dan
sakit paru-paru (Djoko Pekik Irianto, M. Kes, 2007).

B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar, yaitu :
1. Hipertensi esensial (hipertensi primer / idiopathic) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya terdapat sekitar 95 % kasus banyak faktor
yang mempengaruhi seperti genetic, lingkungan, hiperaktifitas susunan syaraf
simpatis, system rennin angiostenin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na
dan Ca dalam intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti
obesitas, alcohol, merokok serta polisetemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteronisme primer, koartasio aorta,
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dll.

C. Manifestasi Klinis
- Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu- satunya gejala.
- Sakit kepala
- Perdarahan hidung / Epistaksis
- Vertigo
- Mual muntah
- Perubahan penglihatan / mata berkunang- kunang
- Kesemutan pada kaki dan tangan
- Sesak nafas
- Kejang atau koma
- Nyeri dada
D. Pemeriksaan Penunjang
- Hb : untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel
terhadap volume cairan (viskositas).
- BUN : memberi informasi tentang fungsi ginjal.
- Glukosa : mengkaji hiperglikemi yang
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).
- Kalsium serum
- Kalium serum
- Kolesterol dan trygliserid
- Px tyroid
- Urin analisa
- Foto dada
- CT Scan
- EKG

E. Diagnosis
Diagnosis Hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran
tetapi hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pada kunjungan yang
berbeda, kecuali didapat kenaikan yang tinggi atau gejala-gejala klinis.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya,
riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung
koroner atau, gagal jantung, penyakit cerebrovaskuler dan lainnya.
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang pada bagian
lengan kontralateral. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) memilih
klasifikasi sesuai WHO/ISH karena sederhana dan memenuhi kebutuhan, tidak
bertentangan dengan strategi terapi, tidak meragukan karena memiliki sebaranm
luas dan tidak rumit, serta terdapat pula unsure sistolik yang juga penting dalam
penentuan.

F. Klasifikasi sesuai WHO / ISH


a. Normotensi → Sistolik ( < 140 mmhg) Diastolik ( < 90 mmhg)
b. Hipertensi ringan → Sistolik ( 140- 180 mmhg) Diastolik ( 90-110
mmhg)
c. Hipertensi Perbatasan → Sistolik ( 140-160 mmhg) Diastolik (90-95
mmhg)
d. Hipertensi sedang dan berat → Sistolik ( >180 mmhg) Diasdtolik (>
105 mmhg)
e. Hipertensi Sistolik Terisolasi → Sistolik (> 140 mmhg) Diastolik
(<90mmhg)
f. Sistolik Perbatasan → Sistolik (140-160 mmhg) Diastolik (< 90
mmhg).

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul bila hipertensi tidak terkontrol adalah
1. Krisis Hipertensi
2. Penyakut jantung dan pembuluh darah : penyakit jantung koroner dan
penyakit jantung hipertensi adalah dua bentuk utama penyakit jantung
yang timbul pada penderita hipertensi.
3. Penyakit jantung cerebrovaskuler : hipertensi adalah faktor resiko
paling penting untuk timbulnya stroke. Kekerapan dari stroke bertambah
dengan setiap kenaikan tekanan darah.
4. Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan
perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat
tekanan arteri yang meningkat dan kembali normal apabila tekanan
darah diturunkan.
5. Nefrosklerosis karena hipertensi.
6. Retinopati hipertensi.

H. Pencegahan
ŏ) Pencegahan Primer
Faktor resiko hipertensi antara lain: tekanan darah diatas rata-rata,
adanya hipertensi pada anamnesis keluarga, ras (negro), tachycardi, obesitas
dan konsumsi garam yang berlebihan dianjurkan untuk:
1. Mengatur diet agar berat badan tetap ideal juga untuk menjaga
agar tidak terjadi hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, dsb.
2. Dilarang merokok atau menghentikan merokok.
3. Merubah kebiasaan makan sehari-hari dengan konsumsi rendah
garam.
4. Melakukan exercise untuk mengendalikan berat badan.
ŏ) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dikerjakan bila penderita telah diketahui
menderita hipertensi berupa:
1. Pengelolaan secara menyeluruh bagi penderita baik dengan
obat maupun dengan tindakan-tindakan seperti pada pencegahan primer.
2. Harus dijaga supaya tekanan darahnya tetap dapat terkontrol
secara normal dan stabil mungkin.
3. Faktor-faktor resiko penyakit jantung ischemik yang lain harus
dikontrol.
4. Batasi aktivitas.

I. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan adalah menurunkan resiko, penyakit
kardiovaskuler, mortalitas serta morbilitas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmhg dan
tekanan diastolik dibawah 90 MmHg serta mengontrol faktor resiko. Hal ini
dapat dicapai dengan modifikasdi gaya hidup saja, atau dengan obat
antihipertensi.

Kelompok resiko dikatagorikan menjadi :


1. Pasien dengan tekanan darah perbatasan atau tingkat 1, 2, dan 3 tanpa
gejala penyakit kardiovaskuler, kerusakan organ atau faktor resiko lainnya.
2. Pasien tanpa penyakit kardiovaskuler atau kerusakan organ lainnya
tapi memiliki satu atau lebih faktor resiko yang tertera diatas, namun bukan
DM.
3. Pasien dengan gejala klinis penyakit kardiovaskuler atau kerusakan
organ yang jelas.
Penatalaksanaan dengan obat anti hipertensi bagi sebagian besar pasien
dimulai dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan
umum, kebutuhan dan usia tetapi yang optimal harus efektif selama 24 jam dan
lebih disukai dalam dosis tunggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah,
dapat mengontrol hipertensi terus menerus dan lancer, dan melindungi pasien
terhadap berbagai resiko dari kematian mendadak, serangan jantung atau stroke
akibat peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur.
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak
terdapat indikasi untuk memilih obat tertentu, diberikan diuretic atau beta
bloker. Jika respon tidak baik dengan dosis penuh, dilanjutkan sesuai algoritma.
Diuretik biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang
lain. Jika tambahan obat yang kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan
baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama
melaluim penurunan dosis secara perlahan dan progresif. Pada beberapa pasien
mungkin dapat dimulai tetapi dengan lebih dari satu obat secara langsung.
Pasien dengan tekanan darah ≥ 200/ ≥ 120 mmhg harus diberikan terapi
dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di Rumah
Sakit.
J. WOC

Hipertensi Esensial/ Hipertensi Sekunder/


Hipertensi Idiopatik Hipertensi Renal (5%)
(95 %)

- genetic - penggunaan estrogen


- lingkungan - penyakit ginjal
- hiperaktifitas SSP - hipertensi vaskuler renal
- system rennin-angiostenin faktor2 yang ↑ - hiperaldosteronisme
- defek dalam ekskresi Na resiko - sindrom chusing
- ↑ Na dan Ca intraseluler

- obesitas
- alcohol
- merokok
Resti Injuri - polisetemia

Gangguan persepsi ↑ volume sekuncup ↑ volume plasma yang


Sensori (penglihatan) (TPR) berkepanjangan

Mata berkunang- rangsa- ↑ kec. Denyut ↑ volume diastole akhir


Kunang ngan jantung
abnormal
gangguan rasa syaraf jika berlangsung ↑ periode jantung
nyaman (nyeri) kronik
↑ tekanan
Vaskuler curah jantung ↓
Serebral Hipertiroidisme

Sulit tidur mual dan Hipertensi


muntah

Gangguan pola
Tidur anoreksia vasokontriksi ketidakseimbangan suplai
Vaskuler O2

Berat badan ↓ jantung memompa intoleransi aktifitas


lebih kuat

Nutrisi kurang dari menghasilkan tekanan


kebutuhan tubuh darah yang > kuat u/
mendorong darah me-
lewati pembuluh darah
yang menyempit
after load

curah jantung ↓

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. Pengkajian
 Identitas Klien
Meliputi : Nama, Umur, Agama, Alamat, Pendidikan, Pekerjaan, dll.
 Keluhan Utama
Pusing
 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluh pusing bila terlalu banyak beraktifitas dan disertai nyeri pada
bagian persendian.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan bahwa mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai penyakit
yang sama seperti yang dialami klien saat ini.
B. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Lemah
 Pemeriksaan Kesadaran : GCS : 13; Composmentis
 TTV : Tekanan Darah : 190 / 100
MmHg Nadi : 120 x / menit
Suhu : 36 oC Respirasi Rate : 20 x / menit
 Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : tidak ada lesi, rambut lurus, warna putih, distribusi jarang, kepala
bersih.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
parotis.
 Pemeriksaan Mata
Inspeksi : tidak ada lesi, anemis, sklera putih-kekuningan, konjungtiva merah
muda, anysokor, tidak strabismus, pandangan agak kabur.
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada oedema palpebra.
 Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, kotor, ada serumen, tidak terdapat
perdarahan, tidak mengalami gangguan pendengaran.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau massa.
 Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : simetris, septum ada ditengah-tengah, tidak ada lesi, tidak ada
serumen, tidak perdarahan(epistaksis), tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak ada gangguan penciuman.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terjadi nyeri tekan.
 Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada caries gigi, lidah
bersih, mulut agak berbau.
Palpasi : tidak terdapat massa.
 Pemeriksaan Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada penarikan intercoste, tidak ada lesi,
pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot Bantu
napas.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak mengalami peningkatan vocal
fremitus.
Perkusi : suara paru sonor.
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ronchi.
 Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba.
Perkusi : simetris, suara jantung dullness.
Auskultasi : S1 , S2 tunggal, tidak ada suara tambahan (mur-mur).
 Pemeriksaan Abdoment
Inspeksi : datar, tidak acites.
Auskultasi : peristaltik usus : 20 x / menit.
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit perut kembali < 3 detik.
 Pemeriksaan Muskuloskeletal
5 5 ektremitas dapat bergerak bebas, terdapat nyeri pada persendian.
5 5

C. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas sehubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri (akut), sakit kepala sehubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan after load
4. Resiko tinggi terhadap cedera yang berhubungan dengan defisit lapang
pandang, motorik atau persepsi.
5. Nutrisi < kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anorexia
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri kepala.

D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa I
Tujuan/ kriteria:
- Berpartisipasi dalam aktifitas yang diinginkan/ diperlukan.
- Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktifitas yang dapat diukur.
- Menunjukkan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologi.
Intervensi:
- Kaji respon terhadap aktifitas.
- Perhatikan tekanan darah, nadi selama/ sesudah istirahat.
- Perhatikan nyeri dada, dyspnea, pusing.
- Instruksikan tentang tehnik menghemat tenaga, misal: menggunakan
kursi saat mandi, sisir rambut.
- Melakukan aktifitas dengan perlahan-lahan.
- Beri dorongan untuk melakukan aktifitas/ perawatan diri secara
bertahap jika dapat ditoleransi.
- Beri bantuan sesuai dengan kebutuhan.

Diagnosa II
Kriteria hasil:
- melapor nyeri/ ketidaknyamanan berkurang.
Intervensi:
- Pertahankan tirah baring selama fase akut.
- Beri tindakan non farmakologik untuk menghilangkan nyeri seperti
pijat punggung, leher, tenang, tehnik relaksasi.
- Meminimalkan aktifitas vasokonstriksi yang dapat meningkatkan nyeri
kepala,misal: membungkuk, mengejan saat buang air besar.
- Kolaborasi dalam pemberian analgetika, anti ancietas.

Diagnosa III
Kriteria hasil:
- Tidak terjadi penurunan curah jantung
Intervensi :
- Pantau Tekanan darah
- Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Anjurkan tekhnik relaksasi
- Kolaborasi dalam pemberian nifedipin.

Diagnosa IV
Kriteria hasil:
- Mengidentifikasi faktor yang meningkatkan resiko terhadap cedera.
- Memperagakan tindakan keamanan untuk mencegah cedera.
- Meminta bantuan bila diperlukan.
Intervensi:
- Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan.
- Bila penurunan sensitifitas taktil menjadi masalah ajarkan klien untuk
melakukan:
 Kaji suhu air mandi dan bantalan pemanas sebelum digunakan.
 Kaji ekstremitas setiap hari terhadap cedera yang tak terdeteksi.
 Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit dilemaskan
dengan lotion emoltion.
- Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko yang berkenaan dengan
pengunaan alat bantu.
- Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah.

Diagnosa V
Kriteria Hasil :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi :
- Pantau intake dan output klien
- Timbang BB sesuai indikasi
- Intruksikan porsi sedang tapi sering.
BAB I
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
I. Identitas
Initial klien : Tn. N
Umur : 68 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Tanggal Periksa : 28 Mei 2008
Diagnosa Medis : Hipertensi
Tanggal Pengkajian : 28 - 29 Mei 2008 jam 11.00

II. Keluhan Utama


Pusing, nyeri kepala

III. Riwayat Penyakit Sekarang


Klien periksa ke puskesmas pada tanggal 28 Mei 2008 jam 10.00 WIB dengan
keluhan pusing, linu – linu pada kedua lutut. Pusing klien bertambah jika klien
beraktifitas dan berkurang jika klien beristirahat. Pada saat dilakukan pengkajian
pada tanggal 28 – 29 Mei 2008 jam 11.00 WIB klien masih mengeluh pusing pada
kepala dengan skala 6.

IV. Riwayat Kesehatan yang Lalu


Klien pernah operasi kelenjar prostat (BPH) di rumah sakit Sampang pada
bulan Januari 2008, klien juga mempunyai penyakit hipertensi sebelumnya, klien
tidak mempunyai penyakit menular seperti TBC, Hepatitis dll.

V. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga lain klien yang mempunyai penyakit yang sama
seperti yang dialami klien, tidak ada anggota keluarga klien yang memiliki
riwayat penyakit menular dan keturunan.

VI. Riwayat Sosial


Hubungan klien dengan keluarganya, teman, dan saudara yang lain baik.
VII. Riwayat Psikologis
Klien sering marah – marah pada perawat bila periksa ke puskesmas karena
ingin di suntik tapi tidak dipenuhi dengan alasan tekanan darahnya tinggi
(140/100 mmhg).

VIII. Genogram

Keterangan :
: Orang tua laki-laki meninggal

: Orang tua perempuan meninggal

: Klien

: Istri Klien

: Saudara Laki-laki

: Saudara Perempuan

: Anak Laki-laki

: Anak Perempuan

: Ada hubungan

: Tinggal Serumah

IX. Pola-pola Fungsi Kesehatan


A. Pola persepsi dan Tatalaksana Kesehatan
 Sebelum Sakit : Klien mempunyai
kebiasaan merokok dan minum kopi, klien hanya
minum obat bila sedang sakit.
 Saat Sakit : Klien memeriksakan
kesehatannya ke Puskesmas dan Dokter terdekat, Klien
minum obat yang diberikan oleh Puskesmas dan Dokter
sesuai aturan.
B. Pola Nutrisi dan Metabolisme
Sebelum Sakit : Klien makan 3 x sehari
dengan menu nasi + lauk-pauk, klien tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan.
Saat Sakit : Klien makan 3 x sehari
dan mencegah menu makanan yang dianjurkan oleh
Puskesmas dan Dokter.
C. Pola Aktivitas
 Sebelum Sakit : Klien menggunakan
waktu senggang dengan melakukan kegiatan dan klien
sering merasakan pusing bila terlalu banyak duduk,
Klien juga sering mengalami nyeri otot karena klien
jarang olah raga.
 Saat Sakit : Klien istirahat namun
klien masih tetap melakukan kegiatan tapi yang ringan-
ringan saja seperti jalan-jalan di teras depan.
D. Pola Eliminasi
 Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa
BAK ± 7 x sehari dengan warna : kekuningan baunya
khas, BAB ± 1 x sehari dengan konsistensi lembek
baunya khas.
 Saat Sakit : Klien mengatakan bahwa
BAK ± 7 x sehari dengan warna : kekuningan baunya
khas, BAB ± 1 x sehari dengan konsistensi lembek
baunya khas.
E. Pola Tidur dan Istirahat
 Sebelum Sakit : Klien mengatakan jarang
tidur siang dan malam hari klien tidur dari jam 21.00
wib. s.d jam 04.30 wib.
 Saat Sakit : Klien mengatakan jarang
tidur siang dan malam hari klien tidur dari jam 23.00
wib. s.d jam 04.30 wib, klien sering terbangun di
malam hari karena mengalami nyeri kepala dan nyeri
pada persendian.

F. Pola Sensori dan kognitif


 Sebelum Sakit : Daya penglihatan, peraba,
perasa, pendengaran dan penglihatan klien masih cukup
baik.
 Saat Sakit : Daya penglihatan, peraba,
perasa, pendengaran dan penglihatan klien masih cukup
baik.
G. Pola Persepsi dan Konsep Diri
 Sebelum Sakit : Klien mengatakan masih
cukup kuat untuk membantu kegiatan yang ringan
karena klien tidak muda lagi.
 Saat Sakit : Klien mengalami
perubahan peran karena klien merasa pada saat ini klien
tidak terlalu bisa membantu banyak.
H. Pola Hubungan Peran
 Sebelum Sakit : Klien mengatakan bahwa
hubungan klien dengan keluarga, masyarakat serta
tetangga yang terdekat baik, klien mengalami
perubahan peran karena klien tidak bekerja.
 Saat Sakit : Klien mengatakan bahwa
hubungan klien dengan keluarga, masyarakat serta
tetangga yang terdekat baik, klien mengalami
perubahan peran karena klien tidak bekerja.
I. Pola Penanggulangan Stess
 Sebelum Sakit : Apabila klien ada
masalah klien membicaraknnya dengan keluarga
(istrinya).
 Saat Sakit : Klien menghadapi
penyakitnya dengan sabar dan berdo’a kepada Allah
S.W.T.
J. Pola Tata Nilai Kepercayaan
 Sebelum Sakit : Klien melaksanakan
shalat 5 waktu dank lien juga sering mengaji bila ada
waktu luang.
 Saat Sakit : Klien tetap melaksanakan
shalat 5 waktu, klien menganggap penyakitnya ini
cobaan dari Allah S.W.T.
X. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : Lemah
 Pemeriksaan Kesadaran : GCS : 13; Composmentis
 TTV : Tekanan Darah : 190 / 100
MmHg Nadi : 120 x / menit
Suhu : 36 oC Respirasi Rate : 20 x / menit
 Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : tidak ada lesi, rambut lurus, warna putih, distribusi jarang, kepala
bersih.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
parotis, terdapat nyeri tekan (pusing).
 Pemeriksaan Mata
Inspeksi : tidak ada lesi, anemis, sklera putih-kekuningan, konjungtiva merah
muda, anisokor, tidak strabismus, pandangan agak kabur.
Palpasi : tidak terdapat massa, tidak ada oedema palpebra.
 Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : simetris, tidak ada lesi, kotor, ada serumen, tidak terdapat
perdarahan, tidak mengalami gangguan pendengaran.
Palpasi : tidak terdapat benjolan atau massa.
 Pemeriksaan Hidung
Inspeksi : simetris, septum ada ditengah-tengah, tidak ada lesi, tidak ada
serumen, tidak perdarahan(epistaksis), tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, tidak ada gangguan penciuman.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terjadi nyeri tekan.
 Pemeriksaan Mulut
Inspeksi : mukosa bibir lembab, tidak ada lesi, tidak ada caries gigi, lidah
bersih, mulut agak berbau.
Palpasi : tidak terdapat massa.
 Pemeriksaan Paru
Inspeksi : simetris, tidak ada penarikan intercoste, tidak ada lesi,
pergerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot Bantu
napas.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak mengalami peningkatan vocal
fremitus.
Perkusi : suara paru sonor.
Auskultasi : tidak ada suara tambahan ronchi.
 Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Pulsasi jantung tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba.
Perkusi : simetris, suara jantung dullness.
Auskultasi : S1 , S2 tunggal, tidak ada suara tambahan (mur-mur).
 Pemeriksaan Abdoment
Inspeksi : datar, tidak acites.
Auskultasi : peristaltik usus : 20 x / menit.
Perkusi : timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, turgor kulit perut kembali < 3 detik.
 Pemeriksaan Muskuloskeletal
5 5 ektremitas dapat bergerak bebas, terdapat nyeri pada persendian.
5 5
ANALISA DATA

Inisial Klien : Tn. N Dx Medis : Hipertensi


No Register : Ruangan : Balai Pengobatan

No Kelompok Data Penyebab Masalah


1. DS : Klien mengatakan pusing Peningkatan Gangguan rasa
dan nyeri kepala. Vaskuler Serebral nyaman (nyeri)

DO : - Keadaan umum cukup


- wajah nampak meringis
- segan menggerakkan
kepala
- Skala nyeri 6
- TTV :
TD : 190/100 mmhg
S : 36 o C
N : 120x/ menit

2. DS : Klien mengatakan merasa Nyeri Kepala Gangguan pola


pusing dan jarang tidur tidur
siang.

DO : - Malam hari klien tidur


dari jam 23.00 wib. s.d
jam 04.30 wib
- Klien sering terbangun
di malam hari karena
mengalami nyeri kepala
dan nyeri kepala dan
juga pada persendian.
- Klien tampak kusam.
DAFTAR PRIORITAS MASALAH

Inisial Klien : Tn. N Dx Medis : Hipertensi


No Register : Ruangan : Balai Pengobatan

No Kelompok Data
1. Gagguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral ditandai dengan wajah nampak meringis, segan untuk
menggerakkan kepala, TTV : - TD : 190/100 mmhg
- N : 120x/ menit.

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Nyeri Kepala ditandai dengan klien
mengatakan merasa pusing dan jarang tidur siang, klien malam hari klien tidur
dari jam 23.00 wib. s.d jam 04.30 wib, klien sering terbangun di malam hari
karena mengalami nyeri kepala dan nyeri kepala dan juga pada persendian,
klien tampak kusam.
RENCANA KEPERAWATAN

Inisial Klien : Tn. N Dx Medis : Hipertensi


No Register : Ruangan : Balai Pengobatan
No. Rencana Keperawatan
Tanggal Diagnosa Keperawatan Paraf
DX. Tujuan Tindakan Keperawatan Rasional
1. Gagguan rasa nyaman Setelah dilakukan tindakan keperawatan + 3 1. Laksanakan BHSP 1. Memperlancar intervensi
(nyeri) berhubungan dengan x 24 jam, pusing dan nyeri kepala klien selanjutnya.
peningkatan tekanan dapat berkurang / hilang, dengan kriteria 2. Pantau TD dan Nadi 2. Perbandingan tekanan darah
vaskuler serebral ditandai hasil : dan mengetahui masa
dengan wajah nampak - K/U cukup vaskuler.
meringis, segan untuk - Melaporkan pusing dan nyeri kepala 3. Ajarkan teknik relaksasi dan 3. Teknik distraksi mengalihkan
menggerakkan kepala, TTV : berkurang / hilang distraksi perhatian klien dari rasa nyeri
- TD : 190/100 MmHg - Wajah tampak rileks sedangkan relaksasi
- N : 120x/ menit. - Kepala bergerak bebas merilekskan otot tegang agar
- TTV dalam batas normal nyeri berkurang / hilang
TD : 120-140 / 70-90 MmHg 4. Kolaborasi dengan tim medis 4. Membantu klien menurunkan
N : 80-90 x / menit dalam pemberian analgesic dan tekanan darah dan
antihipertensi. menghilangkan rasa nyri.

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan + 3 1. Anjurkan klien untuk istirahat 1. Istirahat yang adekuat akan
berhubungan dengan Nyeri x 24 jam, klien dapat istirahat dengan cukup siang yang cukup. menstabilkan emosional.
Kepala ditandai dengan klien tanpa mengeluh pusing, dengan kriteria 2. Anjurkan klien untuk 2. Untuk meningkatkan rasa
mengatakan merasa pusing hasil : menghirup udara segar, latihan kantuk.
dan jarang tidur siang, klien - Klien dapat beristirahat sesuai kebutuhan ringan.
malam hari tidur dari jam - Mengutarakan perasaan segar bila bangun 3. Anjurkan klien untuk minum- 3. Meningkatkan keinginan
23.00 wib. s.d jam 04.30 - Tidur siang cukup. minuman yang tidak untuk tidur.
wib, klien sering terbangun - Wajah klien tampak segar dan rileks. mengandung unsure cafein
di malam hari karena (kopi).
mengalami nyeri kepala dan
nyeri kepala dan juga pada
persendian, klien tampak
kusam.
CATATAN PERAWATAN

Inisial Klien : Tn. N Dx Medis : Hipertensi


No Register : Ruangan : Balai Pengobatan

No
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Dx
29-05-08 1. Membina hubungan saling - Klien senang
Jam 12.00 percaya

2. Memantau TD dan Nadi - TD : 190/100 mmhg


N : 120x/ menit

3. Menganjurkan tekhnik distrak- - Klien merasa nyaman


si dan relaksasi

4. Berkolaborasi dengan tim - Klien minum obat


medis dalam pemberian anal-
gesic dan antihipertensi

29-05-08 1. Menganjurkan klien untuk - Klien mengangguk dan mencoba


Jam 12.00 istirahat siang yang cukup. untuk melakukannya

2. Menganjurkan klien untuk - Klien merasa segar


menghirup udara segar, latihan
ringan.

3. Menganjurkan klien untuk - Klien berusaha untuk tidak


minum-minuman yang tidak minum kopi lagi.
mengandung unsure cafein
(kopi).
EVALUASI

Inisial Klien : Tn. N Dx Medis : Hipertensi


No Register : Ruangan : Balai Pengobatan

No
Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Paraf
Dx
31-05-08 1. S : Klien mengatakan pusing dan nyeri kepala
Jam 12.00 hilang.

O : - Pusing dan nyeri kepala hilang


- Wajah tampak rileks
- Kepala bergerak bebas
- Wajah klien tampak rileks
- TTV :
TD : 140 / 90 MmHg
N : 88 x / menit

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi

31-05-08 2. S : Klien mengatakan pusing hilang dan tidur


Jam 12.00 siang.cukup (jam 13.00 wib s.d 15.30 wib).

O : - Klien tidur malam jam 21.00 wib s.d 04.30


wib.
- Klien tidur nyenyak waktu di malam hari
- Wajah klien tampak rileks.

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertetensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmhg dan tekanan
diastolik ≥ 90 mmhg atau bila pasien memakai obat anti Hipertensi (Arief
Mansjoer, 2001).
Hipertensi adalah keadan fungsional yang ditandai oleh tingginya tekanan
darah diatas normal (lebih dari 140/ 90 mmhg), apabila tidak terkendali hipertensi
dapat menimbulkan akibat yang lebih berat misalnya jantung koroner, ginjal dan
sakit paru-paru (Djoko Pekik Irianto, M. Kes, 2007).

B. Saran
Diharapkan dengan tersusunnya Asuhan Keperawatan ini dapat memberikan
tambahan pengetahuan bagi kita sebagai calon perawat maupun bagi orang lain
sehingga mengetahui tindakan ap yang harus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer (2001), Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius, Jakarta
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT
Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta

You might also like