You are on page 1of 6

5 Keutamaan Bulan Ramadhan

Bulan suci Ramadhan merupakan bulan kesembilan pada penanggalan Hijriah. Bulan Ramadhan
juga menjadi bulan yang paling dirindukan oleh umat muslim dan banyak yang menyebutnya
sebagai bulan seribu bulan. Dan tahukah Anda, khusus di bulan Ramadhan amal kebaikan umat
muslim akan dibalas dengan berkah pahala yang berlipat ganda? Bahkan bila kita menjalani
puasa dengan sempurna, ketika hari lebaran datang, kita akan bersih dari dosa seperti seorang
bayi yang baru lahir kembali. Selain hal tersebut, ada beberapa hal lain yang perlu Anda ketahui
mengapa bulan Ramadhan menjadi bulan yang begitu istimewa bagi umat muslim. Apa saja?
Yuk, disimak.

1. Bulan diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Mengapa? Karena di bulan ini pertama kali kitab suci
umat Islam Al-Qur’an diturunkan. Seperti yang tertulis dalam Q.S Al-Baqorah 185 yang bahwa
Allah memuji bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya karena bulan ini dipilih sebagai bulan
diturunkannya Al-Qur’an.

2. Amal sholeh yang berlipat ganda

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa bulan Ramadhan adalah waktu dimana kita mendekatkan
diri kepada Allah SWT maka nilainya sama dengan tujuh puluh kali lipat dari kewajiban yang
dilakukan di bulan-bulan lainnya. Di bulan Ramadhan ini juga, umat muslim berlomba-lomba
dalam kebaikan dan menjalankan amalan sholeh lainnya.

3. Bulan penuh berkah

Inilah alasan mengapa bulan Ramadhan juga disebut sebagai malam seribu bulan. Karena saat
seorang muslim melakukan sebuah kebaikan di bulan Ramadhan, ia akan mendapat keberkahan
yang nilainya sama dengan seribu bulan.

4. Bulan pengampunan dosa dan dikabulkannya doa-doa

Dalam sebuah Hadis Riwayat Bukhari dijelaskan bahwa setiap muslim berkesempatan untuk
meraih pahala sebanyak-banyaknya bahkan dengan ibadah yang sempurna pada bulan puasa
akan menjadikan kita kembali bagaikan seorang bayi yang baru lahir. Di bulan Ramadhan juga,
Allah berfirman bahwa setiap doa yang dipanjatkan maka pasti akan dikabulkan.

5. Terdapat malam Lailatur Qadar

Malam ini merupakan malam yang didamb-dambakan oleh setiap umat musli saat bulan
Ramadhan. Malam yang terdapat di salah satu dari 10 hari terakhir bulan Ramadhan ini
merupakan malam yang paling baik diisi oleh doa-doa yang baik dan mukjizat dapat turun di
malam Lailatul Qadar.

Setelah mengetahui 5 keutamaan bulan Ramadhan, pastinya kita jadi makin semangat untuk
menjalankan ibadah dan terus berbuat kebaikan kepada sesama. Yuk, berlomba-lomba dalam
kebaikan di bulan Ramadhan ini agar dunia yang kita tempati bisa lebih aman dan tentram.
Keistimewaan Bulan Ramadhan
Sesungguhnya Allah Ta’ala mengkhususkan bulan Ramadhan di antara bulan-bulan lainnya
dengan keutamaan yang agung dan keistimewaan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman,

‫ضاً أأوو‬ ‫ت رمأن اولههأدىَ أواولفهورأقاًرن فأأمون أشرهأد رمونهكهم الششوهأر فأوليأ ه‬
‫صومهه أوأمون أكاًأن أمرريِ ض‬ ‫ضاًأن الشرذيِ أهونرزأل رفيره اولقهورآْهن ههضدىَ رللشناً ر‬
‫س أوبأييأناً ت‬ ‫أشوههر أرأم أ‬
‫أ‬ ‫ه‬ ‫أ‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ش‬ ‫أ‬ ‫أ‬
‫أعلىَ أسفتر فرعدة رمن أشيِاًتم أخأر‬ ‫أ‬

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa
di antara kamu yang hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu. Dan barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka),
maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari
yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Di dalam ayat yang mulia ini, Allah Ta’ala menyebutkan dua keistimewaan bulan Ramadhan
yang agung, yaitu:

Keistimewaan pertama, diturunkannya Al-Qur’an di dalam bulan Ramadhan sebagai petunjuk


bagi manusia dari kegelapan menuju cahaya. Dengan kitab ini, Allah memperlihatkan kepada
mereka kebenaran (al-haq) dari kebatilan. Kitab yang di dalamnya terkandung kemaslahatan
(kebaikan) dan kebahagiaan (kemenangan) bagi umat manusia, serta keselamatan di dunia dan di
akhirat.

Keistimewaan ke dua, diwajibkannya berpuasa di bulan tersebut kepada umat Muhammad


shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika Allah Ta’ala memerintahkan hal tersebut dalam firman-Nya
(yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam [1], di antara kewajiban yang Allah Ta’ala
wajibkan, dan telah diketahui dengan pasti bahwa puasa Ramadhan adalah bagian dari agama,
serta berdasarkan kesepakatan (ijma’) kaum muslimin. Barangsiapa yang mengingkarinya
(kewajiban puasa Ramadhan), maka dia telah kafir.

Barangsiapa yang berada di negeri tempat tinggalnya (mukim atau tidak bepergian) dan sehat,
maka wajib menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala
(yang artinya),” Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di
bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185) Dan
barangsiapa yang bepergian (musafir) atau sakit, maka wajib baginya mengganti puasa di bulan
yang lain, sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Dan barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” (QS. Al-Baqarah [2]: 185)
Dari sini jelaslah bahwa tidak ada keringanan untuk tidak berpuasa di bulan tersebut, baik
dengan menunaikannya di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan kecuali bagi orang
yang sudah tua renta atau orang sakit yang tidak diharapkan kesembuhannya. Kedua kelompok
tersebut tidaklah mampu berpuasa, baik di bulan Ramadhan atau di luar bulan Ramadhan. Bagi
keduanya terdapat hukum (aturan) lain yang akan datang penjelasannya, in syaa Allah.

Dan termasuk di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah apa yang dijelaskan oleh Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam shahihain dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫صفيأد ر‬
‫ت الششأياًرطيهن‬ ‫ت أأوبأوا ه‬
‫ِ أو ه‬،‫ب الشناًرر‬ ‫ِ أوهغليقأ و‬،‫ب اولأجنشرة‬
‫ت أأوبأوا ه‬
‫ضاًهن فهتيأح و‬
‫إرأذا أجاًأء أرأم أ‬

“Jika bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka,
dan setan-setan dibelenggu” [2]

Hadits ini menunjukkan atas keistimewaan yang agung dari bulan yang penuh berkah ini, yaitu,

Pertama, dibukanya pintu-pintu surga di bulan Ramadhan. Hal ini karena banyaknya amal
shalih yang disyariatkan di bulan tersebut yang menyebabkan masuknya seseorang ke dalam
surga. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

‫اودهخهلوا اولأجنشةأ برأماً هكونتهوم تأوعأمهلوأن‬

“Masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan” (QS. An-Nahl
[16]: 32).

Kedua, ditutupnya pintu-pintu neraka di bulan ini, disebabkan oleh sedikitnya maksiat yang
dapat memasukkan ke dalam neraka, sebagaimana firman Allah Ta’ala,

(39) َ‫( فأإ رشن اولأجرحيأم رهأي اولأمأوأوى‬38) ً‫( أوآْثأأر اولأحأياًةأ الددونأيا‬37) َ‫فأأ أشماً أمون طأأغى‬

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya)” (QS. An-Nazi’at [79]: 37-39).

Dan juga firman Allah Ta’ala,

‫اأ أوأرهسولأهه فأإ رشن لأهه أناًأر أجهأنشأم أخاًلررديِأن رفيأهاً أأبأضدا‬
‫ص ش‬
‫أوأمون يِأوع ر‬

“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sesungguhnya baginyalah
neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya” (QS. Jin [72]: 23).

Ketiga, setan-setan dibelenggu di bulan Ramadhan. Setan tidak mampu untuk menggoda
(menyesatkan) manusia, menjerumuskan manusia dalam kemaksiatan, atau memalingkan
manusia dari amal shalih, sebagaimana yang setan lakukan di selain bulan Ramadhan.
Tercegahnya manusia -di bulan yang penuh berkah ini- dari melakukan berbagai hal yang keji
merupakan rahmat untuk kaum muslimin, sehingga mereka pun memiliki kesempatan untuk
mengerjakan berbagai amal kebaikan dan menghapus dosa-dosa mereka.

Dan termasuk dalam keutamaan bulan yang penuh berkah ini adalah dilipatgandakannya amal
kebaikan di dalamnya. Diriwayatkan bahwa amalan sunnah di bulan Ramadhan memiliki pahala
yang sama dengan amal wajib. Satu amal wajib yang dikerjakan di bulan ini setara dengan 70
amal wajib. Barangsiapa yang memberi buka puasa untuk seorang yang berpuasa, maka
diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka, dan baginya pahala orang yang berpuasa
tanpa mengurangi pahala oarang yang berpuasa tersebut sedikit pun.

Semua kebaikan, berkah, dan anugerah ini diberikan untuk kaum muslimin dengan datangnya
bulan yang penuh berkah ini. Oleh karena itu, hendaklah kaum muslimin menyambut bulan ini
dengan kegembiraan dan keceriaan, memuji Allah yang telah mempertemukannya (dengan bulan
Ramadhan), dan meminta pertolongan kepada-Nya untuk dapat berpuasa dan mengerjakan
berbagai amal shalih di bulan Ramadhan.

Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan yang agung dan mulia, bulan yang penuh berkah bagi
umat Islam. Kami memohon kepada Allah Ta’ala untuk menganugerahkan keberkahan bulan
Ramadhan kepada kami. [3]

***

Selesai diterjemahkan di siang hari, Sint-Jobskade Rotterdam NL, Sabtu 5 Sya’ban 1436

Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

Catatan kaki:

[1] Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫ضاَنن‬ ‫ِّ نوإمنقاَمم اَل ز‬،‫ا‬


‫ِّ نو ن‬،‫ِّ نواَلنحجج‬،‫ِّ نومإيِنتاَمء اَلززنكاَمة‬،‫صلنمة‬
‫صوومم نرنم ن‬ ‫ال نوأنزن لمنحزمدداَ نر ل‬
‫سولل ز م‬ ‫شنهاَندمة أنون لن إملنهن إمزل ز‬ ‫سلنلم نعنلىَ نخوم س‬
‫ٍ ن‬:‫س‬ ‫بلنمني اَمل و‬

“Islam dibangun di atas lima perkara, (1) syahadat bahwasannya tidak ada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah; (2) mendirikan shalat; (3)
menunaikan zakat; (4) berhaji; dan (5) puasa Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 7 dan Muslim no.
16)

[2] HR. Bukhari no. 1898, 1899 dan Muslim no. 1079.
[3] Diterjemahkan dari: Ithaaf Ahlil Imaan bi Duruusi Syahri Ramadhan, karya Syaikh Dr.
Shalih Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, Daar ‘Ashimah Riyadh KSA, cetakan ke dua, tahun
1422, hal. 135-137.

You might also like