You are on page 1of 6

Lanjutan MOTOR INDUKSI 3 FASA ( PART 2 )

2.3. Belitan Stator


Belitan stator motor induksi sama persis dengan belitan stator generator
sinkron atau hampir sama dengan belitan gelung pada generator DC.
Pada gambar 9 terlihat bahwa kumparan perkutub per group dipisahkan
oleh suatu isolasi yang cukup kuat.

Gambar 9
Tampak Belitan/kumparan Stator Motor Induksi
Sedangkan desain detail belitan dari motor induksi dapat dilukiskan pada
gambar 10 berikut.

Gambar 10
Diagram Belitan Stator Motor Induksi

Belitan-belitan tersebut terletak dalam 36 alur stator dengan 4 buah kutub


dan dihubungkan secara Bintang.
Hubunagn Segitiga dapat diperoleh dengan menghubungkan terminal-
terminal FA dab SB; FB dengan SC dan FC dengan SA. Pada gambar 11
nampak Stator Motor Induksi yang lengkap dengan belitan diseluruh
permukaan Stator secara merata.
3. Medan Putar
Perputaran rotor induksi disebabkan oleh adanya medan putar (fluks yg berputar)
yang dihasilkan dalam kumparan statornya.
Medan putar yg terjadi apabila kumparan statornya ( 3 fasa ) dihubungkan
dengan jala-jala 3 fase. Hubungan fase stator dapat dilakukan secara hubungan
Bintang maupun Hubungan Segitiga.
Pada gambar 11 berikut ini akan ditampilkan proses terjadinya medan putar dari
a-f. Sebagaimana kumparan a – a ; b – b ; c – c terlihat dibungkan 3 fase dengan
beda fase masing-masing 120° listrik dan dialiri arus sinusoida.
Distribusi fluksi θ a , θb , θ c sebagai fungsi waktu adalah seperti gambar 11 berikut ini.

Gambar 11
Distribusi Fluksi θ a , θb , θ c
Untuk keadaan t1 , t2 , t3 , t4 menunjukkan fluks resultan yang ditimbulkan oleh
masing-masing kumparan seperti gamabar 11c, d, e dan f.
(a) Pada saat θ = 00 yaitu pada titik 0
3 3
θ1 = 0,θ 2 = − θ m,θ3 = θ m
2 2

0
3 60 3 3
θr = 2 x θ m cos = 3x θm = θm
2 2 2 2
(b) Pada saat t1 atau θ = 600
3 3
θ1 = θ m;θ 2 = − θ m,θ3 = 0
2 2

3 3
θr = 2 x θ mx cos 300 = θ m
2 2

3
Diperoleh fluksi resultan sebesar θ m yang berputar searah jarum jam
2
dengan sudut 600 terhadap point (a) di atas.

(c) Pada saat t2 atau θ = 1200


3 3
θ1 = θ m, θ 2 = 0,θ3 = − θ m
2 2
3
Diperoleh θ r = θ m yang berputar 600 terhadap posisi (b)
2

(d) Pada saat t1 atau θ = 1800


3 3
θ1 = 0,θ 2 = θ m, θ 2 = 0,θ3 = − θ m
2 2
3
Diperoleh θ r = θ m yang berputar searah jarum jam dengan sudut 600
2
terhadap posisi (c)
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa:
 Fluksi 3 fasa tersebut mempunyai resultante 1,5 fluksi maksimumnya
dan berputar searah jarum jam
 Kecepatan putaran dari resultante fluks tersebut sesuai dengan rumus
Ns= 60 f / p (f=Frekwensi dan p=pasangan Kutub)
Analisa Matematis:
Misalkan fluks yang dihasilkan oleh kumparan a-a pada saat t dapat dinyatakan
dengan koordinat polar, yaitu:

θ1 = sin θ
Dan fluks yang dihasilkan oleh kumparan b-b dan c-c masing-masin sebagai
berikut:

θ 2 sin(θ − 1200 )
θ 2 sin( wt − 1200 )

Karena amplitudo fluks berubah menurut waktu secara Sinusoida, maka


amplitudo θ1 , θ 2 dan θ3 dapat dituliskan sebagai berikut:
θ1 = θ m sin wt
θ 2 = θ m sin ( wt − 1200 )
θ3 = θ m sin ( wt − 2400 )

Fluks resultan adalah jumlah ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat
(θ ) dan waktu (t)
θ (θ , t ) = θ m sin ωt sin θ + θ m sin (ωt − 1200 )sin (θ − 1200 ) + θ m sin (ωt − 2400 )sin (θ − 2400 )
dengan memakai transformasi trigonometri dari:

1
sin α sin β = − cos (α + β ) − cos (α − β ) 
2

Sehingga diperoleh
1 1
θ (θ , t ) = − θ m c o s (ω t + θ )+ θ m co s(ω t − θ )
2 2
θ m c o s (ω t + θ − 2 4 0 0 ) + θ m c o s (ω t + θ − 2 4 0 0 )
1 1

2 2
1 1
+ θ m co s(ω t + θ − 480 0 ) + θ m co s(ω t − θ )
2 2

Suku kedua, Keempat dan Keenam saling menghapus, maka:

3
θ (θ , t ) = θ m cos (θ − ωt )
2

Dengan perolehan rumus sebagaimana ditampilkan diatas, menyatakan


gelombang berjalan.

4. Prinsip Kerja Motor Induksi


Ada beberapa prinsip kerja motor induksi yang disampaikan secara ringkas
berikut ini.
a. Apabila sumber tegangan 3 fase dipasang pada kumparan medan (stator),
timbullah medan putar dengan kecepatan ns =120 f/p
b. Medan putar Statortersebut akan memotong batang konduktor pada Rotor.
c. Akibatnya pada kumparan Jangkar (Rotor) timbul tegangan induksi (GGL)
sebesar
E2 s = 4, 44 f 2 N 2 (Untuk satu fasa)

Dimana E2s = Tegangan induksi pada saat rotor berputar

d. Karena kumparan jangkar (Rotor) merupakan rangkaian tertutup maka GGL


( E ) akan menghasilkan arus ( I ).
e. Adanya arus (I) di dalam megdan magnet menimbulkan gaya (F) pada rotor.
f. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh Gaya (F) pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, rotor akan berputar searah dengan medan putar Stator.
g. Sebagaimana yang telah dijelaskan pada poin (c) diatas, tegangan induksi
timbul karena memotong batang konduktor (rotor) oleh medan putar stator.
Dengan demikian agar tegangan dapat terinduksi dengan baik, maka
diperlukan adanya perbedaan relatif antara kecepatan medan putar stator ( ns )
terhadap kecepatan putar pada rotor ( nr ).
h. Perbedaan kecepatan putar antara ns pada stator dan nr pada rotordinamakan
SLIP (S) yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini.

ns − nr
S= x100%
ns

i. Bila ns = nr maka tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak ada yang
mengalir pada kumparan jangkar rotor . Jika kondisi ini terjadi maka hal ini
Kopel tidak pernah dihasilkan atau sama dengan Nol (0).

Sebagaimana prinsip kerja motor induksi tersebut diatas, maka dapat dikatakan
bahwa Motor Induksi sebagai Motor Tak Serempak atau Motor Asinkron.

5. S l i p
Sebagaimana telah disampaikan sebelumnya bahwa perbedaan kecepatan atau
perubahan kecepatan motor induksi terutama pada ( nr ) dapat mengakibatkan
berubahnya harga Slip dari 100 % ketika mulai berputar (start) hingga harga Slip
mencapai 0 % atau dengan kata lain bahwa ketika mencapai harga minimal (0%)
atau kondisi motor menjadi ”diam/Berhenti” ( ns = nr ).
Sedangkan hubungan frekwensi dengan harga Slip dapat dilihat pada persamaan
berikut:
Bila dimaksudkan sebagai f1 = Frekwensi Jala-jala pada saat diinput di sisi
Stator,maka dapat diperhitungkan:

120 f1 pns
ns = atau f1 =
p 120

Sedangkan pada kondisi Rotor dapat diperhitungkan:


p (ns − nr )
f2 = dimana f 2 = Frekwensi yang terjadi pada Rotor ketika diberi arus
120

pns ns − nr
Atau f 2 = x
120 ns

ns − nr pns
Karena S = x100% atau f1 = , maka f 2 = Sf1
ns 120

Dengan demikian dapat dikatakan harga S (slip)=100% ketika mulai start dari
kondisi termasuk kondisi frekwensi Stator terhadap Rotor saat mulai start adalah
sama yaitu f 2 = f1 . Sedangka dalam kondisi sedang berputar, kondisi frekwensi
sangat dipengaruhi oleh harga Slip yang terjadi yaitu f 2 = Sf1
Tegangan induksi dan reaktansi kumparan rotor merupakan fungsi Frekwensi,
maka harganya juga dipengaruhi oleh harga Slip (S) yang terjadi.

1. E2 s = 4, 44 f 2 N 2θ m
E2 s = 4, 44 Sf1 N 2θ m
E2 s = SE2
E2 =tegangan induksi pada saat Start (Diam)
E2s =tegangan induksi pada saat Berputar
X 2 s = 2π f 2 L2 s
2. X 2 s = 2π Sf1 L2 s
X 2 s = SX 2
X 2s = Reaktansi pada saat Rotor Berputar
X 2 = Reaktansi pada saat Start (Diam)

Contoh:
( tunggu part 3)

You might also like