You are on page 1of 21

“ Analisis Pengaruh Pelayanan Keperawatan Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien

Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende Menggunakan Metode
Regresi Logistik”

Oleh:

Nama : Maria Ingriela Toja Mario

NIM : 161061003

Fakultas Sains Terapan

Institut Sains Dan Teknologi Akprind

Yogyakarta

2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang
sangat strategis dalam upaya mempercepat derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Peran
tersebut dewasa ini semakin dituntut akibat adanya perubahan epidemiologik penyakit,
perubahan struktur organisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan perubahan
sosial ekonomi masyarakat (Azwar, 1998). Menurut Kepmenkes No. 129 tahun 2008, rumah
sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Tugas rumah sakit sebagai institusi pelayanan
kesehatan adalah memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, dan bertanggung jawab
terhadap masyarakat terutama di wilayah cakupannya. Sedangkan fungsi rumah sakit adalah
menyelenggarakan pelayanan spesialistik atau medik sekunder dan pelayanan subspesialistik
atau medik tersier. Oleh karena itu produk utama (core product) rumah sakit adalah
pelayanan medik. Dalam rumah sakit, unit penghasil pelayanan adalah instalasi. Sebagai unit
penghasil pelayanan, maka instalasi di rumah sakit merupakan ujung tombak dan operasional
rumah sakit. Poliklinik merupakan unit fungsional rumah sakit yang memberikan pelayanan
berobat jalan pada pasien.

Saat ini kecenderungan masyarakat terhadap permintaan pelayanan kesehatan berobat


jalan dengan tanpa menginap (one day care) semakin meningkat sehingga jumlah kunjungan
pasien di unit polikliknik menjadi semakin meningkat. Peningkatan jumlah kunjungan pasien
dari waktu ke waktu juga dapat dipengaruhi oleh faktor kepuasan yang diperoleh pasien.
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang (setelah membandingkan antara kinerja atau
hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima) dengan yang diharapkan. Pelayanan
diharapkan membuat pasien merasa puas (customer satisfaction) hal ini berarti dengan
memberikan kepada pasien apa yang betul-betul mereka butuhkan dan inginkan, bukan
memberikan apa yang kita pikirkan dibutuhkan oleh mereka. Sedangkan Linder-Pelz
mendefinisikan kepuasan pasien sebagai evaluasi positif dari dimensi pelayanan kesehatan.

Pelayanan pasien merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan,


keinginan dan harapan pasien. Jika pelayanan yang diterima telah sesuai dengan harapan
pasien hal tersebut berarti pelayanan memuaskan. Untuk memahami bagaimana memuaskan
pasien adalah dengan mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan pasien.
Keinginan, kebutuhan dan harapan pasien dapat diidentifikasi dengan melihat karakteristik
dari masing-masing pasien. Pihak rumah sakit perlu memahami karakteristik pasien untuk
pengambilan keputusan terkait pelayanan rumah sakit agar pelayanan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat pada umumnya serta pasien pada khususnya.
Pasien mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanannya nyaman,
menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana secara keseluruhan memberikan kesan
kepuasan terhadap pasien. Sedangkan dari pihak pemberi pelayanan, mengartikan pelayanan
yang bermutu dan efisien jika pelayanan sesuai dengan standar pemerintah. Adapun kondisi
yang sering dikeluhkan oleh pemakai jasa rumah sakit adalah: sikap dan tindakan dokter atau
perawat, sikap petugas administrasi, sarana yang kurang memadai, lambannya pelayanan,
persediaan obat, tarif pelayanan, peralatan medis dan lain-lain (Azwar, 1996).

Rumah Sakit Umum Daerah Ende yang selanjutnya disingkat menjadi (RSUD Ende),
merupakan satu satunya RSUD yang ada di Kabupaten Ende yang tak luput dari keluhan atas
pelayanan jasa di bidang kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Keluhan akan muncul
apabila pelanggan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang kita berikan. Suatu pelayanan
dinilai memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
pelanggan. RSUD Ende sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah
Kabupaten Ende tidak dapat terhindar dari pengaruh reformasi di bidang kesehatan. Dengan
kondisi masyarakat yang semakin kritis terhadap mutu pelayanan kesehatan menuntut rumah
sakit dapat memberikan pelayanan yang bermutu. Untuk itu perlu kiranya dikembangkan
upaya yang maksimal baik kekuatan internal maupun kekuatan eksternal yang ada di rumah
sakit. Untuk memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien, RSUD Kabupaten Ende
menyediakan fasilitas medis dan non medis.

Penelitian ini menggunakan metode Analisis Regresi Logistik karena Analisis regresi
logistik digunakan untuk menjelaskan hubungan antara variabel respon yang berupa data
dikotomik/biner dengan variabel bebas yang berupa data berskala interval dan atau kategorik
(Hosmer dan Lemeshow, 1989). Variabel yang dikotomik/biner adalah variabel yang hanya
mempunyai dua kategori saja, yaitu kategori yang menyatakan kejadian sukses (Y=1) dan
kategori yang menyatakan kejadian gagal (Y=0). Pada model model linear umum komponen
acak tidak harus mengikuti sebaran normal, tapi harus masuk dalam sebaran keluarga
eksponensial. Sebaran bernoulli termasuk dalam salah satu dari sebaran keluarga
eksponensial. Kasus yang terdapat pada penulisan ini adalah mencari hubungan pengaruh
keperawatan terhadap tingkat kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit umum daerah Ende.
Berdasarkan kasus tersebut sudah membuka pikiran untuk kasus seperti apa regresi logistik
digunakan. intinya variabel dependentnya dikotomi artinya memiliki dua kategori seperti
pada kasus diatas.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengambil judul penelitian “Analisis Pengaruh pelayanan Keperawatan
Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Rwat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Ende, dengan menggunakan Metode Analisis Regresi Logistik”
1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana deskripsi faktor-faktor pelayanan keperawatan yang berpengaruh terhadap


tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS Umum Daerah Ende?

2. Faktor-faktor pelayanan keperawatan apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap


tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS Umum Daerah Ende dengan menggunakan
analisis regresi logistik?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan faktor-faktor pelayanan keperawatan yang berpengaruh terhadap


tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS Umum Daerah Ende?

2. Menentukan faktor-faktor pelayanan keperawatan yang berpengaruh signifikan


terhadap tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS Umum Daerah Ende dengan
menggunakan analisis regresi logistik?

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi Bidang Keilmuan


Bagi bidang keilmuan khusunya statistika, penelitian ini diharapkan dapat
membawa wawasan tentang regresi logistik biner untuk diasah dan dikembangkan
kedepannya.

2. Bagi RSUD Ende

Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Ende, hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan membuat kebijakan dalam membuat strategi pemasaran jasa
dan meningkatkan pelayanan kepada pasien rawat inap.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti, sebagai wahana untuk menerapkan teori-teori yang diperoleh dari
perkuliahan, serta menambah pengalaman untuk mengenal aplikasi teori yang diperoleh
yang bisa diterapkan di RSUD Ende.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penilisan ini penilis hanya berfokus pada faktor-faktor yaitu
pelayanan keperawatan dan tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Ende dengan menggunakan metode analisis Regresi Logistik.

Dengan melihat perumusan masalah diatas, permasalahan pada penelitian ini akan
dibatasi untuk menghindari pembahasan yang telalu melebar dan mengingat keterbatasan
pengetahuan peneliti. Pembahasan dalam penelitian ini difokuskan pada pelayanan
pengunjung (pasien) rawat inap pada rumah sakit umum daerah Ende dengan menggunakan
analisis regresi logistik. Masalah lain yang diangkat adalah mengenai dimensi layanan yang
mempengaruhi kepuasan pengunjung. Dimensi layanan yang dimaksud adalah bukti fisik
(tangibles), kehandalan (reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan
empati (Emphaty). Metode yang digunakan untuk menaksir parameter model adalah metode
maksimum likelihood estimation (MLE) serta uji statistik yang mendukung penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjuan Pustaka

Ada beberapa penelitian terdahulu yang juga menerapkan analisis regresi logistik
untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mengangkat tentang kasus anemia yang
diterapkan yaitu: Fatkhiyatur Rizki (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor Risiko
Anemia Gizi Besi pada Ibu Hamil di Jawa Timur Menggunakan Analisis Regresi Logistik”.
Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruhi pada
anemia pada ibu hamil adalah konsumsi zat besi, usia kehamilan, dan pendidikan. Sebanyak
25,3% dari keselurahan jumlah ibu hamil yang diteliti mengalami anemia yang jika di alami
pada ibu hamil akan sangat beresiko pada janinnya dan mayoritas penderita anemia memiliki
jarak kehamil kurang dari 2 tahun dan lulus SMA/SLTA.

Sumber: http://eprints.unm.ac.id/6321/1/SKRIPSI.pdf:

Aprilyani varamita (2017) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Regresi


Logistik Dan Aplikasinya Pada Penyakit Anemia Untuk Ibu Hamil Di Rskd Ibu Dan Anak
Siti Fatimah Makassar“ Hasil analisis menunjukan bahwa;

1. Terdapat sebanyak 84,8% dari jumlah keseluruhan orang ibu hamil di RSKD Ibu dan Anak
Siti Fatimah Makassar menderita anemia pada masa kehamilan. Mayoritas ibu hamil yang
menderita anemia memiliki jarak kehamilan 2 tahun dan tidak bekerja. Mayoritas ibu hamil
penderita anemia memiliki usia kehamilan 21 minggu hingga 40 minggu, dan sekolah.

2. Model logistik untuk menggambarkan hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan
jarak kehamilan, usia ibu, usia kehamilan, pendidikan dan pekerjaan adalah:

Berdasarkan model yang diperoleh maka dapat dikatakan bahwa variabel yang
berpengaruh secara nyata terhadap model adalah variabel usia kehamilan. Pasien yang usia
kehamilannya diatas 21 minggu 7 kali lebih berpengaruh dibandingkan dengan pasien yang
usia kehamilannya dibawah 21 minggu terhadap pasien yang menderita anemia pada masa
kehamilan. untuk variabel jarak kehamilan, usia ibu, pekerjaan berpengaruh terhadap
memprediksi terjadiya anemia pada masa kehamilan namun pengaruhnya kecil
dinbandingkan dengan usia kehamilan, sedangakan untuk variabel pendidikan tidak memiliki
pengaruh terhadap memprediksi terjadiya anemia pada masa kehamilan dikarenakan pada
data yang telah diperoleh menunjukkan bahwa dari keseluruhan data hanya dua orang yang
tidak pernah bersekolah dan hanya satu orang yang lulus perguruan tinggi

Sumber: http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/59960/1/G12dwi1.pdf

Dinia Wihansah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Model Regresi Logistik
Biner untuk Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Status Anemia pada
Ibu Hamil”. Hasil dari penelitian ini adalah Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap status
anemia ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau Propinsi Sulawesi
Tenggara yaitu umur kehamilan, jarak kelahiran, frekuensi pemeriksaan kehamilan, dan
konsumsi tablet penambah darah. Model regresi logistik biner yang diperoleh adalah g(x) =
1,662 + 0,434X2 – 1,024X3 – 5,276X5 – 0,516X6 Semakin meningkatnya umur kehamilan
maka akan semakin besar pula peluang ibu hamil terkena anemia. Semakin dekat jarak
kelahiran peluang ibu hamil terkena anemia besar. Frekuensi pemeriksaan kehamilan yang
terlalu sedikit juga akan menyebabkan peluang ibu hamil terkena anemia semakin besar.
Konsumsi tablet penambah darah yang semakin sedikit juga akan menyebabkan peluang ibu
hamil terkena anemia semakin meningkat. Berdasarkan persentase CCR dan kurva ROC dari
data keseluruhan dan data validasi didapatkan nilai yang relatife sama. Hal ini berarti bahwa
model yang diperoleh valid atau akurat.

2.1 Landasan Teori

2.2.1 Kualitas Pelayanan Keperawatan

Kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan suatu fenomena unik, sebab
dimensi dan indikator kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dapat berbeda diantara
orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi perbedaan dipakai
suatu pedoman yaitu hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu
memenuhi kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan. Mutu pelayanan
menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam memenuhi kebutuhan
dan tuntutan setiap pasien (Azwar, 1996)

Menurut Azwar (2005:130) kualitas pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan


tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap
pasien. Makin sempurna kepuasan tersebut, makin baik pula kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam menyelenggarakan upaya menjaga kualitas pelayanan kesehatan dirumah sakit tidak
terlepas dari profesi keperawatan yang berperan penting. Berdasarkan standar tentang
evaluasi dan pengendalian kualitas dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin
adanya asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi dengan terus menerus melibatkan diri
dalam program pengendalian kualitas di rumah sakit. Tanpa perawat, kesejahteraan pasien
juga terabaikan karena perawat adalah penjalin kontak pertama dan terlama dengan pasien
mengingat pelayanan keperawatan berlangsung terus menerus selama 24 jam sehari.

Departemen kesehatan mendeinisikan perawat adalah seseorang yang memberikan


pelayanan kesehatan secara profesional dimana pelayanan tersebut berbentuk pelayanan
biologis, psikologis sosial, spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Pelayanan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan isik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya pengertian pasien akan kemampuan melaksanakan
kegiatan secara mandiri. Kegiatan itu dilakukan dalam usaha mencapai peningkatan
kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan yang memungkinkan setiap
individu mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif (Aditama, 2002: 58). Dari
batasanbatasan mengenai pengertian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan pengertian
kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang memberikan perasaan
nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan
dimana sikap ini merupakan kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan
menimbulkan perasaan puas pada diri pasien.

2.2.2 Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan salah satu analisis dalam statistik yang digunakan untuk
menaksir pola hubungan sebab-akibat antara variabel bebas (dependen) dan variabel respon
(independen). Variabel dependen yang biasanya disimbolkan sebagai (y) adalah variabel yang
nilainya ditentukan oleh variabel lain, sedangkan variabel independen yang biasanya
disimbolkan sebagai (x) adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan secara bebas
berdasarkan dugaan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.
Hubungan antara satu atau dua variabel dapat lebih mudah dipahami dengan satu model yang
disebut model regresi. Bentuk umum persamaan analisis regresi diberikan sebagai berikut.

Dimana,
Yi = Variabel terikat untuk pengamatan ke-i

β0 = Nilai Konstanta

β1 = Paramater model

Xi = Variabel bebas pengamatan ke-i

ɛi = Galat regresi

Analisis regresi dapat dikelompokkan menjadi analisis regresi linier dan regresi
nonlinier. Data hasil penelitian yang berupa data kualitatif dapat dianalisis dengan regresi
nonlinier. Salah satu regresi nonlinier yang dapat digunakan untuk menganalisis data
kualitatif adalah model regresi logistik.

2.2.3 Regresi Logistik

Penjelasan regresi logistik merupakan bagian dari model-model statistika yang


disebut model linear yang digeneralisasi. Dilihat dari variabel independen regresi logistik
terbagi menjadi dua yaitu regresi logistik sederhana (hanya memiliki satu variabel
independen) dan regresi logistik berganda (memiliki lebih dari satu variabel independen)
sedangkan jika dilihat dari variabel dependennya, regresi logistik dibedakan menjadi dua
yaitu regresi logistik biner (variabel dependennya dichotomous atau hanya memiliki dua
kategori) dan regresi logistik multinomial (variabel dependennya memiliki lebih dari dua
kategori atau polytomous).

Regresi logistik sebenarnya sama dengan analisis regresi berganda, hanya saja
variabel-variabel terikatnya (dependen) merupakan variabel dummy (0 dan 1). Contohnya
kepuasan pelanggan terhadap jasa pelayanan sebuah rumah sakit. Maka varibel dependennya
adalah 0 jika tidak puas dan 1 jika puas.

2.2.4 Model Regresi Logistik Biner

Regresi logistik biner merupakan suatu metode analisis data yang digunakan untuk
mencari hubungan antara variabel respon (y) yang bersifat biner atau dikotomus dengan
variabel prediktor (x) yang bersifat polikotomus (Hosmer dan Lemeshow, 2000). Keluaran
dari variabel respon y terdiri dari 2 kategori yang biasanya dinotasikan dengan y =1 (sukses)
dan y=0 (gagal). Hosmer dan Lemeshow (2000) menjelaskan bahwa model regresi logistik
dibentuk dengan menyatakan nilai P(Y= 1│x) sebagai π(x) yang dinotasikan sebagai berikut:
Suatu fungsi dari π(x) dicari dengan menggunakan transformasi logit, yaitu g(x) yang
dapat dinyatakan sebagai berikut:

Pengujian terhadap parameter-parameter model dilakukan baik secara simultan


maupun secara parsial. Menurut Hosmer dan Lemeshow (2000), pengujian parameter model
secara simultan menggunakan uji nisbah kemungkinan (Likelihood Ratio Tesis), dengan
hipotesis. Menurut Kleinbaum dan Klein (2002), regresi logistik adalah suatu model
pendekatan matematika yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara beberapa
vaiabel penjelas dengan suatu variabel dikotomi. Variabel dikotomi mempunyai dua
kemungkinan yang biasanya dinyatakan dengan 0 (gagal) dan 1 (sukses). Diberikan model
sebagai berikut:

yi = β0 + β1 X1 +……+βp Xpi + εi εi ~ N(0,σ2 )

Jika Y diberi 0 dan 1, maka

P(Yi = 1│X = xi) = π(xi) dan P(Yi = 0│X = xi ) =1-π (xi)

Nilai harapan dari (yi│xi) adalah E(yi│xi )= π(xi), persamaan umum untuk regrsi logistik
biner adalah:

Dimana p adalah banyaknya variabel independen dan π(xi) merupukan peluang


terjadinya kejadian puas dan tidak puas. Fungsi π(x) merupakan fungsi non linear sehingga
perlu dilakukan transformasi logit untuk memperoleh fungsi yang linier agar dapat dilihat
hubungan antara variabel dependen (y) dengan variabel independen (x). Model logit dari π(x)
dinyatakan sebagai g(x), yaitu:

Model umum regresi logisitk setelah disubtitusikan dengan model logit dari (x) diperoleh:
Dalam regresi logistik terdapat beberapa perbedaan dengan regresi pada umumnya
yaitu regresi logistik tidak mengasumsikan suatu hubungan yang linear antara variabel
independen dengan variabel dependen, tidak memerlukan asumsi multivariate normality pada
variabel independennya, tidak ada asumsi homokedastisitas, variabel independen tidak perlu
diubah ke dalam bentuk metrik (interval atau skala ratio), variabel dependen harus bersifat
dikotomi (2 kategori, contoh: tinggi dan rendah atau puas dan tidak puas), tidak adanya
multikolinearitas, kategori dalam variavel independen harus terpisah satu sama lain atau
bersifat eksklusif, dan sampel yang diperlukan dalam jumlah relatif besar, minimum
dibuhkan hingga 50 sampel.

2.2.5 Odds Ratio

Odds ratio merupakan ukuran risiko atau kecenderungan untuk mengalami kejadian
“sukses” antara satu kategori dengan kategori lainnya, didefenisikan sebagai ratio dari odds
untuk xj =1 terhadap xj = 0. Secara umum ratio peluang merupakan sekumpulan peluang
yang dibagi oleh peluang lainnya. Ratio peluang bagi independen diartikan sebagai jumlah
relatif di mana peluang hasil meningkat (rasio peluang > 1) atau turun (rasio peluang < 1)
ketika nilai variabel independen meningkat sebesar 1 unit. Untuk menentukan odds ratio
rumusya sebagai berikut:

Keterangan:

P(Xi) : Rasio peluang kejadian puas

1 − P(Xi) : Rasio peluang kejadian tidak puas

Odds ratio didefenisikan sebagai perbandingan dari nilai variabel sukses terhadap
variabel bernilai gagal. Dengan kata lain odds ratio menjelaskan seberapa besar pengaruh
variabel sukses dibanding variabel gagal terhadap suatu eksperimen atau observasi. Pada
kasus penelitian dengan regresi logistik, nilai ini dapat dilihat dari nilai Exp(β) pada hasil
analisis data atau e(βi) dengan β1 adalah estimasi parameter variabel independen pertama,
kedua dan seterusnya. Hasil tersebut akan menunjukkan pengaruh setiap variabel independen
terhadap variabel dependen.

2.2.6 Estimasi Pareameter

Untuk memperoleh estimasi dari parameter regresi logistik dapat dilakukan dengan
metode Maximum Likelihood Estimation (MLE). Menurut Homser dan Lemeshow (1989)
Metode MLE digunakan untuk mengestimasi parameter-parameter dalam regresi logistik dan
pada dasarnya metode maksimum likelihood memberikan nilai estimasi β dengan
memaksimumkan fungsi likelihoodnya. Secara matematis fungsi likelihood (xi,yi) dapat
dinyatakan:

Karena setiap pengamatan diasumsikan independen maka fungsi likelihoodnya merupakan


perkalian antara masing-masing fungsi likelihood yaitu:

Karena berdistribusi normal maka fungsi distribusi peluang gabungan dari Y adalah:

Untuk menentuka penduga parameter menggunakan metode maximum likelihood


estimation, terleibh dahulu ditentukan fungsi likelihood yang diperoleh dari persamaan di atas

Maka log likelihoodnya adalah:


Untuk memperoleh nilai β maka dengan memkasimumkan nilai L(β ) dan
mendiferensialkan L(β) terhadap β dan menyamakannya dengan nol. Persamaan ini dapat
ditulis dalam bentuk sebagai berikut:

Kemudian persamaan diatas ini disamadengankan nol


Jadi estimasi dari parameter β adalah:

2.2.7 Uji Signifikansi Parameter

Uji signifikansi parameter dari variabel independen dilakukan untuk mengetahui


apakah taksiran parameter yang diperoleh berpengaruh secara signifikan terhadap model atau
tidak, dan seberapa besar pengaruh masing-masing parameter tersebut terhadap model.
Pengujian terhadap parameter-parameter model dilakukan baik secara sumltan (serentak)
maupun secara parsial (individu).

1. Uji Simultan

Uji simultan (serentak) dilakukan untuk mengetahui signifikansi parameter β


terhadap variabel dependen secara keseluruhan. Menurut Homser dan Lemeshow
(2000), pengujian parameter model secara serentak menggunakan uji rasio
kemungkinan (ratio likelihood test) dengan menggunakan statistik uji G yang
digunakan untuk menguji peranan varibel independen di dalam model secara
bersama-sama dengan rumusnya sebagai berikut:

Keterangan Lo = model yang hanya terdiri dari konstanta saja dan Lp = model
lengkap (model dengan variabel independen) yang berdistribusi X2 (Chi- square)
dengan derajat bebas banyaknya parameter dalam model df = v. Hipotesis dari
persamaan diatas adalah:
H1: Minimal terdapat satu β1 ≠ 0. Dengan j = 1,2, ... p (Ada pengaruh antara
variabel independen terhadap variabel dependen). Kriteria ini mengambil taraf nyata α
= 0,05 maka H0 ditolak jika nilai G>X2(a,v) dimana v adalah banyaknya variabel
prediktor.

2. Uji Parsial

Pengujian parameter secara parsial (individu) menggunakan uji Wald, hasil


pengujian secara parsial akan menunjukkan apakah suatu variabel independen
(prediktor) layak untuk masuk dalam model atau tidak. Hipotesis yang akan diuji
adalah:

Menurut Hosmer dan Lemeshow, statistik uji Wald didefenisikan sebagai:

Dengan βi sebagai penduga βi dan Se (βi ) sebagai penduga galat baku βi .


Statistik W akan mengikuti persebaran normal baku jika H0 benar. Keputusan H1 tolak
diambil ketika |W|>Zα /2 .

2.2.8 Uji Kecocokan Model

Uji kecocokan model digunakan untuk mengevaluasi cocok tidaknya model dengan
data, nilai observasi yang diperoleh sama atau mendekati dengan yang diharapkan dalam
model.8 Model yang digunakan harus layak atau memenuhi Goodness of Fit (GoF). Suatu
model dikategorikan memenuhi GoF jika terdapat kesesuaian antara data yang dimasukkan
dalam model dengan data yang diamati. Dalam regresi logistik metode untuk menguji
kelayakan model diukur dengan nilai chi-square dengan uji Homser and Lemeshow.
Pengujian ini dengan melihat nilai goodness of fit test yang diukur dengan nilai chi-square
pada tingkat signifikan 5%.
Keputusan penerimaan hipotesis didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut

Untuk menguji hipotesis digunakan model Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit
test, jika nilai Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test statistik sama dengan atau kurang
dari 0,05. Artinya, hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikansi antara model
dengan nilai observasinya, yang goodness fit model tidak baik karena model tidak dapat
memprediksi nilai observasinya. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test lebih
besar dari 0,05. Artinya, hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu
memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat ditemui karena cocok
dengan observasinya.

Uji Hosmer and Lemeshow dilakukan dengan dasar pengelompokan pada nilai
dugaan peluang yang diamati pada setiap variabel independen. Statistik uji Hosmer and
Lemeshow di formulasikan sebagai berikut:
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Berisi penjelasan jenis desain penelitian

3.2 Lokasi Penelitian

Berdasarkan penelitian ini, data akan diambil darI RSUD Ende dan literatur-literatur
yang tersedia di RSUD Ende, serta beberapa referensi lainnya.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh
dari RSKD Ibu dan Anak Siti Fatimah Makassar.

Kode Y X1 X2 X3 X4 X5

1 8.1 2 33 36 1 0

2 12.6 0 20 40 1 0

3 10.2 2 38 37 1 0

4 9.8 0 16 37 1 0

5 9 2 24 38 1 1

6 7.6 0 20 39 1 0

7 12.6 8 39 12 1 0

8 9.8 9 36 38 1 0

9 8.9 5 29 41 1 0

10 10.1 0 28 16 1 0

11 8.7 2 26 39 1 0

12 10.5 0 25 41 1 0

13 9.2 0 23 33 1 0

14 8.1 4 29 32 1 0

15 9.4 2 22 36 1 0
16 9.5 2 22 40 1 0

17 9.6 7 24 32 1 0

18 9.7 0 21 38 1 0

19 10.5 1 28 36 0 0

20 10.3 2 25 42 0 0

21 8.3 0 20 25 1 0

22 10.8 0 21 31 1 0

23 8.8 6 42 40 1 0

24 7.6 1 22 39 1 0

25 10.1 1 27 40 1 0

26 10.8 2 27 39 1 0

27 9.8 4 24 40 1 0

28 10.1 5 35 40 1 0

29 10.1 2 37 20 1 0

30 8.5 2 25 39 1 0

31 9.9 0 20 38 1 0

32 10.2 3 35 38 1 1

33 9.8 2 25 39 1 0

34 7.8 1 26 37 1 0

35 8.1 1 20 37 1 0

36 7.6 1 32 24 1 1

37 10.8 0 22 30 1 0

38 9.8 1 24 30 1 0

39 9.9 0 25 39 1 0

40 10.3 0 20 24 1 0

41 9.7 4 25 38 1 0

42 8.3 4 38 38 1 0

43 9.9 6 36 42 1 0
44 10.7 0 20 40 1 0

45 10.9 0 21 40 1 0

46 7.1 6 29 38 1 0

Keterangan:

Y = Kepuasan Pasien (1 = Cukup Puas, 2 = Puas, 3 = Sangat Puas)

X1 = Pelayanan (1= Kurang Baik, 2= Baik, 3= Sangat Memadai)

X2 = Fasilitas (1= Kurang Memadai, 2= Memadai, 3= Sangat Memadai)

X3 = Jenis Kelamin (0 = Pria, 1 = Wanita)

3.4 Variabel

Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu:

1 Kepuasan Pasien (Y) menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang;
perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan
sebagainya). Kepuasan dapat diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan
kelegaan seseorang dikarenakan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk
mendapatkan pelayanan suatu jasa. Selain itu Kepuasan adalah reaksi emosional
terhadap kualitas pelayanan yang dirasakan dan kualitas pelayanan yang dirasakan
merupakan pendapat menyeluruh atau sikap yang berhubungan dengan keutamaan
pelayanan. Dengan kata lain kepuasan pelanggan adalah kualitas pelayanan yang
dipandang dari kepentingan konsumen dalam hal ini adalah pasien. Pelayanan
kesehatan yang berkualitas adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk
serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang
ada. Dansky mengatakan bahwa pemuasan pelanggan atau pasien adalah prinsip dasar
manajemen mutu kualitas. Kualitas pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan
kepada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan
bahwa makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula
kualitasnya. Penampilan merupakan keluaran (output) dipengaruhi oleh a) proses
(proces) meliputi tindakan medis dan non-medis sesuai dengan standar (standar of
cunduct), b) masukan (input) yang meliputi tenaga, dana, sarana serta c) lingkungan
(environment) meliputi kebijakan, organisasi dan manajemen.

2 Pelayanan terhadap pasien (X1) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan


melalui aktivitas orang lain secara langsung. Sedangkan, pengertian pelayanan dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, pelayanan adalah menolong menyediakan segala
apa yang diperlukan orang lain. Tenaga medis merupakan unsur yang memberikan
pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan
kepada pasien di Rumah Sakit. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan
medik kepada pasien dengan mutu sebaik-baiknya , menggunakan tata cara dan teknik
berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada pasien dari rumah sakit .

3 Fasilitas (X2) pengertian fasilitas adalah sarana untuk melancarkan pelaksanaan


fungsi. Arti lainnya adalah kemudahan. Fasilitas atau Standar peralatan yang harus
dimiliki oleh rumah sakit sebaga penunjang untuk melakukan diagnosis, pengobatan,
perawatan dan sebagainya tergantung dari tipe rumah sakit, di samping tersedianya
sarana penunjang medik juga tersedia alat-alat keperawatan. Dalam rumah sakit, obat
merupakan sarana yan mutlak diperlukan, bagian farmasi bertanggung jawab atas
pengawasan dan kualitas obat. Persediaan obat harus cukup, penyimpanan efektif,
diperhatikan tanggal kadaluwarsanya, dan sebagainya.

4 Jenis Kelamin

3.5 Skema Penelitian


Mulai

Pengumpulan Data

Uji Kesesuaian Model

Uji Signifikn Model

Uji Tiap-tiap Parameter

Interpretasi Paraeter

You might also like