Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
rangka menjaga stabilitas sosial dan ekonomi masyarakat serta memajukan
perkembangan ekonomi masyarakat.
Seperti kita ketahui bahwa dijalur Lunyuk aktivitas harian kendaraan sangat
tinggi sehingga sudah sangat penting untuk mendapatkan penangganan yang serius
agar senantiasa dapat berfungsi untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas barang
dan penumpang dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi masyarakat.
Dalam rangka penanggulangan kerusakan jalan dijalur lunyuk diatas, maka
perlu dilakukan kegiatan Pembangunan Jalan Jalur Lintas Sumbawa – Lunyuk yang
diprogram secara sistematis dan terstruktur. Kegiatan ini harus diprogram dengan
baik dan merata karena ada banyak ruas jalan yang membutuhkan penangganan dan
lokasinya yang melintasi semua Desa di Pulau Sumbawa, dengan dana APBN
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) yang terbatas, maka penetapan
prioritas ruas – ruas yang akan ditanggulangi harus dilakukan dengan cermat dan
cepat.
2
5) Dibutuhkan skill dan kecermatan selama PKL, agar bisa mempelajari ilmu –
ilmu dalam dunia kerja.
6) Menambah wawasan tentang ruang lingkup disiplin ilmu teknik sipil dan
bagaimana penerapannya dilapangan secara nyata
7) Dapat membandingkan keadaan yang terjadi dilapangan dengan hasil teori yang
diterima di bangku kuliah.
3
2.1 Gambaran Umum Proyek
PT. Bunga Raya Lestari (BRL) merupakan suatu perusahaan yang secara
mendasar lebih kebagian kontraktor pembangunan jalan raya. Berasal dari Nusa
Tenggara Barat (NTB) BRL lebih khusus untuk pembangunan proyek NTB. Proyek
jalan yang sedang berlangsung terdapat di Sumbawa Besar, terletak di Desa Rate
kilometer 56 dari Kota Sumbawa dengan pekerjaan pelebaran jalan dan
pengaspalan yang akan dikerjakan hingga Lunyuk dan sedang berlangsung.
Pekerjaan meliputi pembersihan lokasi, pemasangan LPA, pemasangan lapisan
pengikat (Binder), dan pemasangan lapisan penutup (Surface).
1) Pekerjaan Umum
a. Mobilisasi
b. Pemeliharaan dan pengaturan lalu – lintas
4
2) Pekerjaan Drainase
a. Galian untuk Drainase selokan dan saluran air
b. Pasangan batu dan Mortar
c. Gorong – gorong pipa Beton Bertulang ∅ Dalam 50 – 75 cm
3) Pekerjaan Tanah
a. Galian Biasa
b. Galian batu
c. Penyiapan Badan Jalan
d. Penghamparan Material LPA ( Lapis Pondasi Atas )
4) Pelebaran Perkerasan dan Bahu Jalan
a. Lapis pondasi Agregat Kelas A
b. Lapis pondasi Agregat Kelas B
c. Lapis resap Pengikat
5) Pekerjaan Perkerasan Aspal
a. Lapis perekat ( Tack coat )
b. Lapis Aus ( AC – WC ) tebal 25 cm
c. Lapis antara ( AC – BC )
6) Pengembalian Kondisi dan Pekerjaan meliputi :
a. Campuran Aspal Panas untuk pekerjaan pelapisan (AC–WC), (AC– BC)
b. Pembersihan dan Pembongkaran aspal lama
c. Pohon
d. Marka Jalan Thermoplastic
e. Rambu Jalan Tunggal dengan Permukaan Pemantul Engineering Grade
f. Patok Pengarah
g. Patok Pengarah / Rambu Pengarah
h. Patok Kilometer
7) Peralatan kerja, meliputi :
a. Dump truck 3 – 4 m3
b. Motor Grader min 100 PK
c. Excavator Caterpillar 330B Hydraulic
d. Bomag Drum Roller
5
e. Kompresor 4000 – 6500 liter / min
f. Mesin Pengaduk Beton 0.3 – 0.6 m3
g. AMP ( Asphalt Mixer Plant ) LB1000 Hot Mix Plant
h. Crusher Plant, ( Extruding & Miling )
8) Personil, meliputi;
a. Pelaksana
b. Kontraktor
c. Konsultan
d. Mandor
e. Pekerja biasa
f. Tukang batu
Direktur
TIMBUL SUGIONO
General
Superintendent
IRFAN
Admin Keuangan SUANDI
Quality Control
AGUS ROSIHAN
ST., SUKARIADI ST.,
Highway
Engineering Pelaksana
SUMARTONO A. WAHAB
6
Site Engineering
FUAT St.,
CI / Quality
Engineering
IWAN SATRIAWAN
c
Surveyor Labroraturium Inspector
HARY IWAN M. BAKRIE
7
Ruang Lingkup Pekerjaan dan keberhasilan suatu pelaksanaan pekerjaan
sangat tergantung pada kecermatan penyusunan Manajemen Biaya yang
direncanakan secara sistematis dan akurasi. Ketepatan waktu pelaksanaan
dapat direalisasikan apabila adanya suatu penyusunan perencanaan yang
cermat, persiapan yang seksama dan koordinasi yang baik.
8
perengkahan Stone Crusher yang menghasilkan beberapa jenis agregat sesuai
dengan ukuran-ukuran yang diingkan.
Dalam pekerjaan konstruksi menurut standart SNI (Standar Nasional
Indonesia) tentang penggunaan agregat yang diproduksi adalah agregat dengan
ukuran 1, ½, ¾ inch, dan abu batu pada umumnya akan disimpan ditempat produksi
lapangan untuk dijadikan stock dan sebagian disimpan pada bin–bin penampang
bahan baku untuk pembuatan aspal beton pada AMP (Asphalt Mixing Plant).
2. Batu 3/4 inch, 3/5 inch, 3/8 inch
Penggunaan batu dengan ukuran per masing – masing inch ini untuk mengikat
lapisan tanah dasar dengan lapisan atas dari proses pembuatan jalan.
3. Abu Batu
Adalah bahan pencampuran untuk aspal yang berasal dari hasil proses
penghancuran bongkahan batu dari stone crusher yang difungsikan untuk
kombinasi bahan aspal. Abu batu memiliki volume yang banyak, dan sangat bagus
sebagai pencampuran aspal.
2.9 Manajemen K3
Sistem K3 adalah bagian bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, penanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan K3.
Kebijakan ini harus melewati proses konsultasi dengan pekerjaan atau wakil
pekerja dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja. Kebijakan ini juga harus
bersifat dinamis, yang dimana sering ditinjau ulang agar selalu sesuai dengan
kondisi yang ada.
Perencanaan yang dibuat efektif dengan sasaran yang jelas sebagai pengerjaan
dari kebijakan K3 ditempat kerja dan indikator kinerja K3. Hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan K3 adalah identifikasi sumber bahaya,
penanggulangan pertama terhadap bahaya, penilaian dan pengendalian resiko serta
hasil tinjauan awal terhadap K3.
BAB III
9
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Gambar 3.1
3.1.2 Metode Pelaksanaan
10
Dalam pengujian metode campuran aspal dengan alat Marshall meliputi:
1. Persiapan benda volume benda uji,
2. Pengujian nilai stabilitas, adalah kemampuan maksimum beton aspal padat
menerima beban sampa terjadi kelelhan plastis
3. Pengujian kelelehan (flow) , dalah besarnya perubahan bentuk plastis dari beton
aspal padat akibat adanya beban sampai batas keruntuhan
4. Perhitungan sifat volumetric dari benda uji.
persiapan benda uji, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Jumlah benda uji yang disiapkan
b. Persiapan agregat yang akan digunakan
c. Penentuan temperature pencampuran dan pemadatan
d. Persiapan campuran beton aspal
e. Pemadatan benda uji
f. Persiapan untuk pengujian marshall
Berikut ini cara pelaksanaan metode Marshall:
1. Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan terdiri dari:
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10,16 dan tinggi 7,62 cm,
lengkap dengan pelat alas dan leher sambung.
b. Mesin penumbuk manual atau otomatis lengkap dengan :
1. Penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata yang berbentuk
silinder, dengan berat 4,536 kg dan tinggi jatuh bebas 45,7 cm.
2. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenis) berukuran
20,32 x 20,32 x 45,72 cm dilapisi dengan pelat baja berukuran 30,48 X
2,54 cm dan dijangkarkan pada lantai beton dikeempat bagian sudutnya.
c. Alat pengeluaran benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah
dipadatkan dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah alat extruder
berdiameter 10 cm.
d. Alat Marshall lengkap dengan kepala penekan (breaking head) berbentuk
lengkung, cincin penguji (proving ring) kapasitas 2500 kg dan atau 5000 kg
11
dilengkapi arloji (dial) tekan dengan ketelitian 0,0025 mm, arloji pengukur
aliran (flow) dengan ketelitian 0,25 mm beserta perlengkapannya.
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu yang mampu memanasi sampai
2000 C (±30 C).
f. Bak rendam (water bath) dilengkapi dengan pengatur suhu mulai 20 - 600 C
(±10).
g. Timbangan yang dilengkapi dengan penggantung benda uji berkapasitas 2 kg
dengan ketelitian 0,1 gram dan timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian
1 gram.
h. Pengukur suhu dari lengan (metal thermometer) berkapasitas 2500C dan
1000Cdengan ketelitian 1% dari kapasitas.
Perlengkapan lain :
1. Panci – panci untuk memanaskan agregat, aspal dan campuran aspal.
2. Sendok pengaduk dan spatula.
3. Kompor atau pemanas (hot plate).
4. Sarung tangan dari asbes, sarung tangan dari karet dan pelindung
pernapasan (masker).
2. Persiapan Benda Uji
Persiapan benda uji meliputi:
a. Keringkan agregat pada suhu 1600 C - 1100 C minimum selama 4 jam,
keluarkan dari alat pengering (oven) dan tunggu sampai beratnya tetap.
b. Pisahkan agregat ke dalam fraksi – fraksi yang dikehendaki dengan cara
penyaringan.
c. Panaskan aspal sampai mencapai tingkat kekentalan (viscositas) yang
disyaratkan baik untuk pekerjaan pencampuran maupun pemadatan.
d. Pencampuran dilakukan sebagai berikut:
1. Untuk setiap benda uji kira – kira 63,5 mm ±1,27mm
2. Panaskan panci pencampuran beserta agregat kira – kira 2800C diatas suhu
pencampuran untuk aspal padat.
3. Tuangkan aspal yang sudah mencapai tingkat kekentalan sebanyak yang
dibutuhkan ke dalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut.
12
e. Pemadatan, dilakukan sebagai berikut:
1. Bersihkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 93,393,30C – 148,90C.
2. Letakan cetakan diatas landasan pemadat tahan dengan pemegang cetakan.
3. Letakan selembar kertas saring atau kertas penghisap yang sudah digunting
menurut ukuran cetakan ke dalam dasar cetakan.
4. Masukan seluruh campuran ke dalam cetakan dan tusuk –tusuk campuran
keras–keras dengan spatula yang dipanaskan sebanyak 15 kali keliling
pinggirannya dan 10 kali dibagian tengahnya.
5. Lakukan pemadatan dengan alat penumbuk sebanyak :
- 75 kali tumbukan untuk lalu lintas berat.
- 50 kali tumbukan untuk lalu lintas sedang.
- 35 kali tumbukan untuk lalu lintas ringan.
Dengan tinggi jatuh 457,2 mm selama pemadatan harus diperhatikan agar
sumbu palu pemadat selalu tegak lurus pada alas cetakan.
f. Pelat alat berikut leher sambung dilepas dari cetakan benda uji, kemudian
cetakan yang berisi benda uji dibalikkan dan pasang kembali pelat atas berikut
leher sambung pada cetakan yang dibalikkan tadi.
g. Terhadap permukaan benda uji yang sudah dibalikkan ini tumbuklah dengan
jumlah tumbukan yang sama.
h. Sesudah pemadatan, lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluaran
benda uji pada permukaan ujung.
i. Kemudian dengan hati – hati keluarkan dan letakan benda uji diatas
permukaan yang rata dan biarkan selama kira – kira 24 jam pada suhu ruang.
j. Bila diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat dipergunakan kipas angin
meja.
3. Persiapan Pengujian
a. Bersihkan benda uji dari kotoran – kotoran yang menempel.
b. Berilah tanda pengenal pada masing – masing benda uji.
c. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm.
d. Timbang benda uji.
13
e. Rendam dalam air kira – kira 24 jam pada suhu ruangan.
f. Timbang dalam air untuk mendapatkan isi.
g. Timbang benda uji dalam kondisi kering permukaan jenuh
h. Bersihkan batang penuntun (guide rod) dan permukaan dalam air kepala
penekan, sehingga kepala penekan yang atas dapat meluncur bebas (bila
dikehendaki kepala penekan direndam bersama – sama benda uji pada suhu
21,1 – 37,80C untuk mengurangi lengketnya benda uji terhadap permukaan
dalam kepala penekan).
4. Perhitungan
Untuk menghitung hasil pengujian, digunakan rumus sebagai berikut :
1. Persen aspal terhadap campuran (%) :
% Aspal terhadap batuan
% Aspal terhadap batuan +100%
× 100%
mempercepat pengerjaan. Sumber material yang didapat berasal dari sungai Malake
dan sungai di sepanjang aliran kawasan tersebut yang terletak di Desa Rate dengan
14
Dalam hal ini, masukan – masukan yang dimaksud antara lain :
1. Berupa asumsi.
2. Urutan pekerjaan.
3. Penggunaan upah.
4. Bahan dan alat.
3.1.5 Permasalahan Pekerjaan dan Solusi
Permasalahan dan solusi yang terjadi dilapangan saat melakukan pekerjaa
adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Cuaca
Pengujian Marshall akan dilakukan jika kondisi cuaca yang cerah dikarenakan
dalam pengambilan material pada Asphalt Mixing Plant (AMP) harus benar –
benar kering dan tidak ada air yang menempel.
2. Bahan Produksi
Proses pengerjaan pengujian Marshall meliputi material yang harus mencukupi
seperti :
a. Agregat Kasar
Terdiri dari batu atau krikil pecah dan campurannya harus sesuai dari batu pecah
krikil dengan krikil alam yang bersih.
b. Agregat Halus
Terdiri dari pasir alam atau batu tersaring dalam kombinasi yang cocok, dan
harus bersih dari gumpalan - gumpalan lempung dan benda – benda lain harus
dibuang.
c. Filler
Terdiri dari debu atau semen, serta harus bebas dari kerikil atau suatu benda yang
harus dibuang. Filler berisi ukuran partikel yang 100% lolos saringan 0,60 mm
dan tidak kurang dari 75% atas berat partikel yang lolos saringan 0,075% mm.
3. Alat Pengerjaan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat kerja antara
lain :
a. Kondisi di lapangan.
b. Biaya, waktu, dan pekerjaan yang tersedia.
15
c. Kemampuan dan kapasitas alat.
d. Kemampuan dan keterampilan pekerja.
e. Luas, tinggi, dan volume pekerjaan.
f. Macam – macam dan jenis pekerjaan dilapangan.
3.1.6 Alternatif Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Alternatif Metode Pelaksanaan Pekerjaan meliputi tahapan – tahapan dari
pelaksanaan pengujian metode Marshall meliputi tahap produksi campuran, tahap
persiapan lapangan, tahap pengangkutan campuran, tahap penghamparan dan tahap
penghamparan di lapangan.
Produksi campuran metode Marshall dilakukan di instalasi pencampuran atau
disebut AMP (Asphalt Mixing Plant) dengan menggunakan spesifikasi yang telah
disyaratkan. Kemudian hasil dari campuran tersebut diangkut menggunakan alat
berat Bulldozer untuk segera dikumpulkan dan dilakukan pengujian di
Laboraturium milik Kontraktor proyek.
Gambar 3.1
16
3.2.2 Metode Pelaksanaan
Metode Pelaksanaan Penghamparan LPA meliputi :
a. Agregat LPA dihampar diatas Lapis Pondasi Bawah (LPB) yang sudah
disiapkan.
b. Agregat harus dihampar dengan tenaga kerja atau dengan alat Motor Grader
sampai agregat bercampur merata dengan batas kelembaban yang optimum.
c. Agregat harus dihampar dengan lapisan yang tidak melebihi ketebalan 20 cm
sehingga kepadatan maksimum yang telah ditetapkan bisa dicapai.
d. Penghamparan akhir sampai ketebalan dan kemiringan yang diperlukan harus
dilaksanakan dengan cadangan kurang lebih 10 % ketebalan untuk pemadatan
bahan LPA. Bahan tersebut harus dipadatkan dengan baik dengan menggunakan
alat pemadat yang sesuai meliputi mesin gilas roda bergetar.
e. Kadar air untuk pemasangan harus dijaga dalam batas 3 % lebih rendah dari
kadar air optimum sampai 1 % lebih tinggi dari kadar optimum. Bahan LPA
harus dipadatkan sampai menghasilkan kepadatan 100 % maksimum kepadatan
kering yang diperlukan.
3.2.3 Sumber Daya Pelaksanaan
Sumber Daya Pelaksanaan untuk penghamparan LPA ini meliputi beberapa
macam seperti berikut :
a. Sebelum melakukan penghamparan LPA harus dibuat permohonan izin dan
diserahkan kepada direkrat untuk disetujui.
b. Permukaan yang akan dilapisi harus dibersihkan dari debu dan kotoran dengan
menggunakan alat Air Compressor.
c. Bahan dasar berupa material yang berasal dari tempat pengumpulan / gudang di
base camp tempat penyimpanan material untuk dilakukan penghamparan
dilapangan.
d.Setelah dilakukan penghamparan LPA, pengerjaan selanjutnya adalah
penyemprotan/penimpahan campuran aspal cair menggunakan Asphalt Sprayer
keatas permukaan yang akan dilapisi.
e. Untuk mengetahui kadar lapis perekat per m3 dilakukan paper test dilokasi
pekerjaan yang akan dilakukan penyemprotan.
17
3.2.4 Perhitungan Analisa Harga Satuan
Perhitungan Analisa Harga Satuan pekerjaan meliputi biaya mobilisasi dan
biaya pekerjaan. Biaya pekerjaan adalah total seluruh volume pekerjaan yang
masing – masing dihubungkan dengan harga satuan pekerjaan setiap mata
pembayaran, termasuk biaya – biaya pajak.
3.2.5 Permasalahan Pekerjaan dan Solusinya
Permasalahan yang terjadi dilapangan saat melakukan pekerjaan adalah
sebagai berikut :
1. Pembatasan Cuaca.
Pengaruh cuaca sangat berpengaruh pada Pengerjaan penghamparan LPA, dan
akan dikerjakan apabila kondisi cuaca kering dan bilamana pekerjaan dalam
keadaan kering juga.
2. Pengendalian Lalu Lintas.
Pengendalian Lalu Lintas akan dilaksanakan oleh kontraktor dan sesuai dengan
syarat – syarat umum kontrak yang disetujui oleh Pengawas Lapangan, serta
dilakukan tindakan – tindakan pencegahan untuk memberi petunjuk dan
pengendalian Lalu Lintas selama pelaksanaan pekerjaan.
Menempatkan rambu – rambu untuk keamanan kerja seperti cone
fiberglass, pita pengaman dan bendera tanda – tanda yang ditempatkan pada lokasi
kerja dan pada jalur lalu lintas kendaraan pada posisi strategis yang mudah dilihat
serta menempatkan petugas pengatur lalu lintas.
Harus dibuat penyediaan untuk pekerjaan yang akan dilaksanakan dengan
separuh lebar perkerasan jalan kecuali disediakan satu pengalihan lapangan yang
sesuai, sehingga dapat disetujui oleh pengawas lapangan.
3. Alat Pengerjaan
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah alat kerja
antara lain :
a. Kondisi lapangan
b. Biaya, waktu, dan pekerjaan yang tersedia
18
c. Kemampuan dan kapasitas alat
d. Kemampuan dan keterampilan pekerja
e. Luas, tinggi, dan volume pekerjaan
f. Macam – macam dan jenis pekerjaan dilapangan
g. Lokasi proyek
3.2.6 Alternatif Metode Pelaksanaan Pekerjaan
Jenis – jenis alat kerja yang digunakan pada pekerjaan penghamparan LPA
antara lain :
1. Excavator
Adalah alat berat yang digunakan untuk pekerjaan galian dan timbunan tanah.
Excavator memiliki lengan (arm) yang dapat berputar sehingga dapat lebih
mudah untuk menggali tanah dengan kedaaman tertentu.
2. Dump Truck
Adalah sebuah truck yang mempunyai bak material yang dapat dinaikkan
sehingga untuk menurunkan material hanya dengan menaikkan bak materialnya
sehingga muatan akan meluncur kebawah. Untuk menaikkan bak dump truck
sudah dilengkapi dengan pompa hidrolik.
3.Water Tank Truck
Digunakan untuk mengangkut air, yang digunakan untuk pekerjaan pemadatan
lapis pondasi agregat kelas A, setelah penghamparan material selesai kemudian
dipadatkan dan disiram air menggunakan water tank truck. dan water tank truck
yang digunakan pada proyek ini memiliki kapasitas penampungan air sebesar
5000 liter.
4. Vibratory Roller
Adalah alat berat untuk pemadat yang menggambungkan atara tekanan dan
getaran. Alat ini mempunyai efesiensi pemadatan yang baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat efek yang ditimbulkan oleh Vibratory Roller adalah gaya dinamis
terhadap tanah cenderung mengisi bagian – bagian kosong yang terdapat diantara
butiran sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang kompak.
5. Motor Grader
19
Adalah alat berat yang berfungsi sebagai perata atau penghamparan yang
biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan tanah. Selain
itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan menebarkan tanah dan
campuran aspal, biasanya alat ini digunakan setelah material telah di drop.
6. Pneumatic Tire Roller.
Adalah alat berat yang terdiri dari atas roda – roda ban karet yang dipompa
(pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda – benda tajam
yang dapat merusak roda. Susunan dari roda – roda muka dan belakang selang –
seling sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan
digilas oleh roda bagian belakangnya.
7. Tandem Roller.
Adalah alat berat penggilas atau pemadat terdiri dari atas berporos 2 (two axle)
dan berporos 3 (tree axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini
umumnya untuk memadatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada
penggilasan aspal beton dan lain – lain.
8. Asphalt Finisher.
Adalah alat berat yang berfungsi untuk menghamparan aspal olahan dari mesin
pengola aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher ini
cukup besar sehingga membutuhkan Trailer untuk mengangkut alat ini ke
medan proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau
disebut dengan Crawler Track dengan Hopper yang tidak beralas. Sedangkan
dibawah Hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar Hopper.
9. Konvesional Tool’s.
Konvesional Tool’s atau alat konvesional adalah peralatan sederhana yang
digunakan untuk membantu pekerjaan yang dilakukan oleh para tukang.
Contohnya seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong
dan lain – lainya.
10. Thermometer
20
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu pada aspal setelah
dilakukan penghamparan dengan suhu 1500 celcius.
11. Asphalt Distributor
Adalah truck yang dilengkapi dengan tangki aspal, pompa, dan batang
penyemprot. Pada proyek ini Asphalt Distributor ini didatangkan langsung dari
pihak kontraktor.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
21
Jalan raya adalah suatu elemen pada transportasi yang dijadikan tempat
kegiatan pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain.
Dalam transportasi jalan terdapat unsur pergerakan, dan secara fisik terjadi
perpindahan tempat berupa barang atau penumpang menggunakan alat untuk
berpindah dari titik A ke titik B. Maka dari itu proyek pekerjaan jalan raya lintas
Sumbawa – Lunyuk sangat penting sebab perkembangan ekonomi didaerah ini
sangat bergantung dengan transportasi, jadi apabila infrastruktur transportasi seperti
jalan raya mengalami kerusakan maka akan ada penghambatan perkembangan
ekonomi dan hal penting lainnya.
4.2 Saran
Kondisi infrastruktur jalan harus di jaga dengan melakukan perawatan –
perawatan yang sesuai dengan peraturan agar tidak terjadinya kerusakan
infrastruktur yang parah sehingga mengakibatkan arus lalu lintas yang tersendat dan
juga pengaruh terhadap ekonomi warga sekitar.
22