You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SOL

( Space Occupying Lesion )

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesi
pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapat
menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor
intracranial ( Long C , 1996 : 130).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas yang tumbuh di
otak, meningen dan tengkorak (Lombardo, Mary caster 2005 : 1183).

Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang
didalam tengkorak .(Suzanne C.smaltzer 2001:2167)

B. ETIOLOGI
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti, walaupun telah
banyak penyelidikan yang dilakukan.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu:
1. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga.
Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi
pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor familial yang jelas.
2. Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest).
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang
mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian
dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di
sekitarnya.
3. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan
degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma.
4. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan
dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma,
tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan
tumor pada sistem saraf pusat.
5. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah
diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti methylcholanthrone, nitroso-ethyl-
urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hewan.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan
peningkatan TIK( tekanan intra kranial ) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari
tumor yang mengganggu bagian spesifik dari otak.
Gejala peningkatan tekanan intra kranial. Sesuai dengan hipotesis monro – killie yang di
modifikasi, bahwa tengkorak adalah sebuah ruangan kaku yang berisi materi esensial, yang
tidak dapat tertekan : benda otak , darah dalam vaskuler,dan cairan serebro spinal ( CSS ).
Jika salah satu komponen dalam tengkorak ini volumenya meningkat , TIK akan meningkat ,
kecuali satu dari komponen lain menurunkan volumenya. Konsekuensinya , terdapat
perubahan volume otak bila terjadi gangguan seperti tumor otak atau edema serebral ini akan
menimbulkan tanda dan gejala peningkatan tekanan intra kranial .
Gejala – gejala peningkatan TIK di sebabkan oleh tekanan yang berangsur angsur
terhadap otak akibat pertumbuhan tumor. Pengaruhnya adalah gangguan keseimbangan yang
nyata antara otak , cairan serebro spinal, dan darah serebral semua terletak di dalam
tengkorak. Sebagai akibat pertumbuhan tumor , maka kompensasi penyesuaian diri dapat
dilakukan melalui penekanan pada vena – vena intra kranial, melalui penurunan volume
cairan serebro spinal ( melalui peningkatan absorpsi dan menurunkan produksi ) , penurunan
sedang pada aliran darah serebral dan menurunya masa jaringan otak intra seluler dan exstra
seluler. Bila kompensasi semua ini gagal , pasien mengalami tanda dan gejala peningkatan
TIK.
Gejala – gejala TIK. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit
kepala , muntah , papil edema ( choked disc atau edema saraf optik ) , perubahan kepribadian
dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensorik dan disfungsi saraf kranial.
Sakit kepala, meskipun tidak selalu ada, tetapi ini banyak terjadi pada pagi hari dan
menjadi buruk oleh karena batuk , menengang atau melakukan gerakan yang tiba – tiba.
Keadaan ini disebabkan oleh serangan tumor, tekanan atau penyimpanan struktur, sensitif
nyeri atau oleh karena edema yang mengiringi adanya tumor.
Sakit kepala selalu di gambarkan dalam atau meluas atau dangkal tetapi terus menerus.
Tumor frontal menghasilkan sakit kepala pada frontal bilateral : tumor kelenjar hipofisis
menghasilakn nyeri yang menyebar antara dua pelipis ( bitemporal ) : tumor serebelum
menyebabkan sakit kepala yang terletak pada daerah suboksipital bagian belakang kepala.
Muntah,kadang-kadang dipengaruhi oleh asupan makanan,yang selalu disebabkan adanya
iritasi pada pusat vagal dimedula.jika muntah dengan tipe yang kuat,ini digambarkan sebagai
muntah proyektil.
Papiledema (edema pada saraf optik) ada sekitar 70% -75% dari pasien dan dihubungkan
dengan gangguan penglihatan seperti penurunan ketajaman penglihatan,diploppia (pandangan
ganda) dan penurunan lapang pandangan.
Gejala terlokalisasi.lokasi gejala-gejala terjadi sepesifik sesuai dengan gangguan daerah
otak yang terkena,menyebabkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal,seperti pada
ketidaknormalan sensori dan motorik , perubahan penglihatan dan kejang.
Karena fungsi-fungsi dari bagian-bagian berbeda dari otak yang tidak diketahui,lokasi
tumor dapat ditentukan,pada bagiannya,dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi
oleh adanya tumor.

D. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif, gangguan neurologik
pada tumor otak biasanya disebabkan oleh dua factor-faktor gangguan fokal akibat tumor dan
peningkataan TIK.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dari infiltrasi atau
invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Perubahan suplai
darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat disebabkan oleh beberapa factor : bertambahnya massa dalam
tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
Beberepa tumor dapat menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema akibat kerusakan
sawar darah otak, semuanya menimbulkan volume intracranial dan TIK.
Pada mekanisme kompensasi akan bekerja menurunkan volume darah ntrakranial, volume
CSF< kandunan cairan intra sel dan mengurangi sel-sel parenkim. Peningkatan tekanan yang
tidak diobati mengakibatkan terjadinya herniasi unkus atau serebelum. Herniasi menekan
mensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran. Pada herniasi serebelum, tonsil bergeser ke
bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata
dan henti nafas terjadi dengan cepat, perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan
TIK adalah bradikardia progresif, hipertensi sistemik ( pelebaran nadi) dan gagal nafas. (price
Sylvia A.2005: 1187)

A. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis.
Jika tumor otak menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan pada serebelum maka akan
menyebabkan pusing, ataksia ( kehilangan keseimbangan ) atau gaya berjalan yang
sempoyongan dan kecenderunan jatuh ke sisi yang lesu, otot-otot tidak terkoordinasi dan
ristagmus ( gerakan mata berirama tidak disengaja ) biasanya menunjukkan gerakan
horizontal

2. Gangguan kognitif.
Pada tumor otak akan menyebabkan fungsi otak mengalami gangguan sehingga dampaknya
kemampuan berfikir, memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi,
persepsi dan memerhatikan juga akan menurun.

3. Gangguan tidur & mood


Tumor otak bisa menyebabkan gangguan pada kelenjar pireal, sehingga hormone melatonin
menurun akibatnya akan terjadi resiko sulit tidur, badan malas, depresi, dan penyakit
melemahkan system lain dalam tubuh.

4. Disfungsi seksual
a. Pada wanita mempunyai kelenjar hipofisis yang mensekresi kuantitas prolaktin yang
berlebihan dengan menimbulkan amenurrea atau galaktorea (kelebihan atau aliran spontan
susu )
b. Pada pria dengan prolaktinoma dapat muncul dengan impoteni dan hipogonadisme.
Gejala pada seksualitas biasanya berdampak pada hubungan dan perubahan tingkat kepuasan.
( nurse 87. wordpress.com )
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan.
Memberi informasi spesifik mengenai jumlah, ukuran, kepadatan, jejas tumor dan
meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi tentang sistem vaskuler.

2. MRI.
Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam batang otak dan
daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang menggunakan CT Scan.
3. Biopsi Stereotaktik bantuan komputer (tiga dimensi)
Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberi dasar
pengobatan serta informasi prognosis.
4. Angiografi
Memberi gambaran pembuluh darahserebral dan letak tumor.
5. Elektroensefalografi (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN SOL
Pengkajian pada pasien dapat dilakukan dengan teknik wawancara,pengukuran,dan
pemeriksaan fisik.tahap-tahapannya meliputi :
A. Anamnesa terhadap ibu Pasien : Ny. N
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : A. As
Umur : 1 Tahun
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal Masuk Rawat ; Tanggal,15 Februari 2015
Pendidikan Orang tua : SLTA
Pekerjaan : Swasta (Bapak Pengrajin batu akik, Ibu Admin)
2. Keluhan Utama : Pasien masuk rawat dengan keluhan demam, kejang, 1 jam
sebelum masuk rumah sakit
3. Keluhan riwayat penyakit sekarang : pasien masuk dengan demam, kejang –
kejang tidak ada respon saat di panggi, pasien hanya menangis. BB : 9 kg, dengan
lingkar kepala 47 cm
4. Riwayat kesehatan dahulu : Sebelunya pasien dengan pilek 3 (tiga) hari yang lalu,
batuk tidak berdahak, riyawat penyakit campak sudah pernah, penyakit cacar
sudah pernah,
5. Riwatyat kelahiran Pasien : Panjang saat lahir ; 50 cm , Berat badan lahir : 3900
gr, pemberian asi sampai sekarang.
6. Riwayat tumbuh kembang anak : Tengkurap : 5 bulan, Duduk : 6 bulan, Tumbuh
gigi : 6 bulan, Berdiri : 7 bulan, belajar merangkak : 10 bulan, Bicara : 12 bulan,
Belajar jalan : 12 bulan,
B. Pemeriksaan Fisk ;
Keadaan umum Pasien ;
Pola fungsional Kesehatan :
1. Aktivitas Istirahat : Malase, masalah belajar berjalan terhambat, ada paraplegi
sebelah kiri,
2. Elliminasi : tanggal 15 Februari 2016, dipasang kateter Urine, dan BAB dalam
Pampers
3. Nutrisi : kehilangan nafsu makan, Muntah ada, dipasang NGT No.5 Tanggal 15
Februari 2016, memberan mukosa kering, bibir pecah – pecah.
4. Hygenis : Semua kebutuhan personal diri semua ketergatungan terhadap ibu
Pasien
5. Neurosensori . GCS : E4M5V4 : 13-14 dengan parese sebelah kanan
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori, sulit dalam
keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang
umum lokal.
6. Nyeri : Pasien harus kita lihat ketegangan leher/Punggunng kaku, pasien tampak
rewel, Lokalisasai penilaian nyeri pada anak sesuai dengan gambar berdasarkan
Wong backer :
Gambar :
7. Pernapasan ; Adanya peningkatan pernapasan 30 kali permenit, peningkatan kerja
napas, tidak tanda – tanda infeksi pada pernapasan, perubahan status mental
:Pasien tampak gelisah,

c. Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium tanggal : 15 Februari 2016
Hematologi
Darah Rutin
Lekosit : 19.400 ul/l 5000 ~ 10.000
Eritrosit : 3.59 juta/ul 4,2 ~ 5.4
Hemoglobine : 9.0 g/dl 10.7 ~ 13.4
Hematokrit : 26 % 35 ~ 43
Trombosit : 219.000 ribu/ul 150.000 ~ 450.000

Kimia
Analisa Gas Darah
PH : 7.521 7.35 ~7.45
PCO2 : 30.1 mmhg 32 ~ 48
PO2 : 117.9 mmhg 83 ~ 108
HCO3 Act : 24.3 mmol/L 21 ~ 28
HCO3 Std : 25.8 mmol/L
BE (ecf) : 1.2 mmol/L -2 ~ 3
SBE : 1.5 mmol/L -3 ~ 3
Ct CO2 : 25 mmol/L 23 ~ 27
An. GOD : 5.8 mmol/L
O2 sat : 98.7 m/o 95 ~ 98
O2 Ct : 12.7 ml/dl

Elektrolit :
Natrium : 135 mmol/L 129 ~ 143
Kalium : 3.66 mmol/L 3.6 ~ 5.8
Clorida : 109 mmol/L 98 ~ 111

Fungsi Ginjal
Ureum : 16 mg/dl < 48
Kreatinin : 0.7 mg/dl 0,1

 Laboratorium tanggal : 18 Februari 2016


Hematologi
Darah Rutin
Lekosit : 19.500 ul/l 5000 ~ 10.000
Eritrosit : 3.63 juta/ul 4,2 ~ 5.4
Hemoglobine : 9.0 g/dl 10.7 ~ 13.4
Hematokrit : 28 % 35 ~ 43
Trombosit : 152.000 ribu/ul 150.000 ~ 450.000

Kimia
Analisa Gas Darah
PH : 7.356 7.35 ~7.45
PCO2 : 49.3 mmhg 32 ~ 48
PO2 : 151.8 mmhg 83 ~ 108
HCO3 Act : 27.0 mmol/L 21 ~ 28
HCO3 Std : 25.5 mmol/L
BE (ecf) : 1.4 mmol/L -2 ~ 3
SBE : 1.1 mmol/L -3 ~ 3
Ct CO2 : 28.5 mmol/L 23 ~ 27
An. GOD : 11.7 mmol/L
O2 sat : 98.9 m/o 95 ~ 98
O2 Ct : 12.8 ml/dl

Elektrolit :
Natrium : 131 mmol/L 129 ~ 143
Kalium : 3.91 mmol/L 3.6 ~ 5.8
Clorida : 96/153 mmol/L 98 ~ 111

Hemostasis
D’ Dimer : 1.45 ug/dl 0 ~ 0.99
PT : 14,9 detik 12 ~ 16
INR : 1.54
APTT : 36.0 detik 17.3 ~ 49.3

Kimia Hati
Fungsi Hati
AST (SGOT) : 56 U/L < 48
ALT (SGPT) : 53 U/L < 33

 Hasil laboratorium tanggal : 19 Februari 2016


Lekosit : 16.100 UL/ 5000 – 10.000
Eritrosit : 3.83 Juta/Ul 4.2 – 5.4
Hemoglobine : 9.2 gr/dl 10.7 – 13.1
Hematokrit : 29 % 35 – 43
Trombosit : 232.000 ribu/UL 150.000 – 450.000

Pemeriksaan MRI TANGGAL 19 Februari 2016 : Infark Hiperakut di


Hemispashere kiri seperior teritorial a. Cerebra anterior, a. Cerebra media dan
a. Cerebra posterior, bercak haemorhagic di subdura regium, parietal kiri

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas inefektifb.dgangguanfungsiototpernafasan
2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral
3. Nyeri kepalab.dPeningkatan TIK
4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d anoreksia
5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan
6. Cemas Berhubungan b.d kurang pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit anaknya

1. Pola nafas inefektifb.dgangguanfungsiototpernafasan


Tujuan :Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 1x24 jamdiharapkanpola nafas
kembaliefektif.
KH :
 RR normal .
 Sesak nafas berkurang.
INTERVENSI
a. Monitor frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
b. Posisikan pasien semifowler untuk memaksimalkan ventilasi.
c. Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam yang efektif.
d. Kolaborasi pemberian O2 sesuai indikasi.

Rasional :
a. Untuk mengetahui status pernafasan.
b. Dengan posisi semifowler pasien lebih rileks dan penigkatan pengembangan paru.
c. .Mencegah/menurunkan atelektasis.
d. Untuk mempertahankan kepatenan oksigen.

2. Perubahan perfusi jaringan otak b.d kerusakan sirkulasi vaskuler serebral


Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan kerusakan
jaringan cerebral tidak meluas.
DenganKH :
 TIK menurun.
 Jaringan nekrotik cerebral berkurang.
 Sirkulasi vaskuler cerebral normal.

INTERVENSI
a. Tentukanfaktor – faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan serebral dan potencial peningkatan TIK.
b. Pantau /catat status neurologis secara teratur.
c. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan.
d. Kolaborasi pemberian obat deuretik contohnya manitol (osmitrol), furosemid (lasix)
Rasional
a. Penurunan tanda/gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah seranga
awal mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu di pindahkan keperawatan intensif untuk
mementau TIK atau pembedahan.
b. Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan potencial peningkatan TIK
bermanfaat dalam menentukanlokasi, perluasan, dan perkembangan kerusakan SSP.
c. Petunjuk non verbal ini mengidentifikasi adanya peningkatan TIK.
d. Diuretik dapat digunakan pada fase akut untuk menurunkan TIK.

3. Nyerikepala b.dPeningkatan TIK


Tujuan :Setelahdilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri
berkurang/hilang.
DenganKH :
 Pasienrileks.
 Skalanyeriturun.

INTERVENSI
a. Kajikeluhannyeri, intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, denganskala 0-10.
b. Berikanlingkungan yang tenang.
c. Berikankompresdingin pada kepala, pakaiandingindiatas mata
d. Kolaborasipemberiananalgetiksepertiasetaminofen, kodein.
Rasional

a. Untukmemilihintervensi yang cocok dan untukmengevalusikefektifandariterapi yang


diberikan.
b. Menurunkanreaksiterhadapstimulasidariluaratausensitivitas pada cahaya dan
meningkatkanistirahat/relaksasi.
c. Meningkatkanvasokontriksi, menumpulkanresepsisensori yang
selanjutnyaakanmenurunkannyeri.
d. Diperlukanuntukmenghilangkannyeri yang berat.

4. Kebutuhan nutrisi tidak adekuat b.d mual muntah


Tujuan :Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 2x24 jam
diharapkannutrisipasienterpenuhi.
DenganKH :
 Pasienmenghabiskanporsimakan.
 BB bertambah.
INTERVENSI
a. Awasimasukan, berikanmakansedikitdalamfrekuensisering.
b. Berikanperawatanmulutsebelummakan.
c. Anjurkanmakan pada posisiduduktegak.
d. Kolaborasipemberiandiettinggikaloriatauproteinnabati.
Rasional

a. makanbanyaksulituntukmengaturbilapasienanoreksia.
b. Menghilangkan rasa takenakdapatmeningkatkannafsumakan.
c. Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapatmeningkatkanpemasukan.
d. Makanansuplementasidapatmeningkatkanpemasukannutrisi.

5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan


Tujuan :Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 3x24 jamdiharapkanpapil edema (-).
DenganKH :
 lapangpandangkembali normal
INTERVENSI
a. Kajiperubahan pada penglihatan.
b. Evaluasikeadaanpupil, catatukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan dan
reaksinyaterhadapcahaya.
c. Gunakanpenerangansiangataumalamhari.
d. Rujuk pada ahlifisioterapi, terapiokupasi, terapiwicara, dan terapikognitif.

Rasional

a. Gangguanpenglihatandapatdiakibatkanolehkerusakanmikroskopik pada otak.


b. Reaksipupildidiaturolehsarafolehsarafkranial (III) dan
bergunauntukmenentukanapakahbatangotakmasihbaik
c. Memberikanperasaan normal tentangpolaperubahanwaktu dan polatidur/bangun.
d. Dapatmenciptakanrencanapenatalaksanaanterintegrasi yang didasarkan atas
kombinasikemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unikdenganberfokus pada
peningkatanevaluasi dan fungsifisik, kognitif, dan ketrampilan perceptual.

5. Perubahan persepsi sensori visual b.d Penurunan ketajaman penglihatan


Tujuan :Setelahdilakukantindakankeperawatanselama 3x24 jamdiharapkanpapil edema (-).
DenganKH :
 lapangpandangkembali normal
INTERVENSI
a. Kajiperubahan pada penglihatan.
b. Evaluasikeadaanpupil, catatukuran, ketajaman, kesamaan antara kiri dan kanan dan
reaksinyaterhadapcahaya.
c. Gunakanpenerangansiangataumalamhari.
d. Rujuk pada ahlifisioterapi, terapiokupasi, terapiwicara, dan terapikognitif.

Rasional
a. Gangguanpenglihatandapatdiakibatkanolehkerusakanmikroskopik pada otak.
b. Reaksipupildidiaturolehsarafolehsarafkranial (III) dan
bergunauntukmenentukanapakahbatangotakmasihbaik
c. Memberikanperasaan normal tentangpolaperubahanwaktu dan polatidur/bangun.
d. Dapatmenciptakanrencanapenatalaksanaanterintegrasi yang didasarkan atas
kombinasikemampuan/ketidakmampuan secara individu yang unikdenganberfokus pada
peningkatanevaluasi dan fungsifisik, kognitif, dan ketrampilan perceptual.

You might also like