Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011
OLEH :
MOCHAMMAD FUAD BADAWI
P17211175011
A. Pengertian Hernia
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia (Karnadihardja, 2005).
Hernia (Latin) merupakan penonjolan bagian organ atau jaringan melalui lobang
abnormal (Dorland, 1998). Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia (Jong, 2004).
PEMERIKSAAN
a) Pada posisi berdiri disuruh mengejan (Valsava) akan keluar tonjolan bulat dilipat paha.
b) Dengan berbaring dimasukan jari telunjuk /kelingking lewat kulit scrotum kedalam
anulus ekternus terus masuk kedalam kanalis inguinalis; pasien diminta mengejan akan
terasa sisi jari tersentuh hernia.
5) Hernia Femoralis.
Hernia femoralis adalah suatu bagian usus yang menggembung atau jaringan lemak yang
terdorong akibat otot yang lemah di daerah paha. Biasanya ini terjadi di area paha, biasanya tepat
di situ. Hernia femoralis kadang-kadang menimbulkan benjolan pada bagian dalam paha atas
atau pangkal paha. Benjolan akan tampak hilang bila Anda berbaring. Hernia femoralis
umumnya dijumpai pada permepuan tua, kejadian pada permepuan kira-kira 4 kali laki-laki.
Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
kegiatan yang menaikan tekana intraabdomen seperti saat mengangkat barang atau batuk
D. Etiologi
Hernia Inguinalis / Congenital Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital
atau karena sebab yang didapat. Lebih banyak pada pria ketimbang pada wanita. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di
dalam rongga perut (karena kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat,
mengejan pada saat defekasi dan miksi misalnya akibat hipertropi prostat) dan kelemahan otot
dinding perut karena usia. Adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab
tunggal terjadinya hernia tetapi diperlukan faktor lain seperti anulus inguinalis yang cukup besar.
Tekanan intraabdominal yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi prostat,
konstipasi dan ansietas sering disertai hernia inguinalis.Secara patofisiologi hernia inguinalis
adalah prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan
oleh kelemahan atau kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu menyebabkan konstriksi suplai darah
ke kantong skrotum, kemudian akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut
kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces, muntah) Kelemahan otot
dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah
apendiktomi. Processus vaginalis peritoneum persisten Testis tidak samapi scrotum, sehingga
processus tetap terbuka Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus
belum sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka. Predileksi tempat: sisi
kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah kiri terlebih dahulu. Dapat timbul pada
masa bayi atau sesudah dewasa. Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan
hidrocele.
b. Hernia Femoralis umumnya dijumpai pada wanita tua, kejadian pada perempuan kira-kira 4
kali laki-laki. Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Secara patofisiologis
peninggian tekanan intra abdominal akan mendorong lemak pre peritoneal ke dalam kanalis
femoralis yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah
kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Ada factor
predisposisiKelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa Pada orang tua karena
degenerasi/atropiTekanan intra abdomen meningkatPekerjaan mengangkat benda-benda
beratBatuk kronik Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras Gangguan BAK, mis: BPH,
veskolitiasis, sering melahirkan : hernia femoralis.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Heather Herdman (2012), tanda dan gejala yang sering muncul pada pasien hernia
adalah
a. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat paha.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
c. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila lelah adakomplikasi
d. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata kulit diatasnya menjadi merah dan panas serta terasa
sakit yang bertambah hebat.
e. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gajala sakit kencing disertai hematuria.
Sedangkan menurut Long (1996), gejala klinis yang mungkin timbul setelah dilakukan
operasi :
a. Nyeri
b. Peradangan
c. Edema
d. Pendarahan
e. Pembengkakan skrotum setelah perbaikan hernia inguinalis indirek
f. Retensi urin
g. Ekimosis pada dinding abdomen bawah atau bagian atas paha
F. Patofisiologi
Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti
tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batukyang kuat
atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada
daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan
dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu
ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding abdominal,
kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja melakukan pekerjaan yang berat
dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan dan
mengakibatkan kerusakan yang sangat parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang
terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka
berbahaya dan dapat menyebabkan ganggren.
G. Pathway
H. Komplikasi
a. Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia
tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini disebut hernia inguinalis irreponibilis. Pada
keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus. Isi hernia yang tersering menyebabkan
keadaanirreponibilis adalh omentum, karena mudah melekat pada dinding hernia dan isinya
dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih sering menyebabkan
b. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia akibat makin banyaknya usus yang masuk.
Keadaan ini menyebabkan gangguan aliran isi usus diikuti dengan gangguan vaskuler (proses
strangulasi). Keadaan ini disebut hernia inguinalis strangulata.Pada keadaan strangulata akan
timbul gejala illeus, yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi. Pada strangulasi nyeri yang
timbul lebih hebat dan kontinyu, daerah benjolan menjadi merah dan pasien menjadi gelisah
I. Penatalaksanaan Medis
a. Menurut Mansjoer, A, (2000) penatalaksanaan medis pada hernia yaitu
1) Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang.
2) Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu
dipotong.
3) Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup celah
yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus ablikus internus
abdominus ke ligamen inguinal.
b. Sedangkan penatalaksanaan Keperawatan yaitu :
1) Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan menuju
abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
2) Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan setelah 5
menit di evaluasi kembali.
3) Celana penyangga
4) Istirahat baring
5) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya asetaminofen, antibiotic untuk
membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
6) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan gizi
seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama BAB, hindari
kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
J. Pengertian Herniotomy
Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia
dibuka dan isi hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong hernia
dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong.
Herniopastik adalah tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dengan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis.
Indikasi
Herniotomi dilakukan pada pasien yang mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan
terapi konservatif.
DAFTAR PUSTAKA
Instalasi bedah pusat gedung bedah pusat terpadu ( 2002 ), “ Program Pelatihan Perawat Kamar
Operasi,” Surabaya
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC
Puruhito dan Rubingah ( 1995 ), “ Dasar – Dasar Tatakerja dan Pengelolaan Kamar Operasi,”
UAP, Surabaya.
Tim departemen kesehatan RI ( 1993 ), “ Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi,” Edl, Jakarta
Turkanto, S. Kep. Ners ( 2002 ), “ Manajemen Kamar Operasi,”
Turkanto, S. Kep. Ners ( 2005 ), “ Instek - Instrumen Tekhnik ,”.
INSTRUMEN TEKNIK HERNIOTOMI
a) Tujuan
1. Memperlancar jalannya operasi
2. Dapat mempertahankan kesterilan alat-alat instrumen
3. Dapat mengatur alat secara sistematis dimeja mayo
b) Persiapan Pasien
1. Persetujuan operasi
2. Alat – alat dan obat – obatan
3. Puasa
4. Lavement
5. Mengatur posisi terlentang
6. Pasang plat diathermi
c) Persiapan alat
1. Alat non steril
a. Hypafix
b. Gunting verband / bandage scissors
c. Mesin diatermi dan platnya
d. Mesin suction
e. Lampu operasi
f. Meja operasi
g. Meja mayo
h. Meja linen dan instrument
i. Standart infus
j. Tempat sampah
2. Alat steril
a. Basic instrument set
1) Desinfeksi klem ( Sponge holding forceps ) 1 buah
2) Duk klem ( Towel forceps ) 5 buah
3) Pemegang pisau ( Handvat mes / Knife handle ) no 3 1 buah
4) Pincet anatomi 2 buah
5) Pincet chirurgie 2 buah
6) Arteri klem van pean lurus 2 buah
7) Arteri klem van pean bengkok (Chrom klem) 6 buah
8) Arteri klem van kocher 4 buah
9) Gunting Benang ( Ligature Scissors ) 1 buah
10) Gunting Metzembum 1 buah
11) Nald Voerder 2 buah
12) Woundhag gigi 4 tajam 2 buah
13) Langenbeck 2 buah
14) Set Tambahan khusus : Sonde Kocer 2 buah
b. Set dan bahan penunjang operasi
1) Linen set steril terdiri dari :
a) Linen besar 3 buah
b) Linen kecil 13buah
c) Gaun operasi 5 buah
d) Sarung meja mayo 1 buah
2) Handle Lampu
3) Handschoen bermacam-macam ukuran
4) Desinfektan betadine 1 % dan alkohol 70 %
5) Cairan PZ 0,9 %
6) Senur diathermi + kabel
7) Canule + selang suction
8) Mess no .10
9) Kasa, deper, cucing, mangkok, bengkok, darmgass
10) Korentang pada tempatnya
11) Jarum ½ bulat ( round ), tajam ( cutting )
12) Proline mes ukuran 15 X 15 Cm
13) Redon drainage No. 14
14) Benang atraumatic (Side 2-0 cutting, Safil No.1, Cut gut plain 2-0, Proline 2-0)
d) Cara Kerja
1. Tahap Awal
a. Persiapan pasien
b. Perawat instrument cuci tangan secara furbringer
c. Operator dan asisten cuci tangan secara furbringer
d. Perawat instrumen memakai baju steril dan handschoen
e. Perawat instrument memberi, memakaikan baju operasi, handscoen pada operator,
dilakukan asisten yang sudah cuci tangan.
f. Perawat intsrumen mengatur instrument dimeja mayo sesuai kebutuhan
g. Perawat intrumen memberikan desinfeksi klem dan depers betadine 1% untuk
desinfeksi lapangan operasi.
h. Perawat instrument mempersiapkan duk besar 2 biji, duk kecil 5 biji dan duk klem 4
buah untuk draping.
i. Perawat instrument memasang dan mengatur selang suction, kabel diathermi, canule,
senur, klem dengan duk klem dan memberitahu operator bahwa instrument siap
digunakan.
2. Tahap Incisi
a. Perawat instrument memberikan pincet cirurgie, hand vat mes, mes no 10 pada
operator untuk incise, arteri klem van pean, kasa dan diathermi untuk merawat
perdarahan.
b. Perawat instrument memberikan 2 hak tajam untuk memperlebar permukaan kulit
c. Perawat instrumen memberikan pincet chirurgie, dan gunting metzenbaum untuk
membuka fascia, dan dua arteri klem van kocher untuk memegang fascia yang sudah
terbuka.
3. Tahap Eksplorasi
a. Peritonium dibuka dengan dua pincet chirurgie, dan gunting metzembaum, dan
dipegang dengan 2 kocher.
b. Setelah peritoneum terbuka, Perawat instrumen memberi darmgass basah dan timan
untuk memperluas lapang pandang
c. Beri pinset anatomis, senur diathermi dan gunting metzembum dan chrom klem
untuk memisahkan peritonium yang lengket pada dinding abdomen dan dilakukan
pembebasan.
d. Setelah bebas dilakukan pencucian dengan PZ hangat dan beri suction kepada
Operator
4. Tahap Penutupan Luka
a. Beri 4 kocher untuk menjepit peritonium dan fascia lakukan penjahitan dengan Safil
1-0, sebelumnya perawat instrumen melakukan inventarisasi pada instrument dan
kasa / deppers sudah lengkap / belum, kemudian pasang proline mess diatasnya
yang telah
difixaxi dengan jahitan proline No. 2-0.
b. Pasang Redon drainage dan fixasi dengan side 2-0 jarum cutting
c. Kegiatan berikutnya dilanjutkan menjaathit fat dengan benang plan catgut no 2-0,
kulit dengan side 2-0.
d. Luka operasi dirawat atau dibersihkan dengan kasa basah dan kering, lantas diolesi
betadine 1 %, ditutup dengan kasa dan hypafix dilakukan perawat instrument.
e. Alat – alat dibereskan
(...........................................)