Professional Documents
Culture Documents
ANORGANIK II
TENTANG
OLEH
KUPANG
TAHUN AJARAN
2018 / 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya Kami dapat menyelesaikan tugas tentang “UNSUR-UNSUR GOLONGAN
VIII B” kini dapat kami selesaikan.
Kami menyadari bahwa penyajian dan penyusunan tugas kami ini terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak, demi penyempurnaan tugas ini.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, kami berharap dapat berguna, bermakna dan
bermanfaat bagi pihak yang membaca makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Berbeda dengan golongan unsur-unsur yang lain, golongan VIII B dalam sistem periodik
terdiri atas unsur yang terbagi atas 3 sub golongan secara vertikal yang disebut triad transisi.
Dalam sistem periodik modern, ketiga triad transisi ini diberi masing-masing penggolongan
baru yaitu nomor 8, 9, dan 10. Namun kecenderungan sifat terutama sifat kimia mereka
secara horizontal lebih banyak memiliki kemiripan dibanding sifatnya secara vertikal.
Sehingga sering dikelompokan kembali dalam 3 kelompok mendatar yang masing-masing
beranggotakan 3 unsur. Kelompok pertama pada periode keempat disebut triade besi (Fe, Co,
Ni), triade platina ringan (Ru, Rh, Pd) dan triade platina (Os, Ir,Pt).Pada makalah ini akan
dibahas mengenai golongan triade besi, yaitu besi (Fe), kobalt (Co), dan nikel (Ni). Logam
besi terletak pada golongan 8, kobalt golongan 9, dan nikel golongan 10.
Besi mempunyai kelimpahan terbesar ke empat di kulit bumi,setelah O,Si dan Al. Besi
menyusun 62.000 atau 6,2% dari berat kulit bumi. Dunia memproduksi biji besi 970 miliyar
ton di tahun 1988. Sumber terbesar adalah USSR 26%, China 17%, Brazil 15%, Australia
10%, USA 6%, India 5% dan Kanada 4%. Ini menghasilkan 538 miliyar ton besi cor ditahun
1988.Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakan meliputi 20 ppm dalam
kerak bumi. Sedangkan nikel menduduki urutan ke-24 dalam jumlah kandungannya di kerak
bumi. Ketiga unsur logam ini dikelompokkan secara horizontal dalam golongan triade besi
dikarenakan kemiripan sifatnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut
mengenai ketiga unsur ini, berkaitan dengan sumber dan kelimpahannya, sifat fisika dan
kimia, cara isolasi, reaksi-reaksi dan senyawaan, serta kegunaan unsur-unsur logam transisi
golongan triade besi (Fe, Co, Ni) atau golongan 8, 9, dan 10.
1.2 Tujuan
1. BESI (Fe)
a. Pengertian
Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam transisi yang
berada pada golongan VIII B dan periode 4. Besi adalah logam paling melimpah
nomor dua setelah alumunium. Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan
jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan
untuk kehidupan manusia sehari-hari. Selain ditemukan berlimpah di alam, besi Juga
ditemukan di matahari dan bintang. Dalam tabel periodik, besi mempunyai simbol Fe
dannomor atom 26. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi bersifat
keras, rapuh, dan umumnya mudah dicampur.
Besi adalah logam yang paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu
karena beberapa hal, diantaranya:
Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar.
Pengolahannya relatif mudah dan murah.
Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
b. Sejarah
Berasal dari bahasa latin “ferrum” yang artinya iron (besi). Besi adalah logam yang
berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk kehidupan manusia
sehari-hari dari yang bermanfaat sampai dengan yang merusakkan. Pertama kali, besi
digunakan oleh bangsa Sumeria dan Mesir, sekitar tahun 4000 SM, benda kecil,
seperti mata lembing dan perhiasan, yang didapati dari meteor. Sekitar 3000 SM
hingga 2000 SM, semakin banyak objek besi yang dikerjakan dihasilkan di
Mesopotamia, Anatolia, dan Mesir. Pada zaman tersebut kemungkinan kegunaannya
untuk upacara tertentu, dan besi merupakan logam yang mahal, lebih mahal
berbanding emas. Di negara China besi yang pertama kali digunakan adalah besi
meteor, dengan bukti arkeologi mengenai besi tempa yang muncul di barat laut, di
daerah Xinjiang, pada abad ke-8 SM.
c. Ciri-ciri Jelas Logam Besi (Fe)
Besi biasa mempunyai 56 ganda atom hidrogen biasa. Besi adalah logam paling
banyak, dan dipercayai unsur kimia kesepuluh paling banyak di alam sejagat. Besi
juga merupakan unsur paling banyak (menurut jisim, 34.6%) membentuk Bumi;
penumpuan besi pada lapisan berlainan di Bumi berbeza antara tinggi peratusannya
pada lapisan dalam sehingga 5% pada kerak bumi; terdapat kemungkinan bahawa
teras dalam bumi mengandung hablur besi tunggal walaupun ia berkemungkinan
sebatian besi dan nikel jumlah besar besi dalam Bumi dijangka menyumbang
kepadamedan magnet Bumi. Simbolnya adalah Fe ringkasan kepada ferrum,
perkataanLatin bagi besi.
Besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan
unsur bebas. Untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain mesti disingkir melalui
pengurangan kimia. Besi digunakan dalam penghasilan besi waja, yang bukannya
unsur tetapi alloy, sebatian logam berlainan (dan sebahagian bukan-logam,
terutamanya karbon).
Nukleus besi adalah antara nukleus-nukleus yang mempunyai tenaga pengikat
tertinggi per nukleon, dan hanya diatasi oleh isotop nikel 62Ni. Nukleid stabil yang
paling banyak di dalam alam semesta adalah 56Fe. Ini merupakan hasil daripada
pelakuran nuklear pada bintang. Walaupun perolehan tenaga yang lebih tinggi boleh
didapati dengan mensintesis 62Ni, namun proses ini tidak digemari kerana keadaan
yang kurang sesuai pada bintang-bintang.
Apabila bintang gergasi mengecut pada penghujung hayatnya, tekanan dalaman dan
suhu akan meningkat, membolehkan bintang seterusnya menghasilkan unsur yang
lebih berat, walaupun keadaan ini adalah kurang stabil berbanding dengan unsur-
unsur pada sekitar nombor jisim 60 ("kumpulan besi"). Ini menjurus kepada
berlakunya supernova. Model kosmologi dengan alam sejagat terbuka meramalkan
bahawa terdapatnya fasa di mana semua benda akan bertukar menjadi besi, hasil
daripada tindak balas pembelahan dan pelakuran yang perlahan.
d. Sifat – Sifat Logam Besi (Fe)
Sifat Fisika
Titik didih : 3134 K
Titik lebur : 1811 K
Massa atom : 55,845(2) g/mol
Konfigurasi electron : [Ar] 3d6 4s2
Massa jenis fase padat : 7,86 g/cm³
Massa jenis fase cair pada titik lebur : 6,98 g/cm³
Kalor peleburan : 13,81 kJ/mol
Kalor penguapan : 340 kJ/mol
Elektronegativitas : 1,83 (skala Pauling)
Jari-Jari atom : 140 pm
Pada suhu kamar berwujud padat, mengkilap dan berwarna keabu-abuan.
Merupakan logam feromagnetik karena memiliki empat electron tidak
berpasangan pada orbital d.
Penghantar panas yang baik.
Kation logam besi Fe berwarna hijau (Fe2+) dan jingga (Fe3+). Hal ini
disebabkan oleh adanya elektron tidak berpasangan dan tingkat energi orbital
tidak berbeda jauh. Akibatnya, elektron mudah tereksitasi ke tingkat energi
lebih tinggi menimbulkan warna tertentu. Jika senyawa transisi baik padat
maupun larutannya tersinari cahaya maka senyawa transisi akan menyerap
cahaya pada frekuensi tertentu, sedangkan frekuensi lainnya diteruskan.
Cahaya yang diserap akan mengeksitasi elektron ke tingkat energi lebih tinggi
dan cahaya yang diteruskan menunjukkan warna senyawa transisi pada
keadaan tereksitasi.
Sifat Kimia
Oksidanya bersifat amfoter.
Massa atom : 55,845 (2) g/mol
Konfigurasi elektron : [Ar] 3d6 4s2
Jumlah elektron : 2, 8, 14, 2
Energi ionisasi pertama : 762,5 kJ/mol
Energi ionisasi kedua : 1561,9 kJ/mol
Energi ionisasi ketiga : 2957 kJ/mol
Jari – jari atom : 140 pm
Jari – jari kovalen : 125 pm
Unsur besi bersifat elektropositif (mudah melepaskan elektron) sehingga
bilangan oksidasinya bertanda positif.
Fe dapat memiliki biloks 2, 3, 4, dan 6. Hal ini disebabkan karena perbedaan
energy elektron pada subkulit 4s dan 3d cukup kecil, sehingga elektron pada
subkulit 3d juga terlepas ketika terjadi ionisasi selain electron pada subkulit
4s.
Logam murni besi sangat reaktif secara kimiawi dan mudah terkorosi,
khususnya di udara yang lembab atau ketika terdapat peningkatan suhu.
Memiliki bentuk allotroik ferit, yakni alfa, beta, gamma dan omega
dengansuhu transisi 700, 928, dan 1530oC. Bentuk alfa bersifat magnetik, tapi
ketika berubah menjadi beta, sifat magnetnya menghilang meski pola
geometris molekul tidak berubah.
Mudah bereaksi dengan unsur-unsur non logam seperti halogen, sulfur,
pospor, boron, karbon dan silikon.
Larut dalam asam- asam mineral encer.
e. Reaksi besi dengan senyawa lain.
Besi yang murni adalah logam warna putih-perak, yang kukuh dan liat. Ia melebur
pada 1535 oC. Jarang terdapat besi yang murni; biasanya besi mengandung sejumlah
kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida dari besi, serta sedikit grafit. Zat-zat
pencemar ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur besi. Besi dapat
dimagnitkan. Asam klorida encer atau pekat dan asam sulfat encer melarutkan besi, di
mana dihasilkan garam-garam besi (II) dan gas hidrogen.
Fe + 2H+ → Fe2+ + H2
Fe + 2HCl →Fe2+ + 2Cl- + H2
Asam sulfat pekat yang panas, menghasilkan ion-ion besi(III) dan belerang dioksida:
2Fe + 3H2SO4 +6H+ → 2Fe3+ + 3SO2 + 6H2O
Dengan asam nitrat encer dingin, terbentuk ion besi(II) dan amonia:
4Fe + 10H+ + NO3- →4Fe2+ + NH4+ + 3H2O
Asam nitrat pekat, dingin, membuat besi menjadi pasif; dalam keadaan ini, ia tak
bereaksi dengan asam nitrat encer dan tak pula mendesak tembaga dari larutan air
suatu garam tembaga. Asam nitrat 1+1 atau asam nitrat pekat yang panas melarutkan
besi dengan membentuk gas nitrogen oksida dan ion besi(III):
Fe + HNO3 +3H+ → Fe3+ + NO + 2H2O
Garam-garam besi(II) (atau ferro) diturunkan dari besi(II) oksida, FeO. Dalam
larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-ion
gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum. Ion
besi(II) dapat mudah dioksidasikan menjadi besi(III), maka merupakan zat pereduksi
yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini; dalam
suasana netral atau basa bahkan oksigen dari atmosfer akan mengoksidasikan ion
besi(II). Maka larutan besi(II) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk waktu
yang agak lama.
Garam-garam besi(III) (atau ferri) diturunkan dari oksida besi(III), Fe2O3. Mereka
lebih stabil daripada garam besi(II). Dalam larutannya, terdapat kation-kation
Fe3+ yang berwarna kuning muda; jika larutan mengandung klorida, warna menjadi
semakin kuat. Zat-zat pereduksi mengubah ion besi(III) menjadi besi(II).
Larutan natrium hidroksida
Besi(II)
Endapan putih besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, bila tak terdapat udara sama sekali.
Endapan ini tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam. Bila
terkena udara, besi(II) hidroksida dengan cepat dioksidasikan, yang pada akhirnya
menghasilkan besi(III) hidroksida yang coklat-kemerahan. Pada kondisi biasa,
Fe(OH)2, nampak sebagai endapan hijau kotor; dengan penambahan hidrogen
peroksida, ia segera dioksidasikan menjadi besi(III) hidroksida:
Fe2+ +2OH- →Fe(OH)2
4Fe(OH)2 +2H2O+O2 → 4Fe(OH)3
2Fe(OH)2 + H2O2 →2Fe(OH)3
Besi(III)
Endapan coklat kemerahan besi(III) hidroksida, yang tak larut dalam reagensia
berlebihan:
Fe3+ + 3OH- → Fe(OH)3
Larutan amonia
Besi(II)
Terjadi pengendapan besi(II) hidroksida. Tetapi jika ada ion amonium dalam jumlah
yang lebih banyak, disosiasi amonium hidroksida tertekan, dan konsentrasi ion
hidroksil menjadi semakin rendah, sampai sedemikian, sehingga hasil kali kelarutan
besi(II) hidroksida, Fe(OH)2, tak tercapai, dan pengendapan tak terjadi.
Besi(III)
Endapan coklat merah seperti gelatin dari besi(III) hidroksida, yang tak terlarut dalam
reagensia berlebihan, tetapi larut dalam asam.
Fe3+ + 3NH3 + 3H2O → Fe(OH)3 + 3NH4+
Hasil kali kelarutan besi(III) hidroksida begitu kecil(3,8x10-38), sehingga terjadi
pengendapan sempurna, bahkan dengan adanya garam-garam amonium.
Pengendapan tak terjadi jika ada serta asam-asam organik tertentu. Besi(III)
hidroksida diubah pada pemanasan yang kuat menjadi besi(III) oksida; oksida yang
dipijarkan dapat larut dengan sukar dalam larutan asam encer, tetapi melarut setelah
dididihkan dengan keras bersama asam klorida pekat.
2Fe(OH)3 → Fe2O3 + 3H2O
Fe2O3 + 6H+ → 2Fe3+ + 3H2O
Hidrogen sulfida
Besi(II)
Tak terjadi pengendapan dalam larutan asam, karena konsentrasi ion sulfida, [S2-], tak
cukup untuk melampaui hasil kali kelarutan besi(II) sulfida. Jika konsentrasi ion
hidrogen jadi berkurang dan konsentrasi ion sulfida bertambah dengan sesuai, dengan
penambahan larutan natrium asetat, maka terjadi pengendapan sebagian besi(II)
sulfida, FeS, yang hitam.
Besi(III)
Dalam larutan asam mereduksi ion-ion besi(III) menjadi besi(II) dan terbentuk
belerang sebagai endapan putih-susu:
2Fe3+ + H2S → 2Fe2+ + 2H+ + S
Jika suatu larutan netral besi(III) klorida ditambahkan pada larutan hidrogen sulfida
jenuh yang baru saja dibuat, timbul mula-mula pewarnaan kebiruan, diikuti dengan
pengendapan belerang. Warna biru ini disebabkan oleh larutan koloid belerang yang
ukuran partikelnya sangat kecil. Reaksi ini bisa dipakai untuk menguji baru atau
tidaknya larutan-larutan hidrogen sulfida.
Belerang yang berbentuk halus itu tak dapat disaring dengan mudah dengan kertas
saring biasa. Dengan mendidihkan larutan bersama beberapa potong sobekan kertas
saring, endapan berkoagulasi dan bisa disaring.
Larutan amonium sulfida
Besi(II)
Endapan hitam besi(II) sulfida, FeS, yang larut dengan mudah dalam asam, dengan
melepaskan hidrogen sulfida. Endapan yang basah, akan menjadi coklat setelah
terkena udara, karena dioksidasikan menjadi besi(III) sulfat basa, Fe2O(SO4)2.
Fe2+ + S2- → FeS
FeS + 2H+ → Fe2+ + H2S
4FeS + 9O2→ 2Fe2O(SO4)2
Besi(III)
Terbentuk endapan hitam, yang terdiri dari besi(II) sulfida dan belerang:
2Fe3+ + 3S2- → 2FeS + S
Dalam asam klorida, endapan besi(II) sulfida hitam itu melarut dan warna putih dari
belerang menjadi nampak jelas:
FeS + 2H+ →H2S + Fe2+
Dari larutan basa, kita memperoleh besi(III) sulfida hitam:
2F3+ + 3S2- → Fe2S3
Dengan diasamkan dengan asam klorida, ion besi(III) direduksi menjadi besi(II), dan
terbentuk belerang:
Fe2S3 + 4H+ →2Fe2+ + 2H2S + S
Endapan besi(II) sulfida yang lembab, bila terkena udara, perlahan-lahan
dioksidasikan menjadi besi(III) hidroksida yang coklat:
4FeS + 6H2O + 3O2 → 4Fe(OH)3 + 4S
Reaksi ini eksotermal. Pada kondisi-kondisi tertentu, mungkin begitu banyak panas
dilepaskan sehingga endapan menjadi kering, dan kertas saring, dengan belerang yang
halus di atasnya, terbakar. Maka endapan-endapan sulfida tak boleh sekali-kali
dibuang ke dalam tempat sampah, tetapi lebih baik dihanyutkan dengan air mengalir;
hanya kertas saringnya saja yang boleh dibuang dengan melemparkan.
Larutan kalium sianida (RACUN)
Besi(II)
Endapan coklat kekuningan, besi(II) sianida, yang larut dalam reagensia berlebihan,
berlebihan, pada mana kita memperoleh larutan kuning muda dari ion
heksasianoferat(II) (ferosianida) [Fe(CN)6]4-:
Fe2+ + 2CN- → Fe(CN)2
Fe(CN)2 + 4CN- → [Fe(CN)6]4-
Karena ion heksasianoferat(II) adalah ion kompleks, tidak memberi reaksi-reaksi besi
yang khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, bisa dideteksi dengan menguraikan
ion kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan asam sulfat pekat dalam kamar
asam yang mempunyai ventilasi yang baik, pada mana terbentuk gas karbon
monoksida(bersama-sama dengan hidrogen sianida, jika kalium sianida terdapat
berlebihan):
[Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O → Fe2+ + 6CO + 6NH4+ + 6SO42-
Cuplikan kering yang mengandung alkali heksasianoferat(II), terurai sewaktu
dipijarkan menjadi besi karbida, alkali sianida, dan nitrogen.
Besi(III)
Bila ditambahkan perlahan-lahan, menghasilkan endapan coklat kemerahan besi(III)
sianida:
Fe3+ + 3CN- → Fe(CN)3
Dengan reagensia berlebihan, endapan melarut menghasilkan larutan kuning, pada
mana terbentuk ion heksasianoferat(III):
Fe(CN)3 + 3CN- → [Fe(CN)6]3-
Reaksi-reaksi ini harus dilaksanakan dalam kamar asam, karena asam bebas yang
terdapat dalam larutan besi(III) klorida membentuk gas hidrogen sianida dengan
reagensia:
H+ + CN- → HCN
Larutan kalium heksasianoferat(II)
Besi(II)
Dalam keadaan tanpa udara sama sekali, terbentuk endapan putih kalium besi(II)
heksasianoferat:
Fe2+ + 2K+ + [Fe(CN)6]4- →K2Fe[Fe(CN)6]
Pada kondisi atmosfer biasa, diperoleh suatu endapan biru muda
Besi(III)
Endapan biru tua, besi(III) heksasianoferat (biru Prusia):
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan tak larut dalam asam encer, tetapi terurai dalam asam klorida pekat.
Reagensia yang sangat berlebihan melarutkannya sebagian atau seluruhnya, pada
mana diperoleh larutan yang berwarna biru tua. Natrium hidroksida mengubah
endapan menjadi merah, karena terbentuk besi(III) oksida dan ion heksasianoferat(II):
Fe4[Fe(CN)6]3 + 12OH- → 4Fe(OH)3 + 3[Fe(CN)6]4-
Asam oksalat yang juga melarutkan Biru Prusia, membentuk larutan biru; proses ini
pernah dipakai untuk membuat tinta tulis berwarna biru.
Jika besi(III) klorida ditambahkan pada kalium heksasianoferat(II) yang berlebihan,
terbentuk produk dengan komposisi Kfe[Fe(CN)6]. Zat ini cenderung membentuk
larutan koloid (‘Biru Prusia Yang Larut’) dan tak dapat disaring.
Larutan kalium heksasianoferat(III)
Besi(II)
Diperoleh endapan biru tua. Mula-mula ion heksasianoferat(III) mengoksidasikan
besi(II) menjadi besi(III), pada mana terbentuk heksasianoferat(II):
Fe2+ + [Fe(CN)6]3- → Fe3+ + [Fe(CN)6]4-
dan ion-ion ini bergabung menjadi endapan yang disebut Turnbull:
4Fe3+ + 3[Fe(CN)6]4- → Fe4[Fe(CN)6]3
Endapan ini diuraikan oleh larutan natrium atau kalium hidroksida, pada mana
besi(III) hidroksida mengendap.
Besi(III)
Dihasilkan pewarnaan coklat, oleh pembentukan kompleks yang tak terdisosiasi, yaitu
besi(III) heksasianoferat(III):
Fe3+ + [Fe(CN)6]3- → Fe[Fe(CN)6]
Dengan menambahkan hidrogen peroksida atau sedikit larutan timah(II) klorida,
bagian heksasianoferat(III) dari senyawa ini direduksi, dan mengendaplah biru Prusia.
Larutan amonium tiosianat
Besi(II)
Tak diperoleh pewarnaan denagn garam-garam besi(II) yang murni.
Besi(III)
Dalam larutan yang sedikit asam, dihasilkan pewarnaan merah-tua, yang disebabkan
karena pembentukan suatu kompleks besi(III) tiosianat yang tak terdisosiasi:
Fe3+ + 3SCN- → Fe(SCN)3
Molekul yang tak bermuatan ini dapat diekstraksi oleh eter atau amil alkohol. Selain
ini, terbentuk pula serangkaian ion-ion kompleks, seperti: [Fe(SCN)]2+, [Fe(SCN)2]+,
[Fe(SCN)4]-, [Fe(SCN)5]2-, dan [Fe(SCN)6]3-.
Larutan dinatrium hidrogen fosfat
Besi(III)
Terbentuk endapan putih kekuningan besi(III) fosfat:
Fe3+ + HPO42- → FePO4 + H+
Reaksi ini reversibel, karena terbentuk suatu asam kuat yang melarutkan endapan.
Sebaiknya tambahan sedikit natrium asetat, yang akan bertindak sebagai buffer
tehadap asam kuat itu:
CH3COO- + H+ CH3COOH
Asam asetat, yang terbentuk dalam reaksi ini, tak melarutkan endapan. Reaksi
keseluruhan, dengan ada sertanya natrium asetat, dapat ditulis:
Fe3+ + HPO42- + CH3COO- → FePO4 + CH3COOH
Larutan natrium asetat
Besi(III)
Diperoleh pewarnaan coklat kemerahan, yang disebabkan oleh pembentukan ion
kompleks dengan komposisi [Fe(OH)2(CH3COO)6]+. Reaksi:
3Fe3+ + 6CH3COO- + 2H2O → [Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ +2H+
menuju ke kesetimbangan, karena terbentuk asam kuat, yang menguraikan kompleks
tersebut. Jika reagensia ditambahkan berlebihan, natrium asetat bertindak sebagai
buffer, dan reaksi berjalan sampai selesai.
Jika larutan diencerkan dan dididihkan, terbentuk endapan coklat-kemerahan, besi(III)
asetat basa:
[Fe3(OH)2(CH3COO)6]+ + 4H2O → 3Fe(OH)2CH3COO +
3CH3COOH + H+
Reduksi ion besi(III) menjadi besi(II)
Dalam larutan asam, ini bisa dicapai dalam berbagai zat. Logam zink atau kadmium,
atau amalgamnya (yakni aliase dengan merkurium) boleh dipakai:
2Fe3+ + Zn → Zn2+ + 2Fe2+
2Fe3+ + Cd → Cd2+ + 2Fe2+
Larutan akan mengandung masing-masing ion zink atau kadmium setelah reduksi.
Dalam larutan asam, logam-logam ini akan larut lebih lanjut dengan membebaskan
hidrogen; karena itu logam-logam ini harus dikeluarkan dari larutan setelah reduksi
tercapai.
Timah(II) klorida, kalium iodida, hidroksilamina hidroklorida, hidrazina sulfat, atau
asam askorbat dapat juga dipakai:
2Fe3+ + Sn2+ →2Fe2+ + Sn4+
2Fe3+ + I- → 2Fe2+ + I2
4Fe3+ + 2NH2OH → 4Fe2+ + N2O + H2O + 4H+
4Fe3+ + N2H4 → 4Fe2+ + N2 + 4H+
2Fe3+ + C6H8O6 →2Fe2+ + C6H6O6 + 2H+
dimana produk reduksinya dengan asam askorbat adalah asam dehidroaskorbat.
Hidrogen sulfida dan gas belerang dioksida, juga mereduksi ion besi(III):
2Fe3+ + H2S → 2Fe2+ + S + 2H+
2Fe3+ + SO2 + 2H2O →2Fe2+ + SO42- + 4H+
Oksidasi ion besi(II) menjadi besi(III)
Oksidasi terjadi dengan lambat, ketika terkena udara. Oksidasi yang cepat dihasilkan
oleh asam nitrat pekat, hidrogen peroksida, asam klorida pekat dengan kalium klorat,
air raja, kalium permanganat, kalium dikromat, dan serium(IV) sulfat dalam larutan
asam.
4Fe2+ + O2 + 4H+ → 4Fe3+ + 2H2O
3Fe2+ + HNO + 3H+ → NO + 3Fe3+ + 2H2O
2Fe2+ + H2O2 + 2H+ → 2Fe3+ + 2H2O
6Fe2+ + ClO3- + 6H+ → 6Fe3+ + Cl- + 3H2O
2Fe2+ + HNO3 + 3HCl+ → 2Fe3+ + NOCl + 2Cl- + 2H2O
5Fe2+ + MnO4- + 8H+ → 5Fe3+ + Mn2 + 4H2O
Fe2+ + Ce4+ → Fe3+ + Ce3+
f. Pembuatan Besi (Fe)
Bijih besi adalah bahan baku utama untuk pembuatan besi kasar, sedangkan besi kasar
tersebut adalah bahan baku untuk pembuatan besi tempa, besi tuang dan baja. Bijih
besi didapat dari hasil penambangan bijih besi. Sedangkan bahan-bahan lain yang
bercampur dengan bijih tersebut selain kotoran yang merugikan antara lainbelerang
,pospor silika, tanah liat juga ada kotoran yang menguntungkan antara lainemas,
platina, perak. Bijih besi yang umum dijumpai yaitu : Haematit (Fe2O3), Magnetit
(Fe3O4), Pyrities (FeS2), Limonite (2Fe2O3.3H2O), Siderite (FeCO3). Beberapa cara
pembuatan besi antara lain:
Dalam industri, besi dihasilkan dari bijih, kebanyakan hematit (Fe2O3), melalui
reduksi oleh karbon pada suhu 2000 oC
2C + O2 → 2 CO
3CO + Fe2O3 → 2Fe + 3CO2
Besi yang dihasilkan dapat digunakan dalam sintesis senyawa-senyawa yang
mengandung Fe.
Melalui proses Pirometalurgi Besi
Sejumlah besar proses metalurgi menggunakan suhu tinggi untuk mengubah bijih
logam menjadi logam bebas dengan cara reduksi. Penggunaan kalor untuk proses
reduksi disebut pirometalurgi. Pirometalurgi diterapkan dalam pengolahan bijih besi.
Reduksi besi oksida dilakukan dalam tanur sembur (blast furnace), yang merupakan
reaktor kimia dan beroperasi secara terus-menerus.
Campuran material (bijih besi, kokas, dan kapur) dimasukkan ke dalam tanur melalui
puncak tanur. Kokas berperan sebagai bahan bakar dan sebagai reduktor. Batu kapur
berfungsi sebagai sumber oksida untuk mengikat pengotor yang bersifat asam. Udara
panas yang mengandung oksigen disemburkan ke dalam tanur dari bagian bawah
untuk membakar kokas. Di dalam tanur, oksigen bereaksi dengan kokas membentuk
gas CO.
2C(s) + O2(g) → 2CO(g) ΔH = –221 kJ
Reaksinya melepaskan kalor hingga suhu tanur sekitar 2.300°C. Udara panas juga
mengandung uap air yang turut masuk ke dalam tanur dan bereaksi dengan kokas
membentuk gas CO dan gas H2.
C(s) + H2O(g) → CO(g) + H2(g) ΔH = +131 kJ
Reaksi kokas dan oksigen bersifat eksoterm, Kalor yang dilepaskan dipakai untuk
memanaskan tanur, sedangkan reaksi dengan uap air bersifat endoterm. Oleh karena
itu, uap air berguna untuk mengendalikan suhu tanur agar tidak terlalu tinggi
(1.900°C). Pada bagian atas tanur ( 1.000°C), bijih besi direduksi oleh gas CO dan H2
(hasil reaksi udara panas dan kokas) membentuk besi tuang. Persamaan reaksinya:
Fe3O4(s) + 4CO(g) → 3Fe(l) + 4CO2(g) ΔH = –15 kJ
Fe3O4(s) + 4H2(g) → 3Fe(l) + 4H2O(g) ΔH = +150 kJ
Batu kapur yang ditambahkan ke dalam tanur, pada 1.000oC terurai menjadi kapur
tohor. Kapur ini bekerja mereduksi pengotor yang ada dalam bijih besi, seperti pasir
atau oksida fosfor.
CaCO3(s) ⎯Δ⎯→ CaO(l) + CO2(g)
CaO(l) + SiO2(l) →CaSiO3(l)
CaO(l) + P2O5(l) →Ca3(PO4)2(l)
Gas CO2 yang dihasilkan dari penguraian batu kapur pada bagian bawah tanur
(sekitar 1.900°C) direduksi oleh kokas membentuk gas CO. Persamaan reaksinya:
CO2(g) + C(s) → CO(g) ΔH = +173 kJ
Oleh karena bersifat endoterm, panas di sekitarnya diserap hingga mencapai suhu ±
1.500°C. Besi tuang hasil olahan berkumpul di bagian dasar tanur, bersama-sama
terak (pengotor). Oleh karena terak lebih ringan dari besi tuang, terak mengapung di
atas besi tuang dan mudah dipisahkan, juga dapat melindungi besi tuang dari oksidasi.
g. Senyawa - senyawa Besi (Fe)
Tingkat oksidasi < 2
Umumnya membentuk senyawa-senyawa dengan ligan-ligan. Berinteraksi dengan
hidrogen dengan ikatan M-HContoh : H2Fe(PF3)4.
Tingkat oksidasi 2
Biasanya membentuk senyawaan biner dengan sifat,
Biasanya bersifat ionik
Oksidanya (contoh : FeO), b ersifat basa.
Mampu membentuk kompleks aquo, dengan jalan mereaksikan logam oksida,
karbonat dalam larutan asam dan mereduksi katalitik. Kompleks aquo dari
logam besi biasanya memberikan warna yang khas.
Garam-garam terhidrat dengan anion biasanya mengandung [M(H2O)6)]2-,
contoh FeF2.8H2O.
Tingkat Oksidasi 3
Contoh senyawa klorida, bromida, iodida dari besi yang bersifat kovalen, sedangkan
senyawa oksidanya seperti Fe2O3 bersifat ionik.
Tingkat Oksidasi 4
Umumnya dikenal sebagai kompleks fluoro, dan amino okso.
Tingkat Oksidasi ≥5
Dikenal dalam kompleks flioro, amon okso, mosalnya CrF5 dan K2FeO4 yang
semuanya merupakan zat pengoksida yang kuat.
h. Kelimpahan (Fe)
Besi merupakan unsur yang ditemukan berlimpah di alam. Juga ditemukan dalam
matahari dan bintang lainnya dalam jumlah yang seadanya. Inti bumi diyakini
mayoritas unsur penyusunnya adalah besi dan nikel. Besi juga diketahui sebagai unsur
yang paling banyak membentuk bumi, yaitu kira-kira 4,7 - 5 % pada kerak bumi.
Kebanyakan besi terdapat dalam batuan dan tanah sebagai oksida besi, seperti oksida
besi magnetit (Fe3O4) mengandung besi 65 %, hematite (Fe2O3) mengandung 60–75
% besi, limonet (Fe2O3 . H2O) mengandung besi 20 % dan siderit (Fe2CO3). Dalam
kehidupan, besi merupakan logam paling biasa digunakan dari pada logam-logam
yang lain.
Hal ini disebabkan karena harga yang murah dan kekuatannya yang baik serta
penggunaannya yang luas. Bijih besi yang umum adalah hematit, yang sering terlihat
sebagai pasir hitam sepanjang pantai dan muara aliran.
Besi merupakan campuran dari 4 isotop stabil yaitu 54Fe, 56Fe, 57Fe and 58Fe.
Kelimpahan semua isotop-isotop Fe di alam adalah 54Fe (5.8%), 56Fe (91.7%), 57Fe
(2.2%) dan 58Fe (0.3%). 60Fe adalah radioaktif yang mempunyaiwaktu paruh yang
panjang (1.5 juta tahun). Ada pula sepuluh isotop lainnya yang tidak stabil.
i. Manfaat Besi (Fe)
Besi merupakan logam paling biasa digunakan di antara semua logam, yaitu
mengandung 95% dari semua logam yang dihasilkan di seluruh dunia. Besi amat
diperlukan, terutama dalam penggunaan seperti: Rel kereta, Perabotan, Alat-alat
pertukangan, Alat transportasi, peralatan perang, peralatan mesin, tiang listrik,
penangkal petir, pipa saluran,rumah/ gedung menggunakan besi baja sebagai tiang-
tiang penahannya, dan Badan kapal untuk kapal besar.
Manfaat besi ternyata tidak terbatas sebagai bahan pembuatan perlengkapan yang
sangat membantu kehidupan manusia, tetapi besi juga memainkan peranan yang
istimewa dalam daur kehidupan organisme hidup. Besi merupakan salah satu
mikronutrien penting bagi makhluk hidup. Besi sebagian besar terikat dengan stabil
dalam logam protein (metalloprotein), karena besi dalam keadaan bebas dapat
menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang bersifat toksik pada sel.
Besi adalah penyusun utama kelangsungan makhluk hidup dan bekerja sebagai
pembawa oksigen dalam hemoglobin. FeSO4 digunakan sebagai sumber mineral besi
untuk terapidefisiensi/kekurangan zat besi dan digunakan untuk membuat tinta
bubuk.Fe3SO4 digunakan untuk pewarnaan tekstil dan pengetesan aluminium.
j. Korosi Besi (Fe)
Salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi menimbulkan
banyak kerugian karena mengurangi umur pakai berbagai barang atau bangunan yang
menggunakan besi atau baja. Sebenarnya korosi dapat dicegah dengan mengubah besi
menjadi baja tahan karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal untuk
kebanyakan penggunaan besi.
Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya Zink dan
Magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi besi yang
akan dibahas berikut ini didasarkan pada dua sifat tersebut.
Tin Plating (pelapisan dengan timah).
Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan
dilakukan secara elektrolisis, yang disebut tin plating. Timah tergolong logam
yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan
itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores,
maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi.
Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh
karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel
elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong
korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng
bekas cepat hancur.
Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).
Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda
dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak
utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode.
Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang
kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode.
Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat).
Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.
Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).
Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan
pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga
dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi
perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.
Sacrificial Protection (pengorbanan anode).
Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat)
daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium
itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja
yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang
magnesium harus diganti.
Besi merupakan salah satu unsur paling banyak di Bumi, membentuk 5% daripada
kerak Bumi. Kebanyakan besi ini hadir dalam berbagai jenis oksida besi, seperti
bahan galian hematit Fe2O3, magnetit , dan takonit. Dalam perindustrian, besi
dihasilkan daripada bijih, kebanyakannya hematit (sedikit Fe2O3) dan magnetit
(Fe3O4), melalui penurunan oleh karbon pada suhu sekitar 2000 °C.
2. Logam Rutenium (Ru)
a. Pengertian
Unsur yang tergolong logam transisi; berwarna putih, keras, berada dalam bentuk
empat kristal, baru bereaksi pada udara dengan suhu 800. Tahan terhadap asam
maupun aqua regia (tetapi bila ditambahkan kalium klorat, logam ini teroksidasi
dengan disertai letupan), tidak tahan terhadap halogen dan basa kuat. Dialam
ditemukan bersama unsur transisi terutama bersama platina, unsur ruthenium
diperoleh melalui proses kimia yang cukup rumit;
pada tahap akhir melibatkan reduksi terhadap ammonium ruthenium klorida oleh H2
yang menghasilkan serbuk logam Rutenium.
b. Sejarah Terbentuknya Rutenium (Ru)
Pada tahun 1827, Berzelius dan Osann menguji residu yang tersisa setelah melarutkan
platina kasar dari pegunungan Ural dalam aqua regia. Bila Berzelius tidak
menemukan logam-logam yang tidak lazim, sementara Osann menduga bahwa ia
telah menemukan tiga logam baru, yang salah-satunya ia namakan rutenium. Pada
tahun 1844, Klaus dikenal oleh khalayak sebagai penemu rutenium dan menunjukkan
bahwa rutenium oksida yang didapat Osann sangat tidak murni dan mengandung
logam baru. Klaus mendapatkan 6 gram rutenium dari residu pelarutan platina kasar
yang tidak larut dalam auqa regia.
c. Keberadaan Rutenium dialam
Sebagai anggota dari grup platina, rutenium terdapat di alam dengan anggota grup
platina yang lain dalam bijih yang berasal dari pegunungan Ural, dan di Amerika
Utara dan Amerika Selatan. Rutenium juga ditemukan bersama logam grup platina
dalam jumlah sedikit tapi dihasilkan secara komersial dalam mineral pentlandit
(mineral besi-nikel sulfida, (Fe,Ni)9S8) di daerah Sudbury, kawasan penambangan
nikel Ontario, dan dalam mineral piroksinit di Afrika Selatan.
d. Pembuatan Rutenium (Ru)
Rutenium diisolasi besar-besaran dengan proses kimiawi yang rumit, dengan tahap
akhirnya adalah reduksi ammonium rutenium klorida dengan hidrogen, yang
menghasilkan bubuk rutenium. Bubuk ini disatukan dengan teknik metalurgi bubuk
atau dengan pengelasan busur argon.
e. Reaksi-reaksi Ruthenium
Reaksi dengan udara
Ru(s) + O2(g)→RuO2(s)
Reaksi dengan halogen
Rutenium bereaksi dengan fluorin berlebih untuk membentuk ruthenium(IV) fluorida:
Ru(s) + 3F2(g)→RuF6(s)
f. Sifat-sifat Rutenium (Ru)
Rutenium adalah logam berwarna putih, keras dan memiliki modifikasi empat
Kristal. Tidak mudah kusam pada suhu kamar, tapi teroksidasi (dengan menghasilkan
ledakan. Mudah bereaksi dengan senyawa halogen, basa dan lain-lain. Rutenium
dapat dilapisi dengan metode elektro deposisi atau denganmetode dekomposisi suhu.
Logam ini merupakan pengeras platina dan paladium yang paling efektif, dan
membentuk alloy dengan platina atau paladium untuk menghasilkan sifat hambatan
listrik yang luar biasa.
Alloy rutenium-molibdenum dilaporkan bersifat superkonduktif pada suhu 10.6K.
Ketahanan korosi pada titanium dapat diperbaiki seratus kali lipat dengan
penambahan 0.1% rutenium. Rutenium juga merupakan katalis yang serba guna.
Asam sulfida dapat dipecah oleh cahaya dengan menggunakan suspensi partikel CdS
yang diisi dengan rutenium oksida. Diduga dapat diterapkan untuk menghilangkan
H2S pada pemurnian oli dan proses industri yang lainnya. Setidaknya, ada delapan
bilangan oksidasi yang ditemukan, tapi di antara delapan bilangan tersebut, hanya
bilangan +2, +3, +4 yang umum ditemukan. Senyawa rutenium memiliki ciri-ciri
yang menyerupai senyawa kadmium.
Rutenium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambangRu
dan nomor atom 44. Dibawah ini merupakan tabel tentang unsur rutenium.
Sifat fisika
Adapun sifat fisika dari rutenium adalah sebagai berikut :
Massa jenis (sekitar suhu kamar) 12.45 g/cm³
Massa jenis cair pada titik lebur 10.65 g/cm³
Titik lebur 2607 K (2334 °C, 4233 °F)
Titik didih 4423 K(4150 °C, 7502 °F)
Kalor peleburan 38.59 kJ/mol
Kalor penguapan 591.6 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 °C) 24.06 J/(mol•K)
Sifat Kimia
Adapun sifat kimia dari ruthenium adalah sebagai berikut :
Struktur kristal hexagonal
Bilangan oksidasi 2, 3, 4, 6, 8
Elektronegativitas 2.2 (skala Pauling)
Energi ionisasi pertama: 710.2 kJ/mol
Energi ionisasi ke-2: 1620 kJ/mol
Energi ionisasi ke-3: 2747 kJ/mol
Jari-jari atom 130 pm
Jari-jari kovalen 126 pm
g. Kegunaan Ruthenium
Logam ini merupakan pengeras platina dan paladium yang paling efektif, dan
membentuk alloy dengan platina atau paladium untuk menghasilkan sifat hambatan
listrik yang luar biasa. Alloy rutenium-molibdenum dilaporkan bersifat
superkonduktif pada suhu 10.6K. Ketahanan korosi pada titanium dapat diperbaiki
seratus kali lipat dengan penambahan 0.1% rutenium. Rutenium juga merupakan
katalis yang serba guna
[(NH3)5Ru-O-Ru(NH3)4-O-Ru(NH3)5]6+ (Rutenium Merah)
Suatu noda yang dihasilkan untuk meramalkan selaput polianionik
3. Osmium (Os)
a. Sejarah
Ditemukan pada tahun 1803 oleh Tennant dalam residu yang tersisa ketika platinum
mentah dilarutkan dengan aqua regia. Osmium terdapat dalam mineral iridosule dan
dalam pasir sungai yang menghasilkan platinum di daerah Ural, Amerika Utara dan
Amerika Selatan. Juga ditemukan dalam bijih mineral yang mengandung nikel di
Sudbury, daerah Ontariobersama dengan logam grup platinum lainnya. Meski
kadarnya dalam bijih-bijih tersebut sangat kecil, namun karena adanya penambangan
bijih nikel berton-ton, memungkinkan perolehan Osmium sebagai hasil samping.
b. Keberadaan dialam
Osmium terdapat dalam mineral iridosule dan dalam pasir sungai yang menghasilkan
platinum didaerah Ural, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Juga ditemukan dalam
biji mineral yang mengandung Nikel di sudbury, daerah Ontario bersama dengan
logam grup platinum lainnya. Meski kadarnya dalam biji-biji tersebut sangat kecil,
namun karena adanya penambangan biji nikel berton-ton, memungkinkan prolehan
osmium sebagai hasil samping.
c. Sifat fisika dan kimia
Sifat fisika
Adapun sifat-sifat fisika pada osmium adalah:
Massa jenis (sekitar suhu kamar) : 22.61 g/cm³
Massa jenis cair pada titik lebur : 20 g/cm³
Titik lebur : 3306 K (3033 °C, 5491 °F)
Titik didih :5285 K (5012 °C, 9054 °F)
Kalor peleburan :57.85 kJ/mol
Kalor penguapan :738 kJ/mol
Kapasitas kalor : (25 °C) 24.7 J/(mol·K)
Sifat kimia
Adapun sifat-sifat kimia pada osmium adalah:
Struktur kristal : Hexagonal
Konfigurasi elektron :[Ar]3d10 4s2 4p6 4d10 4f14 5s 2 5p6 5d6 6s2
Jari-jari ion : 0,63 Å
Bilangan Oksidasi : 2,3, 4, 6,8
Massa Jenis : 22.6 g/cm3
Konduktivitas Listrik : 12.3 x 106 ohm-1cm-1
Elektronegativitas : 2.2 (Skala pauling)
Potensial Ionisasi : 8.7 V
Jari-jari atom : 1,92 Å
Volume Atom : 8.49cm3/mol
Energi ionisasi pertama : 840 kJ/mol
Energi ionisasi ke-2 : 1600 kJ/mol
d. Reaksi dengan senyawa lain
1. Reaksi dengan air
Osmium tidak dapat berekasi dengan air dibawah kondisi normal.
2. Reaksi dengan udara
Os(s) + 2O2(g) → OsO4(s)
3. Reaksi dengan halogen
Osmium beraksi denagn Fluorin berlebih pada suhu 600oC pada tekanan 400
atm untuk membentuk Osmium(VII) flouride
2Os(s) + 7F2(g) → 2OsF7(s)
Pada kondisi dibawahnya terbentuk HeksaFlourida (OsF6):
Os(s) + 3 F2(g) → OsF6(s)
Osmium bereaksi dengan klorin dan bromin dengan pemanasan dibawah
tekanan pada pembentukan tetrahalida osmium (IV) klorida atau osmiun (IV)
bromida
Os(s)+ 2Cl2(g)→OsCl4(s)
Os(s)+ 2Br2(g)→OsBr4(s)
e. Pembuatan osmium
Osmium ditemukan dalam biji platinium dan mineral osmiridium (paduan osmium
dan iridium). Secara komersial, osmium diperoleh kembali sebagai hasil samping dari
pemurnian nikel.
f. Kegunaan osmium
Senyawa osmium tetroksida telah digunakan untuk mendeteksi sidik jari dan untuk
mewarnai jaringan lemak untuk slide mikroskop. Logam ini hampir selalu digunakan
untuk menghasilkan alloy yang sangat keras dengan logam grup platinum lainnya
untuk mata pulpen, jarum fonograf, dan kontak listrik.
4. Kobalt (Co)
a. Pengertian
Kobalt adalah suatu unsurnkimia dalam table periodic yang memiliki lambang Co dan
nomor atom 27.Elemen ini biasanya hanya ditemukan dalam bentuk campuran di
alam. Elemen bebasnya, diproduksi dari peleburan reduktif, adalah logam berwarna
abu-abu perak yang keras dan berkilau.
b. Sejarah kobalt
Cobalt ditemukan oleh Brandt pada tahun 1735.Kobalt terdapat dalam mineral
kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal,
tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi.
Kobalt juga terdapat dalam meteorit.
Bijih mineral kobalt yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei
badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah
ke utara Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif
dangkal, lebih dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat
lainnya.
c. Keberadaan kobalt dialam
Di alam, kobalt terdapat dalam bentuk senyawa, seperti mineral kobalt glans (CoAsS),
linalit (Co3S4), dan smaltit (CoAs2) dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan
nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai
hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit.
Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei
badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah
ke utara Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif
dangkal, lebih dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat
lainnya.
d. Sifat-Sifat Kobalt
Sifat Fisika
Berwarna abu-abu metalik
Kobal bersifat rapuh, logam keras, menyerupai penampakan besi dan nikel. Kobal
memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi. Kobal cenderung
terdapat sebagai campuran dua allotrop pada kisaran suhu yang sangat lebar.
Transformasi antara dua bentuk ini bersifat lembam dan ditemukan dengan variasi
tinggi sebagaimana dilaporkan pada sifat fisik kobal.
Massa jenis (mendekati suhu kamar) 8.90 g•cm−3
Memiliki titik lebur sebesar 1768 K, 1495 °C, 2723 °F sedangkan titik didihnya
mencapai 3200 K, 2927 °C, 5301 °F
Kalor peleburan 16.06 kJ•mol−1
Kalor penguapan 377 kJ•mol−1
Kapasitas kalor 24.81 J•mol−1•K−1
Elektronegativitas 1.88 (skala Pauling)
Sifat Kimia Kobalt :
Mudah larut dalam asam – asam mineral encer
Kurang reaktif
Dapat membentuk senyawa kompleks
Senyawanya umumnya berwarna
Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
Senyawa – senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks – kompleksnya stabil baik dalam bentuk
larutan maupun padatan.
Kobalt (II) dapat dioksidasi menjadi kobalt(III)
Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
Tahan korosi
Bilangan oksidasi 5, 4 , 3, 2, 1, -1 (oksida amfoter)
Struktur kristal hexagonal
Energi ionisasi
Pertama 760.4 kJ•mol−1 kedua
1648 kJ•mol−1
ketiga 3232 kJ•mol−1
Jari-jari atom 125 pm
Jari-jari kovalen 126±3 (low spin), 150±7 (high spin) pm
e. Pembuatan Kobalt
Unsur cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga
dengan arsenik. Mineral cobalt terpenting antara lain Smaltite (CoAs2), cobalttite
(CoAsS) dan Lemacite ( Co3S4 ). Sumber utama cobalt disebut “Speisses” yang
merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb.
Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit sodium (
NaOCl) . Berikut reaksinya :
2Co2+(aq) + NaOCl(aq) + 4OH-(aq) + H2O→ 2Co(OH)3(s) + NaCl(aq)
Kobalt adalah logam berwarna abu-abu seperti baja, dan bersifat sedikit magnetis. Ia
melebur pada 1490oC. Logam ini mudah larut dalam asam-asam mineral encer:
Co + 2H+ → Co2+ + H2
Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida:
3Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO + 4H2O
Dalam larutan air, kobalt secara normal terdapat sebagai ion kobalt(II), Co2+; kadang-
kadang, khususnya dalam kompleks-kompleks, dijumpai ion kobalt(III), Co3+. Kedua
ion ini masing-masing diturunkan dari oksida CoO dan Co2O3. Oksida kobalt(II) –
kobalt(III), Co3O4, juga diketahui.
Dalam larutan air dari senyawa-senyawa kobalt(II), terdapat ion Co2+ yang merah.
Senyawa-senyawa kobalt(II) yang tak-terhidrat atau tak terdisosiasi, berwarna biru.
Jika disosiasi dari senyawa-senyawa kobalt ditekan, warna larutan berangsur-angsur
berubah menjadi biru.
Ion kobalt(III), Co3+, tidak stabil, tetapi kompleks-kompleksnya stabil, baik dalam
larutan maupun dalam bentuk kering. Kompleks-kompleks kobalt(II) dapat
dioksidasikan dengan mudah menjadi kompleks-kompleks kobalt(III).
1. Larutan natrium hidroksida
Dalam keadaan dingin, mengendap suatu garam basa berwarna biru:
Co2+ + OH- + NO3-→ Co(OH)NO3
Pada pemanasan dengan alkali berlebihan (atau kadang-kadang hanya dengan
menambahkan reagensia berlebihan), garam basa itu diubah menjadi endapan
kobalt(II) hidroksida yang berwarna merah jambu:
4Co(OH)NO3 + OH- → Co(OH)2 + NO3-
Tetapi, sedikit endapan melarut ke dalam larutan.
Hidroksida ini perlahan-lahan berubah manjadi kobalt(II) hidroksida yang hitam
kecoklatan, ketika terbuka terhadap udara:
4Co(OH)2 + O2 + 2H2O → 4Co(OH)3
Perubahan akan terjadi dengan lebih cepat jika ditambahkan suatu pengoksid seperti
natrium hipoklorit atau hidrogen peroksida:
2Co(OH)2 + H2O2 → 2Co(OH)3
2Co(OH)2 + OCl- + H2O →2Co(OH)3 + Cl-
Endapan kobalt(II) hidroksida mudah larut dalam amonia atau larutan garam-garam
amonium pekat, asalkan cairan induk bersifat basa:
Co(OH)2 + 6NH3 → [Co(NH3)6]2+ + 2OH-
Co(OH)2 + 6NH4+ 4OH- → [Co(NH3)6]2+ + 6H2O
Larutan ion heksaaminakobaltat(II) yang coklat-kekuningan perlahan-lahan berubah
menjadi merah-kecoklatan jika terkena udara; hidrogen peroksida lebih cepat
mengoksidasikan ion kompleks itu menjadi ion heksaaminakobaltat(III):
4[Co(NH3)6]2+ + O2 +2H2O → 4[Co(NH3)6]3+ + 4OH-
2[Co(NH3)6]2+ + H2O2 → 2[Co(NH3)6]3+ + 2OH-
Bila ada serta garam-garam amonium, alkali hidroksida tidak mengendapkan
kobalt(II) hodroksida sama sekali. Demikian pula halnya jika larutan mengandung
sitrat atau tatrat.
2. Larutan amonia
Jika terdapat garam-garam amonium, sedikit amonia akan mengendapkan garam basa
seperti dalam reaksi:
Co2+ + NH3 + H2O + NO3- → Co(OH)NO3 + NH4+
Kelebihan reagensia melarutkan endapan, pada mana ion-ion heksaaminakobaltat(II)
terbentuk:
Co(OH)NO3 + 6NH3 → [Co(NH3)6]2+ + NO3- + OH-
Pengendapan garam basa tak terjadi sama sekali jika ada serta ion amonium dalam
jumlah yang lebih banyak, melainkan, kompleks tersebut akan terbentuk dalam satu
tahap. Pada kondisi-kondisi demikian, kesetimbangan
Co2+ + 6NH4+ → [Co(NH3)6]2+ + 6H+
bergeser ke arah kanan karena pengikatan ion hidrogen oleh amonia:
H+ + NH3 → NH4+
3. Larutan amonium sulfida
Sulfida endapan hitam kobalt(II) sulfida dari larutan netral atau basa:
Co2+ + S2- → CoS
Endapan tak larut dalam asam klorida encer atau asam asetat (meskipun tak akan
terjadi pengendapan dari larutan-larutan demikian). Asam nitrat pekat, panas, atau air
raja, melarutkan endapan, sementara belerang putih tetap tertinggal:
3CoS + 2HNO3 +6H+ → 3Co2+ + 3S + 2NO + 4H2O
Pada persamaan lebih lama, campuran menjadi jernih karena belerang teroksidasi
menjadi sulfat:
S + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + 2NO
S + 3HNO3 + 9HCl → SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
4. Larutan kalium sianida
Endapan coklat-kemerahan kobalt(II) sianida:
Co2+ + 2CN- → Co(CN)2
Endapan melarut dalam reagensia berlebihan; terbentuk larutan coklat
heksasianokobaltat(II):
Co(CN)2 + 4CN- → [Co(CN)6]4-
Dengan mengasamkan dalam keadaan dingin dengan asam klorida encer, endapan
muncul lagi:
[Co(CN)6]4- + 4H+ → Co(CN)2 + 4HCN
Eksperimen ini harus dikerjakan dalam kamar asam dengan ventilasi yang baik.
Jika larutan coklat dididihkan lebih lama dalam udara, atau jika ditambahkan sedikit
hidrogen peroksida dan larutan dipanaskan, larutan akan berubah menjadi kuning
karena terbentuk ion heksasianokobaltat(III):
4[Co(CN)6]4- + O2 + 2H2O → 4[Co(CN)6]3- + 4OH-
2[Co(CN)6]4- + H2O2 → 2[Co(CN)6]3- + 2OH-
5. Larutan kalium nitrit
Endapan kuning kalium heksanitritokobaltat(III), K3[Co(NO2)6].3H2O:
Co2+ + 7NO2- + 2H+ + 3K+ → K3[Co(NO2)6] + NO + H2O
(a) Reaksi ini berlangsung dalam dua tahap. Mula-mula, nitrit mengoksidasikan
kobalt(II) menjadi kobalt(III):
Co2+ + 7NO2- + 2H+ → Co3+ + NO + H2O
(b) lalu ion kobalt(III) bereaksi dengan ion nitrit dan kalium:
Co3+ + 6NO2- + 3K+ → K3[Co(NO2)6]
(c) Reaksi ini juga khas untuk ion-ion kalium dan nitrit. Ion nikel tak bereaksi jika
ada serta asam asetat.
6. Larutan amonium tiosianat:
Dengan menambahkan beberapa butir krital amonium tisoanat kepada larutan
kobalt(II) yang netral atau asam, muncul warna biru karena terbentuk ion
tetratiosianattokobaltat(II):
Co2+ + 4SCN- → [Co(SCN)4]2-
g. Kegunaan Kobalt
Kobal dicampur dengan besi, nikel, dan logam lainnya untuk membuat Alnico, alloy
dengan kekuatan magnet luar biasa untuk berbagai keperluan. Alloy stellit,
mengandung kobal, khrom, dan wolfram, yang bermanfaat untuk peralatan berat,
peralatan yang digunakan pada suhu tinggi, maupun peralatan yang digunakan dengan
kecepatan tinggi.
Kobal juga digunakan untuk baja magnet dan tahan karat lainnya. Sebagai alloy,
digunakan dalam turbin jet, dan generator turbin gas. Logam digunakan dalam
elektroplating karena sifat penampakannya, kekerasannya, dan sifat tahan
oksidasinya.
Garam kobal telah digunakan selama berabad-abad untuk menghasilkan warna biru
brilian yang permanen pada porselen, kaca, pot, keramik dan lapis e-mail gigi. Garam
kobal adalah komponen utama dalam membuat biru Sevre dan biru Thenard. Larutan
kobal klorida digunakan sebagai pelembut warna tinta. Kobal digunakan secara hati-
hati dalam bentuk klorida, sulfat, asetat, nitrat karena telah ditemukan efektif dalam
memperbaiki penyakit kekurangan mineral tertentu pada binatang. Tanah yang layak
mengandung hanya 0.13 – 0.30 ppm kobal untuk makanan binatang.
Penggunaan kobalt di Industri
Radioisotop dalam industri.
Kobal-60: Digunakan untuk sterilisasi gamma, radiografi industri, kepadatan dan
ketinggian mengisi.
Industri mobil memakai paduan bahan kobalt.
Paduan baja dan kobalt banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau
konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.
Logam Cobalt sebenarnya dibutuhkan manusia dalam jumlah yang sangat sedikit
untuk proses pembentukan butir darah merah. Cobalt (Co) dalam jumlah tertentu
dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh manusia
Rodium berwarna putih. Logam ini memiliki titik cair yang tinggi dan bobot jenis
yang lebih rendah dari platina. Sifat lainnya adalah reflektif, keras dan tahan lama.
Termasuk fase solid
Massa jenis (sekitar suhu kamar) :12.41 g/cm³
Massa jenis cair pada titik lebur : 10.7 g/cm³
Titik lebur : 2237 K (1964 °C, 3567 °F)
Titik didih : 3968 K (3695 °C, 6683 °F)
Kalor peleburan : 26.59 kJ/mol
Kalor penguapan : 494 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 °C) : 24.98 J/(mol·K)
Bilangan oksidasi : 2, 3, 4 (amphoteric oxide)
Elektronegativitas : 2.28 (skala Pauling)
Energi ionisasi 1,2,3 : 719.7 kJ/mol,1740 kJ/mol
2997 kJ/mol
Jari-jari atom :135 pm
d. Kelimpahan di Alam:
Rodium terjadi di alam dengan logam grup platina lainnya dari pasir di sungai Ural dan
Amerika Utara dan Selatan. Juga ditemukan bersama logam grup platina lainnya dari area
penambangan tembaga-nikel sulfide di Sudbury, kawasan Ontario
e. Kegunaan
Kegunaan utama rodium adalah bagian dari alloy untuk mengeraskan platina dan palladium
Alloy semacam ini digunakan untuk rakitan gulungan kawat koil dalam turgku pemanas,
pembuatan termokopel, bushing (proses pembentukan garis silindris untuk menahan gerakan
mekanis) pada produksi serat kaca, dektroda pada kabel kontak pemercik api pada pesawat
terbang, dan pembuatan cawan porselen. Rodium sangat berguna sebagai bahan kontak listrik
karena radium memiliki hambatan listrik yang rendah, hambatan kontak yang rendah dan
stabil, dan sangat tahan terhadap korosi. Lapisan radium, dihasilkan dengan metode
dectroplatirig atau dengan evaporasi (penguapan), bersifat keras dan digunakan untuk
instrument optis. Rodium juga digunakan untuk perhiasan wanita, dekorasi, dan sebagai
katalis.
Penggunaan utama dari unsur ini adalah sebagai agen untuk platinum paduan pengerasan dan
paladiumi Paduan ini digunakan dalam gulungan fajr^gku, ring untuk produksi serat gelas,
demen tennokopel, dektroda untuk busi pesawat terbang, dan cawan lebur laboratorium. Hal
ini digunakan sebagai bahan kontak listrik karena resistansi rendah listrik, resistansi kontak
rendah dan stabil, dan ketahanan korosi yang tinggi. Rhodium Disepuh, yang dibuat oleh
elektroplating atau penguapan, sangat keras dan digunakan untuk instmmen optik. logam ini
menemukan digunakan dalam perhiasan dan dekorasi. Hal ini dilapisi pada ennas putih dan
platinum untuk memberikan permukaan putih reflektif. Hal ini dikenal sebagai radium
berkedip dalam bisnis perhiasan. Hal ini juga dapat digunakan dalam lapisan perak sterling
untuk memperkuat logam dari pada, sebagai akibat dari sanyawa tembaga ditemukan di
sterlingsilver.
Ini juga merupakan katalis yang sangat berguna dalam sejumlah proses industri (terutama
digunakan dalam sistem katalitik konverter mobil katalitik dan katalitik untuk karbonilasi
metanol untuk menghasilkan asam asetat oleh proses Monsanto). Hal ini digunakan untuk
mengkatalisis penambahan hydrosilanes ke ikatan rangkap, sebuah proses penting dalam
pembuatan karet silikon tertentu. kompleks ion radium dengan BINAP memberikan katalis
kirai banyak digunakan untuk sintesis kirai, seperti dalam sintesis menthol.
Hal ini juga digunakan sebagai filter dalam sistem mamografi karena karakteristik sinar-x
yang di hasilkan.
• Hal ini juga digunakan di permukaan pena kualitas tinggi karena tinggi ketahanan
karakteristik. Pena ini termasuk Graf von Faber-Castdl yang agak kurang terkenal dari
Montblanc, tapi menghasilkan pena yang sangat terbatas.
6. Iridium (Ir)
a. Sejarah
Iridium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Ir dan
nomor atom 77. Tennant menemukan iridium pada tahun 1803 dalam residu yang
tersisa ketika platinum mentah dilarutkan dengan aqua regia. Iridium tidak terdapat di
alam bersama dengan platinum dan logam satu grup platinum platinum dalam mineral
tanah. Iridium didapatkan sebagai hasil samping dari industri penambangan nikel.
b. Keberadaan dialam
Iridium tidak terdapat di alam bersama dengan platinum dan logam satu grup
platinum dalam mineral tanah. Iridium didapatkan sebagai hasil samping dari industri
penambangan nikel.
c. Sifat fisika dan kimia
Sifat fisika
Fase solid
Massa jenis (sekitar suhu kamar) : 22.65 g/cm³
Massa jenis cair pada titik lebur : 19 g/cm³
Titik lebur : 2719 K (2446 °C, 4435 °F)
Titik didih : 4701 K (4428 °C, 8002 °F)
Kalor peleburan : 41.12 kJ/mol
Kalor penguapan : 231.8 kJ/mol
Kapasitas kalor (25 °C) : 25.10 J/(mol·K)
Bilangan oksidasi : 2,3,4,6
Elektronegativitas : 2.20 (skala Pauling)
Energi ionisasi : 880 kJ/mol
Jari-jari atom : 135 pm
Larutan ion heksamaminanikelat(II) ini berwarna biru tua; ion ini dapat dengan
mudah disangka sebagai ion tembaga(II) yang membentuk ion tetraaminakuprat(II)
biru dalam suatu reaksi yanga analog. Larutan tak teroksidasi pada pendidihan yang
terbuka terhadap udara, atau pada penambahan hidrogen peroksida.
Endapan nikel(II) hidroksida yang hijau, dapat dioksidasikan menjadi nikel(III)
hidroksida hitam dengan larutan natrium hipoklorit:
2Ni(OH)2 + ClO- + H2O → 2Ni(OH)3 ¯ + Cl-
Namun larutan hidrogen peroksida tidak mengoksidasikan nikel(III) hidroksida, tetapi
endapan itu mengkatalis penguraian hidrogen peroksida menjadi oksigen dan air
2H2O2 →2H2O + O2
tanpa perubahan apa-apa lainnya yang nampak.
2. Larutan amonia
Endapan hijau nikel(II) hidroksida:
Ni2+ + 2NH3 + 2H2O → Ni(OH)2 ¯ + 2NH4+
yang larut dalam reagensia berlebihan:
Ni(OH)2 ¯ + 6NH3 →[Ni(NH3)6]2+ + 2OH-
larutan berubah menjadi biru tua. Jika ada serta garam amonium, tak terjadi
pengendapan, tetapi kompleks tersebut langsung terbentuk dengan segera.
3. Larutan amonium sulfida
Endapan hitam nikel sulfida dari larutan netral atau sedikit basa:
Ni2+ + S2- →NiS ¯
Jika reagensia ditambahkan berlebihan, terbentuk larutan koloid coklat tua, yang akan
mengalir menembus kertas saring. Jika larutan koloid ini dididihkan atau jika ia
dijadikan sedikit asam asetat dan dididihkan, larutan koloid (hidrosol) itu akan
berkoagulasi dan lalu bisa disaring. Adanya amonium klorida dalam jumlah banyak
biasanya mencegah terbentuknya sol. Nikel sulfida praktis tak larut dalam asam
klorida encer dingin dan dalam asam asetat, tetapi larut dalam asam nitrat pekat panas
dan dalam air raja disertai pemisahan belerang:
3NiS ¯ + 2HNO3 + 6H+ →3Ni2+ + 2NO + 3S ¯ + 4H2O
NiS ¯ + HNO3 + 3HCl →S ¯ + NOCl + 2Cl- + 2H2O
Dengan memanaskan lebih lama, belerang melarut dan larutan menjadi jenuh:
S ¯ + 2HNO3 → SO42- + 2H+ + NO
S ¯ + 3HNO3 + 9HCl → SO42- + 6Cl- + 3NOCl + 8H+ + 2H2O
4. Hidrogen sulfida (gas atau larutan air jenuh)
Hanya sebagian dari nikel mengendap perlahan-lahan sebagai nikel sulfida dari
larutan netral; tak terjadi endapan dari larutan yang mengandung asam mineral atau
banyak asam asetat. Namun, pengendapan sempurna terjadi dari larutan yang
dijadikan basa dengan larutan amonia, atau dari larutan yang mengandung asetat
alkali berlebihan yang sedikit diasamkan dengan asam asetat.
5. Larutan kalium sianida (RACUN)
Endapan hijau nikel(II) sianida
Ni2+ + 2CN- → Ni(CN2) ¯
Endapan mudah larut dalam reagensia berlebihan, pada mana timbul larutan berwarna
kuning yang disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetrasiaonikelat(II):
Ni(CN)2 ¯ + 2CN- →[Ni(CN)4]2-
Asam klorida encer menguraikan kompleks ini dan endapan muncul lagi:
[Ni(CN)4]2- + 2H+ → Ni(CN)2 ¯ + 2HCN
Jika larutan tetrasianonikelat(II) dipanaskan dengan larutan natrium hipobromit (yang
dibuat ditempat (in situ) dengan menambahkan air brom pada larutan natrium
hidroksida), kompleks itu terurai dan terbentuk endapan nikel(III) hidroksida hitam:
2[Ni(CN)4]2- + OBr - + 4OH- + H2O → 2Ni(OH)3 ¯ + 8CN- + Br –
Kalium sianida berlebihan dan/atau air brom berlebihan harus dihindarkan karena ini
bereaksi dengan membentuk sianogen bromida, yang beracun dan menyebabkan mata
berair:
CN- + Br2 → BrCN + Br -
6. Larutan kalium nitrit
Tak dihasilkan endapan dengan adanya asam asetat.
e. Proses pembuatan
Ekstraksi logam Ni dapat dilakukan melalui proses Mond. Proses Mond yang kadang-
kadang dikenal sebagai proses karbonil adalah teknik yang diciptakan oleh Ludwig
Mond pada tahun 1890 untuk mengekstrak dan memurnikan nikel. Proses ini
digunakan secara komersial sebelum akhir abad ke-19. Hal ini dilakukan dengan
mengkonversi oksida nikel (nikel dikombinasikan dengan oksigen) ke nikel
murni.Proses Mond ini didasarkan pada fakta bahwa Ni membentuk derivatif karbonil
lebih cepat dibanding logam lainnya.Dalam proses ini mula-mula dilakukan
pembakaran mineral Ni di udara yang akan menghasilkan nikel oksidayang kemudian
direduksi dengan menggunakan karbon untuk menghasilkan logam Ni.Kemudian
logam direfining secara elektrolisis atau dengan cara pengubahan menjadi
Ni(CO)4lalu diikuti oleh peruraian termal.
Tahapan reaksinya adalah sebagai berikut:
Logam nikel mentah bereaksi dengan karbon monoksida membentuk nikel
tetrakarbonil:
Ni(s) + 4 CO(g) →Ni(CO)4(g)
Senyawa atsiri ini dapat dipisahkan dengan mudah dari zat pengotor yang semula ada
dalam logam mentah. Pemanasan yang tinggi akhirnya menguraikan Ni(CO)4 dan
diperoleh logam nikel murni.
Ni(CO)4(g)→Ni(s) + 4 CO(g)
f. Kegunaan
1. Digunakan sebagai pelapis logam tahan karat.
2. Digunakan untuk membuat aliasi logam seperti monel, nikrom, dan alniko.
3. Serbuk nikel digunakan sebagai katalis pada hidrogenasi lemak dalam pembuatan
margarin.
4. Nikel(III) oksida digunakan pada sel Edison.
8. PALLADIUM
a. Pengertian
Paladiumadalah suatu unsur kimiadalamtabel periodikyang memiliki lambang Pd dan
nomor atom 46. Palladium adalah jenis mineral bumi lainnya yang memiliki kadar
270% lebih tinggi dari perak maupun tembaga. Minimal kandungan palladium 10%
untuk mengubah warna emas yang mulanya kuning menjadi putih, unsur kimia
dengan simbol kimia Pd dan nomor Atom 46. Palladium adalah logam perak-putih
yang langka dan berkilau dan ditemukan pada tahun 1803 oleh William
HydeWollaston, Dia bernama setelah asteroid Pallas, yang itu sendiri dinamai julukan
Athena dewi Y unani, diakuisisi oleh ketika ia Pallas membunuh. Paladiurr^
platinurri, rhodiun\ rutheniunf\ iridium dan csmium membentuk sekelompok elemen
disebut sebagai kelompok logam platinum (PGMs). Ini memiliki sifat kimia yang
mirip, namun paladium memiliki titik leleh terendah dan adalah yang paling padat
mereka.
b. Sejarah Palladium
Palladium ditemukan pada tahun 1803 oleh Wallaston, Palladium ditemukan dengan
logam grup platina lainnya (Platina dan Rodium) di Rusia, Amerika Serikat, Etiophia,
dan Australia. Palladium juga ditemukan bergabung dengan deposit nikel-tembaga di
Afrika Selatan dan Ontario. Pemisahan dari logam grup platina lainnya tergantung
pada jenis bijih yang ditemukan.
c. Keberadaan dialam
Pada tahun 2014, Rusia adalah produsen paladium terbesar di dunia dengan pangsa
43%, diikuti Afrika Selatan dengan 30%. Canada yang hanya 10% dan AS 6% adalah
produsen penting paladium lainnya. Paladium dapat dijumpai sebagai logam bebas
yang berpadu dengan emas dan logam golongan platina lainnya dalam
endapan letakan (placer deposit) di Pegunungan Ural, Australia, Ethiopia, Amerika
Utara dan Selatan. Untuk produksi paladium timbunan ini hanya memainkan peranan
kecil. Sumber komersial terpenting adalah timbunan nikel-tembaga yang ditemukan
di Sudbury Basin, Ontario, dan deposit Norilsk–Talnakh di Siberia. Deposit besar
lainnya adalah deposi logam golongan platina Merensky Reef di sekitar Bushveld
Igneous Complex Afrika Selatan. Stillwater igneous complexdi Montana dan badan
bijih zona Roby di Lac des Îles igneous complex, Ontario, adalah dua sumber lain
paladium di Canada dan Amerika Serikat. Paladium dijumpai dalam mineral
langka kuperit dan polarit.
Paladium juga dihasilkan dalam reaktor fisi nuklir dan dapat diekstraksi dari bahan
bakar nuklir yang digunakan (lihat sintesis logam mulia) meskipun paladium dari
sumber ini tidak digunakan. Belum ada satupun fasilitas pemrosesan ulang nuklir saat
ini yang dilengkapi teknologi untuk mengekstrak paladium dari limbah radioaktif
tingkat tinggi.
Kesimpulan
Dalam sistem periodik mendeleev, sembilan unsur, Fe-Ru-Os, Co-Rh-Ir, dan Ni-Pd-Pt,
terletak pada golongan VIII B dengan masing-masing penggolongan baru yaitu no. 8, 9,
dan 10. Tiga unsur lainya adalah unsur buatan yaitu Hassium (Hs), Meitnerium (Mt), dan
Darmstadtium (Ds).
Pada golongan VIII B ini mempunyai kecenderungan sifat terutama sifat kimia secara
horizontal (Fe-Co-Ni )lebih banyak memiliki kemiripan dibanding sifatnya secara
vertikal. Sifatnya yaitu diantaranya berwarna putih keperakan, mudah ditempa, dan
dibentuk. Dalam satu golongan jari-jari atom, titik didih, titik leleh semakin besar.
Sedangkan energinya semakin kecil. Sebagian besar kegunaannya dari unsur-unsur ini
yaitu sebagai peralatan logam dan perhiasan. Unsur buatan pada golongan ini dibuat
melalui reaksi fusi nuklir dan mempunyai b.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.amazine.co/28251/mangan-mn-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/
http://www.academia.edu/7556182/Makalah_Golongan_VII_B
http://zilazulaiha.blogspot.com/2011/12/unsur-unsur-golongan-viib-kimia.html
http://renideswantikimia.wordpress.com/kimia-kelas-xii-3/semester-i/3-kimia-unsur/2-sifat-
sifat-unsur/