You are on page 1of 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karsinoma kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak di dunia dan


penyebab kematian kedua terbanyak (terlepas dari gender) di Amerika Serikat. Di
Indonesia, kanker kolorektal sekarang menempati urutan nomor 3. Dari data World
Health Organization (WHO) 2012, insiden karsinoma kolorektal di Indonesia adalah
12,8 per 100.000 penduduk dengan tingkat survival rate pada pasien carcinoma colon
bagian kanan (caecum, colon transversum, dan colon transversum) dalam waktu 1
tahun sebesar 82.9%, 2 tahun sebesar 76.4%, dan 3 tahun sebesar 73.7%. Pada
carcinoma bagian kiri (colon descendent, rectosigmoid) survival rate dalam waktu 1
tahun sebesar 85.9%, 2 tahun sebesar 75.2%, 3 tahun sebesar 70.9%.1

Di Jambi khususnya di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi


Jambi pada tahun 2016 didapatkan sebanyak 103 kasus karsinoma
kolorektal.Tingginya akan kejadian kasus ini disebabkan oleh berbagai faktor.1,2,3
Secara umum perkembangan karsinoma kolorektal merupakan interaksi antara
faktor lingkungan dan faktor genetik. Adapun faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
adalah riwayat karsinoma kolorektal atau polip adenoma individual mau pun keluarga,
dan riwayat individual penyakit kronis inflamatori pada usus. Sementara faktor risiko
yang dapat dimodifikasi: adalah inaktivitas, obesitas, konsumsi tinggi daging merah,
merokok, dan konsumsi alkohol moderat-sering. Aktivitas fisik, diet berserat dan
asupan vitamin D termasuk dalam faktor protektif.1
Pencegahan kanker koloretal dapat dilakukan mulai dari fasilitas kesehatan
layanan primer melalui program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) di
populasi/masyarakat dengan menghindari faktor-faktor risiko karsinoma kolorektal
yang dapat dimodifikasi dan dengan melakukan skrining atau deteksi dini pada

populasi, terutama pada kelompok risiko tinggi.1

1
2

Karsinoma kolorektal memiliki tanda dan gejala yang bervariasi dan tidak spesifik
sehingga sering tidak disadari pada stadium awal.Penatalaksanaan karsinoma
kolorektal bersifat multidisiplin. Terapi bedah merupakan modalitas
utama untuk kanker stadium dini dengan tujuan kuratif yaitu mengangkat tumor yang
diderita pasien.1
Namun, dengan tingkat kesadaran masyarakat Indonesia dalam upaya pencegahan
penyakit yang masih rendah, banyak kasus yang baru terdiagnosis setelah mencapai
stadium lanjut. Pada kanker stadium lanjut, kemoterapi merupakan pilihan pertama
terapi dengan tujuan paliatif yaitu untuk mengurangi ukuran atau staging dari kanker
tersebut.1
Pada stadium lanjut salah satu terapi awal yang digunakan pada kasus karsinoma
kolorektal adalah Xeloda.Xeloda adalah suatu obat baru dalam pengobatan kanker yang
memiliki keunggulan dalam sediaannya yang berbentuk tablet. Penggunaanya yang
lebih praktis dibandingkan sebagian besar kemoterapi lainnya dengan sediaan injeksi
membuat Xeloda menjadi pilihan pasien dalam kemoterapi termasuk pasien karsinoma
kolorektal di RSUD Raden Mattaher Provinsi Jambi.1,4

Namun, meski perkembangan pengobatan adjuvan akhir-akhir ini berkembang


secara cepat dan sangat maju, efek samping yang bervariasi dari kemoterapi tetap
belum bisa dihindari.Efek samping ini diklasifikasikan berdasarkan derajat
keparahannya oleh Natioal Cancer Institute menjadi derajat 1 sampai dengan derajat
5. Dimana derajat 1 berarti ringan, derajat dua berarti sedang, derajat 3 berarti berat
tetapi tidak mengancam nyawa, derajat 4 berarti mengancam nyawa, dan derajat 5
adalah kematian akibat dari efek samping yang dialami.4

Dalam sebuah penelitian didapatkan, dari 596 pasien karsinoma kolorektal yang
menggunakan Xeloda mengalami toksisitas derajat 3 berupa hiperbilirubinemia (18%),
Hand-foot Syndrome (17%), diare (13%), nyeri abdominal (9%), mual (4%), muntah
(4%), ileus (4%), dan lemas (4%). Dan juga didapatkan toksisitas derajat 4
3

yang terjadi pada lebih dari 1% pasien adalah hiperbilirubinemia (5%), neutropenia
(2%), diare (2%).4

Beberapa efek samping yang telah disebutkan terutama efek samping dengan
persentase besar, tidak langsung terjadi setelah mendapatkan kemoterapi.Salah satu
efek samping yang langsung dapat terlihat dialami pasien adalah lemas dan juga
kelelahan. Hal ini disebabkan karena kurangnya oksigen yang didistribusikan pada
jaringan akibat produksi eritrosit yang menurun berkaitan dengan efek kemoterapi
yaitu myelosupresive.5

Myelosupresive adalah penekanan fungsi sumsum tulang dalam menghasilkan sel


darah yaitu eritrosit, leukosit, dan trombosit. Supresi sel darah ini secara langsung
maupun tidak langsung dapat mengakibatkan dampak negatif secara klinis mulai dari
kelelahan yang menyebabkan penurunan aktivitas sehari-hari, kemudian perubahan
angka blood-counts, infeksi yang mengancam jiwa hingga kematian.5

Efek samping ini merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas yang
sering terjadi pada pasien karsinoma kolorektal. Namun sampai saat ini belum ada
penelitian menggambarkan efek samping Xeloda terhadap penurunan kadar
Hemoglobin, Leukosit, dan Trombosit. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai Gambaran PenurunanKadar Hemoglobin, Leukosit, Dan
Trombosit pada Pasien Karsinoma Kolorektal yang Mendapat Kemoterapi Xeloda di
RSUP Hasan Sadikin Bandung tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, diketahui bahwa xeloda memiliki efek dalam
penurunan kadar sel darah. Hal ini karena Anti Neoplastic Agents menyebakan
hiposelularitas pada sumsum tulang sehingga mengakibatkan penurunan aktivitas
jaringan hematopetik dan penurunan produksi sel darah yang sesuai baik secara
langsung maupun tidak langsung. Sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan
4

seberapa besar penurunan kadar sel darah akibat dari kemoterapi xeloda ini, sehingga
peneliti tertarik utuk melakukan penelitian ini.5

Maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah: bagaimanakah gambaran


penurunan kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit pada pasien karsinoma
kolorektal yang mendapat kemoterapi xeloda di RSUP Hasan Sadikin Bandung tahun
2016.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran penurunan kadar hemoglobin, leukosit, dan


trombosit pada pasien karsinoma kolorektal yang mendapat kemoterapi xeloda di
RSUP Hasan Sadikin Bandung tahun 2016

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui angka kejadian karsinoma kolorektal di RSUP Hasan Sadikin
Bandung tahun 2016.
2. Mengetahui karakteristik sosio dermografi pasien (umur, jenis kelamin,
pekerjaan).
3. Mengetahui dosis penggunaan kemoterapi xeloda sebagai monotherapy pada
pasien karsinoma kolorektal.
4. Mengetahui kadar hemoglobin, leukosit, trombosit sebelum dan sesudah
penggunaan kemoterapi Xeloda
5. Mengetahui penurunan kadar hemoglobin, leukosit, dan trombosit akibat
kemoterapi Xeloda pada pasien karsinoma kolorektal.

1.4 Manfaat Penelitian

1. RSUP Hasan Sadikin Bandung tahun 2016


Menjadi salah satu sumber informasi mengenai pengaruh kemoterapi xeloda
sehingga dapat dijadikan pertimbangan sebelum memberikan terapi xeloda
terhadap pasien karsinoma kolorektal.
2. Pasien
Mengetahui efek kemoterapi xeloda sehingga pasien dapat diedukasi untuk tetap
menjaga kondisi kesehatannya.
3. Peneliti lain
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi serta acuan bagi peneliti lain
untuk melakukan penelitian selanjutnya.

You might also like