You are on page 1of 12

Antagonisme Ion

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kalium adalah unsur hara ketiga setelah nitrogen dan pospor yang diserap tanaman
dalam bentuk ion K+. Penggunaan pupuk nitrogen dan pospat baru, turut memperbesar serapan
kalium dari tanah. Demikian juga kehilangan kalium dalam bentuk pencucian dan erosi cukup
besar. Oleh karena itu jika kalium dalam tanah yang berasal dari air irigasi tidak mencukupi untuk
keperluan pertumbuhantanaman maka tanaman akan menderita. Dengan demikian penambahan
kalium ke dalam tanah harus menjadi bahan pertimbangan ( Lingga, 1993 ).
Magnesium diserap tanaman dalam bentuk Mg2+ yang merupakan unsur penting dalam
tanaman sebagai penyusun klorofil. Magnesium termasuk unsur makro. Kadar magnesium dalam
jaringan tanaman sekitar 0.5% relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar K dan Ca.
Makin tinggi penyerapan K, makin rendah penyerapan Mg, jadi bersifat antagonis dengan K.
Kadar Mg dalam daun berkolerasi positif terhadap asimilasi CO2 ( Rosmarkam dan Yuwono,
2002 ). Kalium memperbanyak penyerapan air ke dalam sel, juga magnesium mempunyai
peranan terhadap metabolisme nitrogen. Makin tinggi tanaman menyerap Mg, makin tinggi juga
kadar protein dalam akar ataupun bagian atas tanaman. Kekurangan Mg menyebabkan kadar
protein turun dan kadar non protein naik. Magnesium mempunyai peranan dalam mengaktifkan
enzim berperan dalam metabolisme karbohidrat, dan bekerja sebagai katalisator. Disamping itu,
Mg berfungsi sebagai kofaktor dalam enzim, terutama yang mengaktifkan proses fosforilase (
Hasibuan, 2004 ).
Pemasukan ion-ion dari tanah ke dalam akar dipengaruhi oleh suatu hal yang disebut
antagonisme ion. Artinya adalah pemasukan suatu ion akan mempengaruhi bahkan terkadang
menentang pemasukan ion-ion lain ke dalam sel. Misalnya konsentrasi ion Na+ yang lebih tinggi
daripada ion K+ atau Ca2+ akan menghambat peresapan kedua ion tersebut (K+ dan Ca2+).
Ion-ion dari larutan tanah harus memiliki konsentrasi yang lebih tinggi supaya dapat
masuk ke dalam sel. Untuk mengatasi permasalahan tersebut ion-ion di dalam tanah
membutuhkan suatu energi. Energi ion-ion tanah ini diperoleh dari proses respirasi akar.
Respirasi akar sendiri terjadi apabila terdapat udara di dalam tanah. Karena itulah dibutuhkan
ventilasi (pengudaraan) yang baik supaya dihasilkan energi maksimal untuk proses penyerapan
ion-ion ke dalam sel akar (Mei, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan suatu penelitian eksperimental untuk mengetahui


sifat antagonisme antara ion K+ dan Mg2+ dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sifat antagonisme antara ion K+ dan Mg2+ dan pengaruhnya terhadap
pertumbuhan tanaman (Kayu Apu)?

C. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat antagonisme antara ion K+ dan Mg2+ dan
pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman (Kayu Apu).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Beberapa Unsur Hara Yang Dibutuhkan Tanaman


Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, tanaman membutuhkan beberapa unsur
hara yang meliputi: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K),
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Belerang (S), Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Mo, Tembaga
(Cu), Seng (Zn) dan Klor (Cl). Unsur hara tersebut tergolong unsur hara Essensial. Unsur hara
essensial ini berdasarkan jumlah kebutuhannya bagi tanaman, dikelompokkan menjadi dua,
yaitu: (1) unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah besar disebut Unsur Hara Makro,
dan (2) unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah kecil disebut Unsur Hara Mikro. Unsur
hara makro meliputi: N, P, K, Ca, Mg, dan S. Unsur hara mikro meliputi: Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn,
dan Cl.

B. Unsur Kalium dan Magnesium


Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis ,
akumulasi , translokasi , transportasi karbohidrat , membuka menutupnya stomata , atau
mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Kekurangan unsur ini menyebabkan daun seperti
terbakardan akhirnya gugur.
Kalium memperbanyak penyerapan air ke dalam sel, juga magnesium mempunyai
peranan terhadap metabolisme nitrogen. Makin tinggi tanaman menyerap Mg, makin tinggi juga
kadar protein dalam akar ataupun bagian atas tanaman. Kekurangan Mg menyebabkan kadar
protein turun dan kadar non protein naik. Magnesium mempunyai peranan dalam mengaktifkan
enzim berperan dalam metabolisme karbohidrat, dan bekerja sebagai katalisator. Disamping itu,
Mg berfungsi sebagai kofaktor dalam enzim, terutama yang mengaktifkan proses fosforilase (
Hasibuan, 2004 ).
Magnesium adalah aktivator yang berperan dalam transportasi energi beberapa enzim di
dalam tanaman. Unsur ini sangat dominan keberadaannya di daun , terutama untuk ketersediaan
klorofil. Jadi kecukupan magnesium sangat diperlukan untuk memperlancar proses fotosintesis.
Unsur itu juga merupakan komponen inti pembentukan klorofil dan enzim di berbagai proses
sintesis protein.
Kekurangan magnesium menyebabkan sejumlah unsur tidak terangkut karena energi
yang tersedia sedikit. Yang terbawa hanyalah unsur berbobot ‘ringan’ seperti nitrogen. Akibatnya
terbentuk sel-sel berukuran besar tetapi encer. Jaringan menjadi lemah dan jarak antar ruas
panjang. Ciri-ciri persis seperti gejala etiolasi-kekurangan cahaya pada tanaman.(Echo, 2011).

C. Antagonisme ion
Tumbuhan memerlukan unsur-unsur hara dari lingkungannya, baik dari tanah, air,
maupun udara. Penyerapan unsur-unsur hara, pada dasarnya serupa dengan penyerapan air,
akan tetapi oleh karena pada umumnya unsur-unsur hara yang diserap itu adalah berupa ion
bermuatan, maka dalam prosesnya sering menghadapi kesulitan, antara lain adanya interaksi
antar ion yang bersifat antagonis.
Interaksi antar ion dikatakan sinergis apabila terjadi interaksi antara dua ion atau lebih
yang memiliki efek yang sama dalam sistem. Sebaliknya, interaksi antar ion dikatakan antagonis
apabila efek dari satu ion mengurangi atau meniadakan pengaruh ion lain. Dalam antagonistik
ini, diketahui bahwa semakin besar valensinya semakin kecil kekuatan antagonismenya, dalam
arti ion dengan valensi lebih besar, akan kalah bersaing dengan yang bervalensi lebih kecil. Ion
yang bervalensi satu akan lebih mudah diserap daripada bervalensi dua atau lebih. (Santosa,
1992).
Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme
antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini
menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak
seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium.
Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat
antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium
dan kalsium. Kendati demikian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya mirip
tanaman kekurangan kalsium.

D. Gejala Kekurangan dan Kelebihan Kalium dan Magnesium


Kekurangan K terlihat dari daun paling bawah yang kering atau ada bercak hangus. Bunga
mudah rontok. Tepi daun ‘hangus’ , daun menggulung ke bawah , dan rentan terhadap serangan
penyakit. Kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman
terhambat. sehingga tanaman mengalami defisiensi.
Kekurangan Mg menyebabkan muncul bercak-bercak kuning di permukaan daun tua. Hal
ini terjadi karena Mg diangkut ke daun muda. Daun tua menjadi lemahd dan akhirnya mudah
terserang penyakit , terutama embun tepung (powdery mildew). Kelebihan Mg tidak menimbulkan
gejala ekstrim.(Echo, 2011)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan beberapa
variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi dan variabel respon. Selain itu juga
menggunakan pembanding dalam penelitian.

B. Variabel Penelitian
a) Variabel kontrol:
 Jenis tanaman air (Kayu Apu).
 Populasi Kayu Apu yang masih segar
 Warna daun Kayu Apu hijau (pada awal penanaman/hari ke 0)
 Viabilitas Kayu Apu segar (pada awal penanaman/hari ke 0)
 Jumlah daun Kayu apu
 Petridisk
b) Variabel manipulasi:
 Komposisi medium pertumbuhan
c) Variabel respons:
 Pertumbuhan tanaman

C. Alat dan Bahan


1. Alat
 6 buah petri disk
 Gelas ukur
 Pipet
 Pisau
2. Bahan
 Populasi Kayu apu yang masih segar
 Larutan KCl 1% dan MgCl2 1%.
 Air Suling

D. Langkah Kerja
1. Membuat enam macam medium pertumbuhan dengan komposisi, sebagai berikut:
I. 40 ml air suling
II. 40 ml KCl 1 %
III. 40 ml MgCl2 1%
IV. 20 ml KCl 1% + 20 ml MgCl2 1%
V. 20 ml KCl 1% + 10 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling
VI. 10 ml KCl 1% + 20 ml MgCl2 1% + 10 ml air suling
2. Memasukkan masing-masing komposisi medium tersebut ke dalam 6 petridisk yang tersedia dan
diberi label.
3. Ke dalam masing-masing petri berisi media tersebut, dimasukkan 1 ’kuntum’ Kayu Apu yang
seragam warna, jumlah daun, dan ukurannya.
4. Dilakukan pengamatan mengenai warna, viabilitas, dan pertumbuhan yang mungkin terjadi pada
masing-masing kelompok perlakuan tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Pengaruh Ion K+ dan Mg2+ Terhadap Petumbuhan Tanaman Ditinjau Dari Ukuran
(Panjang dan Lebar) Daun
Perlakuan
Hari
I II III IV V VI
ke-
P L P L P L P L P L P L
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
0 2,0 1,5 2,3 2,1 2,1 1,8 3,0 2,3 1,8 1,9 2,6 2,2
1 2,0 1,5 2,3 2,1 2,1 1,8 3,0 2,3 1,8 1,9 2,6 2,2
2 2,3 1,5 - - 2,1 1,8 3,2 2,3 2,1 2,0 3,0 2,2
3 2,3 1,5 - - - - 3,2 2,3 2,1 2,0 3,0 2,2
Keterangan :
- = Tanaman mati

Tabel 2. Pengaruh Ion K+ dan Mg2+ Terhadap Pertumbuhan Tanaman Ditinjau Dari Warna Dan
Viabilitas Tanaman Kayu Apu
Hari Perlakuan
ke- I II III IV V VI
wrn via wrn via wrn via wrn via wrn via wrn via
0 hi- Se hi- Se hi- Se hi- Se hi- Se hi- Se
jau gar jau gar jau gar jau gar jau gar jau gar
1 hi- Se Ku- La- Ku- La- hi- Se hi- Se hi- Se
jau gar ning yu ning yu jau gar jau gar jau gar
2 hi- Se Ku- La- Ku- La- hi- Se hi- Se
- -
jau gar ning yu ning yu jau gar jau gar
3 hi- Se Ku- La- hi- Se hi- Se
- - - -
jau gar ning yu jau gar jau gar
Keterangan :
Wrn = warna daun
Via = Viabilitas
- = Tanaman Mati
B. Analisa Data
Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada perlakuan I dari hari ke-
0 sampai hari ke 3 pada tabel 1 ditinjau dari ukuran menunjukan pertambahan panjang daun,
perlakuan II dari hari ke-0 sampai hari ke 1 pada tabel 1 ditinjau dari ukuran menunjukan tidak
ada pertambahan panjang maupun lebar daun dan tanaman mati pada hari ke-2, perlakuan III
dari hari ke-0 sampai hari ke 2 pada tabel 1 ditinjau dari ukuran menunjukan pertambahan
panjang daun dan pada hari ke-3 tanaman mati, perlakuan IV dari hari ke-0 sampai hari ke 3
pada tabel 1 ditinjau dari ukuran menunjukan pertambahan panjang daun namun warna daun
kuning dan viabilitasnya layu (tidak segar), perlakuan V dari hari ke-0 sampai hari ke 3 pada tabel
1 ditinjau dari ukuran menunjukan pertambahan panjang dan lebar daun, dan pada perlakuan VI
dari hari ke-0 sampai hari ke 3 pada tabel 1 ditinjau dari ukuran menunjukan pertambahan
panjang daun. Hal ini dapat dianalisis bahwa pada perlakuan I, V, dan VI tanaman kayu apu
mengalami pertumbuhan karena terjadi pertambahan ukuran panjang maupun lebar atau
keduanya.
Pada tabel 2 dapat dianalisis bahwa pada perlakuan I, V, dan VI mengalami pertumbuhan
yang baik karena ditinjau dari warna daun yang hijau menunjukkan kandungan klorofil yang relatif
banyak yang baik untuk fotosintesis dan viabilitas yang segar.

C. Pembahasan
Unsur kalium berhubungan erat dengan kalsium dan magnesium. Ada sifat antagonisme
antara kalium dan kalsium. Dan juga antara kalium dan magnesium. Sifat antagonisme ini
menyebabkan kekalahan salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak
seimbang. Unsur kalium diserap lebih cepat oleh tanaman dibandingkan kalsium dan magnesium.
Jika unsur kalium berlebih gejalanya sama dengan kekurangan magnesium. Sebab , sifat
antagonisme antara kalium dan magnesium lebih besar daripada sifat antagonisme antara kalium
dan kalsium. Kendati demikian , pada beberapa kasus , kelebihan kalium gejalanya mirip
tanaman kekurangan kalsium.
Berdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa pada perlakuan I, V, dan VI
mengalami pertumbuhan yang baik karena ukuran daunnya bertambah dan warna daunnya hijau
serta viabilitasnya segar. Pada perlakuan V dan VI yang seharusnya terjadi sifat antagonisme ion
karena komposisi antara larutan KCl 1% dan MgCl2 1% yang tidak sama, namun dalam praktikum
ini tidak menunjukkan adanya antagonisme ion, hal ini kemungkinan ion K+ dan Mg2+ yang
diserap oleh tanaman tersebut komposisinya seimbang. Hal ini menunjukan komposisi larutan
yang tersedian tidak selalu berpengaruh terhadap komposisi ion yang diserap oleh tanaman
tersebut karena bergantung kebutuhan dari masing-masing tanaman dan setiap jenis tanaman
membutuhkan unsur K dan Mg yang berbeda-beda. Pada perlakuan II, II, dan IV terjadi sifat
antagonisme ion karena salah satu unsur untuk diserap tanaman jika komposisinya tidak
seimbang yang menyebabkan pertumbuhan tidak baik ditunjukkan warna daun menjadi kuning
dan viabilitasnya layu (tidak segar) dan mengakibatkan tanaman tersebut mati.
BAB V
SIMPULAN

Ion K+ dan Mg 2+ berpengaruh terhadap pertumbuhan Tanaman Kayu Apu.


DAFTAR PUSTAKA

Echo Dharma. 2011. Gejala Kekurangan dan kelebihan Unsur. (Online),


(http://chodoxcharming.blogspot.com/2011/01/gejala-kekurangan-dan-kelebihan-unsur.html,
diakses tanggal 21 Maret 2011).

Mei. 2009. Metabolisme Enzim dan Respirasi tumbuhan. (Online),


(http://akhanggit.wordpress.com/2010/07/05/pengujian-aktivitas-antibakteri/, diakses tanggal 22
Maret 2011).

Santosa. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Fakultas Biologi. Yogyakarta: UGM

You might also like