Professional Documents
Culture Documents
Gambar 9
Tampak Belitan/kumparan Stator Motor Induksi
Sedangkan desain detail belitan dari motor induksi dapat dilukiskan pada
gambar 10 berikut.
Gambar 10
Diagram Belitan Stator Motor Induksi
Gambar 11
Distribusi Fluksi θ a , θb , θ c
Untuk keadaan t1 , t2 , t3 , t4 menunjukkan fluks resultan yang ditimbulkan oleh
masing-masing kumparan seperti gamabar 11c, d, e dan f.
(a) Pada saat θ = 00 yaitu pada titik 0
3 3
θ1 = 0,θ 2 = − θ m,θ3 = θ m
2 2
0
3 60 3 3
θr = 2 x θ m cos = 3x θm = θm
2 2 2 2
(b) Pada saat t1 atau θ = 600
3 3
θ1 = θ m;θ 2 = − θ m,θ3 = 0
2 2
3 3
θr = 2 x θ mx cos 300 = θ m
2 2
3
Diperoleh fluksi resultan sebesar θ m yang berputar searah jarum jam
2
dengan sudut 600 terhadap point (a) di atas.
θ1 = sin θ
Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b dan c-c masing-masin sebagai
berikut:
θ 2 sin(θ − 1200 )
θ 2 sin( wt − 1200 )
Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat
(θ ) dan waktu (t)
θ (θ , t ) = θ m sin ωt sin θ + θ m sin (ωt − 1200 )sin (θ − 1200 ) + θ m sin (ωt − 2400 )sin (θ − 2400 )
dengan memakai transformasi trigonometri dari:
1
sin α sin β = − cos (α + β ) − cos (α − β )
2
Sehingga diperoleh
1 1
θ (θ , t ) = − θ m c o s (ω t + θ )+ θ m co s(ω t − θ )
2 2
θ m c o s (ω t + θ − 2 4 0 0 ) + θ m c o s (ω t + θ − 2 4 0 0 )
1 1
−
2 2
1 1
+ θ m co s(ω t + θ − 480 0 ) + θ m co s(ω t − θ )
2 2
3
θ (θ , t ) = θ m cos (θ − ωt )
2
ns − nr
S= x100%
ns
i. Bila ns = nr maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak ada yang
mengalir pada kumparan jangkar rotor . Jika kondisi ini terjadi maka hal ini
Kopel tidak pernah dihasilkan atau sama dengan Nol (0).
Sebagaimana prinsip kerja motor induksi tersebut diatas, maka dapat dikatakan
bahwa Motor Induksi sebagai Motor Tak Serempak atau Motor Asinkron.
5. S l i p
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa perbedaan kecepatan atau
perubahan kecepatan motor induksi terutama pada ( nr ) dapat mengakibatkan
berubahnya harga Slip dari 100 % ketika mulai berputar (start) hingga harga Slip
mencapai 0 % atau dengan kata lain bahwa ketika mencapai harga minimal (0%)
atau kondisi motor menjadi ”diam/Berhenti” ( ns = nr ).
Sedangkan hubungan frekwensi dengan harga Slip dapat dilihat pada persamaan
berikut:
Bila dimaksudkan sebagai f1 = Frekwensi Jala-jala pada saat diinput di sisi
Stator,maka dapat diperhitungkan:
120 f1 pns
ns = atau f1 =
p 120
pns ns − nr
Atau f 2 = x
120 ns
ns − nr pns
Karena S = x100% atau f1 = , maka f 2 = Sf1
ns 120
Dengan demikian dapat dikatakan harga S (slip)=100% ketika mulai start dari
kondisi termasuk kondisi frekwensi Stator terhadap Rotor saat mulai start adalah
sama yaitu f 2 = f1 . Sedangka dalam kondisi sedang berputar, kondisi frekwensi
sangat dipengaruhi oleh harga Slip yang terjadi yaitu f 2 = Sf1
Tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi Frekwensi,
maka harganya juga dipengaruhi oleh harga Slip (S) yang terjadi.
1. E2 s = 4, 44 f 2 N 2θ m
E2 s = 4, 44 Sf1 N 2θ m
E2 s = SE2
E2 =tegangan induksi pada saat Start (Diam)
E2s =tegangan induksi pada saat Berputar
X 2 s = 2π f 2 L2 s
2. X 2 s = 2π Sf1 L2 s
X 2 s = SX 2
X 2s = Reaktansi pada saat Rotor Berputar
X 2 = Reaktansi pada saat Start (Diam)
Contoh:
( tunggu part 3)