Professional Documents
Culture Documents
Pengertian mobilisasi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas
(kosier, 1989).
Gaya hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya.
Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat .
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya;
seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak
kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan
berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang
remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 macam persendian yaitu sendi yang dapat digeragan
(diartrosis) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
Toleransi aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan
kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miokard atau pada klien dengan immobilisasi
yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan
mobilisasi, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain :
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai
sistim antara lain :
Masalah muskuloskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang
dan kerusakan kulit.
Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran ,infeksi saluran kemih dan inkontinensia
urine.
Masalah gastrointestinal
Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan
asam basa (CO2 O2).
Masalah Kardiovaskuler
PENGATURAN POSISI
Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan
perawatan,dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan perawatan dan pemberian
obat,menghindari terjadinya pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh
tertentu.Pengaturan posisi antara lain adalah :
Posisi Fowler
Posisi setengah duduk atau duduk, bagian kepala tempat tidur lebih tinggi ataudinaikkan.
Untuk fowler (45-90°) dan semifowler(15°-45°). Dilakukan untuk
mempertahankankenyamanan, memfasilitasi fungsi pernapasan, dan untuk pasien pasca
bedah.
Cara Pelaksanaan :
a. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b. Dudukkan pasien
c. Berikan sandaran pada tempat tidur pasien atau atur tempat tidur, untuk posisi untuk fowler
( 90°) dan Semi fowler ( 30 - 45° ).
d. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.
Posisi Sim
Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk memberi kenyamanan dan
untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rektum atau pemberian huknah atau obat-obatan
lain melalui anus.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien dalam keadaan berbaring. Kemudian apabila dimiringkan kekiri dengan posisi
badansetengah telungkup, maka lutut kaki kiri diluruskan serta paha kanan ditekuk diarahkan
kedada. Tangan kiri di belakang punggung dan tangan kanan didepan kepala.
c. Bila pasien miring kekanan, posisi bdan setengah telungkup dan kaki kanan lurus,sedangkan
lutut dan paha kiri ditekuk dan diarahkan ke dada. Tangan kanan dibelakang punggung dan
tangan kiri didepan kepala.
Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada bagian
kaki. Dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada
pasien yang dipasang skin traksi pada kakinya.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien dalam keadaan berbaring terlentang. Letakkan bantal di antara kepala dan ujung tempat
tidur pasien, serta berikan bantal dibawah lipatan lutut
c.Pada bagian kaki tempat tidur, berikan balok penopang atau atur tempat tidur secara khusus
dengan meninggikan bagian kaki pasien.
Posisi Litotomi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian
perut. Dilakukan untuk memeriksa genetalia pada proses persalinan, dan memasang alat
kontrasepsi.
Cara Pelaksanaan :
a.Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
b.Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, angkat kedua paha dan tarik ke arah perut.
c.Tungkai bawah membentuk sudut 90° terhadap paha.
d.Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi litotomi
e.Pasang selimut
Indikasi :
1. Penderita yang mengalami kelumpuhan baik hemiplegi maupun para plegi
2. Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi
3. Penderita yang mengalami pengobatan (immobilisasi)
4. Penderita yang mengalami penurunan kesadaran
Persiapan :
1. Berikan penjelasan kepada klien maksud dan tujuan di lakukan tindakan mobilisasi ke
posisi
lateral.
2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan untuk membatasi penyebaran kuman
3. Pindahkan segala rintangan sehingga perawat leluasa bergerak.
4. Siapkan peralatan yang di perlukan.
5. Yakinkan bahwa klien cukup hangat dan privasi terlindungi.
Saran – saran atau hal – hal yang harus di perhatikan :
1. Perawat harus mengetahui teknik mobilisasi yang benar
2. Bila klien terlalu berat pastikan mencari pertolongan
3. Tanyakan kepada dokter tentang indikasi dan kebiasaan dilakukannya mobilisasi
Persiapan alat :
1. Satu bantal penopang lengan
2. Satu bantal penopang tungkai
3. Bantal penopang tubuh bagian belakang
Cara kerja :
1. Angkat / singkirkan rail pembatas tempat tidur pada sisi di mana perawat akan melakukan
mobilisasi
2. Pastikan posisi pasien pada bagian tengah tempat tidur, posisi supinasi lebih mudah bila di
lakukan mobilisasi lateral
3. Perawat mengambil posisi sebagai berikut :
a) Perawat mengambil posisi sedekat mungkin menghadap klien di samping tempat tidur
lurus
pada bagian abdomen klien sesuai arah posisi lateral (misalnya; mau memiringkan kekanan
,maka perawat ada di samping kanan klien
b) Kepala tegak dagu di tarik ke belakang untuk mempertahankan punggung pada posisi
tegak.
c) Posisi pinggang tegak untuk melindungi sendi dan ligamen.
d) Lebarkan jarak kedua kaki untuk menjaga kestabilan saat menarik tubuh klien
e) Lutut dan pinggul tertekuk / fleksi
4. Kemudian letakan tangan kanan lurus di samping tubuh klien untuk mencegah klien
terguling
saat di tarik ke posisi lateral (sebagai penyangga).
5. Kemudian letakan tangan kiri klien menyilang pada dadanya dan tungkai kiri menyilang
diatas
tungkai kanan dengan tujuan agar memberikan kekuatan sat di dorong.
6. Kemudian kencangkan otot gluteus dan abdomen serta kaki fleksi bersiap untuk
melakukan
tarikan terhadap tubuh klien yakinkan menggunakan otot terpanjang dan terkuat pada
tungkai
dengan tujuan mencegah trauma dan menjaga kestabilan.
7. Letakan tangan kanan perawat pada pangkal paha klien dan tangan kiri di letakan pada
bahu
klien.
9. Kemudian atur posisi klien dengan memberikan ganjaran bantal pada bagian yang penting
sebagai berikut :
a) Tubuh klien berada di sampingdan kedua lengan berada di bagian depan tubuh dengan
posisi fleksi, berat badan klien tertumpu pada bagian skakula dan illeum. Berikan bantal
pada bagian kepala agar tidak terjadi abduksi dan adduksi ada sendi leher.
b) Kemudian berikan bantal sebagai ganjalan antara kedua lengan dan dada untuk mencegah
keletihan otot dada dan terjadinya lateral fleksi serta untuk mencegah / membatasi fungsi
internal rotasi dan abduksi pada bahu dan lengan atas.
10. Berikan ganjalan bantal pada bagian belakang tubuh klien bila di perlukan untuk
memberikan
posisi yang tepat
11. Rapikan pakayan dan linen klien serta bereskan alat yang tidak di gunakan.