You are on page 1of 14

Laporan Kasus

Penatalaksanaan Tuberkulosis
dengan Pendekatan Dokter Keluarga

Gusti,* Dwiwanti,** Nurfajrin Saputri,** Musdalifa Andi Ahmad**


______________________________________________________________________________
*Kepala Puskesmas Rappokalling, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas dan Ilmu
Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
** Dokter Muda Departemen IKM dan IKK, Puskesmas Rappokalling, Mei 2018

Abstrak: Tuberkulosis adalah penyakit infeksi akibat bakteri Mycobacterium


tuberculosis. Menurut Global Tuberculosis Report WHO (2016), diperkirakan insidens
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 395 kasus/100.000 penduduk dan
angka kematian sebesar 40/100.000 penduduk (penderita HIV dengan tuberkulosis tidak
dihitung) dan 10/100.000 penduduk pada penderita HIV dengan tuberkulosis. Pada
tahun 2016, ditemukan jumlah kasus tuberkulosis meningkat menjadi 351.893 kasus,jika
dibandingkan dengan tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus. Pendekatan kedokteran
keluarga memberikan tatalaksana secara holistic dengan meningkatkan fungsi keluarga.
Studi kasus berikut adalah tentang penderita tuberkulosis yang diberikan tatalaksana
berupa pendekatan kedokteran keluarga untuk mencapai penyembuhan yang lebih baik
serta memutus rantai penyebaran penyakit.
Kata kunci: tuberkulosis, Mycobacterium tuberculosis, kedokteran keluarga.

Tuberculosis Treatment with Family Medicine


Approach

Gusti,* Dwiwanti,** Nurfajrin Saputri,** Musdalifa Andi


Ahmad**
*Kepala Puskesmas Rappokalling, Departemen Ilmu Kedokteran
Komunitas dan Ilmu Kedokteran Keluarga, Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin

** Dokter Muda Departemen IKM dan IKK, Puskesmas


Rappokalling, Mei 2018

Abstract: Tuberculosis is an infectious disease caused by


Mycobacterium tuberculosis bacteria. Based on Global
Tuberculosis Report WHO (2016), estimated incidens of
tuberculosis in Indonesia in 2015 is 395 per 100000 of
population and mortality rate is 20 per 100000 of population
(Tuberculosis patient not calculated) and 10 of 100000
population in HIV patients with tuberculoisis. Total cases of
tuberculosis in Indonesia increased to 351.893 cases in 2016,
while there were 330.729 cases in 2015. The family medical
approach provides holistic management by improving family
function. The following case study is about a tuberculosis
patient given treatment in the form of a family medical
approach to achieve better healing and to break the chain of
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 2

Pendahuluan kontinu, integratif, holistik, koordinatif


Tuberkulosis (TB) merupakan dengan mengutamakan pencegahan,
masalah kesehatan masyarakat yang penting menimbang peran keluarga dan
di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health lingkungannya serta pekerjaannya.
organization (WHO) telah mencanangkan Pelayanan diberikan kepada semua pasien
tuberkulosis sebagai Global Emergency. tanpa memilah jenis kelamin, usia serta
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan faktor lainnya. Tujuan yang ingin dicapai
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru dalam pelayanan kedokteran keluarga adalah
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 suatu bentuk pelayanan kesehatan bagi
juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) individu dan keluarga serta masyarakat yang
positif. Setiap detik ada satu orang yang bermutu namun terkendali biayanya, yang
terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan tercermin dalam tatalaksana pelayanan
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kesehatan yang diberikan oleh dokter
kuman tuberkulosis.1 keluarga. Menurut The American Academy
Tuberkulosis (TB) adalah suatu of Family Physician (1969), pelayanan
penyakit infeksi menular yang disebabkan dokter keluarga adalah pelayanan
bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang kedokteran yang menyeluruh dan
dapat menyerang berbagai organ, terutama memusatkan pelayanannya pada keluarga
paru-paru. TB diperkirakan sudah ada di sebagai suatu unit, pada mana
dunia sejak 5000 tahun sebelum Masehi, tanggungjawab dokter terhadap pelayanan
namun kemajuan dalam penemuan dan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur
pengendalian penyakit TB baru terjadi atau jenis kelamin pasien, juga tidak oleh
dalam dua abad terakhir.2 organ tubuh atau jenis penyakit tertentu
Pelayanan dokter keluarga saja.3
melibatkan Dokter Keluarga sebagai Jumlah pasien TB di Indonesia
penyaring di tingkat primer sebagai bagian adalah sekitar 5,8% dari total jumlah pasien
suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu TB dunia. Pada tahun 2016, ditemukan
yang melibatkan dokter spesialis ditingkat jumlah kasus tuberkulosis sebanyak 351.893
pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan kasus, meningkat bila dibandingkan semua
sebagai tempat pelayanan rawat inap, kasus tuberkulosis yang ditemukan pada
diselenggarakan secara komprehensif, tahun 2015 yang sebesar 330.729 kasus.4
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 3

Menurut Global Tuberculosis Report tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan


WHO (2016), diperkirakan insidens Angka kesembuhan semua kasus yang harus
tuberkulosis di Indonesia pada tahun 2015 dicapai minimal 85% sedangkan angka
sebesar 395 kasus/100.000 penduduk dan keberhasilan pengobatan semua kasus
angka kematian sebesar 40/100.000 minimal 90%. Sedangakan pada provinsi
penduduk (penderita HIV dengan Sulawesi Selatan belum mencapai angka
tuberkulosis tidak dihitung) dan 10/100.000 keberhasilan pengobatan yaitu kurang dari
penduduk pada penderita HIV dengan 90%.4
tuberkulosis.4 Peran dokter keluarga dalam
Penderita Tb paru yanng meninggal penatalaksanaan TB paru sangatlah penting
di rumah sakit mempunyai persentasi yang tidak memandang seorang pasien
terbesar (66,7%) umumnya usia produktif sebagai seseorang individu melainkan
dengan tingkat pengetahuan, tingkat sebagai suatu unit keluarga yang
pendidikan yang rendah, serta kurang nya penatalaksanaannya secara holistik dan
kemampuan ekonomi mempengaruhi komprehensif. Dokter sebagai pintu pertama
kemauan/ kemampuan penderita dan yang akan diketuk oleh penderita dalam
keluarganya dalam upaya pengobatan. Hal menolong penderita TB, harus selalu
ini merupakan hal yang wajar, karena meningkatkan pelayanan, salah satunya
penderita Tb paru sebelum meninggal yang sering diabaikan adalah memberikan
dibawa ke rumah sakit dengan alasan edukasi atau pendidikan kesehatan.
tertentu antara lain sesak nafas, menurunnya Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
fungsi paru, dan batuk darah.1 keluarganya akan sangat berarti bagi
Salah satu upaya untuk penderita, terutama bagaimana sikap dan
mengendalikan tuberkulosis yaitu dengan tindakan, serta cara untuk mencegah
pengobatan. Indikator yang digunakan untuk penularan.5
mengevaluasi pengobatan tuberkulosis
melalui angka keberhasilan pengobatan Kasus
(success rate). Angka keberhasilan Pasien pada studi laporan kasus ini
pengobatan merupakan jumlah semua kasus adalah seorang laki-laki, Tn. L, 42 tahun,
tuberkulosis yang sembuh (cure) dan bekerja sebagai mantan seorang buruh
pengobatan lengkap di antara semua kasus pabrik dan sekarang bekerja tukang ojek
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 4

online dan buruh pabrik yang berdomisili Riwayat kontak dengan penderita TB tidak
di Rappokalling. Data pasien diambil diketahui oleh pasien.
melalui autoanamnesis dan hasil Pasien adalah anak tunggal dan memiliki 3
pemeriksaan berupa foto toraks yang anak. Sehari-hari pasien bekerja sebagai
disimpan oleh pasien. Pasien datang ke tukang ojek online dan buruh pabrik. Pasien
Puskesmas Rappokalling untuk mengambil tidak memiliki kebiasaan merokok, minum
obat rutin dan telah menjalani pengobatan alkohol, maupun olahraga.
TB sekitar tiga minggu yang lalu. Awalnya, Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis,
pasien datang ke RS Labuang Baji dengan didapatkan data-data pasien sebagai berikut:
keluhan batuk berdarah sebelum masuk 1. Data klinis
rumah sakit dan dilakukan perawatan kurang Saat ini pasien kadang-kadang batuk
lebih 1 minggu. Keluhan batuk darah namun tidak dengan batuk darah.
disertai dengan nyeri dada dan sesak nafas. Pasien mengonsumsi pengobatan dan
Pasien mengaku tidak batuk dalam jangka vitamin secara teratur. Pasien merasa
waktu lama sebelumnya hanya batuk berat badannya sudah meningkat dan
sesekali dan reda jika minum obat yang nafsu makan sudah membaik, serta
dibeli di warung. Keluhan demam ada dan tidak ada sesak nafas dan nyeri
merasakan ada penurunan berat badan dada.
kurang lebih 4 kg dalam 1 bulan Selain itu, 2. Pemeriksaan fisis
pasien merasa malas makan namun Keadaan umum tampak sakit ringan,
menyangkal adanya keringat malam. suhu 36,5°C, tekanan darah 110/80
Pasien kemudian menjalani pemeriksaan mmHg, frekuensi nadi 84 kali/menit,
foto thorax dengan hasil berupa TB paru frekuensi napas 18 kali/menit. Berat
lama aktif. serta pemeriksaan dahak dengan badan pasien 47 kg, tinggi badan
hasil positif. Pasien memiliki riwayat 156,5 cm.
keluarga dengan keluhan yang sama, yaitu 3. Status generalis
anak bungsu, telah menjalani pengobatan Mata, telinga, dan hidung dalam
sejak tahun 2017 bulan desember, dan masih batas normal. Tenggorokan faring
dalam pengobatan. Pasien tidak memiliki tidak hiperemis, tonsil T1-T1 tenang,
riwayat penyakit yang sama sebelumnya. kelenjar getah bening dalam batas
normal. Regio toraks dalam batas
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 5

normal, regio abdomen dalam batas


normal.
4. Status lokalis
Inspeksi simetris, scar (-), tumor (-),
retraksi (-). Palpasi nyeri tekan (-),
vocal fremitus kanan=kiri. Perkusi
sonor/sonor. Auskultasi bunyi napas
vesikuer (+/+), dan bunyi tambahan
rhonki basah halus (+/+) pada apex
paru, wheezing (-/-), bunyi jantung I-
II regular, murmur (-).
Gambar 1. Genogram Keluarga Tn.L
5. Status neurologis
Refleks fisiologis normal dan reflex 8. Data lingkungan rumah.
patologis (-). Pemeriksaan motoric Pasien tinggal bersama istri dan tiga
dan sensorik tidak ada kelainan. anaknya. Jarak rumah ke puskesmas
6. Pemeriksaan penunjang sekitar 1,0 km. Rumah memiliki
Radiologi foto thoraks gambaran TB ukuran sekitar 10x8 m, dengan
paru lama aktif. Pemeriksaan BTA dinding dari kayu dan lantai dari
sebelum pengobatan hasil positif. tembok dengan alas berupa tikar.
7. Data keluarga Sebagian ruangan terlihat cukup rapi
Bentuk keluarga pada pasien ini dan tampak ruangan keluarga dan
adalah keluarga inti. Terdapat ruangan makan yang mempunyai
gangguan pada fungsi keluarga ukuran kecil. Penerangan rumah
berupa fungsi biologis berupa kesan cukup dengan jendela yang
gangguan pada fungsi paru, perilaku pada seluruh sisi rumah namun tidak
kesehatan keluarga dan lingkungan terbuka, sehingga ventilasi kurang
rumah. baik dan tidak memenuhi syarat
dengan hanya pintu sebagai sumber
pertukaran udara. Rumah sudah
menggunakan listrik dan sumber air
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 6

berasal dari PDAM dan dialirkan ke a. Psikososial keluarga: keluarga


got. cukup memahami dan memberi
Diagnosis Holistik dukungan yang baik serta
1. Aspek personal bersedia menjadi pengawas
a. Alasan kedatangan: batuk darah minum obat.
beberapa jam sebelum masuk b. Lingkungan tempat tinggal:
rumah sakit. keadaan rumah dengan ventilasi
b. Kekhawatiran: pasien khawatir dan pencahayaan yang kurang
mengidap suatu penyakit yang sehingga pertukaran udara dan
berat dan dapat menyebabkan cahaya matahari yang masuk ke
kematian. dalam rumah tidak memadai.
c. Persepsi: batuk darah c. Lingkungan kerja: pasien bekerja
memerlukan penanganan. sebagai tukang ojek, namun tidak
d. Harapan: batuk darah dapat diketahui adanya riwayat kontak.
disembuhkan d. Sosial ekonomi: biaya hidup
pasien ditanggung oleh pasien
sendiri dan pasien juga sebagai
2. Aspek klinik tulang punggung keluarganya.
Kasus baru TB paru dengan 5. Derajat fungsional
klinis, sputum BTA, dan radiologi Derajat fungsional yang didapatkan
positif. adalah satu, yaitu mempu melakukan
3. Aspek risiko internal pekerjaan seperti sebelum sakit
Pengetahuan yang kurang mengenai dengan tidak mengalami kesulitan.
TB, pentingnya tindakan preventif
dibandingkan kuratif, pentingnya Tatalaksana
kepatuhan dalam menyelesaikan Penatalaksanaan pada pasien ini
pengobatan, pentingnya pencegahan dilakukan dengan mengintervensi pasien
penularan TB, maupun efektivitas beserta keluarga sebanyak 1 kali. Intervensi
gizi terhadap perkembangan yang diberikan pada pasien ini adalah
perbaikan klinis pasien. edukasi dan konseling mengenai
4. Aspek risiko eksternal penyakitnya, pencegahan agar tidak terjadi
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 7

komplikasi yang terbagi atas patient center, OAT-FDC tablet selama 21 hari.
family focus dan community oriented. Selain Saat ini pasien mengonsumsi rifampisin,
itu, pasien telah mendapatkan isoniazid, Pirazinamid, Etambutol dengan
penatalaksanaan medikamentosa selama 21 dosis tiga tablet sehari
hari.
Patient center
1. Non medikamentosa Family Focused
a. Konseling mengenai penyakit TB 1. Konseling mengenai penyakit TB
pada pasien pada pasien dan keluarganya.
b. Konseling mengenai pentingnya 2. Konseling mengenai penyakit TB
pengobatan teratur dan pecegahan yang dapat menular dengan anggota
penularan. keluarga lainnya yang dapat dicegah
c. Konseling kepada pasien untuk dengan pemakaian masker, dan tidak
kembali melakukan kontrol jika ada membuang dahak sembarangan (di
keluhan dan menjalani pemeriksaan wc/ kotak sampah di dapur/ asbak).
ulang di akhir masa pangobatannya. 3. Edukasi pada anggota keluarga yang
d. Konseling kepada pasien untuk serumah untuk segera memeriksakan
makan makanan yang bergizi berupa dahak ke puskesmas jika terdapat
makanan tinggi kalori dan tinggi keluhan batuk atau curiga
protein. tuberculosis.
e. Konseling kepada pasien efek 4. Memberikan edukasi kepada
samping obat yang dapat timbul. keluarga untuk meningkatkan
f. Konseling kepada pasien untuk perhatian terhadap kesehatan
mengalihkan stress psikososial anggota keluarga, dan menerapkan
dengan hal-hal bersifat positif. hidup sehat.
g. Edukasi mengenai gaya hidup bersih 5. Edukasi dan motivasi mengenai
dan sehat seperti tidak merokok serta perlunya perhatian dukungan dari
fungsi dari ventilasi dalam rumah, semua anggota keluarga terhadap
serta olahraga teratur. perbaikan penyakit pasien.
6. Edukasi mengenai pentingnya
2. Medikamentosa pencahayaan dan ventilasi serta
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 8

kebersihan rumah sebagai paru secara biakan.6 Berikut ini adalah alur
lingkungan tempat tinggal. diagnosis TBC pada orang dewasa.

Community Oriented
1. Konseling mengenai pencegahan dan
penularan penyakit TB yang
berdampak pada orang di sekitarnya
dalam satu komunitas.
2. Konseling yang diberikan mengenai
tindakan yang dilakukan penderita
TB agar tidak menularkan ke
tetangga seperti pemakaian masker
dan tidak membuang dahak
sembarangan (got dan sawah
disamping rumahnya).
3. Edukasi pada pasien untuk tetap ikut
1.
terlibat dalam kegiatan masyarakat,
Gambar 2. Alur Diagnosis TB
dengan memperhatikan tindakan Pada pasien ini, Tn. L, dengan diagnosis TB
pencegahan penularan. paru kasus baru yang ditegakkan
berdasarkan anamnesis berupa keluhan
batuk darah, penurunan berat badan, serta
sering merasa lemas. Saat ini pasien sedang
Pembahasan dalam pengobatan fase intensif. Dari
Tuberculosis adalah penyakit infeksi pemeriksaan fisis, ditemukan adanya ronkhi
yang disebabkan oleh bakteri basah halus di kedua apeks paru pasien.
Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini Pasien telah melakukan pemeriksaan berupa
6
menyebar melalui inhalasi droplet. Menurut foto thoraks dengan hasil TB paru lama
American Thoracic Society dan WHO 1964 aktif. Pasien juga telah melakukan
diagnosis pasti tuberkulosis paru adalah pemeriksaan BTA dengan hasil positif
dengan menemukan kuman Mycobacterium sebelum melakukan pengobatan.
tuberculosae dalam sputum atau jaringan
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 9

Diagnosis TB didapatkan dari Pemeriksaan penunjang lain dapat


anamnesis, pemeriksaan fisis, dan berupa pemeriksaan radiologi yaitu foto
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, thoraks. Hasil dicurigai positif TB aktif
pasien datang dengan gejala lokal apabila memberikan gambaran bayangan
(respiratorik), yaitu batuk selama 3 minggu berawan pada lobus atas paru segmen apikal
atau lebih, hemoptisis, sesak napas, dan dan posterior atau lobus bawah segmen
nyeri dada. Gejala sistemik yang timbul posterior. Selain itu, dapat pula memberikan
dapat berupa demam, malaise, keringat gambaran kavitas, bercak milier, maupun
malam, anoreksia, dan berat badan menurun. efusi pleura unilateral.1
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan Pada pasien dilakukan pemeriksaan
suara napas bronkial, amforik, suara napas bakteriologi sputum dengan hasil
melemah, ataupun ronkhi basah. Pada pasien pemeriksaan BTA SP (++) dan pemeriksaan
dengan limfadenitis TB terdapat pembesaran radiologi positif menunjukkan TB paru lama
KGB di sekitar leher dan ketiak. Pada aktif dimana diagnosis TB paru BTA positif
pleuritis TB, terdapat cairan yang adalah bila:
menumpuk pada cavum pleura sehingga 1. Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak
perkusi menjadi pekak pada basal paru dan BTA positif, atau
auskultasi melemah hingga tidak terdengar 2. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
pada tempat tertumpuknya cairan.1 dan didukung hasil pemeriksaan foto thoraks
Pemeriksaan penunjang dapat berupa sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan
bakteriologik dengan sampel berupa oleh klinisi, atau
spesimen dahak, cairan pleura, cairan 3. Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif
serebrospinal, bilasan bronkus dan lambung, ditambah hasil kultur M. Tuberculosis
bronchoalveolar lavage, maupun biopsi. positif.6
Pengambilan specimen dahak pada TB paru Interprestasi BTA SPS +++ adalah
dilakukan dengan 3 kali pengambilan, yaitu ditemukan >10 BTA dalam satu lapang
sewaktu, pagi, sewaktu atau yang biasa pandang.7
disingkat SPS. Spesimen kemudian Di puskesmas pasien diberikan terapi
diperiksa menggunakan pewarnaan Ziehl- farmakologis berupa obat paket TB (FDC) dan
Nielsen ataupun pemeriksaan kultur.1 telah dikonsumsi selama 21 hari. FDC atau
Fixed Dose Combination merupakan obat yang
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 10

digunakan dalam pengembangan strategi DOTS tempat tinggal. Skema tersebut dapat dilihat
atau Directly Observed Treatment Strategy pada Gambar 4.
untuk mengontrol epidemi TB dan sudah Human biology, pasien merasakan
merupakan rekomendasi dari WHO. FDC pada
penyakit TB paru yang dideritanya
fase intensif dengan dosis harian berisi 150 mg
menimbulkan keluhan-keluhan yang
rifampisin, 75 mg isoniazid, 400 mg
menggangu aktifitasnya, namun saat ini
pirazinamid, dan 275 mg etambutol. Dengan
pasien bersyukur karena batuk darah dialami
berat badan 38-54 kg, diberikan tiga tablet
sudah hilang, dan berat badan sudah
dalam sehari. Sedangkan untuk fase lanjutan,
diberikan 150 mg rifampisin dan 150 mg meningkat dari sebelumnya.
isoniazid 3 kali seminggu dengan dosis 3 tablet Lingkungan psikososial, pasien
FDC untuk berat badan 38-54. merasa bahagia dengan keadaan
Pada pasien ini dilakukan dua kali keluarganya saat ini, hubungan antar
pertemuan, yaitu saat melakukan kunjungan anggota keluarga juga terbilang dekat dan
ke rumah pasien dan kedua saat pasien jarang mengalami suatu masalah. Sehingga
datang ke Puskesmas Rappokalling untuk hal ini dapat mendukung pasien dalam
mengambil obat. Pada kedua kunjungan menjalani pengobatan yang dapat dilihat
tersebut, dilakukan anamnesis serta edukasi dari seluruh anggota keluarga memberikan
kepada pasien dan keluarganya. Skema dukungan.
pendekatan holistik dan penatalaksanaan serta bersedia menjadi pengawas minum
komprehensif dapat dilihat pada Gambar 3. obat. Serta pasien sudah kembali bekerja
Dari hasil kunjungan tersebut, sesuai sebagai ojek online setelah istrahat.
konsep Mandala of Health, dari segi
perilaku kesehatan pasien masih Ekonomi, pasien sudah merasa
mengutamakan kuratif daripada preventif cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
dan memiliki pengetahuan yang cukup hari dengan bekerja sebagai tukang ojek
tentang penyakit-penyakit yang diderita. online dan buruh pabrik. Mengenai jaminan
Konsep mandala of health mencakup kesehatan pasien memiliki asuransi BPJS
beberapa komponen penting yaitu human dan pasien sering menggunakannya untuk
biology, lingkungan psikososial, ekonomi melakukan pengobatan atas penyakitnya.
dan lingkungan rumah serta lingkungan
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 11

Lingkungan rumah, hubungan


pasien dengan tetangga sekitar rumah
terjalin akrab. Dalam hal ini pasien memiliki
hubungan antar tetangga yang baik sehingga
dapat terhindar dari stress psikososial yang
dapat memperberat penyakit pasien.
Lingkungan fisik, pemukiman
cukup padat penduduk dan lingkungan
tampak kurang bersih dan rapih. Lingkungan
rumah pasien juga termasuk lingkungan
yang meiliki ventilasi dan pencahayaan
yang kurang, sehingga lingkungan rumah
pasien berisiko dalam masalah kesehatan,
untuk hal ini pasien diberikan edukasi
Gambar 3. Skema pendekatan
tentang pentingnya pencahayaan dan
Holistik dan penatalaksanaa
ventilasi. komprehensif

Patient center
Non-Farmakologi
-Konseling Tuberculosis
-Konseling untuk
melakukan kontrol rutin
Asuransi dan mengambil obat
kesehatan
puskesmas jika obatnya
42 thn habis
Family Focus
-Edukasi penyakit TB, -Konseling mengenai
faktor risiko, cara jadwal pemeriksaan dahak
TB Paru
penularan, pencegahan -Diet tinggi kalori dan
Ventilasi, tinggi protein
-Keluarga mengawasi -Pola makan tidak teratur
pencahayaan
-Aktivitas fisik pasien -Konseling untuk
rutinitas minum obat dan kepadatan
kurang mengalihkan stress
pasien hunian yang
-Dukungan terhadap tidak sesuai
-Istirahat yang kurang Keluarga psikososial dengan hal-hal
-Pengetahuan tentang TB yang bersifat positif
penyakit pasien standar kurang
-Deteksi Dini kuman TB supportive -Edukasi mengenai Hidup
pada keluarga yang tinggal sehat dan fungsi dari
ventilasi rumah
serumah
Keadaan
ekonomi
Jarak ke fasilitas kesehatan Farmakologi
keluarga dekat -Rifampicin 150 mg
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 12

Dalam hal lingkungan tempat tinggal


terdapat beberapa faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian TB paru yaitu
pencahayaan rumah, luas ventilasi dan
kepadatan hunian. Pencahayaan berasal dari
cahaya alami (cahaya matahari) dipengaruhi
letak dan lebar jendela, untuk mendapatkan
pencahayaan secara maksimal jendela paling
sedikit luasnya 20% dari luas Gambar
lantai ruangan.
4. Mandala Of
Health
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan
bahwa kondisi fisik rumah (pencahayaan)
Tn.L tidak memenuhi syarat yaitu kurang
dari 20%.
Ventilasi adalah usaha untuk
memenuhi kondisi atmosfer yang
menyenangkan dan menyehatkan manusia.

GAYA HIDUP
Pemenuhan kebutuhan primer-prioritas utama

PERILAKU KESEHATAN LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI


Higiene pribadi dan lingkungan Pendapatan keluarga rendah. Kehidupan
kurang. Berobat jika ada keluhan Gambar 3. Skema pendekatan Holisti
sosial keluarga dengan lingkungan baik

penatalaksanaa komprehensif
PASIEN
Keluhan batuk berdarah sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
batuk sejak beberapa bulan
PELAYANAN KESEHATAN sebelumnya, disertai lendir berwarna LINGK. KERJA
Jarak rumah-puskesmas putih. Riwayat demam dan merasa Buruh Pabrik
Rappokalling cukup dekat bertambah kurus.
Pemeriksaan Fisik
Auskultasi bunyi napas vesikuler
ronkhi (+/+) pada lapangan atas paru.

FAKTOR BIOLOGI LINGK. FISIK


Keluarga tidak ada yang Ventilasi dan penerangan
menderita TB dalam rumah kurang
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 13

langsung dengan pasien dan dapat menjadi


Secara umum, penilaian ventilasi salah satu faktor resiko terkena penyakit TB.
rumah dengan cara membandingkan antara Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk
luas ventilasi dan luas lantai rumah dengan mencegah penularan penyakit ke anggota
syarat minimal 20%. Berdasarkan hasil keluarga yang lain, merubah gaya hidup
pengamatan menunjukkan bahwa luas pasien berupa menggunakan masker selalu
ventilasi rumah Tn.L tidak memenuhi dan membuang dahak pada tempatnya, diet
syarat. Rumah Tn.L dihuni oleh lima orang tinggi kalori tinggi protein dan aktifitas
dengan luas rumah 10 x 8 m terdapat dua olahraga yang rutin, serta pola berpikir
kamar tanpa ventilasi dan pencahayaan yang mengenai penyakit TB meskipun untuk
memadai. merubah hal tersebut bukanlah hal yang
Untuk mengurangi risiko menderita dapat dilihat hasilnya dalam kurun waktu
TB paru, Tn.L dan keluarga diberikan yang singkat.
pengetahuan mengenai cara Edukasi yang diberikan berupa pola
pengendaliannya, yaitu anggota keluarga hidup bersih dan sehat, rumah yang bersih,
yang menderita penyakit TB paru, Tn. L, makanan yang sehat, pentingnya minum
harus tidur terpisah dengan anggota keluarga obat dan dampak bila tidak minum obat,
lain, menutup mulut saat batuk atau bersin, menghindari faktor yang dapat
meludah pada tempat khusus yaitu pot memperberat, cara penularan penyakit, dan
sputum. selalu memakai alat pelindung diri (masker).
Kunjungan kedua pasien dan Dengan tujuan pasien minum obat secara
keluarga diberikan penjelasan tentang teratur, mengoreksi status gizi dan dapat
penyakit TB mulai dari penyebab, gejala memutus rantai penyebaran TB.
klinis, komplikasi, penatalaksanaan hingga
pencegahan yang dapat dilakukan. Yang Kesimpulan
dalam hal ini ditekankan pada cara Tn. L, dengan diagnosis TB paru
penularan penyakit, gaya hidup sehat berupa kasus baru, telah melakukan pengobatan
aktifitas fisik yang benar dan baik, serta hampir 1 bulan. Tatalaksana yang diberikan
tidak lalai dalam minum obat pada penyakit sudah sesuai menurut guideline WHO.
TB. Mengingat pasien juga memiliki Setelah diberikan intervensi berupa edukasi,
keluarga yang setiap hari berkontak
Penatalaksanaan Tuberkulosis dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga 14

pemahaman Tn. L lebih meningkat dan lebih


bisa menerapkan pola hidup sehat.
Daftar Pustaka
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,
Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia. 2006.
2. Depkes. Tuberkulosis, Temukan Obati
Sampai Sembuh. 2015
3. The American of Family Physician, 1969
4. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2016. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia 2017.
5. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Strategi nasional
pengendalian TB di Indonesia 2010-
2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia; 2011.
6. WHO. Tuberculosis. New York: WHO
Media Center. 2006.
7. Wardhani, Dyah. Anna Uyainah.
Tuberkulosis. Dalam: Tanto, Chris.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV.
Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius.
2014.

You might also like