Professional Documents
Culture Documents
o Palpasi : Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum menunjukkan
tingkat hygiene seseorang.
o Palpasi : Penekanan ibu jari pada kulit dahi, karena mempunyai dasar tulang. Pada
dehidrasi bias ditemukan “finger print”pada kulit dahi
3. Palpebrae
o Inspeksi : Bisa terlihat penumpukan cairan atau edema pada palpebrae, selain itu
bias juga terlihat cekung pada pasien dehidrasi
o Palpasi : Dengan cara meraba menggunakan tiga jari pada palpebrae untuk
merasakan apakah ada penumpukan cairan, atau pasien dehidrasi bila teraba
cekung
o Icterus tampak lebih jelas di sclera disbanding pada kulit. Teknik memeriksa sclera
dengan palpasi menggunakan kedua jari menarik palpebrae, pasien melihat
kebawah radang pada conjungtiva bulbi maupun conjungtiva palpebrae. Keadaan
anemic bias diperiksa pada warna pucat pada conjungtiva palpebrae inferior.
o Dengan dua jari telunjuk memeriksa membandingkan TIO bola mata kiri dan kanan
dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas dengan kelopak mata tertutup
kewaspadaan terhadap glaucoma umumnya terhadap pasien berumur lebih dari 40
tahun
6. Hidung
o Inspeksi : Hidung simetris, pada rongga dikaji apakah ada kotoran hidung, polip atau
pembengkakan
o Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mocosa (stomatitis), dan adanya aphtae
o Gigi-geligi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, caries, sisa akar, gigi yang
tanggal, perdarahan, abses, benda asing,(gigi palsu), keadaan gusi, meradang
o Lidah : kotor/coated, akan ditemui pada keadaan: hygiene mulut yang kurang,
demam thypoid, tidak suka makan, pasien coma, perhatikan pula tipe lidah yang
hipertemik yang dapat ditemui pada pasien typoid fever
o Tonsil : Tonsil diperiksa pakah ada pembengkakan atau tidak. Diukur berdasarkan
panduan sebagai berikut
T0 – bila sudah dioperasi
9. Kelenjar Tyroid
o Palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang, jari-jari
meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta menelan rasakan apakah terasa ada
pembengkakan pada jaringan sekitar.
o Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus. (perawat
berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-
tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan
pada punggung pasien). Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri
tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung
sebelah kanan lebih teraba jelas.
o Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu
sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi). Normal: resonan
(“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg
bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng
deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
11. Abdomen
o Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, normal berkisar 5-35 kali per menit :
bunyi peristaltic yang yang keras dan panjang disebut borborygmi, ditemui pada
gastroenteritis atau obstruksi usu pada tahap awal. Peristaltic yang berkurang
ditemui pada ileus paralitik. Apabila setelah 5 menit tidak terdengar suara peristaltic
sama sekali maka kita katakana peristaltic negative (pada pasien post operasi)
o Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu kepada pasien apakah
daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi terakhir, palpasi umum
terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk mengetahui apakah ada nyeri umum
(peritonitis, pancreatitis). Kemudian mencari dengan perabaan ada atau tidaknya
massa/benjolan (tumor). Periksa juga turgor kullit perut untuk menilai hidrasi
pasien. Setelah itu periksalah dengan tekanan region suprapubika (cystitis), titik MC
Burney (appendicitis), region epigastrica (gastritis), dan region iliaca (adnexitis)
barulah secara khusus kita melakukan palpasi hepar. Palpasi hepar dilakukan dengan
telapak tangan dan jari kanan dimulai dari kuadrant kanan bawah berangsur-angsur
naik mengikuti irama nafas dan cembungan perut. Rasakan apakah ada pembesaran
hepar atau tidak. Hepar membesar pada keadaan :
Malnutrisi
12. Anus
Hemhoroid externa
Fisurra
Fistula
Tanda keganasan
PENILAIAN KESADARAN
GCS (Glasgow Coma Scale) yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat kesadaran pasien,
(apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak) dengan menilai respon pasien terhadap rangsangan
yang diberikan.
GCS terdiri atas penilaian respon klien berupa:
KESIMPULAN
Nilai GCS yang tertinggi adalah 15 yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1.
GCS tertinggi disebut kesadaran Compos Mentis (CM) sedangkan GCS terendah disebut kesadaran
Coma.
2. PEMERIKSAAN KULIT
Tujuannya mengetahui kondisi kulit.Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi,
kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
a) Pemeriksan rambut bisa dilakukan dengan:
- Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi, lesi atau perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
- Palpasi: kelembapan, suhu permukaan kulit,tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan edema.
Normal: lembab, turgor baik atau elastik, tidak ada edema. Setelah diadakan pemeriksaan
kulit, evaluasi hasil yang di dapat dengan membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
3. PEMERIKSAAN RAMBUT
Tujuannya mengetahui karakterisitik rambut dan mengetahui kelainan pada rambut.
a) Pemeriksan rambut bisa dilakukan dengan:
- inspeksi: penyebaran, ketebalan, tekstur dan lubrikasi. Rambut biasanya tersebar merata,
tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak dan liat.
- Dapat pula pemeriksaan rambut dengan palpasi: lesi, luka, erupsi, dan pustular pada kulit
kepala dan folikel rambut. Perhatikan adanya kutu kepala (yang tubuhnya kecil berwarna
putih keabuan), kutu kepiting berkaki merah dan telur kutu (seperti partikel oval ketombe).
4. PEMERIKSAAN KEPALA
Tujuannya mengetahui bentuk dan fungsi kepala dan mengetahui kelainan yang terdapat di
kepala.
a) Pemeriksan rambut bisa dilakukan dengan:
- Inspeksi atur posisi klien duduk atau berdiri. Anjurkan untuk melepas penutup kepala, kaca
mata, dan lain-lain. Lakukan inspeksi mengamati bentuk kepala, kesimetrisan, dan keadaan
kulit kepala. Inspeksi penyebaran, ketebalan, kebesihan dan tekstur, warna rambut. Ukuran,
bentuk, dan posisi kepala terhadap tubuh, normal kepala tegak lurus, dan digaris tengah
tubuh. Tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital
di bagian posterior.
- Palpasi lakukan palpasi dengan gerakan memutar yang lembut menggunakan ujung jari,
lakukan mulai dari depan turun ke bawah melalui garis tengah kemudian palpasi setiap sudut
garis kepala. Rasakan apakah terdapat benjolan atau massa, tanda bekas luka dikepala,
pembengkakan, nyeri tekan. Jika hal itu ditemukan perhatikan berapa besrnya atau luasnya,
bagaimana konsistensinya, dan dimana kedudukannya, apakah di dalam kulit, pada tulang
atau di bawah kulit terlepas dari tulang.
5. PEMERIKSAAN WAJAH-MATA
Tujuannya mengetahui bentuk dan fungsi mata dan mengetahui adanya kelainan pada
mata.
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan:
- Inspeksi: bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola
mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis atau ikterik), penggunaan kacamata atau lensa
kontak, dan respon terhadap cahaya.
- Bisa juga dilakukan dengan palpasi anjurkan klien untuk memejamkan mata. Palpasi kedua
mata dengan jari telunjuk di atas kelopak mata sisi kiri dan sisi kanan. Dengan menekan–
nekan bola mata, periksa nilai konsistensinya dan (adanya) nyeri tekan.
6. PEMERIKSAAN TELINGA
Tujuannya untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi pendengaran serta mengetahui adanya kelainan pada telinga.
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan:
- Inspeksi: bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang
telinga (cerumen atau tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar. Normal: bentuk dan posisi
simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi: nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus. Normal: tidak ada nyeri tekan. setelah
diadakan pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan
keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
7. PEMERIKSAAN HIDUNG
Tujuannya untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung dan menentukan kesimetrisan
struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan:
- Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi,
sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada
sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
- Palpasi dan Perkusi frontalis dan, maksilaris (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan. Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus
evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
8. PEMERIKSAAN MULUT
Tujuannya untuk mengetahui bentuk kelainan mulut.
a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan:
- Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan
stomatitis. Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis.
- Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang
gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit-langit. Normal: gigi lengkap, tidak
ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi,
lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
9. PEMERIKSAAN LEHER
Tujuannya menentukan struktur integritas leher. Mengetahui bentuk leher serta organ
yang berkaitan. Memeriksa system limfatik.
Note: sebelum melakukan pemeriksaan fisik perawat harus melakukan kontrak dengan pasien, yang
didalamnya ada penjelasan maksud dan tujuan, waktu yang di perlukan dan terminasi/ mengakhiri.
Tahap-tahap pemeriksaan fisik haruskan dilakukan secara urut dan menyeluruh dan dimulai dari bagian
tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku
2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut
3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4. Dada : jantung dan paru
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam
6. Genetalia
7. Kekuatan otot /musculosekletal
8. Neurologi
KULIT:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi
rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral dingin atau
hangat.
RAMBUT:
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
KUKU:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena hypoxia
pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
b. PEMERIKSAAN KEPALA:
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri itu
menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
MATA:
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva dan
sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor ka,ki
(normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi (pada pasien
sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
- Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan
- Amati adanya nistagmus/gerakan bola mata ritmis(cepat/lambat)
- Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi
- Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala pasien tetap lalu
gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
Inspeksi medan pengelihatan:
- Berdirilah didepan pasien
- Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
- Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal: pasien
disuruh memandang hidung pemeriksa.
- Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau jauhkan
kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat
pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
Pemeriksaan visus mata:
- Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar)
- Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai kebijakkan masing ada
yang 6 dan 7 meter).
- Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
- Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri
- Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang terkecil
yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
- Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
- Misal: hasil visus:
OD (Optik Dekstra/ka): 5/5
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih bisa melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat/dibaca pada jarak 5
m
OS (Optik Sinistra/ki) : 5/2
Berarti : pada jarak 5 m, mata masih dapat melihat/membaca yang seharusnya di baca pada jarak 2 m.
P = Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler) jika ada peningkatan akan teraba
keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus), kaji adanya nyeri tekan.
HIDUNG:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
TELINGA
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Anak : Daun telinga ditarik kebawah
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya serumen,
peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
1) Pemeriksaan dengan bisikan
- Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m
- Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
- Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”
- Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar
- Melakukan pemeriksaan telinga yang satu
- Bandingkan kemempuan mendengar telinga ka.ki
2) Pemeriksaan dengan arloji
- Mengatur susasana tenang.
- Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
- Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
- Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
- Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
3) Pemeriksaan dengan garpu tala:
a. Tes Rinne
- Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
- Letakkan GT pada prosesus mastoideus klien
- Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan getaran
- Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm, dengan posisi
parallel dengan daun telinga.
- Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
- Mencatat hasil pemeriksaan
b. Tes Weber
- Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari
- Letakkan tangkai GT di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
- Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas pada satu
sisi saja.
- Mencatat hasil pemeriksaan
c. Tes Swebeck
- Untuk mengetahui membandingkan pendengaran pasien dengan pemeriksa
- Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
c. LEHER
I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah bisa dengan
mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya kelenjar tiroid
(kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukkan trachea simetris atau tidak.
d. DADA/THORAX
PARU/PULMONALIS
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
- Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan pasien
menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru ki.ka.
- Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu jari ka.ki
di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh
pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
- Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula (posisi
posterior) .
- Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada rendah)
- Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa mengerakkan ke posisi ka.ki
kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
- Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru
- Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah
- Ulangi/lakukkan pada dada anterior
Pe/Perkusi =
- Atur pasien dengan posisi supinasi
- Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas paru ka.ki
(bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
- Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
Aus/auskultasi =
- Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
- Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas pelan kemudian dalam dan
dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
JANTUNG/CORDIS
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
- Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-2 kiri
letak pulmonal kiri.
- Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi
- Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada area
ini.
- Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
- Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
- Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
- Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
- Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
Aus =
- Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai
- Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan arteri
carotis
Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan tikuspidalis
pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis) pada
saat diastolic.
Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.
e. PERUT/ABDOMEN
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak simetrisan,
adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan pada
abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
HEPAR:
- Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan, kira;kira pada
interkosta ke 11-12
- Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji hepatomegali.
LIMPA:
- Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
- Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan minta pasien
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
- Pada orang dewasa normal tidak teraba
RENALIS:
- Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4 dibawah kosta
kanan.
- Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
- Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur, ukuran,
dan respon nyeri.
f. GENETALIA
Genetalia laki-laki:
I = Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain.
Pada penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi
Amati skrotum apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
P = Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri
Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
Genetalia wanita:
I = Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak
Amati adanya lesi, eritema, keputihan/candidiasis
P = Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk mengetahui keadaan clitoris, selaput
dara, orifisium dan perineum.
TULANG/OSTIUM:
- Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
- Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakka
PERSENDIAAN/ARTICULASI:
- Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
- Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan
- Kaji range of mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll)
VIII. Auditorius/pendengaran:
kaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, suruh klien mengulangi kata/kalimat.
IX. Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah:
Meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal lidah.
Gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek gag”
Meminta klien untuk mengerakkan lidahnya
X. Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara:
Suruh pasien mengucapkan “ah” kaji gerakkan palatum dan faringeal
Periksa kerasnya suara pasien
XI. Asesorius/gerakan kepala dan bahu:
Meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah yang ditahan oleh pemeriksa,
kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan
XII. Hipoglosal/posisi lidah:
Meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan menggerakkan ke berbagai sisi.
Pengkajian reflex:
1. Refleks Bisep
- Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan pronasi (menghadap ke
bawah)
- Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan jari-jari lain diatas tendon
bisep
- Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks
2. Refleks Trisep
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi
- Meminta pasien untuk merilekkan lengan
- Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang
- Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek
3. Refleks Patella
- Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi
- Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada
- Pukul tendo patella, kaji refleks
4. Refleks Brakhioradialis
- Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa
- Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi
- Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer, catat reflex.
5. Reflex Achilles
- Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada pemeriksaan patella
- Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa
- Pukul tendo Achilles, kaji reflek
6. Reflex Plantar (babinsky)
- Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick harmmer
- Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki sampai dengan sudut
telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif telapak kaki akan tertarik ke dalam.
7. Refleks Kutaneus
a) Gluteal
- Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya
- Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas
- Reflek positif spingter ani berkontraksi
b) Abdominal
- Minta klien berdiri/berbaring
- Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji gerakkan reflek otot
abdominal
- Ulangi pada ke-4 kuadran (atas ki.ka dan bawah ki.ka
c) Kremasterik/pada pria
- Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas
- Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang
- Referensi
- Potter and Perry. (2004). Fundamental of nursing:Concepts,process & practice. Fourth Edition.St. Louse,
Missouri: Mosby-year Book,Inc.