You are on page 1of 15

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pra
Rancangan LPG Plant PPEJ Tuban” dengan baik tanpa suatu halangan yang berarti.

Penulis menyadari jika dalam penyusunan skripsi ini bukan semerta-merta hasil kerja dari
penulis sendiri, melainkan didukung juga oleh berbagai pihak yang telah memberikan bantuan,
kritik dan sarannya kepada penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan tulisan ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. R.Y. Perry Burhan, M.Sc., selaku Ketua STEM Akamigas.
2. Ibu Ir. Sri Lestari, M.T.selaku Ketua Program Studi Teknik Pengolahan Migas.
3. Bapak Haris Nu’man Aulia, M.T., selaku Sekretaris Program Studi Teknik Pengolahan
Migas.
4. Bapak Zami Furqon, M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
5. Bapak Djoko Suprapto., Ir., M.Si., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Bapak dan Ibu Dosen STEM Akamigas
7. Keluarga tercinta yang telah memberi motivasi dan semangat kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikan Proposal Skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya.

Cepu, Juni 2018


Penulis,

KELOMPOK V
REF IVA
ABSTRAK

LPG Plant PPEJ adalah unit pengolah gas alam dari lapangan Mudi dan Sukowati menjadi
gas pipa, LPG campuran dan kondensat. Karakteristik gas ini memiliki kandungan H2S 18.500
ppm dan CO2 sebesar 35%. LPG plant PPEJ didesain untuk mengolah gas tersebut dengan
kapasitas 31 MMSCFD. LPG Plant PPEJ memiliki beberapa unit proses antara lain scrubbing
unit, acid gas removal unit, gas dehydration unit, liquefaction unit, fractination unit dan hot oil
system.
Hasil perhitungan keekonomian LPG Plant PPEJ menghasilkan nilai total capital investment
(TCI) sebesar US $ 62,956,666.552, annual net profit US $ 9,175,383.814/ tahun, nilai ROI
14.574 % /tahun, payback period (PBP) selama 5.230 Tahun, dan NPV = US $ 41,148,103.07
dan IRR sebesar 18.62 %/tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kilang ini layak dibangun.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berjalannya waktu, penggunaan gas semakin penting yang berfungsi sebagai

penunjang kegiatan industri maupun rumah tangga. Saat ini industri gas merupakan industri yang

vital, maka diperlukan penggunaan yang tepat dan kapasitas yang mampu menunjang kebutuhan

penggunaan gas di Indonesia. Selain itu, kinerja dan proses bisnis perlu dilakukan agar tidak

menghambat permasalahan yang timbul baik dalam produksi maupun distribusi.

Dengan diberlakukannya kebijakan Wakil Presiden Republik Indonesia Nomor 20/WP/9/2006

tentang peralihan penggunaan minyak tanah (kerosene) ke LPG pada tanggal 1 September 2006

memicu meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap LPG. Peningkatan kebutuhan LPG untuk

kebutuhan rumah tangga dan industri tentunya harus di imbangi dengan produksi LPG oleh

produsen. Namun, kebutuhan dan produksi LPG tidak seimbang, Indonesia masih mengimpor

hampir 60% kebutuhan LPG dalam negeri.

Tabel 1. 1 Neraca LPG (sumber Majalah Outlook Energi 2016)

Kebutuhan LPG yang semakin meningkat dengan adanya regulasi tersebut dibandingkan

dengan kilang LPG yang terbatas tentunya menjadi alasan kuat untuk impor LPG. Pada tabel 1.1

dijelaskan bahwa impor LPG semakin lama semakin meningkat apabila tidak diimbangi dengan
pembangunan infrastruktur LPG plant. Maka dari itu perlu dilakukan pembangunan kilang LPG

baru di PPEJ (Pertamina- Petrochina East Java) Tuban.

Dalam proses pengolahan gas, hal yang dilakukan adalah mengurangi kandungan impurities

sebelum diolah lebih lanjut menjadi produk-produk gas. Pada produk Lean gas, gas hanya diolah

untuk mengurangi kandungan impurities berupa H2S, CO2, dan kandungan air. Sedangkan untuk

menghasilkan produk LPG perlu dilakukan proses pencairan dan fraksinasi.

Karakteristik gas yang dimiliki gas PPEJ mengandung impurities yang tinggi dengan

kandungan H2S sebesar 18.500 ppm dan CO2 mencapai 35%. Karena kandungan gas asam yang

tinggi, Gas and LPG Plant membutuhkan proses acid gas treating untuk mengurangi kandungan

H2S dan CO2 melalui kolom absorber dengan absorbent berupa Methyl Diethanolamine

(MDEA). MDEA yang telah jenuh akan diregenerasi di kolom amine regenerator. Untuk

mengurangi kandungan air dalam gas digunakan kolom absorber dengan absorbent berupa

Triethylene Glycol (TEG). Selain dua unit proses tersebut, juga terdapat unit lainnya seperti unit

pencairan dan fraksinasi yang bertugas untuk memproduksi LPG dan kondensat.

1.2 Rumusan Masalah

Sebelum masuk ke unit purifikasi, terdapat unit pemisahan awal untuk memisahkan gas, air,

dan kondensat. Pengilangan impurities terjadi dua tahap yaitu untuk menghilangkan H2S dan

CO2 serta menghilangkan kandungan H2O. Proses yang digunakan adalah Amine Treating dan

Glycol Dehydration. Selain itu untuk menghasilkan produk LPG yang memenuhi spesifikasi,

dilakukan pencairan dan distilasi pada unit Liquefaction unit dan Fractionation unit. Produk

yang dihasilkan adalah Lean Gas, LPG Mix dan Kondensat.


1.3 Tujuan

Penulisan skripsi ini ditujukan untuk melakukan pra rancang LPG plant PPEJ. Dalam

penulisannya akan dijelaskan langkah-langkah dalam perancangan unit scrubbing unit, acid gas

removal unit, dehydration unit, liquefaction unit, dan fractionation unit. Perancangan tersebut

meliputi perhitungan kondisi operasi, dimensi alat, jenis material yang digunakan berdasarkan

kondisi umpan. Perancangan tersebut diharapkan memliki beberapa tujuan antara lain sebagai

berikut:

 Dari sisi kemampuan (performance), perancangan LPG plant PPEJ sehingga diperoleh hasil

yang optimal

 Dari sisi keekonomian (economy), perhitungan desain dan pemilihan peralatan dan material

untuk seluruh unit pada LPG plant sehingga didapatkan desain yang memiliki nilai

keekonomian yang menguntungkan.

 Dari segi perawatan (maintenance), diharapkan pemilihan dimensi memperhatikan

kemudahan dalam perawatan sehingga dihasilkan konfigurasi LPG plant yang fleksibel dalam

hal maintenance.

 Dari segi keselamatan (safety), hasil perancangan akan memenuhi standar peralatan sesuai

dengan kondisi operasi seluruh unit pada LPG plant PPEJ.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan skripsi penulis yang berkaitan dengan unit dehidrasi dan sistem hot oil

maka hal – hal yang dititik beratkan sebagai berikut :

 Desain proses unit dehidrasi dan sistem hot oil, equipment sizing, dan studi keekonomian.

 Penentuan sizing peralatan yang digunakan untuk menentukan biaya capital cost LPG plant.
 Capital cost ini dimaksutkan untuk studi kelayakan yang digunakan untuk menentukan

proyek LPG plant PPEJ layak untuk dilanjutkan atau tidak layak.

 Harga pada capital cost mengacu pada referensi harga handbook, bukan pada manufacturer.

1.5 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

 Menentukan Basic Engineering Design Data (BEDD) sebagai landasan rancangan pabrik

 Langkah inisiasi yaitu block diagram untuk menggambarkan proses keseluruhan

 Pengembangan block diagram menjadi simplified process flow diagram.

 Perhitungan neraca massa dan panas.

 Melakukan Sizing dan penentuan spesifikasi setiap peralatan dan sistem perpipaan

 Analisa ekonomi yang berkaitan dengan kelayakan.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini mengikuti susunan sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat, batasan masalah, metodologi serta sistematika penulisan.

2. BAB II Dasar Teori. Bab ini berisikan prinsip dasar pemurnian gas, langkah-langkah

dalam perhitungan perancangan unit dehidrasi dan sistem hot oil serta penilaian dan

peninjauan kelayakan secara ekonomi sebuah proyek investasi layak dilaksanakan atau tidak.

3. BAB III Pembahasan. Bab ini berisikan perancangan unit dehidrasi dan sistem hot oil.

Pembahasan dimulai dari penentuan basis perancangan, penentuan kondisi operasi dan

penentuan dimensi peralatan.


4. BAB IV Tinjauan Ekonomi. Bab ini berisikan tinjauan keekonomian dari rencana

pembangunan LPG plant PPEJ. Tinjauan nilai keekonomian yang digunakan adalah Pay Out

Time (POT), Rate of Return (ROR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), serta tinjauan analisis resiko.

5. BAB V Penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran atas pra rancang unit dehidrasi dan

sistem hot oil pada LPG plant PPEJ.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Basis Desain Perancangan

Basis desain perancangan atau Basic Engineering Design Data (BEDD) adalah dasar

rancangan yang merupakan acuan untuk segala bentuk proses maupun peralatan yang digunakan.

BEDD merupakan hal dasar yang tidak dapat diubah begitu sudah disetujui oleh pihak-pihak

terkait dalam keputusan proyek. Berikut ini merupakan basis desain pra rancangan LPG Plant

JOB PPEJ :

- Client/Purchaser : Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java

(JOB PPEJ)

- Plant : LPG Plant

- Location : Tuban – East Java

- Unit Capacity

 Design Capacity Feed : 31 MMSCFD

 Komposisi

Carbon Dioxide (CO2) : 35.809 %

Nitrogen (N2) : 0.420 %

Methane (CH4) : 40.690 %

Ethane (C2H6) : 4.735 %

Propane (C3H8) : 5.216 %

Isobutane (C4H10) : 2.062 %

n-Butane (C4H10) : 3.487 %

isopentane (C5H10) : 1.797 %


n-Pentane (C5H12) : 1.591 %

Hexane Plus (C6H14)+ : 2.343 %

Hydrogen Sulfide (H2S) : 1.850 %

- Product

 Lean Gas : 12 MMSCFD

 LPG Mix : 8 MMSCFD

 Condensate : 11 MMSCFD

- No. of Stream Days : 350 days/year

- Over Design : 105 %

- Life Time Design : 15 years

- Feed/Product Characteristics

 Feed Characteristics : Saturated Sour Gas

 Product Characteristics : Dry Sweet Gas

LPG Mix

Condensate

- Feed and Product Storage Capacity Conditions

 Feed : 150 psia 126 °F

 Products : Gas Transported by pipeline

LPG Mix ditimbun dalam tangki

Condensate ditimbun dalam tangki

- Utility Specifications

 Water

Source : Bengawan Solo


 Fuel Gas

Source : Flash Gas

 Air

Temperature Ambient : 35 °C

 Power

Source : PLN Supply (Normal Operation)

Diesel – Gas Engine Generator (Emergency Operator)

- Product Spec.

 Lean Gas

Tabel 2. 1 Spesifikasi Lean Gas


No. Component Value Unit
1. H2O Max. 10 Lb/MMscf
2. CO2 Max. 5 % vol.
3. H2S Max. 10 ppm

 Condensate

Tabel 2. 2 Spesifikasi Condensate


No. Parameter Value Unit
1. RVP To be reported psi

 LPG Mix
Gambar 2. 1 Spesifikasi LPG Mix

2.2 Unit LPG Plant

Proses pengolahan LPG dari gas alam umumnya terdiri dari beberapa unit utama yaitu

scrubbing, acid gas treating, gas dehydration, pencairan (liquefaction) dan fraksinasi. Unit-unit

tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi gas umpan dan produk yang akan dihasilkan. Penjelasan

mengenai unit-unit pengolahan gas secara umum tersebut disajikan sebagai berikut.

2.2.1 Tahap Scrubbing

Tahap scrubbing yaitu tahap yang bertujuan untuk memisahkan antara gas dengan kondensat

dan air atau padatan yang terikut. Hal ini bertujuan agar gas umpan kompresor terbebas dari

kandungan air dan kondensat, sehingga tidak menimbulkan permasalahan pada kompresor.

Tahap ini tersusun atas separator- separator yang berguna untuk memisahkan liquid-liquid yang

terikut pada aliran gas.


2.2.2 Acid Gas Treating

Acid gas treating adalah suatu proses yang berguna untuk memisahkan gas-gas asam seperti

CO2 dan H2S. Gas-gas ini pada umumnya dipisahkan dengan menggunakan proses absorbsi.

Absorbant yang digunakan meliputi caustic carbonat atau senyawa amine.

Caustic atau larutan NaOH digunakan sebagai absorbant gas-gas asam khususnya

merchaptan. Salah satu proses pemurnian menggunakan caustic adalah merox treating.

Carbonat atau Benfield Process digunakan untuk menyerap gas asam terutama kandungan

CO2 dalam aliran gas. Karbonat dipilih karena kemampuan mengikat gas CO 2 untuk membentuk

bikarbonat yang nantinya dapat diregenerasi menjadi karbonat kembali. Namun, proses ini

kurang selektif terhadap H2S sehingga kurang cocok untuk pengolahan gas alam yang

mengandung H2S cukup tinggi.

Amine treating adalah proses treating gas asam yang banyak digunakan pada gas plant.

Senyawa-senyawa amine dapat mengikat CO2 dan H2S secara bersamaan tergantung dari

selektifitas masing-masing senyawa amine. Senyawa amine yang umumnya digunakan adalah

MEA, DEA, MDEA, TEA dan beberapa amine dengan berbagai aktivator seperti piperazine atau

senyawa amina lain.

2.2.3 Dehidrasi (4:4)

Dehidrasi adalah proses yang digunakan untuk menghilangkan air dari gas alam dan cairan

gas alam (NGL), dan diminta untuk:

1. Mencegah pembentukan hidrat dan kondensasi air di fasilitas pengolahan dan transportasi,

2. Memenuhi spesifikasi kandungan air, dan

3. Mencegah korosi
Penghilangan air didominasi oleh dua proses yaitu: absorbsi dengan larutan glikol dan

adsorpsi dengan desiccant padat. Kedua proses dalam banyak kasus keduanya cukup efektif.

Secara umum, sistem dehidrasi dengan desiccant padat akan memakan biaya lebih banyak,

namun menghasilkan lebih banyak penjerapan. Pada operasi dengan volume besar; gas alam

bertekanan tinggi, sistem glikol pada umumnya lebih irit jika penurunan titik embun beku cukup

berkisar antara 40°F sampai 60°F. Pada penurunan titik embun sekitar 60°F dan 100°F, salah

satu jenis proses dehidrasi dapat terbukti lebih ekonomis tergantung pada persyaratan spesifikasi

desain dan biaya operasional lokal. Pada depresi embun di atas 100°F, proses desiccant padat

umumnya dipilih, walaupun dapat dilakukan juga dengan penggunaan jumlah larutan glikol yang

besar untuk mendapatkan titik embun air serendah -130 ° F. Proses desiccant padat juga disukai

untuk instalasi yang sangat kecil dimana kesederhanaan operasi merupakan faktor penting.

2.2.4 Pencairan Gas (Liquefaction)

Tahap pencairan adalah tahap dimana gas umpan yang telah dikompresi (compressed gas) di

cairkan dengan cara pendinginan. Prosesnya sendiri terdiri dari beberapa cara yaitu sebagai

berikut :

 Kompressi dan pendinginan

 Pendinginnan

 Ekspansi

2.2.5 Unit Fraksinasi (14:19-2)

Fraksinasi unit adalah unit yang digunakan untuk mengolah natural gas liquid sehingga

mengasilkan suatu produk dalam fase cairan dengan produk yang dihasilkan sesuai spesifikasi

yang diinginkan. Proses fraksinasi tersebut menggunakan sistem panas yang dihasilkan oleh
reboiler untuk menguapkan pada bagian stripping sehingga vapor akan meninggalkan bagian

stripping melewati kolom dan berkontak langsung menggunakan tray atau packing dengan

liquid.

Vapor yang meninggalkan top kolom akan melewati kondensor untuk dihilangkan panasnya

dengan beberapa jenis media pendingin, liquid akan kembali ke dalam kolom sebagai refluks

untuk membatasi hilangnya komponen berat pada overhead. Vapor yang masuk kedalam

separator akan didinginkan dan menghasilkan kondensasi dari komponen komponen berat,

dimana komponen yang lebih berat akan terkonsentrasi dalam fase liquid dan menjadi produk

bawah kolom.

Berikut adalah tipikal Natural Gas Liquid produk dari proses fraksinasi, yaitu :

 Demethanized Product (C2+)

 Deethanized Product (C3+)

 Ethane/Propane mixtures (EP)

 Commercial Propane

 Propane/Butane mixture (LPG)

 Butane

 Butane/Gasoline mixture

 Natural Gasoline

2.3 Unit Dehidrasi Glikol Dasar (5:333)

Wet gas masuk melalui bagian bawah kontaktor dan mengalir secara countercurrent dengan

glikol. Kontak gas dan glikol terjadi pada tray atau packing. Bubble cap trays telah digunakan

sejak dulu, namun packing lebih umum digunakan saat ini. Gas kering keluar dari top absorber.
Lean Glikol masuk dari tray atas atau bagian atas packing dan mengalir kebawah, menyerap

air saat mengalir. Glikol yang keluar kaya akan kandungan air..

Supaya memudahkan, digunakan kata “rich” untuk mendeskripsikan bottom absorber dan

kata “lean” untuk top absorber. Di bagian bottom, gas masuk dan glikol keluar kaya dengan

kandungan air, pada top absorber keduanya memiliki kandungan air yang rendah.

Rich glycol keluar dari bottom absorber mengalir menuju reflux condenser pada bagian atas

still coloumn. Kemudian rich glycol masuk ke flash tank dimana sebagian besar komponen

volatil (terikut dan terlarutkan) diuapkan. Tekanan flash tank biasanya 300-700 kPa (44-102

psia). Keluar dari flash tank, rich glycol mengalir melalui filter glikol dan rich-lean exchanger

yang berfungsi menukarkan panas dan untuk memanaskan lean glycol. Rich glycol kemudian

masuk ke still coloumn dimana air dipisahkan dengan distilasi.

Still column dan reboiler biasa disebut sebagai regenerator atau reconcentrator. Disinilah

konsentrasi glikol meningkat untuk memenuhi syarat lean glycol.

Unit regenerasi yang ditunjukkan dirancang untuk beroperasi pada tekanan atmosfer.

2.4 Hot Oil System (14:8-34)

Hot Oil System merupakan unit khusus yang didesain untuk menyediakan supplai panas bagi

unit lainnya. Hot Oil yang ditampung pada tangki selanjutnya akan dipompakan menuju furnace

untuk dipanaskan. Panas pembakaran didapat dari waste gas yang diperoleh dari unit-unit lain.

Hot oil yang sudah panas akan disalurkan menuju reboiler MDEA, reboiler TEG, reboiler

Deethanizer dan reboiler Debuthanizer. Simplified flow diagram gas dehydration dan hot oil

system digambarkan pada gambar 2.2.

You might also like