You are on page 1of 5

Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan

: Gastroenteritis
A. DEFENISI

Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekwensi yang lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekwensi buang air
besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi lebih dari 1 bulan dan anak bila frekwensinya lebih
dari 3 kali.

Diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah
dan / atau lendir dalam tinja.

Diare adalah keadaan frekwensi buang air besar (BAB) lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur
lendir dan darah atau lendir saja.

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Lambung atau bagian dari saluran pencernaan yang tidak mekar paling banyak terletak terutama
di daerah epigastrium diafragma dan didepan pankreas, dan sebagian di sebelah kiri daerah
umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar, panjang usus halus ± 2,5 meter dalam keadaan hidup,
dibagi beberapa bagian yaitu duodenum yang panjangnya ± 25 cm, yeyunum ± 2 meter dan
ileum ± 1 meter.

Struktur lambung terdiri dari 4 lapisan yaitu :


1. Lapisan peritoneal luar yang merupakan lapisan serosa.
2. Lapisan berotot yang terdiri atas 3 lapisan yaitu :

 Selaput longitudinal yang tidak dalam dan tidak bersambung dengan otot oesofagus.
 Serabut oblig yang terutama pada fundus lambung dan berjalan dari orifisum kardiak,
kemudian membelok ke bawah melalui kurvatura minor.
 Serabut sirkuler yang paling tebal dan terletak di pilorus serta membentuk otot spingter
dan berada di bawah lapisan pertama.

3. Lapisan sub mukosa yang terdiri dari jaringan areolar berisi pembuluh darah dan saluran
limfe.
4. Lapisan mukosa yang terletak di sebelah dalam, tebal yang terdiri dari atas banyak kerutan dan
rugae yang hilang bila organ itu mengembang oleh karena berisi makanan.

Membran mukosa dilapisi epitelium silindris dan berisi banyak cairan limfe.

Fungsi lambung terdiri dari :


 Fungsi motorik yaitu sebagai tempat penyimpanan makanan sampai makanan tersebut
sedikit-sedikit dicerna.
 Fungsi sekresi dan pencernaan yaitu mengeluarkan sekret cairan pencernaan, getah
lambung (HCl) yang mengasamkan semua makanan dan bekerja sebagai zat antiseptik
dan desinfektan sehingga banyak organisme yang ikut masuk bersama makanan dan tidak
berbahaya. Beberapa enzim pencernaan yang terdapat dalam getah lambung diantaranya
adalah pepsin yang akan memecahkan lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

Fungsi usus halus antara lain :


1. Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah.
2. Menyederhanakan semua zat protein menjadi asam amino.
3. karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

C. ETIOLOGI

Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, antara lain :

1. Faktor infeksi

a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak, meliputi :

 Infeksi bakteri : Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan sebagainya.


 Infeksi virus : Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain
 Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trikhuris, dll), Protozoa (Entamoeba histolitika, dll),
Jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parenteral, yaitu infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut,
tonsilitis / tonsilofaringitis, bronkhopenumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama
terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorpsi

a. Malabsorpsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa),
b. Malabsorpsi lemak,
c. Malabsorpsi protein.

3. Faktor makanan, yaitu makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4. Faktor psikologis, yaitu rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar).

D. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan diare adalah :


1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi
air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan
isi rongga usus.

3. Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan
sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :


1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan
asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia),
2. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah),
3. Hipoglikemia,
4. Gangguan sirkulasi darah.

E. GAMBARAN KLINIK

Mula-mula anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan
berkurang atau tak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair, mungkin disertai lendir atau lendir
dan darah. Warna tinja makin lama berubah kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak diabsorpsi oleh
usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung
turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila klien telah
banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan
menurun, turgor berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung (pada bayi), selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang
dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma dibagi
menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik.

F. PENCEGAHAN

Dalam usaha agar tidak terserang penyakit gastroenteritis / diare, maka upaya yang dilakukan
adalah :
1. Menggunakan sumber air minum yang bersih,
2. Makanan dan minuman yang dimasak disimpan di tempat yang tertutup supaya terhindar dari
lalat,
3. Buang air besar di jamban atau di kakus yang sehat,
4. Menjaga kebersihan perorangan, seperti mencuci tangan setiap kali selesai buang air besar,
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, kuku tangan agar dijaga kebersihannya dan tidak
panjang,
5. Selalu menjaga kebersihan alat-alat rumah tangga,
6. Mengkonsumsi makanan yang bergizi,
7. Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih.

G. KOMPLIKASI

Akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi
sebagai berikut :
1. Dehidrasi,
2. Renjatan hipovolemik,
3. Hipokalemia,
4. Hipoglikemia,
5. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase,
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik,
7. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).

H. PENATALAKSANAAN MEDIK

Prinsip penatalaksanaan diare adalah :

 Diare cair membutuhkan penggantian cairan dan elektrolit tanpa melihat etiologinya.
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat
kemudian mengganti cairan yang hilang sampai diarenya berhenti.

Jumlah cairan yang diberi harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan /
atau muntah (PWL), ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan (NWL) dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah
yang masih terus berlangsung (CWL). Jumlah ini tergantung pada derajat dehidrasi dan berat
badan anak atau golongan umur.

 Makanan harus dteruskan bahkan ditingkatkan selama diare untuk menghidarkan efek
buruk pada status gizi.
 Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin, tidak ada manfaatnya untuk
kebanyakan kasus, termasuk diare berat dan diare dengan panas, kecuali pada disentri,
suspek kolera dengan dehidrasi berat dan diare persisten.
 Obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal Loperamid, Difenoksilat, Kodein),
adsorben (misal Norit, Kaolin, Attapulgit). Antimuntah termasuk Prometazin dan
Klorpromazin.

You might also like