Professional Documents
Culture Documents
SUNGAI I
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat membatasi DAS
2. Mahasiswa dapat mendeskripsikan bentuk DAS
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasikan sungai utama
4. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat ordo sungai (percabangan sungai)
5. Mahasiswa dapat menentukan pola aliran yang terdapat dalam DAS tersebut
6. Mahasiswa dapat membuat profil topografi DAS
Gamb
ar
Tingk
at
Ordo
dalam
DAS
1. kera
pata
n
alira
n
sung
ai
Kera
patan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air permukaan dalam cekungan-
cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS. Kerapatan aliran
sungai dapat dihitung dari rasio total panjang jaringan sungai terhadap luas DAS yang
bersangkutan. Semakin tinggi tingkat kerapatan aliran sungai, berarti semakin banyak air yang
dapat tertampung di badan-badan sungai. Kerapatan aliran sungai adalah suatu angka indeks
yang menunjukkan banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut dapat diperoleh
dengan persamaan:
dimana:
Dd= indeks kerapatan aliran sungai (km/km )
L= jumlah panjang sungai termasuk panjang anak-anak sungai (km)
A= luas DAS (km )
Indeks kerapatan aliran sungai diklasifikasikan sebagai berikut:
Dd: < 0.25 km/km : rendah
Dd: 0.25 - 10 km/km : sedang
Dd: 10 - 25 km/km : tinggi
Dd: > 25 km/km : sangat tinggi
Berdasarkan indeks tersebut dapat dikatakan bahwa indeks kerapatan sungai menjadi kecil pada
kondisi geologi yang permeable, tetapi menjadi besar ntuk daerah yang curah hujannya tinggi.
Disamping itu, jika nilai kerapatan aliran sungai:
b. < 1 mile/mile (0.62 km/km ), maka DAS akan sering mengalamipenggenangan
c. > 5 mile/mile (3.10 km/km ), maka DAS akan sering mengalami kekeringan
A. HASIL
1. Mendeliniasi sungai (baik berupa sungai perenial maupun itermitten) dan membatasi DAS
dengan melihat puncak-puncak bukit di sekitar sungai yang telah dideliniasi, kemudian
menelusurinya sesuai punggungan pegunungan yang ada.
Peta yang digunakan dalam praktikum acara III meliputi :
Peta RBI Lembar 1408 - 522 Ngablak
Peta RBI Lembar 1408 – 611 Ampel
2. Mendiskripsikan bentuk DAS
DAS diatas merupakan DAS Kenteng yang terdapat pada Peta RBI Lembar 1408 - 522 Ngablak
dan Lembar 1408 – 611 Ampel. DAS tersebut termasuk ke dalam bentuk DAS bulu burung. Anak
sungainya langsung mengalir ke sungai utama mempunyai debit banjir yang kecil, karena
waktu tiba banjir berbeda-beda dan banjir berlangsung agak lama.
3. Menentukan sungai utama dalam DAS
Pada DAS kenteng sungai utama bisa dilihat pada garis tidak terputus yang memiliki warna biru,
sedang garis terputus bisa di interpretasikan sebagai sungai periodik.
4. Menentukan mengetahui tingkat ordo sungai (percabangan sungai)
Pada DAS Kenteng dapat diketahui bahwa orde sungainya adalah 4. untuk lebih jelasnya
mengenai penentuan orde pada DAS tersebut dapat dilihat pada lembar yang berjudul penentuan
orde sungai.
5. Menentukan pola aliran yang terdapat dalam DAS tersebut
Jika dilihat dilihat dari pola alirannya, pada DAS Kenteng memiliki pola aliran Dendritik.
6. Membuat penampang melintang dari A – B
Berdasarkan deliniasi peta RBI sebagian wilayah Ampel dan Ngablak maka diperoleh hasil
berupa “Peta Kontur DAS Kenteng Sebagian Wilayah Ampel” (terlampir pada halaman
berikutnya)
B. PEMBAHASAN
Pada peta DAS Kenteng yang terdapat pada Peta RBI Lembar 1408 - 522 Ngablak dan
Peta RBI Lembar 1408 – 611 Ampelmempunyai pola aliran Dendritik. Pola berbentuk cabang /
mendaun ini umumnya terbentuk pada lapisan mendatar sedimen – sedimen yang satu jenis,
atau batuan yang mempunyai resistensi yang sama. Bentuk pola ini menyerupai pelebaran
bentuk silang pohon dak atau beringin.
Dalam menggambar peta DAS, kita menggunakan cara dengan mendeliniasi peta. Dalam
pembatasan DAS yang perlu diperhatikan adalah punggung gunung atau biasa disebut igir.
Pembatasan DAS dilakukan dengan penyusuran punggungan gunung. Dalam praktikum acara III
ini batas minimal dari pembatasan DAS adalah 5x16 grid.
Setelah dideliniasi batas DAS kemudian dihitung luas DAS tersebut dibuatlah penampang
melintang. Dari penampang melintang dapat diketahui bentuk sungainya adalah “V” yang
mengindikasikan sungai pada stadium Muda
Pada bagian ini, lembah sungai memiliki bentuk menyerupai huruf V. Ciri cirinya
adalah, sungai sungai dibagian hulu memiliki aliran yang sangat deras dan sungai sungainya
lumayan dalam. Hal ini di sebabkan letaknya di daerah pegunungan yang memiliki
kemiringan cukup curam.Sehingga air akan sangat cepat untuk mengalir ke bawah. Proses
yang terjadi disini adalah proses erosi. Proses erosi sendiri diakibatkan oleh aliran yang
sangat deras karena aliran ini juga akan menggerus sungai dengan sangat cepat, sehingga
lembah sungai ini membentuk huruf V. Hal ini sangat berbeda pada sungai stadium tua yang
sebagian besar berupa sungai intermitenkarena berada pada bagian hilir.
Dalam partikum acara III ini menhasilkan peta kontur dan penmapn dan ang diberi judul
“ Peta Kontur DAS Kenteng Sebagian Wilayah Ampel “ adapun pelambangan kedalam peta,
untuk masing-masing fenomena hendaknya menggunakan perlambangan yang sesuai dengan
konvensi. Semua hasil tangkapan dari analisis sebelumnya, di dalam peta dilambangkan sebagai
berikut:
: sungai
: Kontur
: Alur Lembah
: Igir
:titik ketinggian
VI. KESIMPULAN
Berdasarkar hasil dan pembahsan dari praktikum acara III “Morfometri Das (Daerah
Aliran Sungai I” maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Sungai utama pada penentuan DAS adalah sungai Kentengsehingga DAS-nya diberi nama
DAS Kenteng
2. Pola aliran sungainya adalah pola aliran Dendritik
3. Pada penampang melintang dapat diketahui bahwa sungai berada pada stadium muda dan
berada pada bagian tengahlembahnya berbentuk V.
4. Bentuk DAS kenteng diketahui memiliki bentuk Bulu burung
5. Penggunaan lahannya berupa Sawah dan tegalan.
tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air meresap dan/atau
mengalir melalui sungai dan anak-anak sungai yang bersangkutan. Bab 7 Penataan Ruang dan
Pembangu
anak-anak sungainya, yang dibatasi oleh pemisah topografi yang berfungsi menampung air yang
berasal dari curah hujan, menyimpan
yang cakupan wilayahnya meliputi satu atau lebih DAS/DPS. Pengertian DAS/DPS berdasarkan
posisinya terhadap batas administratif
BAB II
STUDI LITERATUR DAN METODOLOGI
2.1. METODOLOGI
1. Waktu dan Lokasi
Kegiatan pengukuran saluran drainase dilakukan pada tanggal 29 September 2011
pada pukul 11.30-12.00. Lokasi kegiatan dilakukan di sungai depan jurusan Teknik Elektro
dan sekitar Teknik Material dan Metalurgi.
2. Jenis Penelitian
Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran langsung di
lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase, sisi miring, dan
diameter pada masing-masing saluran drainase yang berbentuk persegi. Variabel yang
diamati adalah debit air pada masing-masing saluran drainase.
3. Alat dan Bahan
a. Rafia
b. Meteran
c. Kamera
d. Spidometer sepeda Motor
e. Stopwatch
BAB III
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
PERHITUNGAN
53 cm
H= 31 cm
B = 962 cm
Hasil Pengamatan:
Tinggi Saluran : 53 cm = 0,53 m
Lebar Saluran : 962 cm = 9,62 m
Tinggi Air : 31 cm = 0,31 m
Kecepatan aliran : m/s
Kemiringan ( S ) : 0,015
Kekasaran ( n ) : 0, 013 det/m3
a. Keliling Basah (P)
P = B + 2h
= 9.62 m + 2 (0.31 m)
= 9.62 + 0.62
= 10.24 m
3.2. PEMBAHASAN
Praktikum kedua hidrolika dilaksanakan pada hari senin tanggal 26 September 2011
yaitu berjudul Geometrik Saluran dan Prediksi Debit. Dalam percobaan ini, kita mengukur
kedalaman sungai, lebar sungai, menghitung panjang saluran sungai, menghitung kemiringan
muka air dan debit aliran.
Langkah awal yang kelompok kami lakukan yaitu menentukan sungai yang akan
dijadikan objek penelitian. Kelompok kami meneliti sungai di wilayah ITS yaitu tepatnya
sungai yang berada di depan Teknik Elektro-FTI. Keadaan sungainya tidak mengalir dan
sangat kotor. Setelah menentukan sungai yang akan dijadikan objek penelitian, kita
melakukan langkah selanjutnya yaitu mengukur dimensi penampang saluran. Kedalaman air
di sungai tersebut yaitu 31cm, lebar saluran sungai yaitu 962 cm. Selanjutnya mengukur
panjang saluran dengan speedometer sepeda motor, dan didapatkan hasil bahwa panjang
sungai yang kita amati tersebut sekitar 1 km. Kemudian mengukur tinggi muka air tanah.
Pengukuran ini menggunakan google earth. Awalnya kita mencari dulu daerah sungai yang
kita amati melalui google earth, setelah sudah ketemu kita bisa melihat dibagian bawah
gambar pada sungai itu terdapat keterangan bahwa elevasi dari sungai itu adalah 3 feet. Dan
elevasi sama dengan beda tinggi muka tanah, jadi dapat diketahui bahwa beda tinggi muka
tanah tersebut adalah 3 feet. Setelah itu menghitung kemiringan dasar saluran. Kemiringan
dasar salurannya yaitu 0,015 m. Dan karena kekasaran sungai tersebut terbuat dari beton,
maka dapat diketahui bahwa nilai kekasarannya yaitu 0,013detik/ m3.
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, dapat dihitung debit air yang mengalir
pada sungai tersebut. Menurut hasil perhitungan yang tertera di atas, debit air berdasarkan
penghitungan menggunakan rumus adalah 12.30942 m3/s. Akan tetapi, pada saat pengukuran
di lapangan, kami menggunakan papan triplek untuk mengetahui kecepatan aliran air, dan
diketahui jarak 1 m ditempuh selama 2 menit 18 detik atau sama dengan 138 detik. Dengan
begitu, dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran airnya m/s. Berdasarkan penghitungan
kecepatan aliran air, debit airnya adalah 0.0216101 m3/s. Perbedaan besar debit air yang
terjadi sangat besar sekali ini, kemungkinan terjadi karena pengamatan dan pengukuran
dilakukan pada musim kemarau, dimana air yang mengalir sangat sedikit, dan cenderung
tidak mengalir (menggenang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa debit air berdasarkan
penghitungan rumus adalah debit air ketika musim hujan, dimana air yang mengalir lebih
banyak daripada ketika musim kemarau.
BAB IV
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari data di atas dapat disimpulkan :
1. Debit air pada masing-masing saluran berbeda-beda tergantung pada bentuk saluran, bahan
yang digunakan, dan ukuran salurannya.
2. Debit air pada masing-masing saluran tergantung pada musim, terutama pada saluran
drainase, karena saluran drainase digunakan untuk mengalirkan air hujan.
3. Debit air yang diperoleh berdasarkan rumus yaitu 12.30942 m3/s, dan debit air yang
diperoleh berdasarkan perhitungan kecepatan aliran yaitu 0.0216101 m3/s.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press : Bogor
Arsyad. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press : Bogor
Asdak C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daera Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press : Yogyakarta
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Giancoli, Douglas
C. 2010. Fisika Jilid V (terjemahan). Jakarta : Erlangga
Halliday dan Resnick. 1991. Fisika Jilid I (terjemahan). Jakarta : Erlangga Streeter L, Victor.
1985. Mekanika Fluida. Erlangga: Jakarta.