You are on page 1of 11

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA

http://viand-perawat.blogspot.com/2012/09/asuhan-keperawatan-anak-preschool.html

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latara Belakang

Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan
bagian bawah. ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak- anak, baik dinegara
berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu. dan banyak dari mereka perlu masuk rumah
sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-
anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada,masa dewasa. dimana ditemukan adanya hubungan
dengan terjadinya Chronic Obstructive

Pulmonary Disease (2,3).

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita
yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari
seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya
adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (4,5).

Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan
karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan
kurang gizi (3). Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10 -20 %
dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah
17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini
berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta .Penderita yang
dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271.
Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (6).

Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan
oleh ISPA (6), namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih tetap tinggi seperti
yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas.

B. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas maka penulis ingin mencoba untuk mengemukakan
upaya pemberantasan ISPA dengan prioritas kepada penatalaksanaan kasus ISPA pada bayi dan anak-
anak. Mengingat tujuan pembangunan kesehatan dalam upaya menurunkan angka mortalitas dan
morbilitas, sehingga tujuan pembangunan nasional untuk memperoleh sumber daya manusia yang
berkualitas baik, fisik maupun mental akan tercapai.
BAB II

PEMBAHASAN

Asuhan Keperawatan Anak Preschool dengan ISPA

A. Definisi

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah
yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai
dengan radang parenkim paru.

ISPA adalah masuknya mikroorgamisme (bakteri, virus, riketsia) ke dalam saluran pernafasan yang
menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari.

Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing dan
laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 450).

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).

B. Tanda dan Gejala

1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul jika anak sudah
mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama
terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.

3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah minum
dan bahkan tidak mau minum.

4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.

6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.

7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.

9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419).

C. Etiologi

Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari
genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus, pikornavirus, mikoplasma,
herpesvirus.

Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.

Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA.

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

D. Penyebaran Penyakit

Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu:

1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk

batuk

2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin

3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad
renik.

E. Tingkat Penyakit ISPA

1. Ringan

Batuk tanpa pernafasan cepat atau kurang dari 40 kali/menit, hidung tersumbat atau berair,
tenggorokan merah, telinga berair.

2. Sedang
Batuk dan napas cepat tanpa stridor, gendang telinga merah, dari telinga keluar cairan kurang dari 2
minggu. Faringitis purulen dengan pembesaran kelenjar limfe leher yang nyeri tekan (adentis
servikal).

3. Berat

Batuk dengan nafas cepat dan stridor, membran keabuan di faring, kejang, apnea, dehidrasi berat
atau tidur terus, tidak ada sianosis.

4. Sangat Berat

Batuk dengan nafas cepat, stridor dan sianosis serta tidak dapat minum.

F. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA:

1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih
besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih
rendah.

2. Status Imunisasi

Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan
anak yang status imunisasinya tidak lengkap.

3. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

G. Pencegahan

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain:

1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan
makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.

2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.

3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.

4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup
hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita
penyakit ISPA.
H. Terapi dan Penatalaksanaan ISPA

Tujuan utama dilakukan terapi adalah menghilangkan adanya obstruksi dan adanya kongesti hidung
pergunakanlah selang dalam melakukan penghisaapan lendir baik melalui hidung maupun melalui
mulut. Terapi pilihan adalah dekongestan dengan pseudoefedrin hidroklorida tetes pada lobang
hidung, serta obat yang lain seperti analgesik serta antipiretik. Antibiotik tidak dianjurkan kecuali ada
komplikasi purulenta pada sekret.

Penatalaksanaan pada bayi dengan pilek sebaiknya dirawat pada posisi telungkup, dengan demikian
sekret dapat mengalir dengan lancar sehingga drainase sekret akan lebih mudah keluar (Pincus
Catzel & Ian Roberts; 1990; 452).

I. Peran Keluarga

a. Pentingnya pemberian makanan bergizi

Bayi dan anak balita yang mempunyai gizi baik jarang yang menderita penyakit yang serius oleh
karena tubuhnya dapat menangkal infeksi. Pnemonia yang menyerang bayi yang mendapat susu
botol ialah 2 x lipat banyaknya dibanding bayi yang mendapat ASI. Diet makanan yang mengandung
Vitamin A dari buah-buahan berwarna kuning serta sayuran juga dapat mencegah infeksi.

b. Pentingnya Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi lengkap harus sudah selesai pada bayi umur 1 tahun. Apabila karena sesuatu
alasan, hal ini tidak tercapai maka bayi/anak harus di imunisasi sesegera mungkin. Penyakit ringan
yang sering menyertai anak bukan merupakan alasan bagi ibu untuk tidak membawa anaknya
kepada petugas imunisasi. Ada beberapa penyakit saluran nafas yang serius, diantaranya ialah batuk
rejan, tuberkulosis dan campak.

c. Kebersihan Lingkungan

Lingkungan yang padat akan mempercepat penularan batuk. Meludah disembarangan tempat dan
bersin di depan anak-anak juga akan memudahkan penularan. Penelitian menunjukkan bahwa anak-
anak yang tinggal serumah dengan perokok lebih sering dirawat di Rumah Sakit oleh karena
menderita ISPA dibanding dengan anak-anak dari keluarga yang tidak merokok. Oleh karena itu
udara yang bersih dan ventilasi yang cukup merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua
untuk mencegah penularan ISPA. Selain itu bila anak menderita ISPA sebaiknya istirahat dulu untuk
aktifitas berkumpul dengan anak lain karena akan mudah sekali terjadi penularan.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan:

- Keluhan utama (demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan)

- Riwayat penyakit sekarang (kondisi klien saat diperiksa)


- Riwayat penyakit dahulu (apakah klien pernah mengalami penyakit

seperti yang dialaminya sekarang)

- Riwayat penyakit keluarga (adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti
penyakit klien)

- Riwayat sosial (lingkungan tempat tinggal klien)

Pemeriksaan fisik à difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan

a. Inspeksi

- Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

- Tonsil tampak kemerahan dan edema

- Tampak batuk tidak produktif

- Tidak ada jaringan parut pada leher

- Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan

cuping hidung.

b. Palpasi

- Adanya demam

- Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri

tekan pada nodus limfe servikalis

- Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

c. Perkusi

- Suara paru normal (resonance)

d. Auskultasi

- Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
nyeri.

Tujuan:

Pola nafas kembali efektif dengan kriteria: usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai
oksigen ke paru-paru.
Intervensi:

a. Berikan posisi yang nyaman sekaligus dapat mengeluarkan sekret dengan mudah.

b. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.

c. Anjurkan pada keluarga untuk membawakan baju yang lebih longgar, tipis serta menyerap
keringat.

d. Berikan O2 dan nebulizer sesuai dengan instruksi dokter.

e. Berikan obat sesuai dengan instruksi dokter (bronchodilator).

f. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan.

b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan nafas
oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.

Tujuan:

Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret dengan kriteria: jalan nafas yang bersih dan patent,
meningkatnya pengeluaran sekret.

Intervensi:

a. Lakukan penyedotan sekret jika diperlukan.

b. Cegah jangan sampai terjadi posisi hiperextensi pada leher.

c. Berikan posisi yang nyaman dan mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side
lying position).

d. Berikan nebulizer sesuai instruksi dokter.

e. Anjurkan untuk tidak memberikan minum agar tidak terjadi aspirasi selama periode
tachypnea.

f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan perparenteral yang adekuat.

g. Berikan kelembaban udara yang cukup.

h. Observasi pengeluaran sekret dan tanda vital.

c. Cemas berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak, hospitalisasi pada anak

Tujuan:

Menurunnya kecemasan yang dialami oleh orang tua dengan kriteria: keluarga sudah tidak sering
bertanya kepada petugas dan mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

Intervensi:
a. Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan yang
diberikan).

b. Berikan dorongan secara moril kepada orang tua.

c. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

d. Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang dimengerti/ tidak
jelas.

e. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.

f. Observasi tingkat kecemasan yang dialami oleh keluarga.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak, penyebab
kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA tergantung kepada
pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita, Penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu peranserta masyarakat
terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk menunjang keberhasilan
menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan pembangunan nasional.

B. Saran

Karena yang terbanyak penyebab kematian dari ISPA adalah karena pneumonia, maka diharapkan
penyakit saluran pernapasan penanganannya dapat diprioritaskan. Disamping itu penyuluhan
kepada ibu-ibu tentang penyakit ISPA perlu ditingkatkan dan dilaksanakan secara
berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan
sekarang ini, diharapkan lebih ditingkatkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC.

Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV. Mosby-
Year book. Inc

Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta:
Balai penerbit FKUI.

Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta

Gordon,et.al,2001, Nursing Diagnoses : definition & Classification 2001-2002,Philadelpia,USA

Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan Anak) PSIK FK UGM
tidak dipublikasikan.

You might also like