You are on page 1of 12

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

A. Pengkajian
 Pengumpulan Data
(a) Identitas pasien, seperti nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, status
pernikahan, agama, suku bangsa, alamat, pendidikan terakhir, tanggal dirawat
dan diagnosa medis. Identitas penanggungjawab, seperti nama, hub. dengan
klien, no. telpon, alamat.
(b) Keluhan Utama, biasanya lansia dengan diabetes mellitus mungkin cukup sukar
karena keluhan yang datang sering tidak khas dan asimtomatik (contohnya:
kelemahan, kelelahan, BB menurun, terjadi infeksi minor, kebingunan akut atau
depresi).
(c) Riwayat Penyakit Dahulu, Biasanya Diabetes Melitus merupakan penyakit
yang kronis, jadi mungkin dahulu juga sudah pernah dirawat karena Diabetes
Melitus.
(d) Riwayat Penyakit Sekarang, Pada umumnya pasien datang ke RS dengan
keluhan gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai
serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar
sembuh dengan pengobatan lazim.
(e) Riwayat Penyakit Keluarga, Biasanya terdapat setidaknya satu anggota
keluarga yang menderita Diabetes Melitus
 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi


untuk mengetahui perubahan sistem tubuh. Pendekatan yang di gunakan dalam
pemeriksanaan fisik, yaitu : Head to toe.
(a) Sel, menjadi lebih sedikit, jumlah dan ukurannya menjadi lebih besar,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan cairan intrasel
(b) Kulit, menjadi keriput karena kehilangan lemak, kulit kering dan pucat, terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah kekulit dan menurunnya
sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tengah dan kaki menjadi
tebal dan rapuh. Pada orang berusia 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut
menipis/botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah
dan fungsinya.
(c) Muskuloskeletal, Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang
pengecilan otot karena menurunnya serabut otot. Pada otot polos tidak begitu
berpengaruh.
(d) Sensori, Presbiakusis (menurunnya pendengaran pada lansia) membran timpani
menjadi altrofi menyebabkan austosklerosis, penumpukkan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin, mata terganggu karena berbentuk
speris, sfingther pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar,
lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang penglihatan (daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat gelap), Hilangnya akomodasi
menurunnya lapang pandang karena berkurangnya luas pandangan,
menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala.
(e) Pernafasan, Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku,menurunnya aktivitas silia, paru kurang elastis, alveoli kurang melebar
biasanya dan jumlah berkurang. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75
mmHg. Karbon oksida pada arteri tidak berganti kemampuan batuk berkurang.
(f) Jantung, Katub jantung menebal dan menjadi kaku. Kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% pertahun. Kehilangan obstisitas pembuluh darah,
tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
(g) Gastrointestinal, Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar,
rasa lapar menurun, asam lambung menurun waktu pengosongan lambung,
peristaltik lemah sehingga sering terjadi konstipasi, hati makin mengecil.
(h) Urinaria, Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, laju filtrasi glumerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang sehingga kurang mampu memekatkan urine, proteinuria bertambah,
ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun
karena otot yang lemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan, pada orang terjadi peningkatan retensi urin dan pembesaran
prostat (75% usia diatas 60 tahun).
(i) Reproduksi, Selaput lendir vagina menurun/kering, menciutnya ovarium dan
uterus, atrofi payudara testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur, dorongan seks menetap sampai usia 70
tahun asal kondisi kesehatan baik
(j) Endokrin, terjadinya degenerasi pada hipofisis sehingga kurangnya hormone-
hormon yang dapat merangsang pancreas untuk mengeluarkan insulin, dan juga
karena penuaan dapat terjadi resistensi insulin.
 Psikologis
Tanyakan bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan, apakah dirinya merasa
dibutuhkan atau tidak, apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan, bagaimana
cara lansia mengatasi stress yang dialami, apakah lansia mudah dalam menyesuaikan
diri, apakah lansia sering mengalami kegagalan, apakah harapan lansia pada saat ini
dan masa yang akan datang, dan kaji juga mengenai fungsi kognitif, berupa daya ingat,
proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
 Sosial-Ekonomi
Tanyakan darimana sumber keuangan lansia, apa saja kesibukan lansia dalam mengisi
waktu luang, dengan siapa lansia tinggal, kegiatan organisasi apa saja yang diikuti
lansia, bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya, berapa sering lansia
berhubungan dengan orang lain diluar rumah, siapa saja yang bisa mengunjungi,
seberapa besar ketergantungannya, dan apakah lansia dapat menyalurkan hobi atau
keinginannya dengan fasilitas yang ada.
 Spiritual
Tanyakan kepada lansia, apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan
keyakinan agamanya, apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam
kegiatan keagamaan, bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan
berdoa.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
2. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3. Resiko Infeksi b/d penyakit kronis (Diabetes Mellitus)
4. Perfusi Perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/atau vena
5. Resiko Cedera b/d gangguan penglihatan
6. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b/d perubahan sirkulasi
7. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian

C. Rencana Keperawatan
1. Dx : Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif
Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Keseimbangan Cairan
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah hipovolemia
dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
- Hipotensi ortostatik, Skala 4 (Ringan)
- Pusing, Skala 5 (Tidak ada)
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda-tanda vital pasien 1. Tanda-tanda vital dapat menjadi
indikasi atas kerja obat, kefektifan
obat dan status kesehatan pasien
2. Timbang berat badan setiap hari dan 2. Mengetahui status pasien dan
monitor status pasien melihat jika ada perubahan dalam
BB pasien
3. Jaga intake/asupan yang akurat dan 3. Meningkatkan asupan cairan pasien
catat output pasien dan mengetahui jumlah intake dan
output pasien
4. Monitor status hidrasi 4. Mengetahui status hidrasi klien
sehingga dapat dilakukan tindakan
yang dapat mencegah dehidrasi
5. Berikan cairan, dengan tepat
5. Setiap orang membutuhkan ±2000-
2500 ml/hari cairan sehingga
6. Dukung pasien dan keluarga untuk dehidrasi tidak akan muncul
membantu dalam pemberian makanan 6. Nutrisi yang baik dapat membantu
yang baik meningkatkan volume cairan dalam
7. Berikan cairan IV, sesuai suhu kamar tubuh pasien
7. Pemberian cairan IV dapat
mengganti cairan yang keluar
8. Berikan terapi IV, seperti yang secara berlebihan
ditentukan 8. Membantu mempermudah obat
untuk sampai lebih cepat melalui
IV.

2. Defisit Nutrisi b/d Ketidamampuan mengabsorbsi nutrien


Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Status Nutrisi
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah defisit nutrisi
dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
- Asupan gizi, Skala 4 (Sedikit menyimpang dari rentang normal)
- Asupan cairan, Skala 4 (Sedikit menyimpang dari rentang normal)
Intervensi Rasional
1. Tentukan status gizi pasien dan 1. mendefinisikan derajat masalah
kemampuan untuk memenuhi dan intervensi yang tepat
kebutuhan gizi
2. Identifikasi alergi atau intoleransi 2. Mencegah terjadinya komplikasi
makanan yang dimiliki pasien dan menyesuaikan makanan yang
akan diberikan dengan keadaan dan
kepercayaan klien
3. Monitor kalori dan asupan makanan 3. Mengetahui status asupan gizi,
makanan yang diintake pasien
4. Ciptakan lingkungan yang optimal 4. mampu membuat napsu makan
saat mengkonsumsi makanan pasien meningkat
5. Pastikan makanan disajikan dengan 5. Membantu meningkatkan napsu
cara yang menarik dan pada suhu yang makan dan mengurangi rasa mual
paling cocok untuk konsumsi secara
optimal
6. Tawarkan makanan ringan yang padat 6. Membantu meningkatkan status
gizi nutrisi klien
7. Anjurkan pasien untuk memantau 7. pasien maupun keluarga dapat tau
kalori dan intake makanan dan juga perawat dapat mengontrol
status nutrisi klien
8. Atur diet yang diperlukan 8. pemberian makanan yang sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi
klien dapat membantu
menyeimbangkan status nutrisi
klien
9. Beri obat-obatan sebelum makan, jika 9. mengurangi rasa sakit di perut
diperlukan ataupun rasa mual

3. Resiko Infeksi b/d penyakit kronis (Diabetes Melitus)


Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Keparahan Infeksi
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah resiko infeksi
dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
- Malaise, Skala 4 (Ringan)
- Hilang napsu makan, Skala 4 (Ringan)
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan dengan baik 1. Lingkungan yang bersih dapat
setelah digunakan untuk setiap pasien membantu pasien mengontrol
bakteri-bakteri atau virus.
2. Batasi jumlah pengunjung 2. Jumlah pengunjung yang dibatasi
dapat membantu mengurangi
infeksi dari luar.
3. Anjurkan pasien mengenai teknik 3. Mencuci tangan dengan tepat
mencuci tangan dengan tepat. membantu pasien terhindar dari
bakteri/virus/jamur.
4. Tingkatkan intake nutrisi yang tepat 4. Mendapatkan nutrisi yang cukup
membantu meningkatkan sistem
imun
5. Dorong untuk beristirahat 5. Istirahat yang cukup juga
diperlukan untuk meningkatkan
sistem imun
6. Ajarkan pasien dan anggota keluarga 6. Membuat keluarga dan pasien
mengenai bagaimana menghindari mengerti dan dapat menghindari
infeksi infeksi.

4. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan aliran arteri dan/atau vena
Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Perfusi Jaringan: Perifer
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah keperawatan
perfusi perifer tidak efektif dapat teratasi, dengan kriteria hasil:
- pengisian kapiler jari kaki ,skala 4 ( Deviasi ringan dari kisaran normal)
- kekuatan denyut pedal, skala 4 ( Deviasi ringan dari kisaran normal)
Intervensi Rasional
1. Lakukan pemeriksaan fisik system 1. Untuk mengetahui adanya
kardiovaskular atau penilaian yang peningkatan sirkulasi arteri dan
komprehensif pada sirkulasi perifer vena
(misalnya memeriksa denyut nadi
perifer, edema, waktu pengisian
kapiler, warna dan suhu)
2. Lindungi ujung kaki dan tangan dari 2. Meminimalkan cedera atau rasa
cedera (misalnya, kain tebal dibawah tidak nyaman pada pasien
kaki, alas di kaki ranjang, sepatu
longgar)
3. Berikan kehangatan (misalnya, 3. Kehangatan dapat merilekskan
tambahan pakian tidur, meningkatkan pasien dan membantu dalam
suhu kamar) dengan tepat mempertahankan sirkulasi dan
perifer
4. Instruksikan pasien mengenai factor- 4. Membantu untuk menghindari
faktor yang mengganggu sirkulasi penekanan pembuluh darah dengan
darah (misalnya, merokok, pakaian gangguan sirkulasi statis vena dan
ketat, terlalu lama didalam suhu dingin mencegah penekanan perifer
dan menyilangkan kaki)
5. Pelihara dehidrasi yang memadai 5. Menentukan intervensi lebih lanjut
untuk menurunkan kekentalan darah
6. Monitor jumlah cairan yang masuk 6. Untuk memonitor cairan yang
dan keluar. masuk dan keluar sehingga
diketahui apakah pasien
kekurangan cairan
7. Kolaborasi untuk pemberian obat 7. Obat antiplatelet dan antikoagulan
antiplatelet (penurunan agrregasi dapat memperbaiki/mencegah
platelet) atau anti koagulan (pengencer pembekuan darah
darah) dengan tepat

5. Resiko cedera b/d gangguan penglihatan


Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC : Kejadian Jatuh
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka diharapkan masalah resiko cedera
dapat teratasi, dengan kriteria hasil :
- Jatuh saat berjalan, Skala 4 (1-3)
- Jatuh dari tenpat tidur, Skala 4 (1-3)
- Jatuh saat ke kamar mandi, Skala 4 (1-3)
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kekurangan baik kognitif 1. Mengidentifikasi kekurangan
atau fisik dari pasien yang mungkin baik kognitif / fisik dapat
meningkatkan potensi jatuh pada ling mengurangi resiko cidera pasien
kungan tertentu
2. Instruksikan pasien mengenai 2. Menjaga keseimbangan tubuh
penggunaan tongkat atau walker, agar tidak mudah jatuh
dengan tepat
3. Sediakan pencahayaan yang cukup 3. Pencahayaan yang tepat dapat
dalam rangka meningkatkan meningkatkan pandangan agar
pandangan tidak mudah terjadi cidera
4. Letakkan tempat tidur mekanik pada 4. Membantu pasien agar dapat
posisi yang paling rendah berdiri dengan mudah pada posisi
tempat tidur yang rendah
5. Sediakan tempat duduk toilet yang 5. Mengurangi penekanan pada otot
ditinggikan untuk memudahkan dan tidak terjadi kekakuan pada
perpindahan otot saat bediri
6. Berikan tanda untuk mengingatkan 6. Mencegah cedera lebih lanjut
pasien agar meminta bantuan saat
keluar dari tempat tidur

6. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan b/d perubahan sirkulasi


Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Integritas Jaringan : Kulit & Membran Mukosa
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah keperawatan
gangguan integritas kulit/jaringan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Nekrotik, skala 5 (Tidak ada)
Intervensi Rasional
1. Monitor karakteristik luka, termasuk 1. Mengetahui tentang karakteristik
drainase, warna, ukuran, dan bau luka, dan membantu menyusun
intervensi selanjutnya.
2. Bersihkan dengan normal saline atau 2. Menghilangkan jaringan mati atau
pembersih yang tidak beracun, dengan benda asing yang dapat
tepat. menghambat penyembuhan luka
3. Oles salep yang sesuai dengan 3. Membantu membuat luka sembuh
kulit/lesi. lebih cepat.
4. Berikan balutan yang sesuai dengan 4. Dengan balutan yang sesuai, dapat
jenis luka membantu mengangkat jaringan
mati sehingga mempercepat
penyembuhan
5. Ajarkan pasien atau anggota keluarga 5. Membantu perawatan setelah keluar
pada prosedur perawatan luka. dari RS.
6. Rujuk pada ahli diet, dengan tepat 6. Gizi yang baik dapat membantu
mempercepat proses penyembuhan
luka.

7. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian


Tujuan & Kriteria Hasil:
NOC: Tingkat Kecemasan
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan, diharapkan masalah keperawatan
ansietas dapat teratasi dengan kriteria hasil:
- Perasaan gelisah, skala 5 (Tidak ada)
- Wajah Tegang, skala 5 (Tidak ada)
Intervensi Rasional
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan 1. Membuat pasien lebih tenang dan
meyakinkan. dapat mempercayai perawat.
2. Dorong keluarga untuk mendampingi 2. Kehadiran keluarga bisa membuat
klien dengan cara yang tepat. pasien lebih semangat menghadapi
masalah yang dialaminya.
3. Berikan deskripsi detail terkait 3. Membuat pasien mengerti dan tau
intervensi relaksasi yang dipilih. apa saja yang akan dilakukan.
4. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 4. Mengurangi faktor-faktor yang
tanpa distraksi lampu yang redup dan dapat membuat pasien tidak
suhu lingkungan yang nyaman, jika nyaman.
memungkinkan.
5. Tunjukkan dan praktikkan teknik 5. Membuat pasien rileks dan tidak
relaksasi pada klien. gelisah.
DAFTAR PUSTAKA

Gloria M., Bulechek, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). ELSEVIER :
Indonesia

Hans Tandra. 2008. Diabetes: Panduan Lengkap Mengenal dan Mengatasi Diabetes dengan
Cepat dan Mudah. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Jaime L. Stockslager. 2007. Buku saku asuhan keperawatan geriatric Edisi 2. Jakarta. EGC

Sue Moorhead, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). ELSEVIER : Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta
Selatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

http://eprints.ums.ac.id/14984/2/BAB_I.pdf

You might also like