You are on page 1of 31

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemeliharaan Kesehatan Gigi

1. Pengertian Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Gigi merupakan salah satu organ pengunyah yang terdiri dari gigi-

gigi pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran

penghasil air ludah (Susanto, 2007).

Setyaningsih (2007) menyatakan bahwa kesehatan gigi merupakan

salah satu aspek dari seluruh kesehatan yang merupakan hasil dari

interaksi kondisi fisik (kesehatan gigi dan mulut bentuk gigi dan air

liur yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi), mental (kemauan untuk

memelihara kesehatan gigi dan mulut), dan sosial (sikap dan tingkah

laku terhadap kesehatan gigi dan mulut).

Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah memelihara

kebutuhan gigi dan mulut dari sisa makanan dan kotoran lain yang

berada di dalam mulut dengan tujuan agar gigi tetap sehat

(Setyaningsih, 2007).

14
xxx
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
15

2. Jenis Gigi

Secara umum menurut Rahmadhan (2010) gigi dibagi menjadi

empat jenis, yaitu:

a. Gigi Seri

Gigi ini berbentuk persegi panjang, dan berfungsi untuk

memotong makanan. Gigi ini terletak di bagian paling depan di

tengah lengkung gigi, ada empat buah di rahang atas maupun di

rahang bawah.

b. Gigi Taring

Gigi taring berada di sebelah gugi seri. Gigi ini berbentuk

lebih panjang dengan ujung yang runcing. Gigi taring berfungsi

untuk menyobek dan memotong makanan. Gigi taring berjumlah

empat buah, dua di rahang atas dan dua di rahang bawah.

c. Gigi premolar atau gigi geraham kecil

Bentuk gigi premolar di rahang atas agak berbeda dengan

premolar di rahang bawah. Gigi premolar berfungsi untuk

menyobek dan membantu menghaluskan makanan.

d. Gigi molar atau gigi geraham besar

Gigi molar berada di belakang gigi premolar. Bentuknya

seperti kotak dan ukurannya besar. Gigi molar merupakan gigi

yang paling berperan dalam proses menghaluskan makanan.

xxxi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
16

3. Pertumbuhan Gigi

Gigi sulung terbentuk ketika masih ada di dalam perut ibu. Gigi

ini akan mulai keluar dari dalam gusi ketika memasuki usia 6 bulan

sampai 1 tahun. Ketika berusia sekitar 3 tahun, gigi sulung akan

lengkap berjumlah 20 buah. Gigi sulung akan mulai goyang dan lepas

ketika berusia 6 tahun. Ketika gigi tetap keluar, maka akan menekan

gigi sulung di atasnya. Gigi tetap nantinya akan berjumlah 32 buah

ketika berusia sekitar 17 tahun sampai 21 tahun. Namun, pada

sebagian orang gigi ini bisa juga tidak akan muncul. Ataupun kalau

muncul gigi tersebut akan tumbuh dengan posisi yang agak miring

atau kurang bagus sehingga perlu dicabut (Rahmadhan, 2010).

Pertumbuhan gigi untuk usia sekolah 8-12 tahun adalah seiring

waktu perkembangan usia anak yang sudah memasuki usia sekolah

dasar, maka gigi susu ini akan tumbuh lengkap. Namun demikian,

memasuki usia 8-12 tahun beberapa gigi susu ini akan segera tanggal

untuk digantikan dengan gigi asli yang ukurannya lebih besar dan

sifatnya lebih kuat dan keras seiring dengan makin variatifnya jenis

asupan makanan yang dikonsumsi (Melvi, 2014).

Masa-masa erupsi gigi sulung dan gigi tetap (Rahmadhan, 2010):

a. Gigi sulung rahang atas

1) Gigi seri akan erupsi/keluar 7,5 sampai 9 bulan

2) Gigi Kaninus akan erupsi/keluar 18 bulan

3) Gigi molar akan erupsi/keluar 14-24 bulan

xxxii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
17

b. Gigi sulung rahang bawah

1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 6 sampai 7 bulan

2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar 16 bulan

3) Gigi molar akan erupsi/keluar 12-20 bulan

c. Gigi tetap rahang atas

1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 7-9 tahun

2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar 11-12 tahun

3) Gigi premolar akan erupsi 10-12 tahun

4) Gigi molar akan erupsi 6-21 tahun

d. Gigi tetap rahang bawah

1) Gigi insisif akan erupsi/keluar 6-8 tahun

2) Gigi kaninus akan erupsi/ keluar 9-10 tahun

3) Gigi premolar akan erupsi 10-12 tahun

4) Gigi molar akan erupsi 6-21 tahun.

4. Macam-Macam Penyakit Gigi

Berdasarkan Agustiana (2006), macam-macam penyakit gigi

terbagi menjadi tiga yaitu:

a. Gigi Berlubang (karies gigi)

Ialah daerah yang membusuk di dalam gigi, yang terjadi

akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan email

(permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus berkembang ke

bagian dalam gigi. Penyebab penyakit gigi ini diakibatkan karena

adanya kuman.

xxxiii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
18

Martariwansyah (2008) menyatakan bahwa karies gigi

terbagi menjadi tiga, yaitu:

1) Karies superfisialis, yaitu gigi berlubang yang hanya

mengenai lapisan gigi terluar.

2) Karies media, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai

lapisan dentin.

3) Karies profunda, yaitu gigi berlubang yang sudah mengenai

jaringan pulpa.

b. Gingtivitis (peradangan gusi)

Radang gusi terjadi akibat adanya plak dan bakteri.

c. Penyakit Periodental(jaringan pendukung gigi)

5. Dampak Penyakit Gigi

Adnamazida (2013) menyatakan bahwa dampak penyakit gigi

diantaranya, yaitu :

a. Penyakit jantung

Termasuk di dalamnya jantung koroner, serangan jantung,

dan gagal jantung, semua jenis penyakit jantung akan mengancam

nyawa jika malas gosok gigi dan menjaga kebersihan mulut.

b. Pembuluh darah tersumbat

Malas menjaga kebersihan gigi dan gusi juga bisa membuat

plak berkumpul di dinding pembuluh darah. Akibatnya, aliran

darah menjadi lebih lambat atau malah berhenti sepenuhnya

xxxiv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
19

c. Stroke

Sehubungan dengan masalah darah tersumbat, aliran darah

ke otak pun terganggu. Hal itu berdampak pada kurangnya asupan

oksigen ke otak dan akan memicu stroke.

d. Gigi berlubang

Kuman dan bakteri yang jarang dibersihkan akan membuat

lubang di gigi. Bukan cuma sakit rasanya, mengunyah makanan

pun menjadi tidak sempurna jika gigi banyak yang berlubang.

e. Endocarditis

Endocarditis adalah infeksi yang serius dari salah satu dari

empat katup jantung. Infeksi bisa terjadi jika gigi dan gusi jarang

dibersihkan. Sehingga terjadi inflamasi pada pembuluh darah dan

infeksi pada katup jantung tersebut.

f. Pneumonia

Pneumonia disebut juga dengan radang paru-paru.

Pneumonia disebabkan oleh beberapa, termasuk di antaranya

infeksi pada pembuluh darah yang terjadi jika malas membersihkan

rongga mulut.

g. Osteomielitis rahang

Jika tidak ingin terkena penyakit yang menginfeksi rahang

ini, mulai sekarang sebaiknya rajin menjaga dan membersihkan

rongga mulut dan gigi.

xxxv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
20

h. Gangguan pernapasan

Malas gosok gigi rupanya memengaruhi paru-paru.

Berbagai penyakit yang berhubungan dengan masalah pernapasan

pun muncul. Misalnya asma, infeksi, kanker paru-paru, dan

lainnya.

6. Cara Mencegah Gigi Berlubang

Agustiana (2006) menyatakana bahwa cara mencegah terjadinya

karies gigi (gigi berlubang), yaitu:

a. Kontrol ke dokter setiap 6 bulan sekali

b. Kurangi makanan yang sifatnya lengket di gigi karena mudah

sekali menimbulkan plak

Makanan yang lengket tidak hanya terdiri dari permen atau

cokelat, tetapi juga makanan yang memiliki karbohidrat tinggi

seperti mi atau berbagai jenis fast food. Lebih baik perbanyak

makanan yang mengandung kalsium seperti ikan dan susu. Fluor

seperti teh dan sayur mayur, vitamin A seperti wortel, vitamin C

seperti buah-buahan, dan vitamin D seperti susu, karena mineral

dan vitamin dalam makanan tersebut sangat diperlukan oleh gigi.

c. Jangan lupa menggosok gigi sesudah makan

Menggosok gigi sesudah makanan merupakan hal yang

penting, terutama sebelum tidur. Sebab sewaktu tidur air ludah kita

berkurang sehingga kuman akan mudah berkembangbiak

sebanyak-banyaknya.

xxxvi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
21

d. Gosoklah gigi dengan cara yang benar

e. Karang gigi yang terbentuk harus secepatnya di buang

f. Gigi yang berlubang harus secepatnya ditambal.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi menurut

Susanto (2007) yaitu sebagai berikut:

a. Makanan

1) Kurangi makanan serba manis

Permen dan cokelat merupakan contoh makanan penyebab

kerusakan gigi. Berkumur dengan menggunakan air putih

dapat mengurangi sisa makanan yang lengket pada permukaan

gigi. Kemudian, makan buah-buahan berair dan mengandung

serat tinggi baik untuk kesehatan gigi.

2) Hindari makanan yang terlalu asam

Asam bersifat merusak gigi, demikian juga dengan

makanan yang serba asam.

3) Hindari makanan keras, terlalu panas, dan terlalu dingin

Gigi juga dapat rusak karena makanan yang keras, terlalu

panas, atau terlalu dingin. Gigi yang rusak ditandai rasa ngilu

ketika menyantap makanan yang terlalu manis, panas, atau

dingin.

xxxvii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
22

4) Hindari makanan yang mengandung fluor tinggi

Anak-anak yang memakan makanan berfluor tinggi akan

mengalami gangguan berupa gigi berwarna abu-abu kusam dan

kadang-kadang terdapat bercak putih fluorosis. Makanan yang

mengandung mineral, kalsium, fluor, dan fosfor serta vitamin

A, C, D, dan E diperlukan untuk pertumbuhan gigi. Makanan

tersebut harus dikonsumsi dalam jumlah yang cukup agar gigi

menjadi sehat.

b. Minuman

Minuman teh dan kopi kurang baik untuk kesehatan gigi.

Terlalu banyak minum kopi dan teh dapat menimbulkan plak

berwarna cokelat pada permukaan gigi. Selain itu, minuman

bersoda dapat menyebabkan karies gigi karena mengandung

banyak gula. Jika terpaksa harus minum yang bersoda, usahakan

untuk segera membersihkan sisa gula pada gigi.

c. Rokok

Pada rokok terdapat terdapat berbagai bahan kimia yang

biasa disebut tar. Jika tidak dibersihkan, timbunan tar tersebut pada

permukaan gigi menjadi berwarna cokelat kehitaman, dan juga

menimbulkan bau mulut yang kurang sedap.

8. Waktu dan Frekuensi yang Tepat Menggosok Gigi

Menggosok gigi 2 kali sehari, yaitu pagi hari, boleh sebelum

ataupun sesudah makan dan sebelum tidur adalah kegiatan rutin sehari-

xxxviii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
23

hari (pagi dan sebelum tidur malam). Tujuannya untuk memperoleh

kesehatan gigi dan mulut serta napas menjadi segar. Biasakan

menyikat gigi sebelum tidur, karena pada saat seseorang tidur,

produksi air liur menurun sehingga alirannya berkurang, padahal air

liur berfungsi untuk membilas plak yang melekat di gigi. Tidur malam

bisa memakan waktu 8 jam, pada rentang waktu itu plak mengalami

maturasi dimana jumlah bakterinya lebih banyak dan pada saat itulah

gigi rentan terhadap proses karies atau gigi berlubang (Rahmadhan,

2010).

9. Metode Menyikat Gigi yang Baik

a. Tata cara menyikat gigi yang benar (Setyaningsih, 2007)

1) Menyiapkan peralatan menyikat gigi (sikat gigi, pasta gigi, gelas

kumur, air bersih, dan cermin)

2) Basahi sikat dan letakkan pasta gigi yang dipakai diatas sikat

sebesar butir kacang tanah.

3) Berkumur-kumur sebelum menyikat gigi.

4) Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan

antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.

5) Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang

atas dan ke atas pada rahang bawah sehingga bulu sikat

menyapu daerah gusi dan gigi.

xxxix
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
24

6) Lakukan sekitar sepuluh putaran untuk tiap kali bagian

permukaan gigi yang menghadap ke pipi/bibir dan kemudian

sikat digeser ke permukaan gigi yang menghadap ke lidah.

7) Sikat bagian yang menghadap ke lidah dengan gerakan

mencongkel.

8) Sikat bagian yang menghadap ke langit-langit dengan gerakan

maju mundur.

9) Sikat bagian yang dipakai untuk mengunyah dengan gerakan

maju mundur.

10) Setelah itu kumur-kumur 2-3 kali.

Bagian gigi yang harus disikat menurut Irpan (2014), yaitu:

1) Gigi bagian depan

2) Gigi graham bagian samping luar

3) Gigi graham bagian untuk mengunyah

4) Gigi graham bagian dalam

5) Gigi depan bagian dalam

Gambar. 2.1 Cara menggosok gigi yang benar


(Sumber: www.gigikuretak.wordpress.com)

xl
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
25

b. Setyaningsih (2007) menyatakan bahwa dalam menyikat gigi harus

memperhatikan 3T, yaitu:

1) Tekun : tidak lupa menyikat gigi.

2) Teliti : semua tersikat sampai sela-sela atau ujung gigi.

3) Teratur : sikat gigi satu hari minimal 2 kali, yaitu sesudah

sarapan pagi dan sebelum tidur malam.

10. Ketentuan dalam Menggosok Gigi

Ketentuan dalam menggosok gigi menurut Setyaningsih (2007)

adalah sebagai berikut:

a. Menyikat gigi jangan tergesa-gesa dan keras-keras agar gigi tidak

terluka.

b. Memilih sikat gigi harus disesuaikan dengan besar kecilnya mulut

kita, agar kotoran-kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan

sela-sela gigi dapat terjangkau oleh bulu sikat.

c. Menyikat gigi sebaiknya dilakukan selama 5-7 menit.

d. Gusi juga ikut disikat, gerakannya pelan-pelan seperti memijat.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Perawatan Kebersihan

Gigi dan Mulut

Sintawatidan Indirawati (2008) menyatakan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi status perawatan kesehatan gigi diantaranya adalah

sebagai berikut:

xli
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
26

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah sesuatu yang membedakan antara perempuan

dan laki-laki. Penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa dalam

melakukan perawatan gigi ini menunjukkan jenis kelamin perempuan

kesehatan gigi dan mulutnya lebih baik daripada laki-laki.

b. Usia

Penelitian yang dilakukan oleh penelitian Sintawati dan

Indirawati (2008) bahwa usia di atas 35 tahun memiliki gigi sehat

sebesar 88,6%, sedangkan di bawah 35 tahun memiliki 89,6%

c. Pendidikan

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah

dicapai dinyatakan dengan ijazah terakhir yang dimiliki. Pendidikan

individu berpengaruh terhadap kesehatan gigi dan mulut. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi kebutuhan pencarian akan

pelayanan kesehatan.

d. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan

seseorang. Hasil penelitian Sintawati dan Indirawati (2008)

mengatakan bahwa seseorang yang tidak bekerja memiliki kebersihan

gigi dan mulut lebih baik (92,3%) daripada seseorang yang bekerja

(88,5%).

e. Pengeluaran

xlii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
27

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati

(2008), bahwa seseorang yang memiliki pengeluaran diatas 1 juta

memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang

90,4%, sedangkan seseorang yang mempunyai pengeluaran kurang

dari 1 juta juga memiliki kebersihan gigi dan bernilai baik sampai

sedang sebesar 88,3%.

f. Jarak ke pelayanan medis gigi

Jarak tempuh merupakan seberapa jauh tempat pelayanan

kesehatan dari tempat tinggal, biasanya orang yang rumahnya jauh

dari tempat pelayanan kesehatan malas untuk berobat ketika mereka

merasa sakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan

Indirawati (2008), orang yang jarak ke dokter giginya dekat memiliki

kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar

90,5%, sedangkan orang yang jarak ke dokter giginya jauh juga

memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sebesar 88,5%.

g. Sumber biaya

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati

(2008), bahwa orang yang mempunyai sumber biaya dari kantong

sendiri memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai

sedang sebesar 88,1%, sedangkan orang yang dibiayai juga memiliki

kebersihan gigi dan mulutnya baik sampai sedang sebesar 92,5%.

xliii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
28

h. Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok merupakan kebiasaan yang sangat umum dan

meluas di kalangan masyarakat (Aditama, 1997 dalam Sintawati&

Indirawati, 2008). Penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), dalam

hal ini kebiasaan merokok adalah kebiasaan dari subjek untuk tidak

merokok atau subjek merokok. Subjek yang tidak mempunyai

kebiasaan merokok memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik

sampai sedang sebesar 91,2%, sedangkan subjek yang mempunyai

kebiasaan merokok memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik

sampai sedang sebesar 83,5%.

i. Beban tanggungan

Beban tanggungan adalah beban yang ditanggung individu untuk

membiayai kehidupannya baik anak, istri, maupun dirinya pribadi.

Hasil penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa orang yang

memiliki beban tanggungan rendah kebersihan gigi dan mulutnya baik

dibandingkan dengan orang yang memiliki beban tanggungan tinggi.

Seseorang yang memiliki jumlah beban tanggungan rendah, keluarga

yaitu ayah atau ibu lebih mempunyai waktu untuk mengingatkan

tentang kebersihan gigi dan mulut.

j. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2007). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati

xliv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
29

(2008), subjek yang berpengetahuan baik terhadap kesehatan gigi dan

mulut memiliki kebersihan gigi dan mulutnya bernilai baik sampai

sedang sebesar 89,2%, sedangkan subjek yang berpengetahuan tidak

baik terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki kebersihan gigi dan

mulut bernilai baik sampai sedang sebesar 88,2%.

k. Sikap

Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif

terhadap suatu objek (Abu Ahmadi, 1999 dalam Sunaryo, 2004).

Penelitian yang dilakukan oleh Sintawati dan Indirawati (2008),

bahwa orang yang memiliki sikap baik terhadap kebersihan gigi dan

mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 89,5%, sedangkan

orang yang bersikap tidak baik terhadap kesehatan gigi dan mulut juga

memiliki kebersihan gigi dan mulut bernilai baik sampai sedang

sebesar 87,2 %.

l. Tindakan (perilaku)

Perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus

dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung (Sunaryo, 2004). Menurut hasil penelitian yang dilakukan

oleh Sintawati dan Indirawati (2008), bahwa subjek yang bertindak

baik terhadap kesehatan gigi dan mulut memiliki kebersihan gigi dan

mulutnya bernilai baik sampai sedang sebesar 88,9%, sedangkan

subjek yang bertindak tidak baik memiliki kebersihan gigi dan

mulutnya juga bernilai baik sampai sedang sebesar 90,4%.

xlv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
30

Adapun menurut Sumanti dkk. (2013) yang mempengaruhi

perawatan kesehatan gigi terdiri dari faktor internal dan faktor

eksternal, yaitu sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Pengetahuan

2) Sikap

3) Motivasi

Motivasi adalah pendorong untuk berbuat dan beraksi

(Sunaryo, 2004). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumanti

dkk. (2013), bahwa terdapat kurangnya motivasi orangtua untuk

memeriksakan gigi dan mulut anak. Padahal, motivasi dibutuhkan

sebagai reinforcement yang akan membentuk perilaku individu,

serta memperkuat dan memepertahankan tingkah laku yang

dikehendaki.

b. Faktor Eksternal

Sumanti dkk. (2013) menyatakan bahwa yang termasuk ke dalam

faktor eksternal yaitu ketersediaan alat transportasi.

C. Usia Sekolah Dasar

Usia sekolah merupakan usia penting dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan. Anak usia sekolah dasaradalah anak yang berusia

wanita berumur 6 sampai 10 tahun, dan laki-laki berumur 8 sampai 12

tahun (Ikatan Dokter Indonesia (2002), dalam Fitriyani, 2009). Masalah

kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh

xlvi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
31

kelompok anak usia sekolah dasar (SD) (Rahmawati dkk., 2011). Hal ini

dialami oleh anak usia sekolah kelas 3 dan 4 SDN Karangdadap

Kabupaten Banyumas, bahwa sebagian besar gigi-gigi mereka berlubang

dikarenakan mereka malas untuk menggosok gigi secara teratur,

khususnya pada malam hari sebelum tidur. Usia sekolah ini sangat peka

untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat (Potter & Perry,

2005). Oleh karena itu, mulailah sejak dini anak diajarkan cara

memelihara kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci, sehingga akan

menimbulkan rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri.

D. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan

kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan. Pendidikan kesehatan

bertujuan guna untuk memberikan pengertian, pemahaman, dan

kemampuan tentang cara-cara memelihara dan meningkatkan

kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Pendidikan kesehatan sangat penting

dilaksanakan sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai

sekolah lanjutan atas.

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Adapun tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Notoatmodjo

(2012), yaitu:

a. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup

sehat dan teratur.

xlvii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
32

b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat.

c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan

dengan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan

kesehatan.

d. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat

kesehatan.

e. Memiliki kemampuan dan life skill untuk berperilaku hidup sehat

dalam kehidupan sehari-hari.

f. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan

pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan.

g. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, misalnya

gaya hidup yang tidak sehat.

3. Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Notoatmodjo (2012) menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

kesehatan dilakukan melalui:

a. Kegiatan kurikuler

Kegiatan kurikuler yaitu pelaksanaan pendidikan pada jam

pelajaran dan dilaksanakan di sekolah

b. Kegiatan ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler yaitu kegiatan di luar jam

pelajaran biasa termasuk pada waktu libur yang dilakukan di

sekolah atau luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas

xlviii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
33

pengetahuan dan keterampilan siswa serta melengkapi upaya

pembinaan manusia Indonesia seutuhnya.

4. Pendekatan dan Metode Pendidikan Kesehatan

Syafrudin (2009) menyatakan macam-macam metode penyuluhan

dalam mengubah aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yaitu:

a. Metode untuk mengubah pengetahuan : ceramah, kuliah,

presentasi, wisata karya, curah pendapat, seminar, studi kasus,

tugas baca, symposium, dan konferensi.

b. Metode untuk mengubah sikap : diskusi, tanya jawab, role playing,

pemutaran film, video, tape recorder, dan simulasi.

c. Metode untuk mengubah tindakan : latihan sendiri, bengkel kerja,

demonstrasi, eksperimen, dan lain-lain.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana

sesuai dengan pendapat Syafrudin (2009), yaitu dengan menggunakan

metode ceramah dalam merubah pengetahuan, sedangkan untuk

meningkatkan motivasi peneliti menggunakan metode demonstrasi.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu

menurut Suryaningsih (2012), bahwa dengan menggunakan metode

demonstrasi terdapat peningkatan yang bermakna antara skor motivasi

sebelum dan sesudah perlakuan.

Effendy (1998 dalam Santika, 2014) menyatakan bahwa metode

pendidikan kesehatan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

xlix
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
34

a. Metode ceramah, adalah salah satu cara menerangkan dan

menjelaskan suatu ide, pengertian atau pesan lisan kepada

sekelompok sasaran sehingga memperoleh informasi tentang

kesehatan.

b. Metode diskusi kelompok, adalah pembicaraan yang

direncanakan dan telah dipersiapkan tentang suatu topik

pembicaraan diantara 5-20 peserta dengan seseorang pemimpin

diskusi yang telah ditunjuk.

c. Metode curah pendapat, adalah suatu bentuk pemecahan masalah

dimana setiap anggota mengusulkan semua kemungkinan

pemecahan masalah yang diperkirakan oleh masing-masing

peserta dan evaluasi atas pendapat-pendapat yang ada.

d. Metode panel, adalah pembicara yang telah direncanakan didepan

pengunjung tentang sebuah topik diperlukan 3 orang atau lebih .

e. Metode bermain peran, adalah memerankan sebuah situasi dalam

kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh

dua orang atau lebih.

f. Metode demonstrasi, adalah suatu acara untuk menunjukkan

pengertian, ide dan prosedur tentang sesuatu hal yang telah

dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara

melaksanakan suatu tindakan dengan menggunakan alat peraga.

l
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
35

g. Metode symposium, adalah serangkaian ceramah yang diberikan

oleh 2-5 orang dengan topik yang berlebihan tetapi saling

berhubungan.

h. Metode seminar, adalah suatyu acara dimana sekelompok orang

berkumpul untuk membahas suatu masalah dibawah bimbingan

seorang ahli yang menguasai bidangnya.

5. Media Promosi Kesehatan (Notoatmodjo, 2012)

a. Media Cetak

1) Booklet, ialah suatu media untuk meyampaikan pesan-pesan

kesehatan dalam bentu buku.

2) Leafleat, ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan

melalui lembaran yang dilipat.

3) Flyer, ialah bentuknya seperti leafleat, tetapi tidak berlipat.

4) Flit chart, ialah media penyampaian pesan dalam bentuk

lembar balik.

5) Rubrik, ialah tulisan-tulisan pada surat kabar yang membahas

masalah kesehatan.

6) Poster, ialah bentuk media cetak yang berisi pesan kesehatan,

yang biasanya ditempel di tembok-tembokm tempat umum, dan

lain-lain.

7) Foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.

li
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
36

b. Media Elektronik

1) Televisi, ialah penyampaian pesan kesehatan melalui media

televisi.

2) Radio, ialah biasanya berupa obrolan, sandiwara radio,

ceramah, dan lain-lain tentang masalah kesehatan.

3) Video,

4) Slide

5) Film Strip

c. Media Papan (Billboard), biasanya dipasang di tempat-tempat

umum dapat diisi dengan pesan-pesan kesehatan.

E. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indra manusia yang

meliputi: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

perabaan. Selain itu, pengetahuan juga sebagian besar di dapat melalui

baik dari pendidikan, pengalaman orang lain, media masa, maupun

lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

lii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
37

2. Tingkatan Pengetahuan

6 tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu dapat diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek

tersebut.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dan dapat mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk memisahkan,

kemudian mencari hubungannya antara komponen-komponen yang

terdapat dalam suatu objek yang diketahui.

e. Sintesis (Synthesis)

Merupakan kemampuan seseorang untuk merangkum

dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki

liii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
38

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu.

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), berpendapat bahwa ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan

berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses

belajar, makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah

orang tersebut untuk menerima informasi.

b. Media masa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal

maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek

sehingga meningkatkan pengetahuan. Majunya teknologi akan

tersedia berbagai macam media masa yang dapat mempengaruhi

penegtahuan masyarakat tentang inovasi baru. Media masa tersebut

dapat berupa; televisi, radio, surat kabar, majalah, penyuluhan, dan

lain-lain.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukannya itu baik atau buruk.

liv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
39

Dengan demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya

walaupun tidak melakukan. Status sosial ekonomi akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk

kegiatan tertentu, sehingga akan mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman, baik dari

pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambahnya usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya. Pada usia (41-60 tahun)

seseorang tinggal mempertahankan prestasi yang telah dicapai

pada usia dewasa. Sedangkan pada usia tua (> 60 tahun) adalah

usia tidak produktif lagi dan hanya menikmati hasil dari

prestasinya itu yang didapat waktu pada usia dewasa.

lv
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
40

4. Cara Mengukur Tingkat Pengetahuan

Nursalam (2007) menyatakan bahwa pengukuran pengetahuan

dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan

tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian. Cara

mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan pertanyan-

pertanyaan kepada responden, kemudian dilakukan penilaian nilai 1

untuk jawaban benar, dan nilai 0 untuk jawaban yang salah. Setelah itu

digolongkan menjadi 4 kategori yaitu:

a. Baik, bila subjek menjawab dengan benar >75% - 100%

b. Cukup baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar >55% -

75% dari seluruh pertanyaan.

c. Kurang baik, bila subjek mampu menjawab denagn benar >40% -

55% dari seluruh pertanyaan.

d. Tidak baik, jika persentase jawaban <40% (Arikunto, 2006).

F. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Secara umum menurut Sunaryo (2004), bahwa motivasi adalah

pendorong untuk berbuat dan beraksi. Sarwono (2000, dalam Sunaryo,

2004:143), motivasi merupakan proses gerakan, termasuk situasi yang

mendorong dan timbul dari dalam diri individu, tingkah laku yang

ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan daripada perbuatan.

lvi
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
41

2. Cara Memotivasi

Beberapa cara untuk memotivasi seseorang menurut Sunaryo

(2004:145), yaitu:

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force)

Memotivasi dengan kekerasan yaitu cara memotivasi

dengan menggunakan ancaman kekerasan agar yang dimotivasi

dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement)

Memotivasi dengan bujukan yaitu cara memotivasi dengan

bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu yang

diharapkan oleh pemberi motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification)

Memotivasi dengan identifikasi yaitu cara memotivasi

dengan menanamkan kesadaran, sehingga individu berbuat sesuatu

karena adanya keinginan yang timbul dari dalam diri individu

sendiri untuk mencapai sesuatu.

lvii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
42

3. Pengukuran Motivasi

Beberapa cara untuk mengukur motivasi menurut Sunaryo

(2004:145), yaitu:

a. Tes Proyektif

Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang

ada dalam diri kita. Salah satu teknik tes proyektif yang banyak

dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). TAT

merupakan sebuah tes yang dilakukan untuk mengetahui kognitif

atau gambaran kepribadian secara umum dari seseorang. Pada tes

ini klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita

sesuai dengan gambar tersebut.

b. Kuesioner

Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner

adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi

pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien.

c. Observasi Perilaku

Cara lain untuk mengukur motivasi yaitu dengan membuat

situasi sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang

mencerminkan motivasinya. Misalnya; untuk mengukur keinginan

untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami

dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang di observasi, apakah

klien menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil

lviii
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
43

keputusan yang beresiko, dan mementingkan kualitas daripada

kuantitas kerja.

G. Kerangka Teori

Pengetahuan Makanan

Pendidikan
Kesehatan Kesehatan
Gigi Kebiasaan
merokok

Motivasi

Minuman

Status Perawatan
Gigi
 Jenis Kelamin
 Usia
 Pekerjaan
 Pengeluaran
 Jarak ke Pelayanan Medis
 Sumber Daya
 Beban Tanggungan
 Sikap
 Perilaku

Ket: = Variabel yang diteliti

lix
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015
44

Gambar. 2.2. Kerangka Teori modifikasi Susanto (2007), Sintawati dan Indirawati
(2008), Notoatmodjo (2012), dan Sumanti dkk.(2013)

H. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Independent Dependent

Peningkatan Pengetahuan

Pendidikan Kesehatan
dengan Penyuluhan
Pemeliharaan Kesehatan
Gigi

Motivasi

Gambar. 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

I. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris (Nasir dkk., 2011).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “ada pengaruh antara pendidikan

kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap tingkat

pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap

Kabupaten Banyumas”.

lx
Pengaruh Pendidikan Kesehatan..., Anti Haryanti, S1 Keperawatan UMP, 2015

You might also like