You are on page 1of 6

A.

Epidemiologi Tuberculosis (TBC)


Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tubercolusis.1 Sebagian besar kasus TBC ini terjadi di negara
berkembang. Indonesia adalah negara dengan prevalensi TBC tertinggi ke-3
didunia setelah China dan India.5 Sekitar 75% pasien yang terkena TBC adalah
kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis yaitu antara 15-64 tahun.
1,5

Angka tertinggi (100 kasus/100.000 atau lebih penduduk) ditemukan di negara


Afrika Sub-Sahara, India, China serta pulau-pulau di Asia Tenggara dan
Mikronesia. Angka intermediate (26-100 kasus/100.000 penduduk) ditemukan di
Amerika Tengah, Amerika Selatan, Eropa Timur dan Afrika Utara. Angka
rerndah (kurang dari 25 kasus/100.000 penduduk) ditemukan di Amerika Serikat,
Australia, Eropa Barat, Kanada dan Jepang.2

B. Tahap Pre-Patogenesis TBC


Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB yaitu Mycobacterium tuberculosis.1,2,3,4,5 Sebagian besar kuman TB
menyerang organ paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya
selain paru-paru.1
Sumber penularan adalah pasien dengan TB BTA positif (+) atau pasien
dengan penyakit paru aktif.1,4 Penularan biasanya terjadi secara langsung melalui
inhalasi organism di udara atau melalui secret penderita. Sehingga TB paru
merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan organ lainnya.2,4,5
Batuk dan bersin merupakan mekanisme penyebaran yang utama dari penyakit
TBC.1,3
Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung
droplet nuclei, yang teraerosolisasi oleh pasien pada saat pasien tersebut batuk,
bersin maupun berbicara. Pada saat pasien batuk ataupun bersin, dapat
menghasilkan atau mengeluarkan sebanyak 3000 droplet nuclei yang infeksius.1,2
Droplet yang terkecil (<5-10 µm) dapat bertahan tersuspensi di udara selama
beberapa jam dan mencpai aliran udara terminal ketika terinhalasi sedangkan
untuk droplet nuclei dengan ukuran 1-5 µm dapat sampai ke alveoli.2,3
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada
dalam waktu yang lama, resiko penularan terjadi lebih besar pada ruangan yang
kekurangan volume udara, udara segar dan cahaya alami ataupin cahaya
ultraviolet.1,2 Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar

1
2

matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama


beberapa jam dalam ruangan dengan keadaan yang gelap dan lembab.1
Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya pada saat batuk, bersin maupun berbicara. Makin tinggi derajat
kepositifan dari hasi pemeriksaan dahak, makin menular juga pasien tersebut.1
Pasien yang batuk lebih dari 48 kali/malam akan dapat menginfeksi 48% dari
orang yang kontak pasien, sementara pasien yang batuk kurang dari 12
kali/malam akan menginfeksi 28% dari orang yang kontak dengan pasien
tersebut.3

C. Tahap Patogenesis TBC


Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil, kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup
dapat mencapai alveoli.1 Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh
cell immune response. Sel efektornya adalah makrofag, sedang limfosit (biasanya
sel T) merupakan immunoresponse cell. Inhalasi partikel besar yang berisi lebih
dari tiga basil tuberculosis tidak akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di
dinding bronkus dan akan dikeluarkan oleh system mukosiliari, tetapi inhalasi
partikel kecil yang berisi 1-3 basil dapat mencapai alveoli.3

C.1. Inkubasi
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB, berbeda
dengan masa inkubasi dari infeksi lain yaitu waktu yang diperlukan sejak
masunya kuman penyebab infeksi sampai dengan timbulnya gejala
penyakit.1 Masa inkubasi yang diperluka oleh kuma TB adalah sekita 4-8
minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu untuk tuberculosis paru.
Pada pulmonary progressif dan extrapulmonar tubekulosis biasanya
memakan masa inkubasi yang lebih lama, bisa terjadi hingga beberapa
tahun.1,3 Dalam masa inkubasi tersebut, kuman dapat berkembang hingga
mencapai jumlah 103-104 yaitu jumlah yang cukup guna merangsang
respon immunitas seluler. 1
Selama berminggu-minggu awal proses infeksi, akan terjadi
pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya
belum tersensitisasi terhadap tuberculin mengalami perkembangan
3

sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer inilah, infeksi TB


primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai dengan terbentuknya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respon positif
terhadap uji tuberculin. Selama masih masa inkubasi uji tuberculin akan
masih negative (-), setelah kompleks primer terbentuk immunitas seluler
tubuh terhadap TB telah terbentuk.1 Kompleks primer ini akan mengalami
salah satu akhir dibawah ini5 :
 Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
 Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (sarang Ghon, garis
fibrotic)
Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru
biasanya mengalami resolusi secaa sempurna membentuk fibrosis atau
kalsifikasi setelah mengalami nekrosis pengkejuan dan enkapsulasi. Selama
masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer.
Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam
sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran
hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagau penyakit
sistemik.1

C.2. Tahap Penyakit Dini


Gejala penyakit TB dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus
yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnose secara klinis.
C.2.1. Gejala Klinis Umum/ Sistemik 1,3,5
 Demam (yang tidak terlalu tinggi) yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan pada saat malam atau sore hari disertai dengan
keringat malam
 Terjadi anoreksia, penurunan berat badan dan nafsu makan
 Malaise dan lemah
C.2.2. Gejala Respiratorik 3,5

 Batuk, paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk terjadi lebih dari


3 minggu
4

 Batuk berdarah, darah yang dikeluarkan dapat berupa garis-garis,


bercak-bercak ataupun dalam jumlah yang banyak
 Sesak napas, dijumpai pada proses penyakit yang sudah lanjut dan
terdapat kerusakan paru yang cukup luas.
 Nyeri dada, timbul bila persarafan yang terdapat pada pleura
sudah terlibat. Nyeri dada ini sangat bervariasi, dari mulai tidak
ada gejala sampai gejala yang ukup berat tergantung dari luas lesi.

Jika sudah terjadi gejala klinis seperti yang diatas, dapat kita lanjutkan
dengan pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan BTA/dahak pasien.
Berdasarkan hasil pemeriksaan BTA, tuberkulosis paru dapat dibagi atas :

a Tuberkulosis paru BTA (+) adalah 5 :


− Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukan hasil
BTA positif.
− Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA
positif dan kelainan radiologic menunjukkan gambaran
tuberculosis aktif.
− Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA
positif dan biakan positif,
b Tuberkulosis paru BTA (+) adalah :
− Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negative,
gambarran klinik dan kelainan radiologic menunjukkan
tuberkuloasis aktif.
− Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA negative dan
biakan M. tuberculosis positif.

Pemeriksaan lain yang harus dilakukan untuk menegakkan diagnosis TBC


adalah dengan melakukan pemeriksaan foto thoraks.

C.3. Tahap Akhir Penyakit


C.3.1. Komplikasi TB Paru
TB paru apabila tidak ditangani denganbaik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi-komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru
dibedakan menjadi dua yaitu 6:
a. Komplikasi dini, seperti : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis,
usus.
5

b. Komplikasi yang sering terjadi pada pasien dengan stadium lanjut


menurut Depkes (2005):
− Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kemarian karena syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan nafas
− Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
− Bronkieksitasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau retraktif)
paada paru
− Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan :
Kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru
− Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya
− Infusiensi Kardio Pulmuner
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap
dirumah sakit. Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas
yang telah sembuh (dengan BTA positif) masih bisa batuk berdarah
kembali. Keadaan ini yang sering dikelirukan dengan kasus sembuh,
pada kasus seperti ini OAT sudah tidak diperlukan.(Depkes, 2005)

C.3.2. Pengobatan TB Paru


Pengobatan TB paru pada orang dewasa dibagi menjadi beberapa
katogori 6:

a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid dan
etambutol setiap hari dan 4 bulan selanjutbya minum obat INH
dan rifampisin tiga kali dalam satu minggu (tahap lanjutan).
Dapat diberika pada :
− Penderita baru TBC paru BTA positif
− Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
b. Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
− Penderita kambuh
− Penderita gagal terapi
− Penderita dengan pengobatan setelah lalau minum obat
6

c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada penderita BTA positif dan rontgen paru
mendukung aktif
d. Kategori 4 : RHZES
Diberikan pada kasus TB kronik

C.3.3. Hasil Pengobatan Pasien TB BTA Positif


Hasil pengobatan TB BTA positif menurut Depkes (2007)
dikategorikan menjadi 6:

a. Sembuh : Adalah pasien telah menyelesaikan pengobatan secara


lengkap dan pemeriksaan ulang dahak hasilnya negative
b. Pengobatan lengkap : Adalah pasien yang telah menyelesaikan
pengobatan secara engkap tetapi tidak memenuhi persyaratan
sembuh atau gagal
c. Meninggal : Adalah pasien yang meninggal dalam masa
pengobatan karena sebab apapaun
d. Pindah : Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan
register TB 03 yang lain dan hasil pengobatannya tidak
diketahui
e. Default (putus berobat) : Adalah pasien yang tidak berobat 2
bulan berturut-urut atau lebih
f. Gagal : Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
lebih selama dilakukannya pengobatan.

You might also like