You are on page 1of 62

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

Oleh :

Faridatul Isniyah (162310101298)

KEMENTRIAN TEKNOLOGI, RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2017
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

Untuk memenuhi salah satu persyaratan

Menyelesaikan tugas Keperawatan Maternitas

Oleh :

Faridatul Isniyah (162310101298)

KEMENTRIAN TEKNOLOGI, RISET DAN PENDIDIKAN TINGGI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena dengan

Rahmat, Taufik dan Hidayah-nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan

judul “Laporan Pendahuluan Konsep Asuhan Keperawatan Kehamilan Mola

Hidatidosa”

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak baik materi, moral maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis

senantiasa selalu dalam keadaan sehat


2. Ns. Dini Kurniawati., M.Psi., M.Kep.,Sp.Mat selaku PJMK Keperawatan Maternitas

yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini;
3. Teman-teman Alih Jenjang tahun 2016 yang senantiasa memberikan semangat juang

dalam penyusunan makalah ini

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu saran dan kritik demi perbaikan sangat penulis harapkan. Dan semoga

makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca serta perkembangan ilmu

keperawatan maternitas pada umumnya.

Jember, 21 Pebruari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3 Tujuan....................................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................................
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................
1.4 Manfaat.........................................................................................................
1.4.1 Bagi Mahasiswa
1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
1.4.3 Bagi Masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding
2.6 Prognosis
2.7 WOC
2.8 Pemeriksaan Penunjang
2.9 Penatalaksanaan
2.10 Komplikasi
2.11 Discharge Planning
2.12 Konsep Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya kehamilan normal berakhir dengan lahirnya bayi yang

cukup bulan dan sempurna secara fisik. Tetapi kenyataanya tidak selalu demikian,

sebagian kehamilan mengalami kegagalan, tergantung pada tahap dan jenis

gangguan yang terjadi. Kehamilan tersebut dapat berakhir dengan abortus,

kehamilan ektopik, prematuritas, kematian janin dalam rahim atau bayi lahir tidak

normal yaitu mola hidatidosa, kehamilan ini tidak disertai janin namun hanya

berupa gelembung-gelembung seperti buah anggur berasal dari vili korialis

dengan sel-sel trofoblasnya.

Mola hidatidosa adalah penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang

meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa

parsial dan komplet, kariokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic

tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi berpendapat bahwa untuk

mempertimbangkan kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan,

sedangkan mola hidatidosa invasif sebagai borderline keganasan. Secara

histologis terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan

displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit

pembuluh darah (dr. Safriani Yovita).

Lima belas sampai dua puluh persen penderita mola hidatidosa dapat

berubah menjadi ganas dan dikenal dengan tumor trofoblas gestasional, dimana

ini masih merupakan masalah obstetri yang cukup serius, karena menyebabkan
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Morbiditas yang dapat timbul dari

penyakit ini umumnya karena penyulit yang menyertainya, seperti perdarahan,

preeklamsi berat dan tiroktosikosis dan bila terlambat ditangani dapat

menyebabkan kematian. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada golongan sosio

ekonomi rendah.

Di Indonesia angka kejadian Mola Hidatidosa berkisar antara 1:51 sampai

1:141 kehamilan. Sedangkan di negara barat angka kejadian ini lebih rendah dari

pada negara-negara Asia dan Amerika Latin, misalnya Amerika Serikat 1:1450

kehamilan (Hertig&Sheldon, 1978) dan di Inggris 1:1500 (Womack&Elston,

1985) (Admedika, Artikel Tahun 2014). Insidensi kehamilan mola berkisar anatara

0,5-2,5 dari 1000 wanita hamil. Pada akhir usia produktif lebih tinggi

kemungkinan akan terjadinya kehamilan mola, terlebih jika berusia tua, risiko

untuk mengalami kehamilan mola antara 300-400 kali lipat bila dibandingkan

dengan wanita usia 20-29. Sekitar 15-28 kasus mola hidatidosa dapat menjadi

keganasan setelah dilakukan evaluasi (Yudianto Budi Saroyo& Denny Khusen,

Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia/Rumah Sakit Umum Dr. Cipto Mangunkusumo, 2016).

Mola hidatidosa mempunyai faktor resiko seperti usia, riwayat mola,

faktor reproduktif, kontrasepsi dan faktor nutrisi. Beberapa teori menerangkan

patogenesis penyakit ini adalah teori missed abortion dan teori neoplasma dari

Park. Patogenesis molekuler penyakit ini secara pasti belum diketahui. Penyakit

trofoblas gestasional adalah mola hidatidosa yang jinak dan tumor trofoblas

gestasional yang ganas. Penyakit trofoblas adalah suatu istilah umum yang
digunakan bagi sekumpulan penyakit yang ditandai dengan adanya proliferasi

berlebihan dari sel-sel trofoblas.

Penyakit ini masih kurang disadari dan dimengerti oleh banyak orang. Hal

ini ditandai dengan kebiasaan penderita yang datang ke rumah sakit saat ia telah

menderita perdarahan, anemia berat bahkan syok sampai perkembangan menjadi

degenerasi malignan. Angka kejadian degenerasi malignan sebesar 9-20% pada

mola komplit dan 1% pada mola parsial. Oleh karena itu dibutuhkan deteksi dini

yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan pelayanan primer melalui anamnesis,

pemeriksaan fisik dan penunjang, serta pemahaman patofisiologi, dan manajemen

yang baik agar didapatkan hasil yang efektif dan efisien (Farahdiba Cutra Olivia,

2016).

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan kehamilan mola hidatidosa dan bagaimana konsep

asuhan keperawatan pada kehamilan mola hidatidosa?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui konsep kehamilan mola hidatidosa
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan mola hidatidosa
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kehamilan mola hidatidosa
2. Mengetahui klasifikasi kehamilan mola hidatidosa
3. Mengetahui etiologi kehamilan mola hidatidosa
4. Mengetahui manifestasi klinis kehamilan mola hidatidosa
5. Mengetahui diagnosis dan diagnosis banding kehamilan mola

hidatidosa
6. Mengetahui prognosis kehamilan mola hidatidosa
7. Mengetahui web of caution kehamilan mola hidatidosa
8. Mengetahui pemeriksaan penunjang kehamilan mola hidatidosa
9. Mengetahui penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa
10. Mengetahui komplikasi kehamilan mola hidatidosa
11. Mengetahui discharge planning kehamilan mola hidatidosa
12. Mengetahui konsep asuhan keperawatan kehamilan mola

hidatidosa meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa

keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi asuhan

keperawatan, dan evaluasi asuhan keperawatan.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu pengetahuan yang nantinya dijadikan acuan

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien


1.4.2 Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai standar pelayanan kesehatan yang diterapkan pada klien dan

keluarga klien
1.4.3 Bagi Masyarakat
Sebagai ilmu pengetahuan dan peringatan untuk selalu menjaga

kesehatan sejak dini.

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Berikut beberapa pengertian dari kehamilan mola hidatidosa:
a. Mola hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola

didatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah

pada seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi,

tidak terdapat fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola

hidatidosa parsial hanya sebagian korion bertransformasi menjaadi

vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat fetus (Wan desen, 2011 dalam

Amin Huda Nurafif dan Hardhi Kusuma, 2015).


b. Mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG),

yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola

hidatidosa parsial dan komplet, kariokarsinoma, mola invasif dan

placental site trophoblastic tumors (dr. Safriani Yofita)


c. Kehamilan mola adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan hasil

konsepsi yang tidak berkembang menjadi embrio setelah fertilisasi,

namun terjadi proliferasi dari vili koralis disertai dengan degenerasi

hidropik (Lily Yulaikhah, S.Si.T).


d. Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan

perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh villi

mengalami perubahan histologik (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba,

DSOG)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehamilan mola hidatidosa adalah kehamilan

abnormal ditandai dengan kegagalan perkembangan hasil konsepsi menjadi

embrio setelah fertilisasi terjadi. Disebut juga hamil anggur karena terjadi

proliferasi villi koralis disertai degenerasi hidropik.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi mola hidatidosa menurut Federation International of Gynecology

and Obstetric (FIGO) terbagi menjadi mola hidatidosa komplit dan parsial

(PTG benigna) dan mola invasif (PTG Maligna)


2.2.1 Mola Hidatidosa Komplit

Merupakan hasil kehamilan tidak normal tanpa adanya embrio-janin,

dengan pembengkakan hidrofik vili plasenta dan seringkali memiliki

hiperplasia trofoblastik pda kedua lapisan. Pembengkakan vili

menyebabkan pembentukan sisterna sentral disertai penekanan jaringan


penghubung matur yang mengalami kerusakan pembuluh darah. Mola

hidatidosa komplit hanya mengandung DNA paternal sehingga bersifat

androgenetik tanpa adanya jaringan janin. Hal ini terjadi karena satu sel

sperma membawa kromosom 23X melakukan fertilisasi terhadap sel

telur yang tidak membawa gen maternal (tidak aktif), kemudian

mengalami duplikasi membentuk 46XY dan 46XX heterozigot. Secara

mikroskopik pada kehamilan trimester dua berbentuk seperti anggur

karena vili korialis mengalami pembengkakan secara menyeluruh. Pada

kehamilan trimester pertama, vili korialis mengandung cairan dalam

jumlah lebih sedikit, bercabang, dan mengandung sinsitiotrofoblas dan

sitotrofoblas hiperplastik dengan banyak pembuluh darah.


2.2.2 Mola Hidatidosa Parsial

Merupakan triploid yang mengandung dua set kromosom paternal dan

satu set kromosom maternal, tetapi pada triploid akibat dua set

kromosom maternal tidak menjadi mola hidatidosa parsial. Seringkali

terdapat mudigah atau jika ditemukan sel darah merah berinti pada

pembuluh darah vili.


2.2.3 Mola Invasif

Neoplasia trofoblas gestasional dengan gejala adanya vili korialis diserti

pertumbuhan berlebihan dan invasi sel-sel trofoblas. Jaringan mola

invasif melakukan penetrasi jauh ke miometrium, kadang-kadang

melibatkan peritoneum, parametrium di sekitarnya atau dinding vagina.


Mola invasif terjadi pada sekitar 15% pasien pascaevakuasi mola

hidatidosa komplit (Tiara V. Paputungan dkk, 2016).

2.3 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor

penyebabnya adalah:
1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi

terlambat dikeluarkan. Spermatozoa memasuki ovum tersebut sehingga

akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.


2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh

darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab

dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.


3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, dalam masa kehamilan keperluan

zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi

yang rendah maka untuk memenuhi gizi yang diperlukan tubuh kurang

sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan janinnya.
4. Paritas tinggi, Ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola

hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara

genetic yang dapat di identifikasikan dan penggunaan stimulun drulasi

seperti klomifen atau menotropiris (pergonal).


5. Kekurangan protein. Protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian

tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu,

keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila

kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir kecil dari

normal.
e. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba

dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit.

Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba yang masuk virulensinya

serta daya tahan tubuh (Mochtar, Rustam, 1998:238 dalam Amin Huda

Nurafif dan Hardhi Kusuma, 2015).


Faktor resiko lainnya yang mempengaruhi wanita untuk kehamilan mola

yaitu berkaitan dengan genetika dan riwayat reproduksi. Berikut faktor resiko

untuk kehamilan mola hidatidosa menurut Fauziyah, 2012:


a. Etnis Asia
Ada insiden yang lebih tinggi untuk angka kejadian kehamilan mola

hidatidosa di kawasan Asia. Perempuan dari etnis Asia beresiko dua kali

lipat lebih tinggi dari pada wanita non-etnis Asia.


b. Riwayat kehamilan mola hidatidosa sebelumnya
Wanita yang pernah mengalami kehamilan mola hidatidosa memiliki

resiko 2 kali lipat dibandingkan dengan yang belum pernah mengalami

kehamilan mola hidatidosa.


c. Riwayat genetik
Terdapat penelitian yang membuktikan bahwa kehamilan mola hidatidosa

memiliki penyebab genetik terkait dengan mutasi gen pada kromosom 19.

d. Faktor makanan
Asupan rendah karotene dan rendah lemak hewani dikaitkan

dengan peningkatan resiko kehamilan mola hidatidosa sempurna,

termasuk juga kekurangan vitamin A.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andrijono pemberian

vitamin A pada biakan sel-sel hamil anggur terbukti dapat meningkatkan

kematian sel hamil anggur secara fisiologis dan merangsang pemulihan

pada penderita hamil anggur juga dapat meningkatkan proses kesembuhan

dan mencegah terjadinya kanker yang disebabkan sel hamil anggur yang

tumbuh berlebihan (desy Susilawati, Cristina Purwatiningsih, 2010).

2.4 Manifestasi Klinis


Berikut adalah manifestasi klinis dari kemailan Mola Hidatidosa menururt

Amin Huda Nurafif, 2015:


a. Perdarahan pervaginam/gelembung mola
b. Gejala toksemia pada trimester I-II
c. Hiperemesis gravidarum
d. Tirotoksitosis
e. Emboli paru
f. Pemeriksaan fisik
- Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
- Kista lutein
- Balotemen negative
- Deyut jantung janin negative
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan:
a. Umumnya ukuran uterus pada mola hidatidosa bervariasi, yaitu:
- Lebih besar dari usia kehamilan (50-60%)
- Besarnya sama dengan usia kehamilan (20-25%)
- Lebih kecil daripada usia kehamilan (5-10%)
b. Dijumpai kista lutein yang biasanya lebih besar dari kista lutein biasa
c. Tidak teraba bagian janin
d. Terdapat bentuk asimetris, bagian menonjol yang sedikit padat, biasanya

disebut dengan mola destruen


e. Tak ada ballotement
f. Tidak dijumpai adanya denyut jantung janin, walaupun ukuran kehamilan

besar (dr. Safriani Yofita)


Selain tanda gejala diatas menurut Morgan (2009), Yulianti (2005) dan

Murkoff (2005) tanda gejala kehamilan mola hidatidosa lainnya adalah:


a. Amenore dan tanda kehamilan
b. Peningkatan tajam kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) karena

proliferasi cepat sel placenta, yang mengekskesikan HCG


c. Sesak nafas
d. Ovarium biasanya nyeri tekan dan membesar (techa lutein cysts)
e. Tida ada denyut jantung janin
f. Tidak ada aktivitas janin
g. Hipertensi akibat kehamilan, pre-eklamsi atau eklamsi sebelum usia

kehamilan 24 minggu.
h. Mungkin anemik sekunder akibat kehilangan darah dan/atau nutrisi yang

buruk karena hiperemesis.

2.5 Diagnosis dan Diagnosis Banding


Berdasarkan pemeriksaan klinis, penyakit trofoblas gestasional dapat dikenali

sebagai berikut:
1. Human Chrorionic Gonadotropin (HCG) diproduksi oleh proliferasi

trofoblas dan konsentrasi HCG merupakan penanda unik untuk

managemen pasien dengan penyakit trofoblas yang hidup sehingga HCG

merupakan penanda unik untuk managemen pasien dengan penyakit

trofoblas gestasional. HCG dapat mendukung kehamilan dengan

menyediakan progesteron yang digunakan dalam mempersiapkan uterus

untuk implantasi janin. HCG terdiri dari 145 asam amino subunit beta dan

92 asam amino subunit alpha.


2. Proliferasi trofoblas sangat sensitif terhadap agen kemoterapi seperti

metotreksat dan actinomycin.


Diagnosis Banding
Diagnosis banding suatu mola hidatidosa ialah: kehamilan ganda,

hidramnion, dan abortus (Tiara V. Paputungan, Freddy W. Wagey, Rudy A.

Lengkong, 2016).

2.6 Prognosis
Risiko kematian/kesakitan pada penderita mola hidatidosa meningkat

karena perdarahan, perforasi uterus, pre-eklamsi berat, atau infeksi. Akan

tetapi, sekarang kematian karena mola hidatidosa sudah jarang sekali

(Sastrawinata, 2004).
Sebagian besar penderita mola hidatidosa akan baik kembali setelah

kuretase. Bila hamil lagi, umumnya berjalan normal. Mola hidatidosa

berulang dapat terjadi, tetapi jarang. Walaupun demikian 15-20% dari

penderita pasca mola hidatidosa dapat mengalami degenerasi menjadi tumor

trofoblas gestasional, baik berupa mola invasif, kariokarsinoma, maupun

placental site trophoblastic tumors (Duff, 2004).


Keganasan ini biasanya terjadi pada satu tahun pertama setelah terjadinya

mola yang terbanyak dalam enam bulan pertama. Mola hidatidosa parsial

lebih jarang menjadi ganas (Sastrawinata, 2004).


2.7 Web Of Caution (WOC)
Faktor ovum Infeksi virus
Imunoselektif Keadaan sosio Paritas tinggi Kekurangan
dan faktor
dari tropoblast ekonomi protein
kromosom
rendah yang belum
Ovum dalam jelas
Trauma
keadaan Kematian Pembangunan
kelahiran/peny Mikroba
patologik fetus Ketidakmamp jaringan tubuh
impangan menginfeksi
Spermatozoa masuk uan memenuhi tetrhambat
tranmisi Tidak optimal bumil
ovum yang telah Pembuluh gizi kehamilan secara genetic pertumbuhan Daya tahan
kehilangan darah pada Gangguan janin, rahim tubuh tidak
nukleusnya
s Terjadi atau dua stroma villi pertumbuhan
Stroma villi dan buah dada optimal
serum memasuki
kelainan/gang menjadi jarang dan
menjadi ibu
ovum guan dalam perkembangan
sembab
pembuahan
Mati janin
Hyperplasia
Terlambat sel-sel
dikeluarkan trofoblast

Keterlambatan
dalam
pengeluaran
Kematian ovum di dalam
tubuh
Mengalami
degenerasi
Janggot-janggot korion yang tumbuh berganda dan
mengandung cairan
Membentuk kista-kista kecil
seperti anggur

Mola Hidatidosa
Tindakan invasif
Tindakan pembedahan
histerektomi MK: NUTRISI KURANG DARI
Curetage KEB TUBUH
Pengaruh anastesi Nafsu makan↓
Pre operasi Intra operasi Post operasi
Perdarahan selama operasi Luka sayatan Motalitas usus↓ Mual/muntah
Kurang informasi tentang
penyakit/tindakan Kurang memperhatikan prinsip
MK: ANSIETAS MK : RESIKO SYOK steril selama operasi
Mikroorganisme masuk Malas bergerak, bedrest total Terpustusnya Kurang pengetahuan
jaringan syaraf perawaatn luka
Invasi dalam tubuh melalui Invasi mikroorganisme
permukaan tubuh yang terbuka
Takut akan lukanya MK : NYERI AKUT Terdapat tanda gejala
MK : RESIKO INFEKSI infeksi : kalor, dlolor,
rubor, tumor,
MK : DEFISIT PERAWATAN MK : RESIKO
fungsiolesa
DIRI INFEKSI
Pre curetage Curetage Post curetage

Kurang informasi tentang Pembukaan jalan lahir


penyakit/tindakan Pengaruh anastesi
Perdarahan Motalitas
Kehilangan Pembukaan Pembukaan
MK: ANSIETAS usus↓
MKbanyak darah
: RESIKO jalan lahir
Terpustusnya jalan lahir
Mikroorganisme masuk
SYOK jaringan syaraf Mual/muntah
↓TD→anemis
MK : NYERI AKUT
Nafsu makan↓
Invasi dalam tubuh melalui
permukaan tubuh yang terbuka Kurangnya suplai MK :
darah MK
ke otak
: dan KETIDAKSE
suplai nutrisi ke
INTOLERANSI IMBANGAN
MK : RESIKO INFEKSI jaringan
AKTIVITAS NUTRISI
KURANG
DARI
Pusing dan kelemahan KEBUTUHA
fisik N TUBUH
2.8 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus kehamilan mola hidatidosa menurut

Amin Huda Nurafif dan Hardhi Kusuma, 2015:


a. Pemeriksaan HCG
- Beta HCG urin tinggi lebih dari tinggi dari 10.000 IU/ml
- Beta HCG serum diatas 40.000 IU/ml (dr. Safriani Yofita)
b. Pemeriksaan USG
USG seri tunggal
- Tidak terdapat janin
- Tampak sebagian plasenta normal (dr. Safriani Yofita)
c. Pemeriksaan MRI
- Tidak tampak janin
- Jaringan mola terlihat jelas (dr. Safriani Yofita)
d. Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati

ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde

diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan

mola (cara Acosta Sison)


e. Foto Rontgen Abdomen: tidak terlihat tulang-tulang janin (pada

kehamilan 3-4 bulan)


f. Foto thoraks: pada mola ada gambaran emboli udara
g. Pemeriksaan trimester 3 dan trimester 4 bila ada gejala tirotoksikosis

(Sujiyatini, 2009)
h. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk penetapan diagnosa apabila terjadi

perlepasan/pengeluaran jaringan mola (Myles, 2009)


2.9 Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap, yaitu:
a. Perbaikan keadaan umum
Menurut (Manuaba, 2009) yang dimaksud dengan perbaikan

keadaan umum adalah pengeluaran gelembung mola yang disertai

perdarahan memerlukan tranfusi, sehingga penderita tidak syok yang

dapat menjadi penyebab kematian. Di samping itu setiap evakuasi

jaringan mola dapat diikuti perdarahan sehingga persiapan perdarahan

menjadi program vital terapi mola hidatidosa. Pada waktu mengeluarkan

mola dengan kuretase didahului dengan pemasangan infus 10 unit


oksitosin dalam 500 ml cairan IV. (NaCl 40-60 tpm atau Ringer Laktat),

sehingga pengecilan rahim dapat mengurangi perdarahan (Manuaba,

2009).
b. Pengeluaran jaringan mola: kuretase dan histerektomi
1. Evakuasi jaringan mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa dengan umur mola dan jumlah anak sedikit,

rahim perlu diselamatkan dengan tindakan evakuasi jaringan mola.


Pada umumnya evakuasi jaringan dilakukan sebanyak dua kali

dengan interval satu minggu, dan jaringan diperiksa kepada ahli

patologi anatomi (Manuaba, 2009).


Pada kasus mola hidatidosa yang belum keluar gelembungnya,

harus dipasang dahulu laminaria swift (12 jam sebelum kuretase),

sedangkan pada kasus yang sudah keluar gelembungnya, dapat segera

dikuret setelah keadaan umumnya distabilkan. Bila perlu dapat

diberikan narkosis neuroleptik (Sastrawinata, 2004).


Setelah dilakukan kuretase penderita mola yang menolak dilakukan

histerektomi atau wanita muda dengan PA yang mencurigakan

diberikan obat-obatan: Methotrexate 20mg/hari, Actinomycin DI

flc/hari, selama 5 hari berturut-turut (Sastrawinata, 2004).


c. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi

mola hidatidosa masih menjadi kontroversi.


Mola hidatidosa merupakan penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan

menjadi kariokarsinoma. Untuk menghindari terjadinya degenerasi ganas,

penderita mola yang mempunyai faktor risiko seperti umur di atas 35

tahun atau gambaran patologi anatomi yang mencurigakan diberi

profilaksis dengan sitostatika (kemoterapi):


a) Methotrexate 20 mg/hari atau
b) Actinomycin D I flc/hari, 5 hari berturut-turut (Sastrwinata, 2004,

Manuaba, 2004).
d. Pemeriksaan tindak lanjut
- Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun
- Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi

kondom, pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik

dilakukan setiap kali pada saat penderita datang kontrol.


- Pemeriksaan kadar β-hCG dilakukan setiap minggu sampai ditemukan

kadar β-hCG normal tiga kali berturut-turut.


- Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG

normal selama 6 kali berturut-turut.


- Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis, dan foto

thoraks setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut

dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.


- Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat

atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya

metastase maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian

kontrasepsi.

2.10Komplikasi
Komplikasi pada mola hidatidosa menurut Nugroho, 2011 meliputi:
a. Perdarahan hebat
Syok dapat terjadi bila tidak segera ditangani dapat berakibat fatal

(Yulaikhah, 2008).
b. Anemia
c. Syok hipovolemik
d. Infeksi sekunder
e. Perforasi uterus
f. Keganasan (PTG)
Sekitar 15-20% yang akan menjadi mola destruens atau karikarsinoma
(Yulaikhah, 2008).

2.11Discharge Planning
a. Makan makanan yang mengandung protein tinggi sehingga meningkatkan

daya tahan tubuh


b. Konsultasikan dengan dokter jika menginginkn kehamilan lagi
c. Periksa kromosom ibu jika dicurigai terjadi infeksi virus
d. Control keadaan kesuburan pasangan pria (sprematozoa), wanita faktor

ovum

2.12 Konsep Asuhan Keperawatan


2.12.1 Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat

dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien yang

meliputi data subjektif, data objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat

menggambarkan kondisi klien yang sebenernya dan valid (Salmah, 2006).

1. Data Subjektif
Data subjektif adalah informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan

yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada klien (Wildan,

2008; Hidayat 2008)


a) Identitas atau biodata
Menurut Nursalam 2004; Sastrawinata 2004; Varney 2007 terdiri dari:
1) Nama
Dikaji dengan nama yang jelas dan lengkap, untuk mengetahui

identitas pasien dan penanggung jawab, sedangkan umur untuk

mengetahui pengaruh fertilitas dan prognosis terjadinya kehamilan.

Wanita hamil berumur di bawah 20 tahun dan di atas 35 tahun

mempunyai risiko lebih besar terjadi kehamilan mola hidatidosa.


2) Umur
Ditulis dalam tahun, untuk mengetahui adanya risiko karena pada

umur 20 tahun, alat reproduksi belum siap menerima kerja jantung

meningkat karena adanya hemodilusi dan kemungkinan terjadinya

perdarahan.
3) Suku Bangsa
Ditujukan untuk mengetahui adat istiadat yang menguntungkan dan

merugikan ibu hamil.


4) Agama
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan

kesehatan/klien. Dengan diketahuinya agama pasien.klien, akan


memudahkan perawat melakukan pendekatan di dalam melaksanakan

asuhan keperawatan.
5) Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat intelektual karena pengaruh pekerjaan

pasien terhadap permasalahan keluarga/pasien.


6) Pekerjaan
Untuk mengetahui status sosial ekonomi. Keadaan sosial ekonomi

akan berpengaruh terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya

bila ibu kekurangan protein dan vitamin yang lainnya akan

mempengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada

terbentuknya mola hidatidosa.


b) Keluhan Utama
Ditanyakan alasan wanita mengunjungi klinik, pusat pelayanan

persalinan, rumah sakit, seperti yang diungkapkan dengan kata-

katanya sendiri (Varney, 2007). Ditujukan pada data utama yang

mengaruh pada gejala yang berhubungan dengan mola hidatidosa

yaitu: amenorea, rasa mual muntah yang berlebihan, terjadi

perdarahan tanpa nyeri yang hilang timbul ataupun terus menerus

berwarna kecoklatan (Mukoff, 2006).


c) Riwayat Menstruasi
Riwayat menstruasi penting untuk mengetahui pada umur berpa ibu

mulai menstruasi, apakah menstruasinya normal, dan apakah lama

siklus menstruasi normal. Ini merupakan beberapa petunjuk mengenai

fertilitas dan keseimbangan hormon wanita tersebut. Hari pertama

menstruasi terakhir dicatat, sehingga hari prakiraan lahir (HPL) dapat

diukur. Hari tersebut penting untuk melihat lamanya kehamilan dalam

hubungannya dengan besar uterus selama kehamilan (Varney, 2007).

Pada penderita mola hidatidosa mengalami amenorea.


d) Riwayat Perkawinan
Ditanyakan untuk mengetahui umur ibu saat menikah, merupakan

perkawinan yang keberapa, lama menikah dan merupakan istri atau

suami yang keberapa (Depkes RI, 2013).


e) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Riwayat kehamilan yang lalu dikaji, apakah ibu pernah mengalami

kehamilan patologis, jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan,

lamanya melahirkan, cara melahirkan. Dengan mengetahui riwayat

kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, perawat dapat

mengupayakan pencegahan dan penanggulangannya (Varney, 2007).

Pada wanita yang pernah mengalami hamil mola hidatidosa pada

kehamilan sebelumnya serta wanita dengan paritas tinggi, terdapat

peningkatan risiko terjadi mola hidatidosa pada kehamilan selanjutnya

(Walsh, 2007).
f) Riwayat Kehamilan Sekarang
Riwayat kehamilan yang perlu dikaji meliputi ANC (tempat dan

frekuensi), imunisasi TT, keluhan selama kehamilan, gerakan janin,

penatalaksanaan dan terapi yang diberikan (Depkes RI, 2003). Pada

trimester pertama kehamilan, biasanya penderita mola hidatidosa

mengalami keluhan mual, muntah, pusing, kadang-kadang berlanjut

lebih hebat (Manuaba, 2009).


g) Riwayat Keluarga Berencana
Data yang diperlukan dari riwayat kontrasepsi adalah pengetahuan

tentang pilihan penggunaan kontrasepsi, metode kontrasepsi yang

sebelumnya digunakan (tipe, lama penggunaan masing-masing

kontrasepsi, dan alasan penghentian kontrasepsi). Menurut (Norwiz,

2010) penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat

meningkatkan risiko terjadinya kehamila mola hidatidosa.


h) Riwayat Kesehatan
Adalah riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang atau yang

lalu seperti masalah kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus,

HIV/AIDS dan lain-lain (Salmah, 2006).


1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan

masa nifas dan bayinya (Ambarwati, 2008; Wulandari, 2008).


2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adnaya

riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, diabetes

melitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa

nifas ini (Ambarwati, 2008; Wulandari, 2008).


i) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola kebiasaan sehari-hari berkaitan dengan kebiasaan, baik sebelum

hamil maupun saat hamil dalam segi pola makan, pola personal

hygiene, kebiasaan hidup, beban kerja dan kegiatan sehari-hari

(Salmah, 2006). Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji meliputi:


1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,

banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati,

2010).

2) Eliminasi
Dikaji untuk menggambarkan pola eliminasi meliputi kebiasaan

BAB dan BAK serta masalah yang dialami atau dikeluhkan

selama kehamilan (Ambarwati, 2010).


3) Istirahat dan Aktivitas
Dikaji untuk mengetahui kegiatan ibu dalam kesehariannya,

karena pola istirahat dan aktivitas ibu hamil sangat mempengaruhi

kehamilan (Ambarwati, 2010).


4) Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama daerah genetalia.


5) Perilaku Seks
Untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan suami

istri dan kapan boleh melakukannya (Ambarwati, 2008).


j) Data Psikososial dan Agama
Kehamilan akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga dan setiap

anggota keluarga harus beradaptasi, yang prosesnya bergantung pada

budaya lingkungan yang sedang menjadi tren masyarakat (Salmah,

2006).
2. Data Objektif
Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan (vital sign)

dan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki (head to toe) serta

pemeriksaan laboratorium yang dilakukan jika diperlukan.


a) Keadaan Umum
Pada pemeriksaan umum dilakukan untuk mengetahui keadaan

umum dan kesadaran, pengukuran tanda-tanda vital yang meliputi

tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi (Varney, 2007).


1) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis,

somnolen, koma (Saifuddin, 2009).


2) Tensi
Untuk mengukur faktor hipertensi atau hipotensi (Saifuddin,

2005), batas normal antara 90/60 mmHg sampai 130/90 mmHg

dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 150 mmHg dari keadaan

pasien normal (Winkjosastro, 2005).


3) Suhu
Untuk mengetahui suhu basal pada ibu hamil, suhu badan yang

normal adalah 360C sampai 370C (Wikjosastro, 2005).


4) Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit, batas

normal 60-100x/menit (Wikjosastro, 2005).


5) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang dihitung dalam 1

menit, batas normal 12-20x/menit (Saifuddin, 20050.


b) Pemeriksaan Sistematis/Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita mola hidatidosa

meliputi:
(a) Inspeksi
Adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara sistematik.

Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan,

pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2004)


1) Kepala
a) Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok

dan berketombe.
b) Muka : kedaan muka pucat dan kekuning-kuningan.
c) Mata : konjungtiva merah muda atau tidak, adakah kuning

pada sklera.
d) Hidung : untuk menilai adanya kelainan, adakah benjolan,

adakah hidung tersumbat.


e) Telinga : untuk mengetahui apakah didalam ada serumen.
f) Mulut: untuk mengetahui mulut bersih atau tidak, ada karies

dan karang gigi tidak.


g) Leher: perlu dikaji untuk mengetahui adanya pembesaran

kelenjar gondok atau tidak, ada pembesaran getah bening atau

tidak, dan ada tumor atau tidak.


2) Dada dan Axilla
Adakah benjolan pada payudara atau tidak, payudara simetris atau

tidak, puting susu menonjol atau tidak, pengeluaran

ASI/kolostrum sudah keluar atau belum (Nursalam, 2004).


a) Mamae: untuk mengetahui apakah ada nyeri, dischage putting,

gumpalan, biopsy (Varney, 2007).


b) Axilla: untuk mengetahui apakah ada tumor atau nyeri tekan

(Varney, 2007).
3) Abdomen
Perlu dilakukan untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi

apa tidak, striae gravidarum, linea nigra, apakah bagian-bagian

janin sudah teraba apa belum (Wiknjosastro, 2005).


4) Ekstremitas
Apakah terdapat oedema atau tidak, adakah varises, betis merah

atau lembek atau keras, reflek patella positif atau negatif

(Winkjosastro, 2006).
5) Genetalia
Untuk mengetahui daerah genetalia eksterna yang meliputi

kesimetrisan labia mayora dan labia minora, ada atau tidak varises

dan oedema, pembesaran kelenjar bartholini, dan cairan yang

keluar berbau busuk atau tidak (Saifuddin, 2005). Pada mola

hidatidosa terjadi perdarahan sedikit atau mendadak berdarah

sambil mengeluarkan jaringan seperti buah anggur (Winkjosastro,

2006).
(b) Palpasi
Pemeriksaan palpasi menurut (Hutahean, 2013) meliputi:
a. Leopold I
Untuk menentukan usia kehamilan, apakah ada janin didalam

fundus. Pada mola hidatidosa biasanya rahim lebih besar dari

ukuran kehamilan.
b. Leopold II
Untuk menentukan punggung janin dan bagian terkecil pada

janin.
c. Leopold III
Untuk menentukan bagian janin pada bagian terbawah
d. Leopold IV
Untuk menentukan presentasi dan mengetahui seberapa

bagian kepala janin masuk ke pintu atas panggul.


e. TBJ
Dapat ditetukan berdasarkan Johnson Toshack yang berguna

untuk mengetahui pertimbangan persalinan secara spontan.


(c) Auskultasi
Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara yang

dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop atau alat

lain seperti leanec atau doppler (Saminem, 2008). Pada

pemeriksaan auskultasi penderita mola hidatidosa tidak terdengar

bunyi denyut jantung janin (Varneym 2007).


(d) Perkusi
Pemeriksaan dengan jalan mengetuk atau membandingkan kiri-

kanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan

menghasilkan suara dan mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk

dan konsistensi jaringan seperti pada reflek pattela kanan dan kiri

negatif atau positif (Mufdilah, 2009). Pada pemeriksaan perkusi

penderita mola hidatidosa seperti pada reflek patella kanan dan

kiri positif atau negatif.


c) Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam pada penderita mola hidatidosa didapatkan hasil

seberapa besar ukuran rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-

bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis

servikalis dan vagina (Varney, 2007).


d) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan

laboratorium dan pemeriksaan rontgen, USG dan lain-lain. Dalam

pemeriksaan penunjang ibu hamil dengan mola hidatidosa dilakuakn

oleh laboratorium yaitu dengan pemeriksaan darah lengkap, foto

thoraks: pada mola hidatidosa ada gambaran emboli udara. Foto

rontgen abdomen: tida terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-

4 bulan), β-HCG urin atau serum: pada mola terdapat peningkatan

kadar β-HCG darah atau urin, USG (tanpa gambaran janin): pada
mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tida terlihat

janin (Manuaba, 2009).

2.12.2 Interpretasi Data


Interpretasi data adalah proses identifikasi yang akurat atas

masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang

diidentifikasi khusus, masalah sering kali berkaitan dengan

bagaimana ibu menghadapi kenyataan diagnosisnya dan ini sering

kali bisa diidentifikasi berdasarkan pengalaman perawat dalam

mengenali masalah seseorang (Varney, 2007).


2.12.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa potensial pada ibu hamil dengan mola hidatidosa adalah

terjadinya perdarahan serta potensi terjadi tumor ganas dari

trofoblast yang disebut juga koriokarsinoma (Sastrawinata, 2004).


Pre Operasi: ansietas
Intra Operasi: resiko Syok, resiko infeksi
Post Operasi
1. Kerusakan integritas kulit
2. Resiko infeksi
3. Nyeri akut
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Defisit perawatan diri
5.12.2 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Ansietas NOC 1. Pertahankan sikap yang tenang dan 1. Ketelitian terhadap tindakan yang
Definisi : perasaan Tingkat kecemasan
Kriteria Hasil berhati-hati dilakukan membantu mengurangi
tidak nyaman atau Tidak dapat beristirahat,
2. Perhatikan kontak mata kecemasan akan keadaan
kekhawatiran yang berjalan mondar-mandirr, 2. Gerakan bola mata yang berulang atau

nyaman disertai meremas-remas tangan, tidak fokus dapat menjadi isyarat bahwa

respons otonom distres, perasaan gelisah, sesorang sedang cemas


3. Kejelian dalam mengenali stimulus yang
(sumber seringkali wajah tegang, seragan
3. Kurangi stimuli yang menciptakan
berlebihan disekitar klien mampu
tidak spesifik atau panik, rasa cemas yang
perasaan takut maupun cemas
menurunkan kecemasan
tidak diketahui oleh disampaikan secara lisan, 4. Pendampingan seseorang yang dianggap
4. Berada di sisi klien
individu) perasaan perhatian yang berlebihan mengetahui kondisi kesehatan dapat
5. Yakinkan keselamatan dan keamanan
takut yang disebabkan terhadap kejadian- memberikan ketenangan
5. Pastikan lingkungan dan segala bentuk
klien
oleh antisipasi terhadap kejadian dalam
penjagaan terhadap klien terpasang
bahaya. Hal ini kehidupan, peningkatan
dengan baik untuk menumbuhkan
merupakan isyarat (tekanan darah, nadi,
ketenangan klien
kewaspadaan yang pernafasan), dilatasi 6. Kehadiran orang terdekat disamping klien
6. Identifikasi orang-orang terdekat klien
memperingatkan pupil, berkeringat dingin, yang bisa membantu klien diharpkan dapat memunculkan semangat

individu akan adanya gangguan tidur 7. Tawarkan cairan hangat atau susu hangat dan ketenangan diri klien
Berat (1), cukup berat 7. Kandungan serotonin yang terdapat
bahaya dan
(2), sedang (3), ringan dalam susu hangat mampu mebuat
memampukan individu
(4), tidak ada (5) psiologis klien lebih tenang
untuk bertindak 8. Sentuhan lembut pada punggung menuju
8. Tawarkan usapan pada punggung jika
mengahdapi ancaman. ke arah servikal memberikan efek
diperlukan
Batasan
ketenangan bagi klien
Karakteristik
Perilaku
- Agitasi
- Gelisah
- Gerakan ekstra
- Kontak mata yang

buruk
- Mengekspresikan

kekhawatiran karena

perubahan dalam

peristiwa hidup
- Penurunan

produktivitas
Afektif
- Berfokus pada diri

sendiri
- Distress
- Gelisah
- Gugup
- Kesedihan yang

mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak

adekuat
- Putus asa
- Ragu
- Sangat khawatir
Fisiologis
- Gemetar
- Peningkatan keringat
- Suara bergetar
- Tremor
Faktor yang

Berhubungan
- Ancaman kematian
- Perubahan besar

(mis, status

ekonomi,
lingkungan, status

kesehatan, fungsi

peran, status peran)


- Stressor
2 Risiko Syok NOC NIC
Definisi : rentan Keparahan Syok : 1. Monitor status hemodinamik, meliputi 1. Keberlanjutan pemantuan membantu

mengalami Hipovolemik nadi, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, menganalisis keadaan hemodinamika
Tujuan dan Kriteria
ketidakcukupan aliran PCWP, CO, dan CI, jika tersedia tubuh klien
Hasil 2. Monitor area akses memasukkan alat 2. Penerapan prinsip steril dalam melakukan
darah ke jaringan Penurunan tekanan darah
terhadap adanya infiltrasi, phlebitis, dan tindakan invasif mampu mencegah
tubuh, yang dapat (sistolik dan diastolik),
infeksi, dengan tepat komplikasi infeksi silang pada klien
mengakibatkan nadi lemah dan halus, 3. Monitor adanya bukti laboratorium terkait 3. Hasil penunjang penting dan fokus pada

disfungsi seluler yang penurunan oksigen arteri, dengan kehilangan darah (misalnya, masalah klien dilakukan secara berkala

mengancam jiwa, yang akral dingin, kulit hemoglobin, hematokrit, tes fekal adanya sebagai upaya kewaspadaan terhadap

dapat mengganggu lembab/basah, pucat, gumpalan darah (jika tersedia) kondisi klien
4. Jaga kepatenan akses IV 4. Ketepatan pemasangan tindakan invasif
kesehatan memanjangnya waktu
Faktor Resiko sebagai akses masuknya obat melalui
- Hipovolemia pembekuan darah
- Infeksi Berat (1), cukup berat jalur intravena memudahkan pemberian
- Sepsis
(2), sedang (3), ringan cairan atau obat yang diperlukan
5. Ketepatan perhitungan tetesan dalam
(4), tidak ada (5) pemberian obat tertentu sangat diperlukan

untuk menjaga kondisi hemodinamik


5. Berikan cairan IV isotonik bolus yang
klien
diresepkan pada aliran tetesan yang tepat 6. Penambahan produk darah yang sesuai
untuk menjaga integritas hemodinamik menjaga kestabilan jumlah volume darah
6. Berikan produk darah yang diresepkan dalam tubuh.
untuk meningkatkan tekanan plasma

onkotik dan mengganti volume darah,

dengan tepat
3 Resiko Infeksi NOC : Perlindungan Infeksi
1. Pengenalan tanda gejala awal adanya
Definisi : rentan Keparahan Infeksi 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi infeksi membantu penanganan awal
mengalami invasi dan sistemik dan lokal yang lebih baik
2. Prosedur asepsis yang dijalankan
multiplikasi organisme
Kriteria Hasil : dengan baik dan benar dapat
patogenik yang dapat
2. Pertahankan asepsis untuk pasien
menimalkan resiko infeksi atau infeksi
menganggu kesehatan Kemerahan, cairan [luka]
Faktor Risiko : berisiko
semakin parah
yang berbau busuk, 3. Mengetahui kelainan yang terjadi pada
Prosedur invasif
demam, nyeri, menggigil, luka sayatan atau bedah
4. Pemenuhan nutrisi terutama kaya akan
depresi jumlah sel darah protein membantu percepatan

putih kesembuhan luka


3. Periksa kondisi setiap sayatan bedah 5. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
Tidak ada (5), ringan (4), atau luka keluarga tentang tanda dan gejala
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
sedang (3), cukup berat infeksi
(2), berat (1)

6. Melibatkan pasien dan keluarga dalam


5. Ajarkan pasien dan keluarga pasien
pencegahan infeksi yang dimulai dari
mengenai tanda dan gejala infeksi dan
lingkungan terdekat
kapan harus melaporkannya kepada

pemberi layanan kesehatan


6. Ajarkan pasien dan anggota keluarga

bagaimana cara menghindari infeksi


4 Kerusakan Integritas NOC NIC
- integritas jaringan: Perawatan luka
Kulit 1. bersihkan dengan normal saline atau 1. kamposisi dalam cairan normal saline
Definisi: perubahan kulit & membran
pembersih yang tidak beracun dengan yang hampir sama dengan komposisi
atau gangguan mukosa
kriteria hasil: tepat dalam tubuh mencegah kerusakan kulit
epidermis dan atau - suhu kulit, sensasi,
lebih lanjut
dermis elastisitas, keringat,
Batasan 2. oleskan salep yang sesuai demgan kulit, 2. mempercepat proses penyembuhan luka
tekstur, ketebalan,
Karakteristik: lesi dengan bantuan obat topikal
- kerusakan lapisan perfusi jaringan, 3. bandingkan dan catat setiap perubahan 3. dokumentasi kedaan luka menjadi bahan

kulit pertumbuhan rambut luka pertimbangan evaluasi dan intervensi


Faktor yang
pada kulit, integritas 4. reposisi pasien setidaknya setiap 2 jam, lanjutan pada pasien
Berhubungan 4. perubahan posisi tubuh secara bertahap
kulit dengan tepat
(internal) tidak terganggu (5), mencegah terjadinya dekubitus pada
- gangguan
sedikit terganggu (4), 5. anjurkan pasien dan keluarga pada bagian tubuh terutama tulang yang
pigmentasi
- gangguan volume cukup terganggu (3), prosedur perawatan luka menonjol
5. membantu pasien dan keluarga untuk
cairan banyak terganggu (2),
dapat melakukan tindakan luka secara
sangat terganggu (1)
mandiri dan peningkatan pengetahuan

untuk perawatan luka


5 Nyeri Akut NOC: NIC:
Definisi: pengalaman 1. Tingkat nyeri Manajemen Nyeri
2. Tingkat kecemasan 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif 1. Mengetahui karakteristik nyeri pasien
sensori dan emosional 3. Tanda-tanda vital
yang meliputi lokasi, karakteristik, dan faktor pencetus nyeri
tidak menyenangkan KH:
1. Mengerang dan onset/durasi, frekuensi, kualitas,
yang muncul akibat
menangis, ekspresi intensitas atau beratnya nyeri dan faktor
kerusakan jaringan wajah, tidak bisa pencetus
2. Observasi adanya petunjuk nonverbal
aktual atau potensial beristirahat, agitasi,
mengenai ketidaknyamanan terutama
atau yang digambarkan mengerinyit,
pada mereka yang tidak dapat
2. Memudahkan pasien dengan hambatan
sebagai kerusakan berkeringat berlebihan,
berkomunikasi secara efektif
bicara untuk dapat mengekpresikan
(International frekuensi nafas 3. Pastikan perawatan analgesik bagi
Tidak ada (5), ringan
nyeri yang dirasakan
Association for the pasien dilakukan dengan pemantauan
(4), sedang (3), cukup
Study of Pain); awitan yang ketat
berat (2), berat (1) 4. Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
yang tiba-tiba atau 2. Tidak dapat 3. Mencegah terjadinya kesalahan
terhadap kualitas hidup pasien
lambat dari intensitas beristirahat, gangguan pemberian dosis analgesik pada pasien
(mis.tidur, nafsu makan)
ringan hingga berat tidur, dilatasi pupil, 5. Bantu keluarga dalam mencari dan 4. Membantu mengurangi faktor pencetus

dengan akhir yang perubahan pada pola menyediakan dukungan nyeri pada kebutuhan kenyamanan
6. Gunakan metode penilaian yang sesuai
dapat diantisipasi atau makan pasien
Tidak ada (5), ringan dengan tahapan perkembangan yang 5. Melibatkan keluarga dalam pertolongan
diprediksi
Batasan (4), sedang (3), cukup memungkinkan untuk memonitor pada nyeri pasien
6. Pengelompokan dalam identifikasi
Karakteristik: berat (2), berat (1) perubahan nyeri dan akan dapat
- Bukti nyeri dengan 3. Suhu tubuh, irama faktor pencetus nyeri membantu
membantu mengidentifikasi faktor
menggunakan standar pernpasan, tekanan nadi memudahkan melakukan intervensi
Tidak ada (5), ringan pencetus aktual dan potensial
daftar periksa nyeri (4), sedang (3), cukup (mis.catatan perkembangan, catatan

untuk pasien yang berat (2), berat (1) harian)


7. Berikan informasi mengenai nyeri,
tidak dapat
seperti penyebab nyeri, berapa lama
mengungkapkannya
- Diaforesis nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari
- Dilatasi pupil
- Ekspresi wajah nyeri ketidaknyamanan akibat prosedur
- Fokus menyempit 8. Ajarkan penggunaan tehnik non
- Fokus pada diri
farmakologi (seperti, terapi musik, terapi
sendiri
- Keluhan tentang bermain, terapi aktivitas) 7. Meningkatkan pemahaman pasien

intensitas Pemberian Analgesik tentang (nyeri) yang diderita dan


1. Tentukan lokasi, karkteristik, kualitas
menggunakan standar penatalaksanaannya
dan keperahan nyeri sebelum mengobati
skala nyeri
- Keluhan tentang pasien
8. Relaksasi dan hobi dapat membantu
karakteristik nyeri 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
mengurangi sampai dengan
dengan instrumen dosis, dan frekuensi obat analgetik yang
meghilangkan nyeri yang dirasakan
nyeri diresepkan
- Laporan tentang 3. Cek adanya riwayat alergi obat pasien selain pemberian analgetik
perilaku 1. Ketepatan dan ketelitian dalam
nyeri/perubahan pemberian analgetik membantu

aktivitas menghindari kesalahan saat pemberian


- Perilaku distraksi 4. Pilih analgetik atau kombinasi analgetik
- Perubahan pada terapi
yang sesuai ketika lebih dari satu 2. Kewaspadaan tentang pemberian
parameter fisiologis
- Perubahan posisi diberikan analgetik membuat terapi bisa berjalan
5. Tentukan pilihan obat analgesik
untuk menghindari dengan baik
(narkotik, non narkotik, atau NSAID) 3. Meminimalisir riwayat alergi terhadap
nyeri
- Perubahan selera berdasarkan tipe dan keparahan nyeri pemberian analgetik yang akan
6. Pilih rute intravena daripada rute
makan diberikan
- Putus asa intramuskulr, untuk injeksi pengobatan 4. Meningkatkan kewaspadaan terhadap
- Sikap melindungi
nyeri yang sering jika memungkinkan pemberian pada analgetik yang sama
area nyeri 5. Pemberian analgetik yang sesuai kondisi
- Sikap tubuh 7. Monitor tanda vital sebelum dan setelah
membantu memperbaiki kondisi pasien
melindungi memberikan analgetik narkotik pada
- Agens cedera fisik
pemberian dosis pertam kali atau jika

ditemukan tanda-tanda yang tidak

biasanya
8. Dokumentasikan respon terhadap 6. Memudahkan dalam pengawasan apabila

analgesik dan adanya efek samping terjadi reaksi atau efek samping yang

9. Lakukan tindakan-tindakan untuk tidak diinginkan setelah pemberian


menurunkan efek samping analgetik analgetik
7. Mengetahui reaksi dan kondisi pasien
(mis.konstipasi dan iritasi lambung)
Monitor tanda-tanda vital sebelum diberikan analgetik
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan

status pernafasan dengan tepat


2. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan

pernafasan sebelum dan sesudah

aktivitas dengan tepat


3. Monitor warna kulit, suhu dan
8. Menghindari kesalahan pemberian
kelembapan
analgetik yang sama di waktu yang

berbeda
9. Menghindari keterlambatan penanganan

pada efek samping pemberian analgesik

1. Mengetahui keadan umum pasien


2. Perubahan keadaan umum yang

signifikan dapat menunjukkan

perubahan penyakit
3. Perubahan suhu tubuh dapat

menunjukkan peningkatan tanda infeksi

atau perubahan kondisi pasien


6 Ketidakseimbangan NOC: Manajemen Nutrisi
1. Status nutrisi 1. Tentukan status gizi pasien dan 1. Penghitungan status gizi pasien berguna
nutrisi : kurang dari 2. Tingkat
kemampuan (pasien) untuk memenuhi untuk menentukan kebutuhan gizi
kebutuhan tubuh ketidaknyamanan
Kriteria Hasil: kebutuhan gizi pasien
Definisi: asupan nutrisi 1. Asupan gizi, asupan 2. Identifikasi (adanya) alergi atau 2. Memudahkan pasien untuk dapat

tidak cukup untuk makanan, asupan intoleransi makanan yang dimiliki menghabiskan porsi diet yang diberikan

memenuhi kebutuhan cairan, energi, rasio pasien 3. Meningkatkan pengetahuan pasien


3. Instruksikan pasien mengenai
metabolik berat badan/tinggi tentang kebutuhan nutrisi bagi
Batasan kebutuhan nutrisi
badan, hidrasi kesehatannya
Karakteristik: Tidak menyimpang dari 4. Lakukan atau bantu pasien terkait 4. Kebersihan mulut dapat membantu
- Berat badan 20%
rentang normal (5), dengan perawatan mulut sebelum meningkatkan nafsu makan pasien
atau lebih di bawah
sedikit menyimpang makan 5. Penyajian yang menarik dari makanan
rentang berat badan 5. Pastikan makanan yang disajikan
dari rentang normal (4), yang disajikan dapat membantu
normal cukup menyimpang dengan cara yang menarik dan pada merangsang selera makan pasien
- Bising usus
dari rentang normal (3), suhu yang paling cocok untuk konsumsi 6. Kehadiran menu favorit diharapkan
hiperaktif
- Cepat kenyang banyak menyimpang secara optimal dapat membantu membangkitkan selera
6. Anjurkan keluarga untuk membawa
setelah makan dari rentang normal (2), makan sehingga memperbaiki sampai
- Diare makanan favorit pasien sementara
- Gangguan sensasi sangat menyimpang dengan meningkatkan kondisi

rasa dari rentang normal (1) kesehatannya


- Kehilangan rambut 2. Nyeri, kehilangan nafsu 7. Pengoptimalan pemberian makanan

berlebihan makan, mual, muntah, berdasarkan tahap usia selain dapat


- Kelemahan otot
diare membantu memenuhi kebutuhan gizinya
pengunyah Tidak ada (5), ringan
- Kelemahan otot 7. Anjurkan pasien terkait dengan diharapkan dapat membantu perbaikan
(4), sedang (3), cukup
untuk menelan kebutuhan makanan tertentu gizi selama sakit
- Ketidakmampuan berat (2), berat (1) 1. Kenyamanan lingkungan baru membuat
berdasarkan perkembangan usia
memakan makanan suasana menjadi lebih kondusif dan
- Kram abdomen
- Kurang minat pada Manajemen Lingkungan : Kenyamanan aman bagi pasien
1. Mudahkan transisi pasien dan keluarga 2. Ketenangan dalam lingkungan membuat
makanan
- Membran mukosa dengan adanya sambutan hangat di pasien lebih nyaman, mempercepat

pucat lingkungan yang baru proses penyembuhannya dan lebih


- Nyeri abdomen 2. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
- Penurunan berat banyak berpikir positif
badan dengan asupan mendukung 3. Penempatan alat perawtan yang baik

makanan adekuat 3. Pertimbangkan sumber-sumber dan benar dapat meningkatkan tingkat


- Sariawan rongga
ketidaknyamanan, seperti balutan yang kenyamanan pasien baik saat terjaga
mulut
Faktor yang lembab, posisi selang, balutan yang atau istirahat

berhubungan tertekan, sprei kusut, maupun


- Faktor ekonomi
- Kemampuan makan lingkungan yang mengganggu
- Ketidakmampuan 4. Monitor kulit terutama daerah tonjolan 4. Perawatan bagian tubuh yang jarang

mencerna makanan tubuh terhadap adanya tanda-tanda untuk digunakan beraktivits lebih
- Ketidakmampuan
tekanan atau iritasi diutamakan karena dapat menimbulkan
mengabsrobsi nutrien
- Kurang asupan 5. Berikan sumber-sumber edukasi yang masalah baru bagi pasien
5. Ketersediaan sumber informasi yang
makanan relevan dan berguna mengenai
akurat dapat membantu pasien
manajemen penyakit dan cedera pada
menghadapi pertanyaan dan prosedur
pasien dan keluarga jika sesuai
pengobatan yang belum dipahami
7 Defisit perawatan diri NOC : NIC :

Definisi : tindakan Perawatan Diri : Aktivitas Bantuan Perawatan Diri

seseorang untuk Sehari-Hari


1. Pertimbangkan usia pasien ketika 1. Semakin tua usia pasien dapat
melakukan tugas fisik
paling dasar dan Batasan Karakteristik : meningkatkan aktivitas perawatan diri mempengaruhi kemampuan dalam latihan

aktivitas perawatan diri yang dilakukan


- Makan, memakai baju,
secara mandiri tanpa 2. Menilai tingkat ketergantungan pasien
ke toilet, mandi, 2. Monitor kemampuan perawatan diri secara
bantuan orang lain atau
berpakaian, kebersihan, mandiri
alat
kebersihan mulut, 3. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan 3. Membantu memenuhi kebutuhan pasien

Batasan berjalan, mobilitas di alat-alat kebersihan diri, alat bantu untuk

Karakteristik : kursi roda, berpindah, berpakaian, berdandan, eliminasi dan

memposisikan diri makan


- Ketidakmampuan Tidak terganggu (5),
4. Memberikan kenyamanan pasien saat
4. Berikan lingkungan yang teraupetik
membasuh tubuh sedikit terganggu (4),
- Ketidakmampuan melakukan latihan
dengan memastikan (lingkungan) yang
cukup terganggu (3),
mengakses kamar hangat, santai, tertutup dan (berdasarkan)
banyak terganggu (2),
mandi pengalaman individu
- Hambatan sangat terganggu (1)
5. Berikan peralatan kebersihan pribadi
mengambil pakaian 5. Membantu memenuhan kebutuhan pasien
- Hambatan (misalnya, deodorant, sikat gigi dan sabun
dalam kebersihan diri
mengenakan pakaian mandi)
6. Membatasi ketergantungan pasien
pada tubuh bagian 6. Berikan bantuan sampai pasien mampu
terhadap bantuan yang diberikan
atas dan bawah melakukan perawatan diri mandiri 7. Melatih pasien mandiri saat melakukan
- Ketidakmampuan
7. Bantu pasien menerima kebutuhan kegiatan saat sakit
mengambil makanan
(pasien) terkait dengan kondisi
dan memasukkan ke
ketergantungan (nya)
mulut 8. Membantu pasien semakin mandiri pada
- Ketidakmampuan 8. Lakukan pengulangan yang konsisten
aktivitas yang dapat dilakukan dengan
melakukan higiene terhadap rutinitas kesehatan yang
mandiri
eliminasi secara dimaksudkan untuk membangun

komplit (perawatan diri)


9. Melatih kemandirian tanpa melepaskan
Faktor yang 9. Dorong kemandirian pasien, tapi bantu
tanggung jawab sebagai caregiver
berhubungan : ketika pasien tak mampu melakukannya
10. Melatih keluarga untuk membantu saat
10. Ajarkan orangtua/keluarga untuk
- Ansietas
- Gangguan fungsi pasien benar-benar tak mampu melakukan
mendukung kemandirian dengan
kognitif aktivitas
membantu hanya ketika pasien tak mampu
- Gangguan fungsi
11. Memandirikan pasien akan aktivitas
melakukan (perawatan diri)
muskuloskeletal
- Gangguan yang dilakukan secara mandiri
11. Ciptakan rutinitas aktivitas perawatan
neuromuskular diri
- Gangguan persepsi
- Kelemahan
- Kendala lingkungan
- Ketidakmampuan

merasakan bagian

tubuh
- Ketidakmampuan

merasakan hubungan

spasial
- Nyeri
- Penurunan motivasi
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Kasus : pasien datang rujukan dari Klinik KODIM 0822 Bondowoso, G1P0A0

hamil 12 minggu, dengan perdarahan pervaginam (flek-flek kecoklatan) sejak

tanggal 25 Pebruari 2017 Pukul 17.00 WIB, pasien mengatakan cemas dengan

kehamilannya sekarang karena mengalami perdarahan. Pasien menarche sejak

usia 12 tahun, menikah di usia 17 tahun dengan 1 suami, lama menarche ±7 hari.

Selama hamil pasien memeriksakan kehamilannya di bidan terdekat, belum

pernah menggunakan KB apapun. Hasil pemeriksaan umum: kesadaran:

komposmentis, TTV (TD:140/80 mmHg, N:100x/menit, RR:24x/menit.

S:36,70C). Hasil pemeriksaan Laboratorium (Hb:11,6gr%, HbSaG:Negative, beta

hCG:772,093IU/ml, gambaran USG:terdapat gambaran sarang lebah dan tidak

terlihat janin menyokong adanya kehamilan mola hidatidosa).


I. PENGKAJIAN
Tanggal : 26 Pebruari 2017
Jam : 08.00 WIB
Tempat: RSUD dr. SOEBANDI JEMBER
A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1. Nama : Ny. F Nama : Tn. F
2. Umur : 18 tahun Usia : 20 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku bangsa : Indonesia Suku bangsa : Indonesia
5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wirswasta
7. Alamat : Curahdami, 1/3 Bondowoso
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
a. Alasan utama pada waktu masuk:
Pasien datang rujukan klinik KODIM Bondowoso, merasa hamil 12

minggu dengan perdarahan pervaginam (flek-flek kecoklatan) sejak 25

Pebruari 2017 Pukul 17.00 WIB, Ibu mengatakan cemas dengan

kehamilannya sekarang karena mengalami perdarahan.


b. Riwayat menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus :-
Lama : ±7 hari
Banyaknya : 2-3x ganti pembalut
Teratur/tidak : tidak teratur
Sifat darah : merah kehitaman
Disminorhoe : sakit perut tapi tidak mengganggu aktivitas
c. Riwayat hamil
1. HPHT : 08 Januari 2017
2. HPL :-
3. Gerakan janin : tidak ada
4. Vitamin/jamu yang dikonsumsi : ibu mengatakan mengkonsumsi

vitamin yang diperoleh dari bidan


5. Keluhan :
Trimester I : mual, muntah, pusing
6. ANC : 2 kali ke bidan
d. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit sekarang :-
2. Riwayat penyakit sistemik :-
3. Riwayat penyakit keluarga :-
4. Riwayat keturunan kembar :-
e. Riwayat operasi :-
f. Riwayat perkawinan
1. Status perkawinan : syah/kawin : 1 kali
2. Kawin I : umur 17 tahun, dengan suami umur 19

tahun lamanya 1 tahun


g. Riwayat KB : ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB

apapun
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : ibu mengatakan ini

kehamilan yang pertama


i. Pola kebiasaan
1. Nutrisi (sebelum dan saat hamil) : normal
2. Eliminasi (sebelum dan saat hamil) : normal
3. Aktivitas (sebelum dan saat hamil) : normal
4. Istirahat tidur (sebelum dan saat hamil) : normal
5. Seksualitas (sebelum dan saat hamil)
Sebelum hamil : 2-3x/minggu, tidak ada keluhan
Saat hamil : 1x/minggu, tidak ada keluhan
6. Personal Hygiene : normal
7. Psikososial budaya :
a. Perasaan menghadapi kehamilan ini : ibu mengatakan merasa

cemas
b. Kehamilan ini direncanakan/tidak : direncanakan
c. Jenis kelamin harapan : jenis kelamin apapun sama saja
d. Dukungan keluarga : keluarga sangat mendukung
e. Keluarga yang tinggal serumah : hanya berdua dengan suami
f. Pantangan makanan : tidak ada
g. Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan : upacara mitoni
h. Penggunaan obat-obatan/merokok : hanya mengkonsumsi vitamin

dari bida, suami tidak merokok


C. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)
1. Status generalis : baik
a. Kesadaran : komposmentis
b. TTV : TD: 140/80 mmHg N: 100x/menit RR: 24x/menitS: 36,7
c. TB: 148 cm
d. BB sebelum hamil: 50 kgBB saat hamil: 52 kg
e. LLA: 24,5 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
a. Muka : terlihat tegang, pucat, keringat dingin
b. Mata : tatapan mata tidak fokus pada lawan bicara, konjungtiva

anemis
c. Hidung : normal
d. Telinga : normal
e. Mulut : bibir digigit saat tidak berbicara, gagu saat berbicara
b) Leher
a. Kelenjar gondok : -
b. Tumor : -
c. Pembesaran kelenjar limfe : -
c) Dada dan axila
a. Mammae
a.) Membesar : sesuai kehamilan
b.) Tumor : -
c.) Simetris : -
d.) Aerola : -
e.) Puting susu : -
f.) Kolostrum : -
b. Axilla
a.) Benjolan : -
b.) Nyeri: -
d) Ekstremitas
a.) Atas : tremor, tampak memegangi perut
b.) Varices :-
c.) Oedema :-
d.) Reflek patella : -
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
1) Abdomen
a) Inspeksi
1. Pembesaran perut: lebih besar dari usia kehamilan
2. Bentuk perut: memanjang
3. Linea alba/nigra: -
4. Striae albican/livide : -
5. Kelainan: -
6. Pergerakan janin : tidak ada
b) Palpasi
1. Kontraksi : tidak ada
2. Leopold I : TFU 3 jari dibawah perutm pada bagian fundus

tidak teraba bagian janin


3. TFU Mc.Donals : TFU 20 cm
4. TBJ : (20-12)x155=1240 gr
c) Auskultasi
1. DJJ : tidak terdengar
2. Punctum Maximum : tidak ada
2) Anogenital
a) Vulva Vagina
1. Varices : -
2. Luka : tidak ada luka
3. Nyeri : tidak ada nyeri tekan
4. Pengeluaran pervaginam : flek-flek darah kecoklatan
b) Perinium
Bekas luka : -
c) Anus
Haemoroid : -
4. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 11,6 gr
Golongan darah : O
HbSag : -
Beta hCG : 772,093 IU/ml
Leukosit : 2500/mm3
b) Pemeriksaan penunjang lain
USG : terdapat gambaran sarang lebah dan tidak terlihat janin

menyokong adanya kehamilan mola hidatidosa


II. INTERPRETASI DATA

NO DATA MASALAH DIAGNOSA

1 Ds: ibu mengatakan cemas dengan kehamilannya saat Faktor-faktor pendukung terjadinya mola hidatidosa Ansietas

ini Keterlambatan dalam pengeluaran
Do: ↓
a. TTV : TD: 140/80 mmHg N: 100x/menit RR: Kematian ovum di dalam tubuh

24x/menit S: 36,70C Mengalami degenerasi
b. Psikososial budaya (Perasaan menghadapi kehamilan ↓
Janggot-janggot korion yang tumbuh berganda dan
ini): ibu mengatakan merasa cemas
c. Pemeriksaan Sistematis mengandung cairan
a) Kepala ↓
Muka : terlihat tegang, pucat, keringat dingin Membentuk kista-kista kecil seperti anggur
Mata : tatapan mata tidak fokus pada lawan bicara ↓
Mulut : bibir digigit saat tidak berbicara, gagu Mola Hidatidosa

saat berbicara Tindakan invasif
b) Ekstremitas ↓
Atas : tremor, tampak memegangi Tindakan pembedahan histerektomi

perut Pre operasi/kuretage

Kurang informasi tentang penyakit/tindakan

2 DS: Faktor-faktor pendukung terjadinya mola hidatidosa Resiko infeksi


- Ibu mengatakan keluar darah dari alat kelamin sejak ↓
Keterlambatan dalam pengeluaran
tanggal 25 Pebruari 2017
DO: ↓
- Pemeriksaan Anogenital (Vulva Vagina) : Kematian ovum di dalam tubuh

Pengeluaran pervaginam : flek-flek darah kecoklatan Mengalami degenerasi
- Pemeriksaan penunjang : Leukosit : 2500/mm3 ↓
- TTV : TD: 140/80 mmHg N: 100x/menit RR: Janggot-janggot korion yang tumbuh berganda dan

24x/menit S: 36,70C mengandung cairan



Membentuk kista-kista kecil seperti anggur

Mola Hidatidosa

Perdarahan

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Ansietas NOC 1. Pertahankan sikap yang tenang dan 1. Ketelitian terhadap tindakan yang
Definisi : perasaan Tingkat kecemasan
Kriteria Hasil berhati-hati dilakukan membantu mengurangi
tidak nyaman atau Tidak dapat beristirahat,
2. Perhatikan kontak mata kecemasan akan keadaan
kekhawatiran yang berjalan mondar-mandirr, 2. Gerakan bola mata yang berulang atau

nyaman disertai meremas-remas tangan, tidak fokus dapat menjadi isyarat bahwa

respons otonom distres, perasaan gelisah, sesorang sedang cemas


3. Kejelian dalam mengenali stimulus yang
(sumber seringkali wajah tegang, seragan
3. Kurangi stimuli yang menciptakan
berlebihan disekitar klien mampu
tidak spesifik atau panik, rasa cemas yang perasaan takut maupun cemas menurunkan kecemasan
4. Pendampingan seseorang yang dianggap
tidak diketahui oleh disampaikan secara lisan, 4. Berada di sisi klien
mengetahui kondisi kesehatan dapat
individu) perasaan perhatian yang berlebihan
5. Yakinkan keselamatan dan keamanan memberikan ketenangan
takut yang disebabkan terhadap kejadian- 5. Pastikan lingkungan dan segala bentuk
klien
oleh antisipasi terhadap kejadian dalam penjagaan terhadap klien terpasang

bahaya. Hal ini kehidupan, peningkatan dengan baik untuk menumbuhkan

merupakan isyarat (tekanan darah, nadi, ketenangan klien


6. Kehadiran orang terdekat disamping klien
kewaspadaan yang pernafasan), dilatasi
6. Identifikasi orang-orang terdekat klien
diharpkan dapat memunculkan semangat
memperingatkan pupil, berkeringat dingin,
yang bisa membantu klien
dan ketenangan diri klien
individu akan adanya gangguan tidur 7. Kandungan serotonin yang terdapat
7. Tawarkan cairan hangat atau susu hangat
Berat (1), cukup berat
bahaya dan dalam susu hangat mampu mebuat
(2), sedang (3), ringan
memampukan individu psiologis klien lebih tenang
(4), tidak ada (5) 8. Sentuhan lembut pada punggung menuju
untuk bertindak
8. Tawarkan usapan pada punggung jika ke arah servikal memberikan efek
mengahdapi ancaman.
Batasan diperlukan ketenangan bagi klien

Karakteristik
Perilaku
- Agitasi
- Gelisah
- Gerakan ekstra
- Kontak mata yang

buruk
- Mengekspresikan

kekhawatiran karena

perubahan dalam

peristiwa hidup
- Penurunan

produktivitas
Afektif
- Berfokus pada diri

sendiri
- Distress
- Gelisah
- Gugup
- Kesedihan yang

mendalam
- Ketakutan
- Perasaan tidak

adekuat
- Putus asa
- Ragu
- Sangat khawatir
Fisiologis
- Gemetar
- Peningkatan keringat
- Suara bergetar
- Tremor
Faktor yang

Berhubungan
- Ancaman kematian
- Perubahan besar

(mis, status

ekonomi,

lingkungan, status

kesehatan, fungsi

peran, status peran)


- Stressor
3 Resiko Infeksi NOC : Perlindungan Infeksi
1. Pengenalan tanda gejala awal adanya
Definisi : rentan Keparahan Infeksi 1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi infeksi membantu penanganan awal
mengalami invasi dan sistemik dan lokal yang lebih baik
Kriteria Hasil : 2. 2. Prosedur asepsis yang dijalankan
multiplikasi organisme Pertahankan asepsis untuk pasien
Kemerahan, cairan [luka] dengan baik dan benar dapat
patogenik yang dapat berisiko
menganggu kesehatan yang berbau busuk, menimalkan resiko infeksi atau infeksi
Faktor Risiko :
demam, nyeri, menggigil, semakin parah
Prosedur invasif 3. Mengetahui kelainan yang terjadi pada
depresi jumlah sel darah 3. Periksa kondisi setiap sayatan bedah
luka sayatan atau bedah
putih atau luka 4. Pemenuhan nutrisi terutama kaya akan
4. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
protein membantu percepatan
Tidak ada (5), ringan (4),
kesembuhan luka
sedang (3), cukup berat 5. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
5. Ajarkan pasien dan keluarga pasien
(2), berat (1) keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
mengenai tanda dan gejala infeksi dan
6. Melibatkan pasien dan keluarga dalam
kapan harus melaporkannya kepada
pencegahan infeksi yang dimulai dari
pemberi layanan kesehatan
lingkungan terdekat
6. Ajarkan pasien dan anggota keluarga

bagaimana cara menghindari infeksi


BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Mola hidatidosa atau yang sering dikenal dengan “hamil anggur” adalah

keadaan abnormalitas pada kehamilan berupa pertumbuhan dari sel-sel

plasenta yang berbentuk gelembung-gelembung seperti anggur terlihat

transparan dan berisi cairan. Pada kasus ini sebagian tidak disertai dengan

pertumbuhan janin tetapi sebagian lainnya disertai dengan pertumbuhan janin.

Kasus ini berkembang lebih pesat di negara Afrika dan Asia sedangakn di

Eropa relatif lebih kecil presentasenya.


Perbedaan ini disebabkan umumnya disebabkan karena umumnya diderita

oleh perempuan muda yang biasanya masih kehmailan pertama. Perempuan

yang mengalami kehamilan ini harus segera mengeluarkan janinnya jika tidak

ingin terjadi komplikasi seperti perdarahan, infeksi dan munculnya kanker.


Penyebab pasti kehamilan mola hidatidosa belum diketahui secara pasti,

namun berdasarkan sebuah penelitian mengatakan bahwa penyumbang

terbesar dari kejadian ini adalah karena kekurangan vitamin A.


Perempuan yang sedang hamil dimana kekurangan asupan vitamin A

beresiko menderita 6,8 kali lebih besar terkena mola hidatidosa. Keadaan ini

jelas terlihat dari kasus yang telah ada bahwa perempuan dengan mola

hidatidosa kadar vitamin A cenderung dibawah normal. Salah satu

penatalaksanaan dalam kasus ini adalah kuretase yang bertujuan untuk

mengeluarkan jaringan mola di dalam rahim. Bila jaringan ini tidak segera

dikeluarkan maka akan menimbulkan resiko terjadinya kanker dalam tubuh.


Perempuan yang ingin memiliki anak atau hamil lagi harus rutin

melakukan pemeriksaan dan menjaga kondisinya secar tepat dan teratut pada

pelayanan kesehatan minimal 1-2 tahun setelah tindakan kuretase tersebut

dilakukan barulah kemungkinan perempuan tersebut dapat hamil lagi disertai

dengan anjuran dari tenaga medis yang bersangkutan.

4.2 SARAN

4.2.1 Bagi Mahasiswa

Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mampu

memahami dengan baik dan dapat memberikan pelayanan keperawatn

dan pendidikan kesehatan terkait dengan kehamilan mola hidatidosa

agar dapat bermanfaat bagi klien yang sedang menjalani perawatan atau

masyarakat di sekitar.

4.2.2 Bagi Pelayanan Kesehatan

Kejadian mola hidatidosa terus berkembang setiap waktu, oleh

karena itu tenaga kesehatan diharapkan mampu memberikan informasi

pencegahan kepada klien, keluarga dan masyarakat secara berkelanjutan

untuk dapat menekan kejadian ini terus berkembang.

4.2.3 Bagi Masyarakat

Kesadaran dan keterlibatan masyarakat dalam penurunan angka

kejadian ini sangat penting, karena demi mencapai keberhasilan


tersebut membutuhkan waktu yang terus menerus dan tidak pernah

bosan untuk bertanya atau berdiskusi dengan tenaga kesehatan ahli

tentang kesehatan bagi wanita hamil.

DAFTAR PUSTAKA

 Zulfa, Arisa. Konsep Kehamilan Mola Hidatidosa. Diakses pada tanggal

21-02-2017 pukul 21.19


http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-arisazulfa-7473-

2-babii.pdf
 Yovita, dr. Safriani. Diakses pada tanggal 21-02-1994 pukul 21.19
http://www1-

media.acehprov.go.id/uploads/Apa_Kehamilan_Anggur_itu.pdf
 Yulaikhah, Yuli. S. Si. T. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan
 Saroyo, Yudianto Budi dan Khusen, Denny. 2016. Artikel Peranan Konsep

Vitamin A pada Kehmilan Mola Hidatidosa. Departemen Obstetri dan

Ginekologi FKUI RS. Dr. Cipto Mangunkusumo: Jakarta


http://www.jurnalmedika.com/1065-edisi-no-08-vol-xlii-2016/artikel-

konsep
 Santoso, DR. Dwi. Hamil Anggur (Mola Hidatidosa)
http://www.admedika.co.id/index.php/id/medias/sehati-blog/item/44-

hamil-anggur-mola-hydatidosa
 Susilawati, Dessy.2010. Hamil Anggur Karena Kurang Vitamin A.
http://ftp.unpad.ac.id/koran/republika/2010-08-03/republika_2010-08-

03_023.pdf
 paputungan, Tiara V, dkk. 2016. Profil penderita mola hidatidosa di

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado


http://download.portalgaruda.org/article.php?

article=431777&val=1001&title=PROFIL%20PENDERITA%20MOLA

%20HIDATIDOSA%20DI%20RSUP%20Prof.dr.R.D.%20KANDOU

%20MANADO
 Rizky, Sheila Anindya. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Pada

Ny. F G1P0A0 UK 12 Minggu dengan Mola Hidatidosa di RSUD Dr.

Moewardi Surakarta Tahun 2014: Surakarta


http://www.stikeskusumahusada.ac.id/digilib/files/disk1/16/01-gdl-

sheilaanin-794-1-kti_shei-8.pdf
 DSOG Manuaba, Prof. dr. Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan dan

Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. EGC :

Jakarta

You might also like