Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Jaringan mesenkim atau jaringan lunak terbentuk dari susunan sel. Secara wajar, sel yang
membentuk jaringan tubuh membelah dan tumbuh dengan cepat, apalagi sel-sel yang
membentuk jaringan rahim selama masa anak-anak dan masa pubertas. Setelah dewasa, sel
baru tumbuh, untuk mengganti sel yang rusak akibat trauma, atau penyakit, atau karena sudah
tua. Pembelahan sel dikendalikan oleh gen yang terdapat pada setiap sel. Sebagaimana
diketahui, gen terdiri atas DNA sehingga apabila DNA rusak, kontrol pembelahan sel
terganggu. Kanker jaringan lunak bermula dari satu sel yang tidak normal. Satu sel yang tidak
normal ini menghasilkan jutaan sel, malahan mungkin milyaran sel yang mirip dengan sel
asal yang disebut klon. Sel hasil kloning ini juga berfungsi tidak wajar, malah mengambil
energi dari sel normal dan masih sehat untuk pertumbuhan dan pembelahannya sendiri.
Jutaan sel yang tidak normal tersebut, akan berkelompok dan membentuk tumor.
Pengertian lebih luas, tumor adalah suatu pembengkakan. Kelompok sel-sel yang tidak
normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan, kanker atau jadi apa saja. Apabila tumor
hanya berkembang secara local, meskipun besar, tidak mempunyai kemampuan menyebarke
tempat lain yang jauh letaknya. Ini disebut tumor lunak, dan bukan kanker. Penyebaran tumor
ke tempat berjauhan dari asalnya disebut anak sebar (metastase). Yang paling perlu
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan sel kanker adalah mencegah kontak yang tidak perlu
dengan zat-zat yang bersifat menimbulkan kanker (karsinogen), dan menghidari kontak
dengan sinar X bila tidak perlu sekali. Apalagi pada penderita yang mempunyai riwayat
kanker pada keluarga. Tumor rahim adalah jenis tumor jinak yang berkembang pada rahim
wanita.
Tumor rahim adalah tumor jinak otot dinding rahim yang muncul pada wanita dimasa
reproduksi, Tumor ini sedikit unik karena tidak ditemukan pada wanita yang belum masuk
pubertas, dan hampir tidak ditemukan tumbuh menjadi besar pada wanita yang sudah dalam
usia menopouse. Tumor Rahim banyak menyerang kelompok wanita berusia sekitar 30 tahun.
1.2 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melal
ui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Su
ppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawazat tera
peutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adal
ah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glik
ol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)
Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk
anak. Penyimpanan suppositoria sebaiknya di tempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat.
Bentuknya yang seperti torpedo memberikan keuntungan untuk memudahkan proses masukn
ya obat dalam anus. Bila bagian yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya. (Moh. Anief, 2007)
- Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat disera
p oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan
obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pings
an.
- Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena o
bat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh dara
h.
- Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan p
erubahan obat secara biokimia di dalam hati
2. 3 Macam-Macam Suppositoria
- Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat
rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal
berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang besar masuk
melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya.
- Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat
vagina, berat umumnya 5 g.Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah
Supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk
yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV,
Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur dalam air
seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar
gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin dan 10 bag. air) harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350 C°
- Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung sepe
rti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria sal
uran urin pria bergaris tengah 3 sampai
6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan y
ang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g. Suppositoria untuk sal
uran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm da
n beratnya 2 g, bila oleum cacao sebagai basisnya.
- Suppositoria untuk hidung dan telinga,Suppositoia untuk hidung dan telinga yang dise
but juga kerucut telinga, keduanya berbentuk
sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya
32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang menga
ndung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan tel
inga sekarang jarang digunakan.
2. 4 Teori Sedian
Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan
obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan
lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan.
Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah
kecenderungan beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan
dasar. Yang penting, suppositoria meleleh pada suhu tubuh.
Perkiraan bobot suppositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah
ini. Suppositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada
bobot yang disebutkan dibawah ini.
Suppositoria rektal. Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu
atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.
Suppositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih
kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang
1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi
2. 5
o Tujuan penggunaan (ovula)
Absorpsi sediaan vaginal terjadi secara pasif melalui mukosa. Proses absorpsi
dipengaruhi oleh fisiologi, pH, dan kelarutan dan kontanta partisi obat. Permukaan
vagina dilapisi oleh lapisan film air (aqueous film) yang volume, pH dan
komposisinya dipengaruhi oleh umur, siklus menstruasi, dan lokasi. pH vagina
meningkat secara gradien yaitu pH 4 untuk anterior formix dan pH 5 di dekat
cervix. Pada umumnya ovula digunakan untuk efek lokal. Tapi beberapa
penelitian menunjukkan ada beberapa obat yang dapat berdifusi melalui mukosa
dan masuk dalam peredaran darah. Sebagai contoh, kadar propanolol dalam
plasma untuk sediaan ovula lebih besar dibandingkan dengan rute oral pada dosis
yang sama.(Husa’s, Pharmaceutical Dispensing, hal. 117)
Suppositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar terkendali).
Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak
nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan
esterifikasi, hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan
suhu lebur (misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk ini dapat
dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi terjadinya ketengikan. Selain itu sifat
yang diinginkan seperti interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat
dan jarak lebur juga dapat dirancang umtuk penyesuaian berbagai formulasi dan
keadaan iklim.
Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan
menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih
kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35 derajat.
Kebaikan :
§ dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah
bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.
Keburukan :
§ cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat
menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk
melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.
Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu
badan telah digunakan sebagi bahan dasar suppositoria. Karena pelepasan dari bahan
dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka massalah dalam
pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding massalah yang disebabkan
oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat
memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket
suppositoria polietilen glikol harus tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum
digunakan”, meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus
dikemas dalam wadah tertutup rapat.
- PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik ,
lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh
ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat
dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin
tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat
menghambat pengelepasan obat.
Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat
digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester
asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat
digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain
untuk memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu
keuntungan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-
hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat
atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang menyebabkan penurunan aktivitas
terapetik.
Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi
bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
2. 6 Karasteritik Bahan
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan adalah
lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran
polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).
Tipe basis suppositoria berdasarkan karakteristik fisik yaitu (H. C. Ansel, 1990 hal
376) :
Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari oleum
cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti
minyak palem dan minyak biji kapas.
- Bilangan iod 34 - 38
- Bilangan asam 4
- Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering
terhindar dari cahaya. (Lachman,575)
Bentuk polimorfisa
Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur dengan air
Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan basis
polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam
rektal sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut
dan bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan oleum cacao
sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air karena gliserin
yang higroskopis. Oleh karena itu, saat akan dipakai, suppo harus dibasahi terlebih
dahulu dengan air.
Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi
bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik. Polietilen glikol
tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang
umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan
8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing
polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600
berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata
lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan
bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai
perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk
memperoleh basis suppo dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG
menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada
suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di kulkas dan dapat dalam penggunaan
dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir suppo akan meleleh di tangan (hal
yang umum terjadi pada basis lemak). (Ansel, hal 377)
Basis a) memiliki titik leleh rendah, sehingga membutuhkan tempat dingin untuk
penyimpanan, terutama pada musim panas. Basis ini berguna jika kita ingin
disintegrasi yang cepat. Sedangkan basis b) lebih tahan panas daripada basis a)
sehingga dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Basis ini berguna jika kita ingin
pelepasan zat yang lambat. (Lachman, 578)
Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi
perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini tidak perlu
diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja dalam pengerjaannya,
menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang mempunyai titik lebur lebih
tinggi daripada suhu tubuh.
Suppo dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah rangsangan
pada membran mukosa dan rasa “menyengat”, terutama pada kadar air dalam basis
yang kurang dari 20%. (Ansel hal 377)
Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa
penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis
lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut
lemak.
Keuntungan :
- Zat aktif dapat terdispersi dengan baik dan dapat lepas dari sediaan
- Jika zat aktif larut air gunakan basis lemak dengan kadar air rendah
- Jika zat aktif larut lemak gunakan basis larut air dengan penambahan surfaktan
- Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif bisa dilarutkan dalam pelarutnya atau
dihaluskan dulu
- Zat aktif yang sedikit larut air atau pelarut lain dalam basis dilarutkan dulu dengan
pelarutnya
- Zat aktif yang langsung dicampur basis diayak dulu dengan pengayak mesh 100
Pemilihan Basis
- Inert
- Kontraksi
- Stabilitas
- Pelepasan
- Viskositas
- Pemadatan
- Pelunakan
- Impurities
- Toleransi
- Jarak lebur
- Bilangan iodin
- Indeks hidroksil
PEMBAHASAN
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu t
ubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pem
bawazat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umu
m digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, ca
mpuran polietilen glikol, dan ester asam lemak polietilen glikol, dalam hal ini penulis
akan menjelaskan formulasi Suppositoria untuk penggunaan secara vaginal dan rectal,
formulasi dari zat aktif ketoprofen dan Metronidazol yang biasa digunakan oleh dokter
untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita tumor rahim, formulasi ini bekerja local, dan
membantu mengurangi nyeri dan radang akibat tumor rahim, obat ini termasuk ke dalam
golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)
Formulasi Ketoprofen
- FORMULASI
KETOPROFEN SUPPOSITORIA
- RANCANGAN FORMULA
Tiap 2 gr suppositoria mengandung :
Ketoprofen 100 Mg
Tween 80 2%
Komponen basis ad 2 gr
- Polietilen glikol 1000 96%
- Polietilen glikol 4000 4%
- MASTER FORMULA
Nama Produk :
Jumlah Produk : 10 Suppositoria
Tanggal formula : 13 – 3 - 2012
Tanggal Produksi : 8 – 4 - 2012
Expired Date : 8 – 4 - 2016
NO. Registrasi :
NO. Batch :
Alasan Formulasi
Suppositoria
1. Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, diamana ia akan
melebur, melunak, atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik
(Ansel : 516).
2. Suppositoria dalam sediaan berbentuk silindris atau kerucut, berbasis dan
berbentuk mantap, yang ditetapkan untuk memasukkan ke dalam rektum.
Sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair
(Voight : 281)
.
Keuntungan Suppositoria (Fastrack. Pharmaceutics Dosage Form and Design :
157-156)
1. Bentuk sediaan rektal mungkin bertujuan untuk memberikan efek lokal dalam
pengobatan injeksi dan peradangan, misalnya wasir.
2. Bentuk sediaan rektal untuk digunakan pada sembelit dan luka pada usus
sebelum operasi.
3. Bentuk sediaan rektal digunakan untuk memberikan efek sistemik, dimana
penyerapan obatnya untuk oral dapat mengiritasi lambung, sehingga dibuat
dalam bentuk sediaan rektal.
4. Dapat digunakan oleh pasien yang tidak sadar dan mudah muntah.
5. Dibuat bentuk sediaan rektal karena ada obat yang rentan terhadap degradasi
di perut, obat yang tidak terlarut diserap dalam saluran pencernaan.
6. Obat (agen terapeutik) tidak langsung masuk ke dalam hati.
Kesimpulan :
Oleh karena itu ketoprofen dibuat dalam bentuk suppositoria.
Metode pembuatan
Metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria ketoprofen adalah
metode cetak tuang kerena metode ini paling umum digunakan untul membuat
suppositoria skala kecil dan skala besar (Lachman:180). Metode ini juga
digunakan karena bentuk suppositoria yang dibuat adalah bentuk torpedo.
Dimana alat pencetak suppositoria tersedia dalam cetakan logam yang
berbentuk torpedo (Lachman:180), dan suppositoria yang menggunakan basis
poli etileb glikol dibuat dengan metode percetakan (Lachman:1175).
Dosis Ketoprofen
Dosis ketoprofen adalah 100 Mg (Fater:231).
Indikasi ketoprofen
Untuk mengobati gejala-gejala arthirithis rematoid, ankilosing spondilitis,
guot akut, osteoarhritis (Rapid Review Pharmacology:129).
Farmakologi Ketoprofen
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Rapid Review Pharmacology:129)
Ketoprofen mengakibatkan penghambatan produksi atau sintesis prostaglandin
di dalam sistem pusat untuk mengatur suhu didalam hipotalamus, dan
pengeluaran panas dengan adanya vasodilatasi.
Mekanisme analgesik (Rapid Review Pharmacology:129, Fater:233)
ketoprofen menghambat kinerja dari mediator-mediator inflamasi seperti
leukotrin, prostaglandin, histamin dan protacyclin. Sehingga pasokan darah
yang membawa mediator tersebut menurun. Dengan menurunnya pasokan
darah tersebut, vasodilatasipun menurun dan mengakibatkan tidak adanya lagi
penbengkakan (inflamasi).
I. ALASAN PENAMBAHAN
Penggunaan PEG sebagai basis
1. Basis manapun yang digunakan secara homogen didalamnya, tetapi obat
tersebut harus dapat dilepaskan dengan laju yang dikehendaki pada cairan-
cairan tubuh. Oleh karena itu, kelarutan bahan-bahan aktif dalam air atau
pelarut lainnya harus diketahui jika obat larut dalam air, maka basis lemak
dengan angka air dipilih. Sebaliknya jika obat tersebut sangat mudah larut
dalam lemak, suatu jenis basis tipe air yangditambahkan surfaktan untuk
menambah kelarutan, mungkin merupakan pilihan utama (Lachman:1184).
2. Tidak digunakan basis air seperti gelatin gliserin karena basis ini paling sering
digunakan dalam pembuatan suppositoria vagina (ovula), dimana memang
diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya (Ansel:584)
Penggunaan surfaktan
1. Jika obat tersebut sangat mudah larut dalam lemak, suatu basis tipe air yang
ditambahkan surfaktan untuk menambah kelarutan (Lachman:1184)
2. Surfaktan dapat membantu mendispersikan zat aktif ke dalam basis dengan
menurunkan tegangan antar muka dari zat aktif (Farfis:924).
Uraian Bahan
2. 21 tahun
3. 22 tahun
4. 23 tahun
Cara Pembuatan
Penyiapan cetakan
Pemanasan berlebihan harus dihindari dan basis yang telah dilelehkan dituang
ke dalam cetakan pada suhu sedikit di atas titik pembekuan untuk:
- mencegah kristalisasi basis yang dapat menyebabkan suppositoria retak.
- mencegah presipitasi obat yang tidak larut dalam basis ke ujung
suppositoria dan mencegah patahnya suppositoria.
Suhu pelehan basis oleum cacao 34-35oC, jika dipanaskan melebihi suhu
ini menyebabkan pembentukan bentuk α (tidak stabil), jika dipanaskan
kurang dari suhu ini menyebabkan ol.cacao sulit ditangani dan lengket di
cetakan.
PEG merupakan basis yang sangat stabil pada suhu tinggi, pelelehan
biasanya pada suhu 60oC.
Zat Aktif
Metronidazol
Basis
2:8
Monografi
BM 171,2
Pemerian:
Hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat, tidak berbau, stabil di
udara tetapi lebih gelap bial terpapar oleh cahaya
Kelarutan
sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam air, dalam etanol, dan dalam CH
pH
Stabilitas Metronidazol
Farmakologi Metronidazole
Mekanisme Kerja
Farmakokinetik Metronidazol
Efek Samping
Kontra Indikasi
Interaksi Obat
Dosis
2 Glyserin 2% Emolien
3 PEG1000:PEG6000 2:8 Basis
Keterangan Perhitungan
- Metronidazole : 500mg
- Glycerin = 2% x 3g = 0,06 g ~ 60mg
- PEG 1000 : PEG 6000 = 2:8
- Yang dibuat adalah ovula @ 3g, sehingga basis untuk masing-masing
ovula
- Basis: =3000mg – (500mg + 60mg)
=3000mg – 560mg
=2240mg
- Dengan berat masing-masing PEG sebagai berikut:
o PEG 1000 = x 2240 = 448 mg ~ 0,5 g
o PEG 6000 = x 2240 = 1792 mg ~ 1,8 g
- Dilakukan pada suhu kamar dengan cara memberikan tekanan pada ovula
sesuai dengan air yang diteteskan pada penampung. Pada saat ovula mulai
pecah (terpotong), berat air yang ditampung di catat dan inilah yang disebut
titik patah (Breaking point)
Uji Kekerasan
- ovula yang baik memiliki kekesaran yang besar tetapi tetap meleleh pada suhu
tubuh (37 + 0,
BAB IV
KESIMPULAN
Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melal
ui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Su
ppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawazat tera
peutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adal
ah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glik
ol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)
1. Dengan tangan
Dilakukan dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen
dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris,
kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,
sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa
digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang
dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang
silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.
Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang
dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa
suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.
Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas
uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan
aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam
cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
Evaluasi Sediaan
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur
rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan
mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan
terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik
bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian
diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya
dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.
2. Bentuk
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti
sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira
bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung
karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah
suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai
bentuk torpedo.
Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat
hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set
sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG
1000 waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika
melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan
dalam tubuh. Menggunakan media air dikarenakan sebagian besar tubuh manusia
mengandung cairan.
4. Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah
sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan
mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang
ikut tercampur. Caranya dengan ditimbang saksama 10 suppositoria, satu persatu
kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh
dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10
suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan
yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat
dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat
memberikan efek terapi yang sama pula.
5. Uji titik lebur
Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air
dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati
waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit,
sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.
6. Kerapuhan