You are on page 1of 20

8

160
140
120

Frekuensi siklon
100
80
60
40
20
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
Pasifik Barat Hindia Selatan Teluk Benggala Total

Gambar 6 Frekuensi siklon tropis di perairan sekitar Indonesia (Pasifik Barat, Hindia Selatan,
dan Teluk Benggala)
Sumber: Pengolahan Data.

Tabel 1 Persentase kemunculan kejadian siklon tropis menurut letak lintang


Wilayah Total Kejadian <10 10-20 >20
Pasifik Barat 806 90 341 375
Hindia Selatan 619 55 384 180
Teluk Benggala 111 22 61 28
Total 1536 167 786 583
Persentase (%) - 10,87 51,17 37,96
Sumber: Pengolahan Data.

Berdasarkan Gambar 6, frekuensi total tropis dari total keseluruhannya terjadi di


siklon tropis yang terjadi di ketiga wilayah antara lintang 10o – 20o LU/LS dan paling
selama selang waktu 6 tahun adalah sebesar sedikit terjadi pada lintang <10o LU/LS.
657 siklon tropis. Berdasarkan grafik di atas Dengan persentase kejadian siklon tropis yang
diketahui bahwa total siklon tropis di ketiga muncul di bawah lintang 4o hanya muncul
wilayah kajian paling banyak terjadi pada sebanyak 7,78 % dari total siklon yang
tahun 2007 dan 2008 dengan frekuensi total muncul di lintang <10o atau 0,85 % dari total
yang sama yaitu sebanyak 139 siklon yang keseluruhan siklon. Hal ini menunjukkan
muncul. Sementara itu jika dilihat per wilayah pengaruh gaya coriolis berdasarkan letak
kajian maka siklon paling banyak terjadi di lintang sebagai salah satu syarat
wilayah Samudera Pasifik Barat kecuali tahun pembentukkan siklon tropis. Siklon tropis
2010, siklon paling banyak terbentuk di yang muncul di lintang di atas 20o LU/LS
wilayah samudera Hindia bagian selatan. lebih jarang dibanding di lintang 10o – 20o
Sementara itu, frekuensi siklon di Teluk LU/LS karena semakin menjauhi jalur ITCZ
Benggala relatif lebih sedikit kejadiannya atau pusat tekanan rendah, sehingga suhu
dibandingkan dengan Pasifik Barat dan Hindia permukaan laut pada daerah lintang menengah
Selatan karena wilayah lautannya yang sempit diatas 20 derajat cenderung lebih rendah
dan cenderung dekat bahkan diapit oleh untuk pembentukan siklon dibandingkan
daratan. Sehingga siklon yang terbentuk akan daerah lintang rendah.
cepat mengalami pelenyapan terutama ketika Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
mendekati daratan. Tjasyono (2002), Kebanyakan (65%) siklon
Tabel 1 di atas adalah persentase tropis terbentuk pada lintang tempat antara 10o
kemunculan siklon tropis jika dilihat menurut dan 20o dari ekuator. Tidak munculnya siklon
letak lintang di ketiga wilayah kajian selama tropis di sekitar ekuator, menunjukan
selang tahun 2006 – 2011. Berdasarkan tabel pentingnya gaya coriolis akibat rotasi bumi
tersebut, lebih dari setengah kejadian siklon yang menghasilkan vortisitas yang diperlukan
9

dalam pembentukan badai tropis. Dan menunjukan bahwa energi termal laut
pernyataan Neiburger et al (1995), frekuensi merupakan salah satu syarat penting
pembentukan siklon meningkat menurut pembentukan siklon tropis.
lintang sampai 15 derajat. Dua-pertiga dari Rata-rata kejadian siklon cenderung
siklon tropika terbentuk pada lintang antara 10 bergerak dari lintang rendah ke arah lintang
derajat dan 20 derajat. Peningkatan sampai 15 yang lebih tinggi. Kecuali track Badai Tropis
derajat menekankan pentingnya perputaran 01W, badai ini terjadi di BBU namun
bumi dalam menghasilkan peredaran siklon. pergerakan badai justru ke lintang rendah
Berkurangnya siklon ke arah kutub bumi menuju ke arah selatan. Karena badai
disebabkan oleh jarang terjadinya suhu terbentuk di daerah lintang rendah dengan
permukaan laut yang tinggi. gaya coriolis kecil, kemungkinan gaya coriolis
Siklon tropis di ketiga wilayah kajian kurang berpengaruh dan track siklon lebih
kebanyakan terjadi pada pola waktu-waktu dikendalikan oleh angin dalam skala yang
tertentu mengikuti peredaran matahari atau cukup besar ke arah yang berlawanan dengan
secara tepat siklon tropis lebih banyak muncul efek coriolis.
pada saat musim panas (summer). Hal tersebut
20
18
16 2006
Frekuensi siklon

14
2007
12
10 2008
8
2009
6
4 2010
2 2011
0
J F M A M J J A S O N D

Bulan

Gambar 7 Histogram jumlah siklon bulanan di Pasifik Barat


Sumber: Pengolahan Data.

14

12

10
Frekuensi siklon

2006
8 2007
6 2008
2009
4
2010
2 2011
0
J F M A M J J A S O N D

Bulan
Gambar 8 Histogram jumlah siklon bulanan di Samudera Hindia bagian Selatan
Sumber: Pengolahan Data.
10

4,5
4
3,5
2006
Frekuensi siklon
3
2007
2,5
2008
2
2009
1,5
2010
1
2011
0,5
0
J F M A M J J A S O N D

Bulan
Gambar 9 Histogram jumlah siklon bulanan di Teluk Benggala
Sumber: Pengolahan Data.

4.1.1 Siklon Tropis di Samudera Pasifik 4.1.2 Siklon Tropis di Samudera Hindia
Barat bagian Selatan
Samudera Pasifik bagian Barat berbatasan Samudera Hindia bagian Selatan terletak
langsung dengan wilayah Indonesia di sebelah pada posisi 5o – 30o LS dan 30o – 130o BT
utara hingga timur laut, Tepatnya pada 0o – atau di sebelah selatan dan barat daya
40o LU dan 100o – 180o BT. Indonesia. Samudera Hindia bagian Selatan
Siklon tropis yang teramati satelit TRMM berbatasan langsung dengan Pulau Sumatera,
di wilayah ini adalah pada selang tahun 2006- dan selatan Jawa dan Nusa Tenggara.
2011. Selama periode waktu tersebut di Dalam selang tahun 2006-2011 jumlah
Samudera Pasifik Barat muncul sebanyak 357 frekuensi total yang terjadi di wilayah ini
siklon tropis. Berikut merupakan grafik adalah sebanyak 230 siklon. Siklon paling
perbandingan jumlah siklon dari tahun 2006 – banyak muncul tahun 2007 dan 2008 yaitu
2011 yang terjadi di Samudera Pasifik sebelah sebanyak 52 siklon dan paling sedikit di tahun
Barat. 2011, hanya sebanyak 14 siklon.
Siklon tropis di Samudera Pasifik Barat Puncak kejadian siklon tropis terbanyak di
paling sering terjadi tahun 2009, muncul Samudera Hindia bagian Selatan selama
sebanyak 75 siklon dan paling sedikit di tahun selang waktu 6 tahun terjadi pada bulan
2010 sebanyak 28 siklon. Berdasarkan data Desember sampai Maret (lihat Gambar 8).
sebaran rata-rata bulanan siklon tropis di Pada bulan-bulan tersebut matahari tepat
Samudera Pasifik Barat (lihat Gambar 7), berada di belahan bumi selatan sehingga jalur
puncak kejadian siklon tropis di Pasifik Barat ITCZ dan Sea Surface Temperature
terjadi sepanjang bulan Juli sampai maksimum berada di selatan ekuator. Hal ini
November. Selama rentang bulan-bulan sesuai dengan pernyataan dalam Betara (2007)
tersebut Sea Surface Temperature (SST) lebih bahwa kejadian siklon tropis di hemisfer
tinggi di Pasifik Barat karena jalur ITCZ Selatan adalah bulan Desember hingga April
(InterTropical Convergence Zone) berada di di Laut Pasifik Selatan bagian Barat dan pada
sebelah utara sekitar ekuator. Hal tersebut bulan November hingga Mei di Samudera
sesuai dengan Betara (2007) yang menyatakan Hindia Tenggara.
bahwa, waktu kejadian siklon tropis di
hemisfer Utara adalah bulan Juli hingga awal 4.1.3 Siklon Tropis di Teluk Benggala
Oktober di wilayah Karibia, bulan Juni hingga Perairan Teluk Benggala merupakan
November di Teluk Meksiko, bulan Mei bagian dari Samudera Hindia sebelah utara
hingga November di Pasifik Utara bagian bersama dengan Laut Arab. Teluk benggala
Barat, serta bulan Juni hingga November di teletak pada posisi 5o – 25o LU dan 75 o –
Teluk Benggala dan Laut Arabia. 100 o BT. Teluk Benggala berada di sebelah
11

utara Pulau Sumatera. Wilayah lautnya paling Namun frekuensi kejadiannya paling sering
sempit jika dibandingkan dengan dengan terjadi selang antara bulan Agustus hingga
Pasifik sebelah Barat dan Hindia bagian Desember meskipun perbedaan dengan bulan-
Selatan. Berikut ini adalah frekuensi siklon bulan lainnya tidak begitu signifikan (lihat
yang teramati di Teluk Benggala selama Gambar 9). Menurut Betara (2007), waktu
selang tahun 2006-2011 dan frekuensi kejadian siklon tropis di Teluk Benggala dan
kejadian bulanannya. laut Arabia adalah bulan Juni hingga
Sama seperti wilayah lainnya, siklon tropis November. Wilayahnya yang berupa teluk
yang muncul di Teluk Benggala muncul sempit dan dekat dengan daratan luas
paling banyak di tahun 2007 sebanyak 17 menyebabkan kemunculan siklon menjadi
siklon dan paling sedikit tahun 2010 siklon lebih sedikit.
yang muncul hanya sebanyak 7 siklon. Jumlah
total siklon yang terjadi selama selang waktu 4.2 Karakteristik Sebaran Potensi Curah
pengamatan hanya berjumlah 70 siklon, lebih Hujan Spasial Temporal Siklon Tropis
sedikit jika dibandingkan dengan kedua 4.2.1 Curah Hujan Siklon Kategori Kuat
wilayah amatan lain. Frekuensi siklon bulanan Siklon tropis kategori kuat di ketiga
di Teluk Benggala juga relatif sedikit jika wilayah kajian adalah Thypoon Kaemi di
dibandingkan wilayah Samudera Pasifik dan Pasifik Barat, Siklon Tropis Ilsa di Samudera
Hindia. Frekuensi kejadiannya kurang dari 5 Hindia Selatan dan Siklon Tropis Sidr di
siklon per bulan selama selang waktu 6 tahun. Teluk Benggala.

Gambar 10 Track Thypoon Kaemi/06W di Samudera Pasifik sebelah Barat


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).

(1) (2)
12

(3) (4)

(5)
Gambar 11 Curah hujan Thypoon Kaemi (1) tanggal 18 Juli 2006_00Z, (2) tanggal 20 Juli
2006_03Z, (3) tanggal 21 Juli 2006_21Z, (4) tanggal 24 Juli 2006_ 00Z, (5) tanggal
26 Juli 2006_03Z
Sumber: Pengolahan Data.

Siklon tropis (Tropical Cyclone) Kaemi sebelum pada akhirnya menjadi depresi tropis
termasuk dalam kategori kuat atau lebih pada tanggal 26 dan lenyap.
dikenal dengan nama Thypoon Kaemi di Gambar 11 menunjukan sebaran curah
wilayah Pasifik Barat, siklon ini terjadi dalam hujan pada beberapa tahap perkembangan
masa 10 hari mulai dari tanggal 17 – 26 Juli siklon dari tahap pembentukan hingga tahap
2006. Pada awal pembentukannya Thypoon pelenyapan. Tahap depresi (pembentukan)
Kaemi merupakan bagian dari sistem pusat terjadi tanggal 18 Juli 2006 jam 00Z dengan
tekanan rendah pada ITCZ (Intertropical kecepatan angin maksimum 25 knots, Curah
Convergence Zone). ITCZ bergerak mengikuti hujan menyebar hingga radius 7 derajat dari
pola peredaran matahari, yang berarti posisi pusat depresi ke arah utara dan selatan sistem
ITCZ pada bulan Juli terletak di utara Ekuator siklon. Curah hujan tertinggi dengan intensitas
atau utara Benua Maritim Indonesia. Siklon 17,73 mm/jam. Di bagian pusat depresi hanya
ini mulai terbentuk tanggal 17 Juli 2006 di terjadi hujan ringan. Sementara itu curah
utara Papua dan timur Filipina muncul sebagai hujan bervariasi di tiap grid dari hujan sangat
depresi tropis dan terus berkembang hingga ringan hingga hujan normal.
tahap badai tropis pada tanggal 19 dan 20 Juli. Tanggal 20 Juli 2006 jam 03Z siklon
Siklon bergerak ke arah barat laut ke lintang sudah memasuki tahap badai dan distribusi
tinggi. Pada tanggal 21 – 23 Juli berkembang spasial curah hujannya lebih teratur dari tahap
hingga tahap Thypoon dengan kecepatan depresi sebelumnya. Terjadi hujan lebat di
angin maksimum 75 hingga 90 knots. Lalu beberapa titik di pusat badai dengan intensitas
kemudian siklon tropis mulai melemah dan yang lebih besar dibandingkan dengan daerah
intensitasnya menurun hingga ke tahap badai sekitarnya. Curah hujan juga terjadi di spiral
tropis pada tanggal 24 dan 25. Badai semakin band hujan dari hujan skala ringan hingga
melemah ketika mendekati daratan Hongkong hujan lebat. Sementara itu di daerah antara
spiral band hujan tidak terjadi hujan atau
13

terjadi hujan namun dalam skala ringan. wilayah perairan Laut Banda, Laut Celebes,
Curah hujan pada spiral band hujan pada ekor dan Laut Maluku. Radius curah hujan sampai
badai mempengaruhi daerah-daerah sampai 7 derajat dari pusat siklon ke arah selatan.
radius sejauh 6 derajat atau lebih dari 600 km Thypoon Kaemi konsisten pada tahap
dari pusat badai. siklon sampai tanggal 23 Juli, kemudian
Perkembangan menjadi tahap siklon pada melemah dan memasuki fase badai
tanggal 21 Juli 2006 jam 21Z ditandai dengan (pelenyapan) pada tanggal 24 Juli jam 00Z.
curah hujan yang tinggi di area sekitar mata distribusi curah hujannya mirip dengan
siklon dan semakin rendah ketika menjauhi distribusi curah hujan tahap siklon, hanya saja
pusat siklon. Mata siklon pada umumnya tidak terdapat mata badai pada fase ini. Curah
daerah clear tanpa hujan atau hujan ringan, hujan berkurang secara teratur ketika
namun curah hujan yang terekam oleh radar menjauhi pusat badai. Namun hujan lebat
presipitasi merupakan hujan skala normal terjadi dalam jarak 1 sampai 2 derajat dari
pada bagian mata siklon dengan intensitas 6 pusat badai. Jika dibandingkan dengan tahap
mm/jam. Pada kasus ini Thypoon Kaemi badai saat pembentukan, badai saat
memiliki ukuran mata siklon yang kecil pelenyapan memiliki curah hujan yang lebih
kurang dari 1 grid sehingga mendapat tinggi. Hal tersebut disebabkan oleh energi
pengaruh dari curah hujan pada dinding mata pada saat fase siklon masih cukup besar
siklon atau data curah hujan tidak terekam terdapat dalam sistem badai. Terlihat dari
tepat pada mata siklon karena memiliki kecepatan angin yang masih cukup tinggi
ukuran yang lebih kecil dari resolusi spasial sebesar 60 knots. Wilayah perairan Filipina
satelit. Curah hujan di sebelah Selatan dinding mendapatkan pengaruh curah hujan cukup
mata siklon adalah area dengan curah hujan signifikan pada fase ini. Sebagian wilayah di
yang sangat tinggi sampai lebih dari 50 Kalimantan masih mendapat sedikit pengaruh
mm/jam. Hujan lebat dengan intensitas hujan sangat ringan hingga lebat di beberapa
belasan millimeter per jam masih terjadi titik.
sejauh radius 1,5 derajat diselingi hujan ringan Tanggal 26 Juli 2006 jam 00Z badai
dan hujan normal. Ekor Thypoon Kaemi langsung melemah menjadi depresi tropis
mempengaruhi cuaca perairan dekat Sulawesi dengan kecepatan angin hingga 30 knots
dan Papua Nugini dengan curah hujan sangat ketika menyentuh daratan di wilayah
ringan hingga hujan sangat lebat. Hujan Hongkong. Sampai sejauh 5 derajat dari pusat,
sangat lebat sebesar 21,73 mm/jam dan 23,58 hujan sangat ringan dan hujan lebat terjadi di
mm/jam terjadi sampai sejauh 2 grid (55,5 beberapa bagian, namun sebagian besar hujan
km). Hujan bervariasi dari hujan sangat ringan yang terjadi dekat pusat depresi adalah hujan
hingga hujan sangat lebat, mempengaruhi dengan skala normal.

Gambar 12 Tack Siklon Tropis Ilsa/22S di Samudera Hindia bagian Selatan


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
14

(1) (2)

(3) (4)

(5)
Gambar 13 Curah hujan Siklon Ilsa (1) tanggal 16 Maret 2009_18Z, (2) tanggal 17 Maret
2009_18Z, (3) tanggal 19 Maret 2009_18Z, (4) tanggal 22 Maret 2009_03Z, (5)
tanggal 24 Maret 2009_ 18Z
Sumber: Pengolahan Data.

Siklon tropis Ilsa terjadi dalam rentang status badai meningkat menjadi Siklon Tropis
waktu 16 – 26 Maret 2009 selama 10 hari di dengan kecepatan angin maksimum 65 knots
Hindia Selatan, sebelah selatan Jawa dan Nusa dan terus meningkat hingga tanggal 22 Maret.
Tenggara. Dalam perkembangannya siklon Puncaknya Siklon tropis Ilsa mencapai
Ilsa bergerak ke barat daya menuju ke arah kecepatan angin maksimum 100 knots tanggal
Kutub selatan bumi. Tanggal 16 Maret siklon 19 Maret jam 18Z. Selama tahap
berada pada tahap depresi. Fase depresi tropis pembentukannya terjadi tepat di bagian
hanya bertahan selama satu hari. Tanggal 17 Selatan Pulau Jawa. Siklon Ilsa melemah ke
Maret jam 18Z depresi sudah berkembang ke tahap pelenyapan menjadi badai tropis tanggal
tahap badai dengan kecepatan angin 22 dan 23 Maret dan kembali menjadi depresi
maksimum 35 knots. Pada tanggal 18 Maret tropis tanggal 24 Maret hingga 26 Maret dan
15

lenyap. Sebaran curah hujan tahap depresi menurun secara bertahap ke arah luar. Curah
tropis menyebar dan berpencar tidak merata hujan normal terjadi pada spiral band hujan,
sampai radius 3 derajat dari pusat depresi dan kadang terjadi hujan lebat di beberapa
pemencaran awan bahkan menyebar sampai 7 titik. Daerah di antara spiral band hujan yang
derajat. Sebagian wilayah Indonesia dekat berpilin hanya terjadi hujan ringan atau tidak
pusat depresi mendapat pengaruh hujan sangat ada hujan. Ekor siklon mencapai radius 7
ringan hingga hujan normal terutama di Nusa derajat dari pusat siklon, dan mempengaruhi
Tenggara, Laut Sawu, Laut Flores, Perairan curah hujan di sebagian Pulau Jawa dan Laut
Arafuru, dan sebagian perairan selatan Pulau Jawa dengan hujan ringan hingga normal.
Jawa. Semakin jauh dari pusat depresi curah Sebagian wilayah Sumatera juga terkena
hujan semakin menurun. curah hujan pada dampak hujan ringan dari ekor siklon.
saat depresi dari hujan sangat ringan hingga Pada Gambar (4) terlihat bahwa distribusi
hujan normal. Hujan sangat lebat sebesar curah hujan tahap badai sebelum pelenyapan
21,18 mm/jam dan 21,53 mm/jam terjadi pada berkisar antara hujan sangat ringan hingga
daerah dekat pusat. hujan lebat. Distribusi curah hujan teratur dari
Tahap badai dengan kecepatan angin hujan lebat di atas 14 mm/jam di pusat badai
maksimum 35 knots memiliki rata-rata curah kemudian menurun secara bertahap ke hujan
hujan yang terjadi relatif hampir sama dengan lebat antara 12 – 14 mm/jam. Intensitas curah
curah hujan tahap depresi sebelumnya karena hujan terus menurun hingga hujan sangat
intensitas badai masih rendah, namun curah ringan kurang dari 1 mm/jam dan menyebar
hujan sudah terpusat dan tidak berpencar. sampai sejauh radius 3 derajat dari pusat
Intensitas curah hujan berkisar dari 0 sampai badai. Curah hujan tertinggi dalam sistem
14 mm/jam. Setelah jam 21Z intensitas badai badai sebesar 16,99 mm/jam dan berada di
meningkat, curah hujan tinggi memusat di pusat badai.
daerah sekitar pusat badai. Hujan lebat Curah hujan tahap depresi cenderung
terpusat di pusat badai sampai sejauh 2 menyebar karena badai melemah dan sistem
derajat. Kemudian curah hujan menurun perawanan sudah terpisah. Curah hujannya
beraturan. Sepanjang Perairan selatan Jawa berkisar antara hujan sangat ringan hingga
terpengaruh hujan normal hingga hujan lebat hujan lebat kurang dari 12 mm/jam. Intensitas
dari pusat badai. curah hujan tertinggi sebesar 11,84 mm/jam di
Curah hujan sangat lebat berada di eyewall koordinat 12,63o LS dan 81,13o BT. Hujan
dengan intensitas 26 sampai 36 mm/jam. sangat ringan akibat pemencaran awan dapat
Sedangkan pada pusat siklon hanya terjadi mencapai radius lebih dari 9 derajat.
hujan sangat ringan. Curah hujan semakin

Gambar 14 Track Siklon Tropis Sidr/06B di Teluk Benggala


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
16

(1) (2)

(3) (4)
Gambar 15 Curah hujan Siklon Sidr (1) tanggal 10 November 2007_ 06Z, (2) tanggal 12
November 2007_ 00Z, (3) tanggal 14 November 2007_18Z, (4) tanggal 16 November
2007_00Z
Sumber: Pengolahan Data.

Siklon Sidr terjadi selama 6 hari di Teluk melalui daratan Siklon Sidr melemah menjadi
Benggala. Awal kemunculan Siklon Sidr badai tropis dengan kecepatan angin
sebagai depresi tropis tepatnya sebelah Utara maksimum 60 knots tanggal 16 November
Sumatera tanggal 10 November 2007 sampai jam 00Z dan kemudian lenyap.
tanggal 11 November. Kemudian berkembang Menurut JTWC Siklon Tropis Sidr
ke tahap badai tropis tanggal 12 November muncul pertama kali sebagai depresi tropis
dan bergerak ke arah lintang tinggi, karena pada tanggal 10 November 2007 jam 06Z
siklon Sidr berada di hemisper utara, maka dengan kecepatan angin maksimum 15 knots
dalam perkembangannya siklon ini bergerak di sebelah Utara Pulau Sumatera dan Selat
menuju ke arah Kutub utara bumi. Tanggal 12 Malaka dengan curah hujan berpencar dan
November badai mulai berkembang ke tahap menyebar tidak merata dengan radius
siklon tropis hingga tanggal 15 November. perawanan utama 4 derajat dan penyebaran
Kecepatan angin maksimum terjadi pada awannya mencapai 9 derajat. Variasi curah
tanggal 15 November jam 00Z sebesar 140 hujan cukup tinggi di tiap grid dari kategori
knots. Pada tahap ini siklon bergerak hujan sangat ringan hingga hujan normal.
sepanjang lintang antara 10 hingga 22 derajat. Intensitas curah hujan yang terjadi relatif
Siklon semakin bergerak mendekati daratan kecil, hujan normal dengan intensitas 5
beberapa jam setelah siklon menguat dengan mm/jam hingga 7 mm/jam terjadi di beberapa
intensitas maksimum pada tanggal 15 titik dekat pusat depresi tropis. Wilayah
November, dan mengenai daratan wilayah Sumatera mendapat pengaruh curah hujan
Patuakhali, Bangladesh. Pada saat melewati dengan skala bervariasi dari hujan sangat
daratan siklon tropis akan kehilangan energi ringan hingga hujan lebat pada saat depresi
termal yang bersumber dari pemanasan muka terjadi dengan hujan normal yang paling
laut sehingga siklon tropis akan melemah dominan. Hujan lebat hanya terjadi di empat
bahkan mengalami pelenyapan. Setelah titik yaitu di koordinat lintang 0,375o LU dan
17

97,375 oBT, 0,375o LU dan 97,65o BT, 0,375o bagian Barat Siklon Tropis Sidr dengan
LU dan 97,875o BT, dan 0,375o LU dan ketebalan horizontal 0,5 derajat sampai 1
98,125o BT masing-masing dengan intensitas derajat. Intensitas curah hujan sangat lebat di
17,18 mm/jam, 16,25 mm/jam, 17,32 dinding mata siklon berkisar antara 26
mm/jam, dan 10,20 mm/jam. mm/jam hingga 51,28 mm/jam. Curah hujan
Pada tahap badai tanggal 12 November tertinggi terjadi di dua titik yaitu di koordinat
2007 jam 00Z curah hujan bervariasi di pusat 15,88o LU – 89,88 o BT dan 15,88o LU –
siklon, dari hujan normal hingga hujan lebat. 91,13 o BT dengan intensitas sebesar 51,18
Hujan lebat terjadi dengan intensitas 14,14 mm/jam dan 51, 28 mm/jam. Sementara itu
mm/jam, 14,22 mm/jam, dan 17,47 mm/jam. hujan normal masih terjadi radius 3 derajat
Sedangkan di daerah sekitar pusat siklon dan hujan ringan sejauh 4 derajat dari pusat
hujan ringan terjadi pada spiral awan siklon siklon. Pada bagian ekor siklon curah hujan
dan curah hujan semakin rendah ketika bervariasi dari skala ringan hingga normal.
menjauhi pusat siklon. Daerah yang diantara Pada saat Siklon Tropis Sidr melewati
spiral awan merupakan daerah clear dengan daratan, kekuatan siklon melemah dan
curah hujan sangat ringan bahkan tanpa hujan. memasuki tahap pelenyapan ke skala badai
Pada saat kejadian badai siklon semakin tropis dengan kecepatan angin maksimum 60
bergerak ke arah utara mendekati teluk knots. Curah hujan tidak merata di tiap grid
sehingga wilayah Sumatera tidak lagi dari hujan sangat ringan hingga hujan lebat.
mendapatkan pengaruh curah hujan dari Hujan skala normal paling dominan dalam
sistem badai. sistem badai. Radius curah hujan mencapai 6
Distribusi curah hujan tahap siklon tropis derajat dari pusat badai. Curah hujan di dalam
terlihat lebih teratur dan berpola jika sistem badai tidak teratur, namun curah hujan
dibandingkan dengan dengan tahap depresi memusat pada sistem badai dan tidak
dan badai tropis (Gambar (3)) . Daerah sekitar berpencar-pencar seperti tahap depresi. Badai
sistem siklon cenderung bebas dari awan dan kemudian melenyap karena kehilangan energi
hujan, karena pada tahap siklon dewasa awan termal dari lautan tanpa memasuki fase
di sekitarnya tertarik ke dalam sistem siklon. depresi.
Curah hujan di pusat siklon relatif lebih
rendah dibandingkan daerah sekitarnya. 4.2.2 Curah Hujan Siklon Kategori Sedang
Hanya terjadi curah hujan skala ringan dengan Di ketiga wilayah amatan siklon kategori
intensitas 2,16 mm/jam hingga 3.9 mm/jam sedang yang terjadi di masing-masing wilayah
dan hujan normal 5 mm/jam dan 9 mm/jam. kajian paling dekat wilayah Indonesia adalah
Di daerah eyewall yang mengelilingi pusat Badai Tropis 01W di Pasifik Barat, Badai
siklon terjadi curah hujan dengan kategori Tropis Anika di Hindia Selatan, dan Badai
hujan lebat bahkan hujan sangat lebat. Hujan Tropis Bijli di Teluk Benggala.
sangat lebat terjadi sepanjang Utara sampai

Gambar 16 Track Badai Tropis 01W di Samudera Pasifik sebelah Barat


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
18

(1) (2)

(3)
Gambar 17 Curah hujan Badai Tropis 01W (1) tanggal 12 Januari 2008_06Z, (2) tanggal 14
Januari 2008_ 06Z, (3) tanggal 16 Januari 2008_00Z
Sumber: Pengolahan Data.

Badai tropis (Tropical Storm) 01W hujan skala normal hingga sangat ringan.
memiliki kecepatan angin maksium selama Curah hujan skala ringan menyebar sampai
masa hidup siklon sebesar 40 knots. Siklon radius lebih dari 6 derajat ke arah selatan.
01W terbentuk dan lenyap dalam masa 6 hari Pemencaran awan bahkan mencapai lebih dari
dari tanggal 12 januari 2008 hingga 17 januari radius 8 derajat. Laut Celebes mengalami
2008. Siklon mulai terbentuk sebagai depresi hujan ringan, sedangkan di Laut Maluku
tropis di atas daratan Filipina dengan terkena dampak hujan sangat ringan sampai
kecepatan angin maksimum 15 knots,. pada hujan lebat, dan hujan sangat ringan sampai
tanggal 12 dan 13 Januari. Siklon mulai normal di sebagian wilayah Papua.
menguat menjadi badai tropis tanggal 14 di Badai tanggal 12 Januari jam 06Z
sebelah Utara Pulau Kalimantan. Tahap badai memiliki distribusi curah hujan mirip dengan
tropis melemah dan kembali menjadi depresi kejadian badai lainnya, hujan lebat berada di
tropis selama 3 hari dari tanggal 15 – 17 pusat badai dengan intensitas tertinggi sebesar
Januari dan memasuki wilayah perairan 19,59 mm/jam di koordinat 12,38o LU dan
Indonesia. Depresi tropis lenyap ketika 113,38o BT. Lalu curah hujan menurun secara
mendekati daratan Malaysia di lintang sekitar teratur hingga curah hujan sangat ringan di
3o karena lemahnya gaya coriolis akibat rotasi tepi badai. Dominan hujan dengan skala
bumi. ringan sepanjang 2 derajat dari pusat badai
Gambar sebaran curah hujan tahap depresi dan pada spiral band hujan. Sedangkan pada
pembentukan (Gambar (1)) menunjukan bagian antara spiral hujan merupapkan area
bahwa di dekat pusat berkumpul hujan skala bebas hujan atau hujan skala sangat ringan.
lebat dan hujan sangat lebat. Curah hujan Dampak curah hujan badai berupa hujan
tertinggi di dekat pusat depresi sebesar 24,36 ringan hingga sangat ringan sampai sejauuh 7
mm/jam. Curah hujan semakin berkurang dari derajat.
pusat ke arah luar. Dari hujan lebat curah Ketika badai memasuki perairan Laut Cina
hujan berkurang secara bertahap menjadi Selatan di lintang kurang dari 4 derajat
19

intensitasnya menurun dengan kecepatan menurun secara bertahap. Curah hujan pada
angin maksimum 25 knots pada tahap depresi sistem depresi hanya menyebar sejauh 2
tropis. terjadi hujan sangat ringan hingga derajat dari pusat. Namun penyebaran awan
hujan lebat di beberapa titik di sistem depresi. terjadi hingga jauh di luar sistem perawanan
Curah hujan teratur dari pusat depresi ke arah utama.
luar, semakin menjauhi pusat curah hujan ikut

Gambar 18 Track Badai Tropis Anika/02S di Samudera Hindia bagian Selatan


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).

(1) (2)

(3)
Gambar 19 Curah hujan Badai Tropis Anika (1) tanggal 18 November 2008_ 00Z , (2) tanggal 20
November 2008_00Z, (3) tanggal 21 November 2008_00Z
Sumber: Pengolahan Data.
20

Badai Tropis Anika selama yang cukup besar dari badai. Hujan ringan
perkembangannya mencapai kecepatan angin hingga hujan lebat banyak terjadi di berbagai
maksimum 60 knots dengan kategori sedang. wilayah baik daratan maupun lautan
Awal pembentukanya dengan skala depresi Indonesia, pengaruh badai ini bahkan dapat
tropis di lintang sekitar 8o LS Samudera mencapai lintang 12 derajat dari pusat badai.
Hindia di dekat Pantai Barat Sumatera dengan Meskipun diameter sistem badai hanya
intensitas lemah, kecepatan angin hanya berkisar antara 4 – 5 derajat.
sebesar 20 knots tanggal 18 November 2008. Pada tahap depresi curah hujan lebat
depresi tropis bergerak ke arah Tenggara dan memusat beberapa grid di pusat depresi. Di
berkembang menjadi Badai Tropis dengan luar area hujan lebat terdapat sebaran curah
kecepatan angin maksimum 35 knots tanggal hujan normal mengelilingi pusat depresi,
19 November dan 20 November. Badai terus kemudian curah hujan semakin menurun
bergerak ke arah Tenggara di sebelah Selatan menjadi curah hujan ringan dan sangat ringan
Jawa hingga tanggal 21 November melemah semakin jauh dari pusat depresi. Curah hujan
menjadi depresi tropis dan kemudian lenyap. masih menyebar cukup jauh dari pusat
Depresi tropis tanggal 18 November jam depresi, sampai radius 7 derajat.
00Z memiliki sebaran curah hujan dengan Siklon tropis kategori sedang lainnya
skala sangat ringan dan hujan ringan. Kadang adalah Badai Tropis Bijli yang terjadi dalam
hujan lebat terjadi di beberapa grid. Hujan selang waktu 4 hari dari tanggal 14 April
merata bervariasi sepanjang sistem depresi sampai 18 April 2009 dengan kecepatan angin
dan menyebar sampai radius 6 – 7 derajat. maksimum 50 knots. Pada awal
Curah hujan paling tinggi berada di sekitar pembentukannya Depresi Tropis Bijli terjadi
pusat depresi dengan skala hujan lebat 10 di Teluk Benggala tanggal 14 April 2009.
sampai 12 mm/jam. Sebagian Pulau Sumatera Hingga tanggal 15 April masih bertahan di
dan Jawa mendapat pengaruh hujan normal, tahap depresi, tanggal 16 April depresi
hampir seluruh perairan Selat Sunda kemudian berkembang menjadi badai tropis.
menerima rata-rata hujan normal hingga lebat. Badai dengan keceatan angin tertinggi sebesar
Pada tahap badai, area di dekat pusat badai 50 knots terjadi tanggal 17 April. Badai terus
merupakan daerah dengan curah hujan tinggi. bergerak ke arah utara karena efek coriolis
Rata-rata dekat pusat badai adalah hujan menggerakkan badai ke arah lintang tinggi
berskala lebat dengan intensitas yang kadang menuju ke kutub utara (badai di belahan bumi
seragam pada beberapa grid. Curah hujan utara). Badai lalu melemah dengan kecepatan
berkurang dari hujan lebat ke hujan normal angin makksimum 40 knots tanggal 18 April.
semakin jauh dari pusat siklon dan terus Badai Tropis Bijli kemudian kehilangan
berkurang ke skala hujan ringan hingga sangat sumber energi termalnya dan langsung lenyap
ringan. Curah hujan di Jawa dan Sumatera ketika mencapai daratan tanpa terlebih dulu
masih mendapatkan pengaruh curah hujan melewati tahap depresi.

Gambar 20 Track Badai Tropis Bijli/01B di Teluk Benggala


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
21

(1) (2)
Gambar 21 Curah hujan Badai Tropis Bijli (1) tanggal 14 April 2009_03Z, (2) tanggal 17 April
2009_00Z
Sumber: Pengolahan Data.

Tahap depresi (pembentukan) badai tropis pusat siklon. Seperti distribusi curah hujan
Bijli berpusat di sebelah utara Sumatera, badai pada umumnya curah hujan kemudian
kecepatan angin maksimum depresi mencapai menurun secara bertahap ke arah luar
25 knots dengan curah hujan lebat terjadi pada menjauhi pusat badai. Badai Tropis Bijli tidak
pusat depresi. Curah hujan tertinggi sebesar memberikan dampak curah hujan di wilayah
16,43 mm/jam. Seperti pada sistem depresi Indonesia karena pergerakan badai sudah
lain curah hujan berkurang semakin menjauhi semakin menjauhi wilayah Indonesia sejak
pusat. Curah hujan normal masih terjadi memasuki tahap badai. Selain itu radius
sejauh 2 hingga 3 derajat, kemudian curah sebaran curah hujan tergolong sempit, tidak
hujan berkurang lagi menjadi hujan ringan lebih dari 4 derajat.
hingga sangat ringan semakin jauh dari pusat
siklon. Di Selat Malaka terjadi hujan normal 4.2.3 Curah Hujan Siklon Kategori Lemah
dan ringan sebagai dampak dari depresi ini. Siklon Tropis kategori lemah di ketiga
Badai tanggal 17 April jam 00Z mencapai wilayah kajian yang terjadi paling dekat
kecepatan angin 50 knots, hujan sangat ringan dengan Indonesia yaitu Depresi Tropis 18W di
hingga sangat lebat terdapat dalam sistem Pasifik Barat, Badai Tropis Gabrielle di Hndia
badai (Gambar (2)). Hujan sangat lebat di atas Selatan, dan Badai Tropis 05B di Teluk
20 mm/jam terjadi di beberapa grid dekat Benggala.

Gambar 22 Track Depresi Tropis 18W di Samudera Pasifik sebelah Barat


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
22

(1) (2)
Gambar 23 Curah hujan Depresi Tropis 18W (1) tanggal 27 September 2009_00Z, (2) tanggal 30
September 2009_00Z
Sumber: Pengolahan Data.

Depresi tropis (Topical Depression) 18W Banda dilanda hujan ringan sampai hujan
merupakan siklon skala lemah yang terjadi di lebat.
sebelah Utara Papua Nugini yang terjadi Depresi pelenyapan tanggal 30 September
selama masa 5 hari dari tanggal 26-30 jam 00Z memiliki kecepatan angin maksimum
september 2009. Selama masa pertumbuhan di sistem depresi sebesar 20 knots dengan
hingga pelenyapannya dalam selang waktu 4 curah hujan lebat berkumpul di pusat depresi
hari, siklon ini hanya mencapai tahap depresi (Gambar (2)). Curah hujan pada sistem
tropis dengan kecepatan angin maksimum 30 perawanan utama terlihat teratur dalam artian
knots. Gambar (1) merupakan sebaran curah curah hujan semakin berkurang semakin
hujan saat depresi pembentukan dengan menjauhi pusat depresi, area di luar hujan
kecepatan angin 20 knots tanggal 27 lebat merupakan area dengan hujan normal
September jam 00Z. Sebagian besar hujan dan hujan ringan. Curah hujan tertinggi adalah
yang terjadi adalah hujan ringan dan normal di sebesar 16.4 mm/jam di pusat depresi. Hujan
pusat depresi. Hujan lebat juga terjadi, namun lebat terjadi lagi di beberapa grid sekitar
hanya di beberapa grid dan paling tinggi radius 2 derajat dari pusat sistem perawanan
sebesar 12,12 mm/jam. Curah hujan menyebar utama. Namun kebanyakan yang terjadi
dan tidak merata sejauh lebih dari 8 derajat. adalah hujan normal hingga hujan ringan
Wilayah Indonesia yang terkena dampak sampai radius belasan derajat. Diameter
adalah wilayah Papua dengan curah hujan sistem perawanan utama tergolong kecil
ringan hingga hujan lebat di sebagian namun penyebaran hujan oleh pemencaran
wilayahnya, Laut Arafuru, Sulawesi, dan Laut awan sangat luas.

Gambar 24 Track Badai Tropis Gabrielle/17S di Samudera Hindia bagian Selatan


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).
23

(1) (2)

(4)
Gambar 25 Curah hujan Badai Tropis Gabrielle (1) tanggal 01 Maret 2009_00Z, (2) tanggal 02
Maret 2009_00Z, (3) tanggal 05 Maret 2009_18Z
Sumber: Pengolahan Data.

Badai Tropis Gabrielle termasuk kategori mm/jam, terus berkurang secara teratur
lemah dengan kecepatan angin maksimum 35 dengan intensitas 10 sampai 14 mm/jam.
knots. Badai Tropis Gabrielle terjadi di Semakin jauh dari pusat depresi CH menurun
Samudera Hindia tepatnya dekat Selat Sunda hingga hujan kategori sangat ringan. Selat
dan bergerak ke bagian Selatan Pulau Jawa. Sunda, Sumatera bagian selatan, Jabodetabek,
Tanggal 1 Maret 2009 Depresi pertama kali Laut Jawa, dan Jawa terkena dampak
muncul dengan kecepatan angin 30 knots. pemencaran awan hujan berupa hujan sangat
Depresi menguat pada tanggal 2 Maret ringan dan hujan ringan. Sedangkan hujan
menjadi Badai Tropis dengan kecepatan angin ringan hingga lebat melanda kawasan Bali dan
maksimum 35 knots. Badai Tropis bergerak Nusa Tenggara. Sebaran curah hujan dari
ke arah Timur melemah menjadi depresi sistem depresi mencapai radius 9 derajat.
dengan kecepatan angin 30 knots namun Pada Gambar (2) terlihat curah hujan
menguat menjadi badai tropis kembali tanggal tahap badai dengan area hujan sangat lebat
4 Maret dengan kecepatan angin 35 knots. memusat di pusat badai dan dikelilingi oleh
tanggal 5 Maret Badai terus melemah menjadi area hujan lebat yang intensitasnya lebih
Deprsi Tropis dan bergerak menjauhi Pulau rendah. Kemudian curah hujan semakin
Jawa hingga lenyap dengan kecepatan angin menurun semakin menjauhi pusat badai ke
20 knots. hujan skala normal, ringan, hingga sangat
Curah hujan saat depresi (Gambar (1)) ringan. Intensitas curah hujan tertinggi dalam
hujan sangat lebat dengan intensitas mencapai sistem badai sebesar 54,32 mm/jam. Curah
lebih dari 30 mm/jam menyebar dengan hujan dalam sistem badai mencapai radius 8
ketebalan horizontal sampai lebih dari 1 derajat. Hujan ringan terjadi di daerah
derajat. Untuk kategori depresi curah hujan Jawadan hujan lebat di Laut sebelah Selatan
Badai Tropis Gabrielle termasuk tinggi. Di Pulau Jawa.
luar area hujan lebat intensitas curah hujan Curah hujan tahap depresi pelenyapan
berkurang menjadi hujan lebat 14 sampai 16 (Gambar (4)) relatif rendah dan
24

penyebarannya sempit. Curah hujan yang Dampak dari depresi ini sebagian besar hanya
terjadi berupa hujan skala sangat ringan hujan sangat ringan hingga hujan ringan
hingga hujan sangat lebat di beberapa titik. dengan radius sampai 4 derajat.

Gambar 26 Track Badai Tropis 05B di Teluk Benggala


Sumber: Joint Thypoon Warning Center (JTWC).

(1) (2)

(3)
Gambar 27 Curah hujan Badai Tropis 05B (1) tanggal 28 September 2006_ 00Z, (2) tanggal 29
September 2006 _00Z, (3) tanggal 30 September 2006_00Z
Sumber: Pengolahan Data.
25

Badai tropis 05B termasuk kategori lemah sebelumnya. Tanggal 29 September jam 00Z
dengan kecepatan angin maksimum 35 knots. badai mengenai daratan India dengan
Pada awal pembentukannya tanggal 28 intensitas sebesar 35 knots. Curah hujan
September 2006 Badai Tropis 05B muncul paling tinggi berada di pusat badai dengan
sebagai depresi tropis di Teluk Benggala kategori hujan sangat lebat mencapai 25,41
dengan kecepatan angin 20 knots. Tanggal 29 mm/jam dan belum terdapat mata siklon.
September depresi berkembang mejadi Badai Hujan lebat berpilin disekitar area hujan
Tropis, intensitas badai meningkat dengan sangat lebat dan semakin rendah semakin
kecepatan angin maksimum mencapai 35 menjauhi pusat badai. Curah hujan ringan
knots. Badai Tropis 05B tidak bertahan lama, hingga normal berpilin pada spiral band hujan
hanya berlangsung selama 3 hari dari sampai sejauh 3 derajat (333 km) dari pusat
pertumbuhan hingga pelenyapannya. Badai badai dan kadang terjadi pula hujan dengan
tropis melemah menjadi depresi tropis tanggal skala lebat. Curah hujan di antara spiral band
30 September 2006 ketika mencapai daratan. hujan memiliki potensi hujan sangat ringan
Gambar (1) merupakan curah hujan pada bahkan tidak terjadi hujan. Curah hujan ringan
pusat depresi (pembentukan) dengan masih terjadi sejauh radius 17 derajat ke arah
kecepatan angin 20 knots. Pada tahap ini selatan dari pusat badai.
curah hujan cenderung tidak teratur dan Pada saat tahap depresi (pelenyapan)
menyebar, namun secara umum curah hujan kecepatan angin menurun menjadi 25 knots.
lebat terdapat pada area pusat depresi dan Hujan yang terjadi pada sistem depresi dari
berkurang semakin jauh dari pusat. Sebagian hujan sangat ringan hingga hujan lebat. Hujan
besar hujan yang terjadi adalah hujan ringan lebat terjadi pada pusat depresi dengan
hingga normal. Hujan ringan menyebar intensitas 10 sampai 15 mm/jam. Di sekitar
hingga lebih dari 13 derajat ke arah selatan area hujan lebat dikelilingi oleh hujan normal
hingga sebagian wilayah perairan barat dan terus berkurang ke arah luar. Hujan ringan
Sumatera dan Selat Malaka. Pencaran awan terjadi sampai sejauh 3 derajat dari pusat.
hujan dari sistem depresi menyebabkan hujan Tabel (2) dan (3) berikut ini merupakan
ringan di Selat Malaka bagian utara dan hujan karakteristik sebaran curah hujan spasial dan
ringan hingga normal di perairan sebelah barat temporal pada sistem siklon per tahapan hidup
Sumatera bagian utara. siklon secara umum dari karakteristik curah
Curah hujan tahap badai (Gambar (2)) hujan keseluruhan siklon tropis tersebut di
lebih teratur dan berpola dari tahap depresi atas.

Tabel 2 Karakteristik sebaran curah hujan spasial sistem siklon.


Tahapan siklon Distribusi Spasial Curah Hujan Sifat Hujan Radius
( o)
Depresi Tropis Belum teratur dan masih hujan sangat ringan sampai 3
berpencar, curah hujan menurun hujan normal, kadang terjadi sampai
semakin menjauhi pusat siklon hujan lebat dan sangat lebat belasan
pada beberapa depresi, namun derajat
dominan hujan normal
Badai Tropis Teratur dan terpusat, curah hujan hujan sangat ringan hingga 2–8
tertinggi di pusat badai dan hujan lebat, di beberapa badai
menurun secara tertatur dari pusat kadang terjadi hujan sangat
badai ke arah tepi badai. lebat namun secara umum
paling dominan curah hujan
tertinggi dengan skala hujan
lebat.
Siklon Tropis Teratur dan terpusat, curah hujan hujan sangat ringan hingga 6-7
tertinggi di dinding mata siklon hujan sangat lebat. Bahkan
(eye wall) sedangkan bagian mata melebihi 50 mm/jam.
siklon tidak terdapat hujan atau
terjadi hujan dalam skala ringan.
Curah hujan menurun secara
teratur dan bertahap dari dinding
mata siklon ke arah dinding
terluar siklon
Sumber: Pengolahan Data.
26

Tabel 3 Karakteristik sebaran curah hujan temporal sistem siklon.


Curah Hujan Distribusi Curah Radius Curah Hujan
Tahapan siklon Hujan
Depresi tropis Lebih Rendah Tidak teratur Menyebar
(pembentukan)
Badai tropis (pembentukan) Meningkat Teratur Mulai menyempit
Siklon tropis Meningkat Sangat teratur Menyempit
Badai tropis (pelenyapan) Menurun Teratur Menyebar
Depresi tropis (pelenyapan) Menurun Tidak teratur Menyebar
Sumber: Pengolahan Data.

Sebaran spasial curah hujan pada tiap terdapat hujan atau hujan dengan intensitas
tahapan siklon memiliki variasi dan dampak sangat ringan. Sama seperti tahap badai curah
curah hujan yang berbeda. Rata-rata siklon hujan semakin berkurang secara teratur dari
kategori lemah (depresi) curah hujannya dinding pusat badai ke arah dinding tepi
memiliki distribusi spasial yang belum teratur siklon. Curah hujan berpilin pada area spiral
dan masih bepencar. Hujan menyebar hingga band hujan, sedangkan daerah di antara spiral
radius yang cukup jauh dari pusat depresi, band hujan merupakan daerah bebas awan dan
bahkan kadang mencapai belasan derajat tanpa hujan atau dengan hujan skala sangat
akibat pemencaran awan yang terpisah-pisah ringan hingga hujan ringan. Hal ini diperkuat
karena belum membentuk pola sistem oleh pernyataan Neiburger (1995), bahwa di
perawanan yang teratur dan berpusat seperti dalam mata tersebut tidak terdapat hujan atau
pada sistem siklon. Hujan yang terjadi dalam awan rendah, awan menengah terpecah-pecah
sistem depresi secara umum berupa hujan atau terpencar-pencar, dan awan sirus serta
skala sangat ringan sampai hujan normal, sirostratus tampak, kadangkala dengan langit
beberapa depresi mengakibatkan hujan lebat cerah sebagian. Mata tersebut dikelilingi oleh
dan sangat lebat namun bukan curah hujan dinding mata, yaitu suatu lingkaran berupa
yang dominan terjadi. awan kumulonimbus yang menjulang; hujan
Distribusi spasial curah hujan sistem lebat jatuh dari awan ini. Jalur awan kumulus
siklon pada tahap badai terlihat lebih teratur dan kumulonimbus disertai hujan berpilin ke
dan diameternya mengecil dibanding saat dalam dari batas tepi badai ke arah dinding
depresi tropis. Karena pada saat badai sistem mata.
perawanan sudah mulai berkumpul dan Karakteristik curah hujan temporal sistem
memusat seperti pada tahap siklon meski siklon tergantung pada kekuatan siklon pada
belum sepenuhnya terbentuk, perbedaan yang setiap perkembangannya. Semakin kuat siklon
paling terlihat adalah belum terbentuk mata tropis pada tahap pembentukan hingga siklon
siklon pada tahap ini. Curah hujan yang dewasa maka curah hujannya semakin
terjadi dari hujan sangat ringan hingga hujan meningkat dan distribusinya semakin teratur,
lebat, kadang terjadi hujan sangat lebat di namun radius penyebaran curah hujan menjadi
beberapa titik dalam sistem badai namun semakin sempit (lihat Tabel 3). Dari tahap
secara umum paling dominan curah hujan depresi dan badai (pembentukan) sampai
tertinggi dengan skala hujan lebat. Curah pada tahap siklon dewasa curah hujan
hujan tertinggi berkumpul pada area sekitar semakin meningkat dan teratur. Curah hujan
pusat siklon dan menurun secara teratur akan kembali menurun saat memasuki tahap
semakin menjauhi pusat badai ke arah dinding depresi dan badai (pelenyapan).
terluar dari sistem badai. Curah hujan terjadi Pada tahap siklon diameter beberapa
di area spiral band hujan, sedangkan area di siklon kadang lebih besar dibandingkan
antara spiral hujan tidak terjadi hujan atau diameter sistem awan tahap badai dan depresi
hanya terjadi hujan ringan dan sangat ringan. namun pemencaran awan yang membawa
Dari ketiga tahap hidup siklon, tahap curah hujan relatif lebih sedikit jika
siklon dewasa memiliki dampak curah hujan dibadingkan tahap depresi dan badai sehingga
yang paling signifikan. Hujan yang terjadi pada beberapa kasus radius penyebarannya
dalam sistem siklon dari hujan sangat ringan lebih sempit. Hal ini disebabkan oleh awan di
hingga hujan sangat lebat. Distribusi curah sekitar area pembentukan tertarik ke dalam
hujan teratur dengan intensitas hujan sangat sistem siklon sehingga daerah di sekeliling
tinggi berada pada dinding mata siklon, sistem siklon cenderung bebas awan dan
sedangkan bagian mata siklon cenderung tidak
27

hujan kecuali pada area ekor siklon atau spiral pembentukan siklon baik di wilayah Pasifik
band hujan. Barat, Hindia Selatan dan Teluk Benggala,
karena pada tahapan lanjutan siklon
4.3 Dampak Curah Hujan Siklon Tropis cenderung bergerak menjauhi wilayah
Tabel 4 di bawah merupakan dampak Indonesia ke arah lintang tinggi. Selain itu
curah hujan siklon yang terjadi di Pasifik radius penyebaran hujan tahap depresi relatif
sebelah Barat, Samudera Hindia bagian lebih jauh jika dibandingkan saat siklon
Selatan, dan Teluk Benggala terhadap dewasa. Wilayah Indonesia biasanya terkena
beberapa wilayah di Indonesia. dampak curah hujan dari ekor siklon (tahap
Kebanyakan wilayah Indonesia terkena badai dan siklon) atau dari pemencaran awan
dampak curah hujan pada saat awal (tahap depresi).
Tabel 4 Dampak curah hujan siklon tropis di wilayah Indonesia.
Nama Siklon Wilayah Dampak curah hujan terhadap wilayah Indonesia
Thypoon Kaemi Pasifik Barat Tahap siklon: Hujan sangat ringan hingga sangat lebat di
Papua (maks 17,28 mm/jam), Laut Banda (maks 23,58
mm/jam), Laut Celebes (maks 5,42 mm/jam), dan Laut
Maluku (maks 7,68 mm/jam).
Tahap badai (pelenyapan): Hujan sangat ringan hingga hujan
ringan di sebagian wilayah Kalimantan (maks 3,49 mm/jam).
Siklon Tropis Hindia Selatan Tahap depresi (pembentukan): Hujan sangat ringan hingga
Ilsa hujan normal di Bali dan Nusa Tenggara (maks 7,75
mm/jam), Laut Sawu (maks 1,8 mm/jam), Laut Flores (1,71
mm/jam), Perairan Arafuru (maks 9,22 mm/jam), dan
sebagian perairan Selatan Pulau Jawa (4,71 mm/jam).
Tahap badai (pembentukan): Hujan normal hingga hujan lebat
di sepanjang Perairan selatan Jawa (maks 13,59 mm/jam).
Tahap siklon: Hujan ringan hingga normal di sebagian Pulau
Jawa sampai Laut Jawa (maks 4 mm/jam). Hujan normal di
sebagian Sumatera (maks 7,78 mm/jam), dan hujan sangat
lebat mencapai 25,24 mm/jam di Selat Sunda.
Siklon Tropis Teluk Tahap depresi (pembentukan): Hujan sangat ringan hingga
Sidr Benggala lebat di Sumatera bagian utara (maks 17,32 mm/jam).
Badai tropis Pasifik Barat Tahap depresi (pembentukan): Hujan ringan di Laut Celebes
01W (maks 1,74 mm/jam), hujan sangat ringan hingga lebat di Laut
Maluku (maks 15,19 mm/jam), hujan sangat ringan hingga
hujan normal di Papua (maks 8,16 mm/jam).
Badai tropis Hindia Selatan Tahap depresi (pembentukan): Hujan normal – lebat di
Anika sebagian Sumatera dan Jawa dan hampir seluruh perairan
Selat Sunda (maks 14,69 mm/jam).
Tahap badai: Hujan ringan – normal di Jawa bagian Tengah
(maks 6,73 mm/jam).
Badai tropis Bijli Teluk Tahap depresi (pembentukan): Hujan ringan hingga normal di
Benggala beberapa titik di Selat Malaka (maks 8,38 mm/jam).
Depresi tropis Pasifik Barat Tahap depresi (pembentukan): Hujan sangat ringan hingga
18W lebat di Wilayah Papua, Laut Arafuru, dan Laut Banda (maks
13,32 mm/jam).
Badai tropis Hindia Selatan Tahap depresi (pembentukan): hujan sangat ringan dan hujan
Gabrielle ringan Selat Sunda dan Sumatera bagian selatan (maks 1,11
mm/jam), Jabodetabek (maks 4,75 mm/jam), Sedangkan
hujan ringan hingga lebat melanda kawasan Bali dan Nusa
Tenggara (maks 20,33 mm/jam).
Tahap badai: Hujan maksimum 20,43mm/jam di Laut
sebelah selatan Jawa dan Nusa Tenggara.
Badai tropis 05B Teluk Tahap depresi (pembentukan): hujan ringan di Selat Malaka
Benggala bagian utara (maks 2,86 mm/jam) dan hujan ringan hingga
normal di perairan sebelah barat Sumatera bagian utara (maks
3,75 mm/jam).
Sumber: Pengolahan Data.

You might also like