Professional Documents
Culture Documents
Desa Terasa
Sinjai
Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada
Madu Asal Desa Terasa Sinjai
ABSTRACT
Honey usually contains a variety of mineral subtances. This research investigated the
essential minerals concentration (V, Co and Ni) also the quality of honey produced in Terasa
Village, Sinjai. Five samples were collected from two different location, there are Ere Mantang
(EM 1, EM 2, EM 3) and Camming Dola (CM 1 and CM 2). Honey samples were analyzed for
essential micro minerals vanadium, cobalt and nickel used ICP-OES instrument also for
common bio-physicochemical parameters like moisture contents, acidity, ash, pH,
conductivity, protein, fat, carbohydrate and calorie. Vanadium contents gave an average
concentration of 0,0118 mg/L, while cobalt and nickel had an average concentration of 0,0348
mg/L and 0,0106 mg/L. Moisture and ash contents of the samples ranged between 21,01 to
28,34% and 0,47 to 0,99% respectively. The protein contents ranged between 0,41 to 0,67%
while fat content lied between 0,01 to 0,05%. Highest total carbohydrate contents showed
values of 78,05% respectively. Minimum pH of 4,72 was observed from honey collected from
EM 1, while the highest pH value of 5,23 was from honey collected from CM 2. Total acidity
value obtained ranged from 13,59 to 38,57 meq/kg sample and the electrical conductivity
contents ranged between 0,49 to 0,63 mS/cm. The result of this study showed that cobalt has
the highest concentration in all honey samples and also indicate that EM 1, EM 2, EM 3 and
CM 2 samples fulfill the national and international standar of honey.
1
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
masing-masing untuk madu unifloral dan Kobalt juga merupakan kofaktor enzim
multifloral. Natrium adalah mineral yang yang terlibat dalam biosintesis DNA dan
paling banyak kedua dalam sampel dengan metabolisme asam amino (Arinola et al.,
nilai rata-rata 32,16 dan 33,19 mg/g 2008). Sementara Nikel dalam tubuh
masing-masing untuk madu unifloral dan diketahui terkandung dalam asam nukleat,
multifloral. Beberapa mineral seperti Mg, khususnya RNA, dan diduga terlibat dalam
Ca, Fe, Mn, Zn dan Cu terdapat pada struktur protein. Mineral ini juga dapat
konsentrasi rendah-menengah. Selain itu mengaktifkan enzim tertentu yang terkait
juga ditemukan beberapa mineral lain dengan kerusakan atau pemanfaatan
dalam penelitian ini yaitu Be, Cd, Co, Cr, glukosa (Haas, 2015).
Ni, Se, Tl dan V, dengan konsentrasi rata- Data hasil penelitian kandungan
rata yang sangat rendah. mineral esensial masih sangat jarang
Perbedaan konsentrasi trace elements ditemukan di Indonesia dan diketahui
dan mineral dalam madu dipengaruhi oleh bahwa tidak semua jenis madu
faktor botani dan letak geografis asal madu mengandung V, Co, dan Ni. Sehubungan
tersebut (Bengsch, 1992). Mineral-mineral dengan hal tersebut maka dianggap perlu
seperti vanadium, kobalt dan nikel telah untuk melakukan penelitian tentang
teridentifikasi memiliki pengaruh terhadap analisis kandungan mineral esensial (V, Co,
kesehatan dan gizi pada manusia (Walker, dan Ni) dengan menggunakan instrument
1996). Vanadium diketahui memiliki ICP-OES serta uji kualitas madu
kegunaan untuk mengobati penyakit berdasarkan parameter bio-fisika kimia
jantung. Selain itu vanadium juga memiliki yang meliputi uji kadar air, abu, pH,
keterlibatan dalam produksi sel darah keasaman, konduktivitas, protein, lemak,
merah dan direkomendasikan untuk karbohidrat dan kalori pada sampel madu
pengobatan diabetes. Kobalt merupakan yang berasal dari Desa Terasa, Kabupaten
bagian tak terpisahkan dari vitamin B12 Sinjai.
yang diketahui mampu meningkatkan
produksi sel darah merah (Haas, 2015).
2
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
2 mL HNO3 0,1 M, diaduk diatas penangas Sebanyak ±10 gram sampel madu
sampai hampir habis. Kemudian dilarutkan dengan akuademineralisasi
ditambahkan lagi 10 mL HNO3 0,1 M dan dalam labu ukur 50 mL kemudian
diaduk. Setelah ditepatkan dalam labu ukur ditepatkan. Dipipet sebanyak 20 mL dan
100 mL sampai tanda batas dengan dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
akuabides, selanjutnya dianalisis dengan Kemudian sel elektroda dicelupkan ke
ICP-OES. dalam sampel uji dan diatur suhu hingga
Analisis Bio-Fisika Kimia Madu mencapai 20 ºC.
(Bogdanov, 2009) Kadar Protein (Metode Lowry)
Kadar Air Sebanyak ± 10 g sampel di himpitkan
Beberapa sampel madu diteteskan dalam labu ukur 50 mL. Kemudian dipipet
pada permukaan prisma sampel sebanyak 0,1 mL dan dihimpitkan dalam
refraktometer lalu ditutup. Suhu labu ukur 100 mL dengan akuades. Lalu
refraktometer diatur hingga mencapai 20 dibuat pula larutan BSA sebagai standar
o
C. Dicari zona bening dan gelap yang dengan konsentrasi 0,02; 0,04; 0,06; 0,08
jelas. Pengukuran indeks bias dicatat. 0,10 dan 0,12 mg/mL, serta akuades
Kandungan air dalam sampel madu sebagai larutan blanko. Masing-masing
ditetapkan dengan membandingkan nilai larutan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
indeks bias dan air pada tabel hubungan yang berbeda sebanyak 5 mL dan ditambah
indeks bias oleh International Honey dengan 6,87 mL reagen Lowry B,
Comission. kemudian dikocok dan didiamkan selama
Kadar Abu 15 menit. Lalu ditambah lagi dengan 0,63
Sampel ditimbang sebanyak ± 5 g dan mL larutan Lowry A, dikocok dan
diletakkan ke dalam cawan. Sampel didiamkan pada suhu kamar selama 30
tersebut dipijarkan di atas hot plate sampai menit. Diukur absorbansinya dengan
tidak berasap. Kemudian dimasukkan spektronik 20D+.
kedalam tanur listrik pada suhu 600 0C Kadar Lemak (Metode Batch Solvent
hingga diperoleh abu berwarna putih. Extraction)
Sampel didinginkan dalam desikator Sebanyak ± 1 g madu di ekstraksi
kemudian ditimbang. dengan kloroform sebanyak 10 mL. Setelah
pH dan Keasaman itu sampel dipipet sebanyak 5 mL dan
Sampel madu ditimbang ± 5 g, dan dimasukkan ke dalam cawan porselin lalu
pH diukur menggunakan pH-meter hingga dipanaskan dalam oven pada suhu 105 0C
pembacaan tetap selama 10 detik dan pH di selama 4 jam. Kemudian didinginkan
catat. Setelah itu, dilarutkan dengan 35 mL dalam desikator lalu dilakukan
akuabides bebas CO2 lalu dimasukkan penimbangan sampai diperoleh bobot tetap.
kedalam erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan Penentuan Kadar Karbohidrat.
4-5 tetes indikator PP. Dititar dengan Rumus yang digunakan untuk
larutan NaOH 0,1 N sampai titik akhir tetap menentukan kadar karbohidrat adalah:
yang ditandai dengan perubahan warna dan % Karbohidrat = [100 - kadar ( protein +
pH menunjukkan 8,3 selama 10 detik. lemak + abu + air )] %.
Volume NaOH 0,1 N yang digunakan Penentuan Nilai Kalori
untuk titrasi dicatat untuk menghitung Nilai kalori per 100 g contoh:
keasaman madu. Nilai Kalori (kal) = (9 x % lemak) + (4 x %
Konduktivitas Elektrik protein) + (4 x % karbohidrat ) kal.
Tabel 1. Hasil Analisis Kandungan Mineral (V, Co dan Ni) dalam Madu Asal Desa Terasa
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3); CM 1
(Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
4
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
karena diketahui di dalam tubuh manusia yang dikonsumsi. Kelima sampel madu
telah terdapat mineral-mineral mikro asal Desa Terasa yang telah dianalisis
esensial tersebut, yang artinya kita hanya menunjukkan jumlah mineral esensial yang
membutuhkan sedikit saja asupan mineral tergolong aman untuk dikonsumsi dan baik
tersebut dari makanan ataupun minuman untuk kesehatan tubuh.
Analisis Bio-Fisika Kimia
Analisis bio-fisika kimia meliputi Berdasarkan hasil analisis fisika
beberapa uji seperti uji fisika kimia (kadar kimia pada madu yang berasal dari 5 titik
air, abu, keasaman, daya hantar listrik) dan sampling yang berbeda di Desa Terasa
uji biokimia (kadar protein, karbohidrat, (Tabel 2), terdapat perbedaan yang cukup
lemak dan kalori), yang bertujuan untuk besar pada beberapa parameter yaitu kadar
mengetahui kualitas dan nilai gizi madu air, kadar abu dan keasaman madu.
yang dianalisis.
Standar
Parameter EM 1 EM 2 EM 3 CM 1 CM 2 IHC (2002)
Kadar Air 21,05 21,40 21,64 28,34 21,01 ≤ 25
(%)
Kadar Abu (%) 0,49 0,48 0,47 0,99 0,53 ≤1,2
Keasaman 38,57 35,46 31,87 20,64 13,59 ≤ 50
(meq/kg)
pH 4,72 4,76 4,78 4,79 5,23 ≤ 3,6-5,6
Konduktivitas 0,58 0,56 0,57 0,63 0,49 ≤ 0,8
(mS/cm)
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3); CM 1
(Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
Kadar air merupakan banyaknya air kadar air yang lebih rendah dibanding
yang terkandung dalam bahan yang sampel lainnya, yaitu 21,05% dan 21,01%.
dinyatakan dalam persen. Banyaknya air Kadar air dipengaruhi oleh beberapa faktor
dalam madu menentukan keawetan madu. seperti iklim, suhu dan lama penyimpanan.
Madu yang kadarnya airnya tinggi, Selain itu kadar air yang terkandung dalam
gampang berfermentasi. Menurut madu juga sangat berpengaruh terhadap
International Honey Comission, kadar air kualitas madu.
normal madu berkisar antara 14 - 25%, Hasil analisis kadar abu pada madu
sedangkan menurut Standar Nasional asal Desa Terasa berkisar antara 0,4 –
Indonesia kandungan air pada madu adalah 0,9%. Kadar abu tertinggi adalah 0,99%
maksimal 22%. Jika dibandingkan dari merupakan sampel madu yang berasal dari
kelima sampel madu yang berasal dari Desa CM 1 dan sangat signifikan perbedaannya
Terasa, diketahui bahwa Sampel CM 1 dengan sampel EM 3 yang memiliki kadar
memiliki kandungan air paling besar dan abu terendah yaitu 0,47%. Tetapi tidak ada
melewati standar yang ditetapkan oleh IHC perbedaan signifikan antara EM 3 dengan
dan SNI, yaitu 28,34%. Sedangkan kadar sampel lainnya (Tabel 2). Menurut SNI,
air pada sampel lainnya dapat kadar maksimal untuk abu madu adalah
dikategorikan normal menurut standar SNI 0,57% yang berarti bahwa sampel madu
dan IHC. Sampel EM 1 dan CM 2 memiliki CM 1 telah melampaui batas maksimal
5
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
SNI. Tetapi menurut IHC, kadar abu madu mS/cm. Nilai daya hantar listrik terendah
≤ 1,2 g/100g, yang artinya kelima sampel terdapat pada sampel Camming Dola 2,
madu asal Desa Terasa memiliki kadar abu sedangkan sampel madu yang memiliki
yang memenuhi standar internasional. daya hantar listrik paling tinggi dibanding
Kadar abu merepresentasikan total residu lainnya adalah sampel madu CM 1.
anorganik pada proses karbonisasi madu. Konduktivitas atau daya hantar listrik
Perbedaan kandungan abu dalam madu (DHL) adalah kemampuan suatu material
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dalam menghantarkan arus listrik. DHL
salah satunya adalah kondisi geografis dari terdapat pada seluruh makanan, tanah,
nektar madu. pupuk dan air. DHL bersumber dari
Hasil analisis keasaman pada madu komposisi mineral bebas atau ion-ion yang
asal Desa Terasa menunjukkan perbedaan terkandung di dalamnya. Konduktivitas
yang signifikan antara satu dan lainnya. dapat dijelaskan berdasarkan parameter
Sampel dengan keasaman paling tinggi kadar abu, semakin besar kandungan abu
adalah EM 1 yaitu 38,57 meq/kg dan dalam madu maka semakin tinggi nilai
terendah adalah CM 2 yaitu 13,59 meq/kg. konduktivitas yang dihasilkan (Naman et
Menurut SNI dan IHC, keasaman maksimal al., 2005).
madu adalah 50 meq/kg, artinya Menurut IHC kisaran normal
keseluruhan sampel masih memenuhi konduktivitas pada madu adalah antara 0,1
standar yang ditetapkan. Keasaman – 0,8 mS/cm yang berarti bahwa sampel
menunjukkan banyaknya asam bebas yang madu Terasa tidak melampaui batas
terdapat dalam larutan. Asam bebas dalam maksimal yang telah ditetapkan. Sementara
madu bersumber dari asam organik yang menurut Talpay (1985), madu hutan
banyak terkandung dalam madu seperti memiliki nilai konduktivitas yang sama
asam asetat dan asam oksalat dan sebagian atau lebih besar dari 0,8 mS/cm, sedangkan
kecil dari mineral-mineral seperti Ca, K, madu bunga memiliki nilai konduktivitas
Mg, dan Na (Sihombing, 1997). lebih rendah yaitu 0,5 mS/cm.
Konduktivitas atau daya hantar listrik
sampel madu berkisar antara 0,49 - 0,63
Bogdanov
Parameter EM 1 EM 2 EM 3 CM 1 CM 2 (2008)
Protein (%) 0,59 0,67 0,47 0,58 0,41 0,4-0,7
Lemak (%) 0,05 0,01 0,02 0,03 0,01 -
KH (%) 77,82 77,44 77,39 70,07 78,05 70-80,5
Kalori (kal.) 314,086 312,543 311,676 282,878 313,94 -
Energi (KJ) 1314,77 1308,31 1304,68 1184,13 1314,15 -
Keterangan: EM 1 (Ere Mantang 1); EM 2 (Ere Mantang 2); EM 3 (Ere Mantang 3); CM 1
(Camming Dola 1); CM 2 (Camming Dola 2)
6
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
biokimia (proksimat) pada madu asal Desa disakarida, oligosakarida dan polisakarida
Terasa. hanya sebagian kecil (Sihombing, 2005).
Hasil analisis kadar protein pada Fruktosa dan glukosa selama proses
sampel madu menunjukkan bahwa sampel pencernaan, dapat dengan cepat
EM 2 memiliki kadar protein yang paling ditransportasikan ke dalam darah sehingga
besar (0,67%) dibanding sampel lainnya. cepat pula dimanfaatkan tubuh sebagai
Jika dibandingkan dengan kisaran sumber energi (Bogdanov, 2011). Fungsi
kandungan protein dari beberapa madu utama karbohidrat adalah sebagai penghasil
mancanegara yang diteliti oleh Bogdanov energi dalam tubuh. Hal ini
(2008), dapat disimpulkan bahwa madu mengindikasikan madu dapat dijadikan
asal Desa Terasa memiliki kandungan sebagai makanan penyuplai energi karena
protein yang hampir sama dengan madu kandungan karbohidratnya yang cukup
asal mancanegara. Perbedaan kandungan besar.
protein dalam madu dapat disebabkan oleh Energi dalam bahan makanan berasal
perbedaan asal nektar yang dikonsumsi dari oksidasi karbohidrat, lemak dan
oleh lebah. protein, dan dinyatakan dengan suatu panas
Hasil analisis kadar lemak madu asal yang disebut kalori. Total energi dan kalori
Desa Terasa berkisar antara 0,01 – 0,05%. yang terkandung dalam madu masing-
Nilai ini lebih kecil apabila dibandingkan masing berkisar antara 289,8401 - 321,601
dengan hasil penelitian Astuti (2014) yang KJ dan 284,6469 - 314,1114 kal. Madu
menganalisis kadar lemak madu trigona memiliki kandungan energi yang tinggi dan
asal Sulawesi Selatan, dan mendapatkan gula dalam madu sangat mudah dicerna
kadar lemak sebesar 0,06%. Beberapa dalam tubuh seperti yang biasa ditemukan
bahan makanan di Indonesia dapat dalam buah-buahan. Alasan inilah yang
mengandung 10% atau lebih ekstrak eter menyebabkan madu sebagai makanan yang
(lemak), pengaruh penyimpanan akan disarankan untuk bayi dan remaja. Blasa
menyebabkan ketengikan dan dapat (2006) menyebutkan bahwa kandungan
mengurangi nilai dari bahan tersebut. Madu kalori dalam madu adalah sekitar
memiliki kandungan lemak yang rendah. 303kkal/100 g.
Oleh karena itu jarang ditemui sumber dan Beberapa analisis bio-fisika kimia
referensi yang menyatakan kisaran kadar yang dilakukan bertujuan untuk
lemak pada madu mengetahui kandungan zat gizi mayor
Kandungan karbohidrat madu asal dalam sampel madu asal Desa Terasa. Data
Desa Terasa memiliki kisaran yang sesuai kandungan karbohidrat, lipida, dan protein
dengan madu asal mancanegara yaitu secara bersama-sama dapat digunakan
antara 70 - 80%. Total karbohidrat paling untuk mengkalkulasi nilai kalori suatu
tinggi ditemukan pada sampel CM 2 bahan pangan. Selain itu juga bermanfaat
(78,05%) dan paling rendah CM 1 dalam membandingkan kualitas
(70,07%). Karbohidrat merupakan komoditas sejenis yang berpotensi
komposisi terbanyak dalam madu. digunakan sebagai bahan makanan
Monosakarida (fruktosa dan glukosa) sumber kalori, sumber protein, sumber
mencapai 85 - 90% dari karbohidrat yang mineral, dan sebagainya (Lestari et al.,
terdapat dalam madu, sedangkan 2013).
7
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
paling banyak dibanding sampel lainnya, Dola 2 (CM 2) memenuhi standar kualitas
dengan konsentrasi rata-rata 0,0266%. madu yang ditetapkan oleh SNI dan
Madu yang berasal dari Ere Mantang International Honey Comission.
(EM 1, EM 2 dan EM 3) dan Camming
REFERENSI
1. Adriani, R., 2011, Identifikasi dan 10. Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R.,
Karakterisasi Sifat Kimia dan Sifat and Gallmann, P., 2008, Honey for
Fisik dari Madu Asli dengan Madu Nutrition and Health: a review, J. Am.
yang Dijual di Pasaran Medan, Coll. Nutr., 27; 677-689.
Skripsi, Departemen Kimia, FMIPA 11. Conti, M.E., 2000, Lazio region
Universitas Sumatera Utara, Medan. (central Italy) honeys: A survey of
2. AOAC International, 1990, Official mineral content and typical quality
Methods of Analysis Volume 1, The parameters, J. Food Contr., 11; 459–
Executive Director Office of the 463.
Federal Register, Washington. 12. Conti, M.E., Finoia, M.G., Fontana, L.,
3. Arinola, O.G., 2008, Essential Trace Mele, G., Botre, F., and Iavicoli, I.,
Elements and Metal Binding Proteins 2014, Characterization of Argentine
in Nigerian Consumers of Alcohol Honeys on the Basis of Their Mineral
Beverages, Pakistan J. Nutr., 7 (6); Content and Some Typical Quality
763-765. Parameters, Chem.Central. J, 8 (44); 1-
4. Astuti, N., 2014, Kajian Senyawa 10.
Volatil Madu Trigona Sulawesi 13. Haas, E.M., 2015, Staying Healthy
Selatan sebagai Antimikroba, Skripsi, with Nutrition, (Online),
Program Pascasarjana Universitas (http://www.healthy.net/Health/Article
Hasanuddin, Makassar. /Vanadium/1812, diakses 17 Maret
5. Badan Standarisasi Nasional 2013).
Indonesia, 2013, SNI-3545-2013 : 14. Jusri, 2014, Karakteristik Batuan
Madu, Badan Standarisasi Nasional Gunungapi Daerah Manipi
Indonesia, Jakarta. Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten
6. Bengsch, E., 1992, Connaissance du Sinjai, Prosiding Seminar Nasional
miel Des oligo-éléments pour la santé, Geofisika, Universitas Hasanuddin,
Review of France Apiculture, 569; Makassar.
383–386. 15. Karaman, T., Buyukunal, S.K., Vurali,
7. Blasa, M., Candiracci, M., Accorsi, A., A., and Altunatmaz, S.S., 2010,
Piacentini, M., Albertini, M., and Piatti Physicochemical Properties in Honey
E., 2006, Millefiori honey is packed from Different Regions of Turkey,
full of antioxidants, Food Chem J., 97; Food Chem., 123; 41–44.
217-222, 16. Küçük, M., Kolayli, S., Karaoglu, Ş.,
8. Bogdanov, S., 2009, Harmonised Ulusoy, E., Baltacı, C., and Candan, F.,
Methods of the International Honey 2007, Biological Activities and
Comissions, World Network of Honey Chemical Composition of Three
Science, Switzerland. Honeys of Different Types from
9. Bogdanov, S., 2011, Functional and Anatolia, Food Chem., 100; 526–534.
Biological Properties of the Bee 17. Lestari, L.A., Nisa, F.Z., dan
Products: a Review, www.bee- Sudarmanto, S., 2013, Modul Tutorial
hexagon.net. Analisis Zat Gizi, Fakultas
8
Karim, Analisis Mineral Esensial (Vanadium, Kobalt dan Nikel) dan Uji Bio-Fisika Kimia Pada Madu Asal Desa Terasa
Sinjai
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, 22. Sihombing, L., 2005, “Food Security :
Yogyakarta. Analisis Ketersediaan dan Akses (Studi
18. Naman, M.F., and El-Adlouni, C., Kasus Propinsi Sumatera Utara),
2005, Microbiological and Physico- Prosiding Seminar Sehari Strategi
chemical Properties of Moroccan Penguatan Ketahanan Pangan”,
Honey, Int. J.of Agric and Bio, 5; 773- Medan.
776. 23. Sutripantri, S., Rasyid, H., Mellawati,
19. Qadar, S., 2015, Karakterisasi Madu J., Yumiarti, S., dan Suwirma, S.,
Mallawa Berdasarkan Parameter 1995, Studi Tentang Kandungan
Fisika-Kimia dan Kandungan Logam Berat di Tanah Sawah,
Mineralnya, Thesis, Jurusan Kimia Prosiding Pertemuan dan Presentasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Ilmiah, BATAN, Yogyakarta.
Pengetahuan Alam, Universitas 24. Talpay, B., 1985, Spezifikationen für
Hasanuddin, Makassar. Trachthonige. Deutsche Lebensmittel
20. Saputra, A.A., 2012, Pembuatan Madu Rundschau, 81 (5); 148–152.
Kering dari Kristal Madu dengan 25. United States Department of Health
Kasein Sebagai Bahan Anti Caking, and Human, 2005, Dietary Guidelines
Skripsi, Departemen Teknik Kimia for Americans, Government Printing
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Office, Washington DC.
Depok. 26. Walker, M.J., 1996, What Doctors
21. Sihombing, D., 1997, Ilmu Ternak Don’t Tell You, The Wallace Press,
Lebah Madu, Gadjah Mada Press, London.
Yogyakarta