You are on page 1of 7

Abstrak

Gunung Sibayak
Gunung Sibayak dengan ketinggian lk. 2.094 meter diatas permukaan laut bertipe strato
termasuk kedalam gunungapi tipe B, merupakan gunung yang mempunyai panorama yang
sangat indah dengan udara sejuk dan segar, hal itulah yang menjadikan daerah ini banyak
dikunjungi oleh para wisatawan domestik dan mancanegara. Alternatif yang bisa ditempuh
untuk menuju ke kawah G.Sibayak adalah dari desa Semangat gunung di bagian selatan
G.Sibayak.Gunung Sibayak sangat berpotensi bagi para pendaki gunung (hiking), lintas alam,
dan camping area, karena kondisi hutannya masih alami. Di Kawasan kawah Sibayak terdapat
danau kawah yang luasnya lk 200 x 200 meter, disekitarnya terdapat solfatara yang
memproduksi belerang. Pengukuran suhu solfatara bulan Oktober 1999 adalah 119,6 oC dan
suhu udara saat itu 21 oC. Di sekitar kawah didominasi oleh batuan lava andesit. Dari
bagian barat gunung Sibayak terlihat gunung Sinabung yang merupakan sebuah gununapi tipe
B lainnya, dengan ketinggian lk 2.451 meter dpl. Gunungapi ini juga mempunyai panorama
yang sangat indah dengan hutan alamnya dan banyak dikunjungi oleh pendaki gunungapi.
Pendahuluan

Gunung Api Sibayak kuarter hasil dari penujaman lempeng Indo-Australia dengan
Lempeng Eurasia di bagian utara Pulau Sumatera Gunung bertipe strato termasuk kedalam
gunung api tipe B mengandung banyak lava dan disebut pula G. Rangkap Sibayak 2.094 dan
G. Pitno 2.212. Gunung ini termasuk salah satu gunungapi aktif tipe B, di Sumatera Utara,
karena gunungapi tidak memperlihatkan kegiatan magmatiknya sejak tahun 1600 sampai
sekarang . Sibayak termasuk dalam wilayah Kab. Karo dan Kaban Jahe, Prop. Sumatera Utara
dengan Koordinat/ Geografi : 97°30'BT dan 4°15'LS. Untuk mencapai puncak Gunung
Sibayak dapat dilakukan dari Kota Berastagi menuju kampung Doulu lk 6 km, kemudian
dilanjutkan menuju desa semangat Gunung dengan jarak sekitar 1000 m yang dapat ditempuh
dalam waktu sekitar 15 menit. Kondisi Demografinya berada di Kabupaten Tanah Karo
dipimpin oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Ibukota Kabupaten, yaitu Kaban Jahe
dengan Jarak sekitar 78 km dari kota Medan, termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.
Beberapa kelompok etnis tinggal di propinsi ini, mulai dari suku Melayu yang tinggal di
sepanjang pantai timur dan suku Batak yang dapat dibagi menjadi 5 kelompok sub. Etnis yaitu
: Karo, Simalungun, Angkola Mandailing, Pakpak Dairi dan Toba. Yang terakhir adalah yang
terbesar, dan suku bangsa yang lain adalah orang – orang Nias di Pulau Nias.Populasi yang
beraneka ragam suku dan agama merupakan propinsi yang paling padat diluar Jawa, dengan
penduduk lebih dari 11 juta orang. Pekerjaan masyarakat Kabupaten Tanah Karo umumnya
sebagai petani, karena daerah ini dikenal sebagi pusat buah – buahan segar, sehingga mendapat
julukan sebagai kota Markisa untuk Brastagi.

Inventarisasi Sumber daya Gunungapi

Brastagi terletak di dataran tinggi Tanah Karo, berjarak sekitar 7 km di selatan Gunung
Sibayak. Brastagi adalah kota yang paling dekat dengan gunungapi tersebut. Daerah ini
memiliki hawa yang sejuk dan dikelilingi oleh barisan gunungapi dan hamparan perladangan
dan pertanian yang indah dan hijau. Kota ini merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki
fasilitas lengkap di Tanah Karo, seperti hotel berbintang, restoran, sarana olah raga seperti
lapangan Golf dan lainnya. Brastagi dikenal juga dengan julukan kota Markisa.

Kawasan G. Sibayak terdapat beberapa potensi wisata yang cukup menarik, seperti
wisata alam dan budaya. Wisata alam hasil aktifitas G. Sibayak di masa lampau menjadikan
kawasan ini mempunyai panorama yang indah, terdapat juga mata air panas, fumarola dan
solfatara. Dibagian tenggara G. Sibayak lk. 5 km ke arah Medan, terdapat Taman nasional
Tongkoh yang diberi nama Tahura Bukit Barisan.Wisata budaya dapat dinikmati berupa tarian
tradisional Batak Karo dan rumah tradisional Batak Karo, diperkirakan berumur 250 tahun,
terdapat di kampung Lingga. Disamping itu dapat dikunjung Museum Karo Lingga, koleksi
yang dipamerkan khusus benda budaya yang berasal dari leluhur etnis Batak karo.

Potensi sumber air dingin didaerah gunungapi selain untuk kebutuhan air untuk
penduduk daerah setempat, diharapkan bisa menunjang adanya sumber panas di kedalaman
sebuah gunungapi dan dapat mengetahui latar belakang unsur-unsur yang terdapat dalam air
panas itu sendiri. Hasil analisa dari beberapa conto air sungai dan danau yang terdapat di sekitar
G.Sibayak menunjukkan keasaman (PH) yang normal yaitu sekitar 6 - 7, sedangkan untuk air
panas keasamannya mencapai 5 - 7. Debit untuk air sungai berkisar antara 55 – 700 lt/dtk dan
debit air panasnya berkisar antara 1.2 - 1.4 lt/dt.Kandungan kadar chlorida untuk air dingin
berkisar 1.99 – 13.99. Kadar clorida yang mengandung diatas 10 ppm, merupakan nilai anomali
kandungan clorida didalam air sungai. Sumber air dingin di sekitar G.Sibayak yang mempunyai
clorida diatas 10 ppm, terdapat pada lokasi 3 dan 5 (peta lokasi air G.Sibayak). Kadar clorida
yang berkisar antara 4 - 6 ppm dengan ketinggian tempat yang lebih tinggi dari 500 m diatas
permukaan laut menandakan tidak terjadi kebocoran atau rembesan larutan clorida yang berasal
dari bawah tanah. Temperatur air panas di daerah G.Sibayak termasuk dalam katagori rendah,
yaitu berkisar antara 35 – 64 oC, kemungkinan sudah terkena pengaruh pendinginan air sungai
disekitarnya.
Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan paper mengenai data dasar
Gunung Api Sibayak yang terdapat di Sumetra Utara dengan menggunakan study
literatur.Dimana prosesnya adalah pengumpulan data dari beberapa data sekunder baik
berbentuk jurnal maupun literatur yang banyak terdapat diinternet sehingga kevalidan data
masih perlu mengalami uji pembuktian pada kondisi lapangan langsung.

Geologi

Bentuk morfologi G.Sibayak (+ 2.094m), merupakan gunungapi kembar dengan


G.Pintau (+ 2212 m) berbentuk kerucut dengan lebar kawah 900 m, terdiri dari lava padat
(Newman van Padang, 1951. Menurut Santoso membagi morfologi daerah ini menjadi
beberapa bagian yaitu puncak-puncak tertinggi G.Pintau, G.Sibayak dan G.Pertetekan,
sedangkan yang membentuk tapal kuda ( caldera ring) adalah G.Sempulenangin (+ 1437 m),
bukit (+ 1490 m), G.Singkut (+ 1680 m), G.Uncim (+ 1840 m) dan Bukit Pintau (+ 1882).

Gunung Sibayak yang tampak sekarang terletak dalam kaldera tua dan merupakan Sibayak
Muda. Gunung Sibayak Muda mempunyai beberapa kawah yang terdiri dari lapangan solfatara
dan fumarola. Pada bagian tengah kaldera tua terdapat gunung Pertetekan. Luas kaldera
diperkirakan 900 meter persegi dengan dinding utara ditutupi oleh piroklastik produk gunung
Pinto (2.212 m dpl), dinding bagian barat terdiri dari aliran lava yang cukup tebal. Satuan
morfologi komplek G.Sibayak terdiri dari beberapa kerucut vulkanik, masing-masing menjadi
pusat erupsi. Kerucut vulkanik ini disusun oleh aliran lava dan Kubah lava. Kerucut G.Pintau
dan dua buah kubah lava di sebelah selatan dihasilkan oleh aktivitas terakhir. Hasil erupsinya
banyak mengeluarkan batu apung (pumice). Analisa petrografi lava Sibayak yang pernah
dilakukan adalah batuan Andesit Horblende mengandung biotit.Van Bemmelen (1949),
menyebutkan produk gunungapi sibayak terbentuk antara endapan pre Toba dan Post Toba
(Peta Geologi daerah Danau Toba).

Stratigrafi

Stratigrafi daerah Sibayak merupakan komposisi dari pembentukan formasi vulkanik


Kuarter di bagian atas dan pembentukan formasi sedimen zaman pra-Tersier sampai Tersier di
bagian bawah. Pembentukan lapisan tanah sedimen untuk wilayah barat dan timur daerah ini
ditemukan di pada lubang yang dalam,sebagian besar menunjukkan sandstone yang berasal
dari shale dan limestone(bt.gamping). Data pengeboran menunjukkan bahwa pembentukan
sedimen yang umum ditemukan di bawah permukaan pada kedalaman 1150 m. Daerah
permeable ditemukan dari lubang pada kedalaman yang berhubungan dengan litologi
sandstone dan limestone. Satuan batuan sedimen untuk reservoir geothermal terbatas dalam
area pengeboran (Daud, 2000).

Stratigrafinya dihubungkan dengan pembentukan Danau Toba yang menerangkan telah


terjadi letusan (fissure eruption) tuff Toba yang diduga membentuk gunung Singkut.Setelah itu
terjadi fissure eruption yang terdiri dari batuan rhyolit, dimana endapannya menutupi satuan
Singkut dan diikuti pembentukan Colapse Danau Toba. Periode selanjutnya terjadi
pengangkatan yang diikuti oleh erupsi kedua yang membentuk gunungapi Sibayak – gunung
Pintau, Gunungapi Sinabung dan Pusuk Bukit yang menyebabkan miringnya pulau Samosir ke
daerah barat daya.

Struktur Geologi

Struktur geologi di daerah Sibayak sebagian besar dikontrol dari proses vulkanik dan
tektonik. Sesudah erupsi vulkanik Gunung Singkut (0.1 Ma) maka terjadi perpanjangan
struktur kaldera untuk arah NW-SE (barat laut-tenggara).Beberapa struktur patahan dengan
mengorientasikan kaldera untuk arah NW-SE sejajar dengan Great Sumatera Fault Zone
(GSFZ), dan meluas ke pusat Gunung Sibayak dan Gunung Pintau, dimana gunung tersebut
memotong arah NE-SW struktur patahan (F5). Struktur patahan dengan arah NW-SE juga
memotong garis arah NE-SW (F6) yang merupakan pertemuan antara Gunung Sibayak dan
Gunung Praktektekan. Kontrol permeable rekahan yang kuat berasal dari kedalaman dangkal
sirkulasi yang hilang selama pengeboran. Sirkulasi yang hilang beberapa lama selama
pengeboran juga ditemukan dalam sumur Sby-1,Sby-6, and Sby-7 sampai bertemu antara
formasi vulkanik dan sedimen. 6-10 sumur pengeboran di lapangan geothermal Sibayak
merupakan sumur produktif (Daud, 2000).

Manifestasi Termal

Manifestasi termal pada daerah ini terdiri dari solfatara dan fumarole yang berada di sekeliling
elevasi tinggi di sekitar puncak Gunung Sibayak, dan chloride springs dengan silica sinter juga
ditemukan pada elevasi rendah di selatan dan timur laut garis kaldera. Sejarah vulkanik
komplek di dalam daerah tersebut berhubungan dengan pusat erupsi yang lebih berkembang
dengan waktu yang lebih dari Kuarter. Manifestasi panas permukaan pada lapangan geothermal
daerah ini terbagi dalam tiga kelompok yang tersebar sepanjang 7-14 km.Kelompok pertama
tersebar disekeliling elevasi yang tinggi pada daerah penelitian terdiri atas solfatara, fumarole
dan mata air panas dengan komposisi sulfate-bicarbonate water dan air sulfate.Chloride springs
dengan silica sinter juga ditemukan pada elevasi rendah di selatan dan timur laut batas kaldera.
Dua kelompok dapat ditemukan di selatan Gunung Sinabung dengan mata air panas tipe
bicarbonate-sulfate. Tiga kelompok yang tersebar untuk sekeliling utara-timur laut Gunung
Barus (Negeri Suoh) ditemukannya mata air panas dengan komposisi bicarbonate-sulfate yang
diperkaya dengan bicarbonat. Peta geologi lapangan daerah Sibayak dapat dilihat pada Gambar
1.1(Daud, 2000).
Peta Geologi Lapangan Geothermal Daerah Sibayak (Daud, 2000)

GEOKIMIA

Hasil analisa mayor elemen batuan G.Sibayak yang pernah dilakukan mepunyai
kandungan Silika sekitar 56.4 wt % dan kandungan K2O 2.10 wt%. Dari variasi diagram
persentase Silika dengan K2O menunjukkan batuan G.Sibayak dapat diklasifikasikan kedalam
batuan Andesit yang mempunyai Potassium tinggi, dan terletak dalam medan kalc alkaline
(hig–K calk – alkaline). Pemeriksaan petrografi batuan G.Sibayak yang pernah dilakukan
umumnya berkomposisi andesit Horblende dan mengandung biotit. Kedalaman Jalur zona
beniof untuk gunungapi ini berkisar sekitar 170 km.

MITIGASI BENCANA GEOLOGI

Sistem Pemantauan

Sarana pemantauan G.Sibayak seperti pos Pengamatan Gunungapi berikut Seismograf belum
tersedia, mengingat G.Sibayak termasuk dalam klassifikasi B, sebab itulah pos Pengamatan
Gunugapi tidak dibangun.

Peta Daerah Bahaya

Peta daerah bahaya G.Sibayak dibagi dalam 2 bagian yaitu daerah bahaya dan daerah waspada.
Daerah bahaya didalam peta ditandai dengan warna merah yang dibatasi lebih dekat pada lokasi
pusat erupsi (kawah) di puncak, sedangkan Daerah Waspada ditandai dengan warna kuning
dan ditempatkan pada daerah luar warna merah, yang tampak sering berlanjut ke arah lembah
bervariasi memanjang pada setiap aliran sungai terutama sungai-sungai yang berhulu di sekitar
puncak.
Daerah Bahaya

Daerah bahaya G.Sibayak menyebar pada daerah dalam dengan radius lebih kurang 2 km dari
titik pusat kawah dengan penambahan luas ke daerah lembah sesuai variasi terkena bahaya
lansung letusan seperti awan panas, lemparan bom vulkanik, lapilli dan lain-lain. Bila letusan
besar terjadi pada kawah yang mengandung air cukup banyak, kemungkinan dapat terjadi
lemparan lumpur dan lahar letusan (lahar Panas) seperti yang pernah terjadi di G.kelut. Jarak
paling panjang Daerah Bahaya ini digambarkan sejauh lebih kurang 5 km ke arah utara- timur
laut. Luas daerah ini lebih kurang 19.22 km2.

Daerah Waspada

Daerah waspada gunung Sibayak merupakan perluasan bagian luar dari daerah bahaya dengan
ukuran lebih kurang 3 km radiusnya dari pusat kawah dengan tambahan panjang bervariasi
sesuai dengan morfologi terutama lembah dan alur sungai. Daerah ini terutama termasuk dalam
bahaya berupa ancaman secara tidak lansung dari letusan, seperti timbulnya aliran lahar akibat
turun hujan yang cukup lebat, yang dapat mengangkut rempah lepas piroklastik jenis batu
Gunungapi, lapili, bom gunungapi yang terendap di sekitar puncak.
Pustaka

http://www.mediacenter.or.id/reports/view/812#.Wwj1B0iFPIU

http://volcano.si.edu/

http://www.esacademic.com/dic.nsf/eswiki/1383440

Situmorang, T., 1989, Geologi Foto Daerah G.Sibayak, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera
Utara.

Sinuraya, R, 1983, Laporan Monitoring G.Sibayak, Kab. Karo, Kantor Wilayah


Pertambangan dan Energi, Prop. Sumatera Utara

Situmorang, T., 1989, Geologi Foto Daerah G.Sibayak, Berastagi, Kab. Karo, Sumatera
Utara

You might also like