You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jaringan mesenkim atau jaringan lunak terbentuk dari susunan sel. Secara wajar, sel yang
membentuk jaringan tubuh membelah dan tumbuh dengan cepat, apalagi sel-sel yang
membentuk jaringan rahim selama masa anak-anak dan masa pubertas. Setelah dewasa, sel
baru tumbuh, untuk mengganti sel yang rusak akibat trauma, atau penyakit, atau karena sudah
tua. Pembelahan sel dikendalikan oleh gen yang terdapat pada setiap sel. Sebagaimana
diketahui, gen terdiri atas DNA sehingga apabila DNA rusak, kontrol pembelahan sel
terganggu. Kanker jaringan lunak bermula dari satu sel yang tidak normal. Satu sel yang tidak
normal ini menghasilkan jutaan sel, malahan mungkin milyaran sel yang mirip dengan sel
asal yang disebut klon. Sel hasil kloning ini juga berfungsi tidak wajar, malah mengambil
energi dari sel normal dan masih sehat untuk pertumbuhan dan pembelahannya sendiri.

Jutaan sel yang tidak normal tersebut, akan berkelompok dan membentuk tumor.
Pengertian lebih luas, tumor adalah suatu pembengkakan. Kelompok sel-sel yang tidak
normal ini bisa menimbulkan infeksi, peradangan, kanker atau jadi apa saja. Apabila tumor
hanya berkembang secara local, meskipun besar, tidak mempunyai kemampuan menyebarke
tempat lain yang jauh letaknya. Ini disebut tumor lunak, dan bukan kanker. Penyebaran tumor
ke tempat berjauhan dari asalnya disebut anak sebar (metastase). Yang paling perlu
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan sel kanker adalah mencegah kontak yang tidak perlu
dengan zat-zat yang bersifat menimbulkan kanker (karsinogen), dan menghidari kontak
dengan sinar X bila tidak perlu sekali. Apalagi pada penderita yang mempunyai riwayat
kanker pada keluarga. Tumor rahim adalah jenis tumor jinak yang berkembang pada rahim
wanita.

Tumor rahim adalah tumor jinak otot dinding rahim yang muncul pada wanita dimasa
reproduksi, Tumor ini sedikit unik karena tidak ditemukan pada wanita yang belum masuk
pubertas, dan hampir tidak ditemukan tumbuh menjadi besar pada wanita yang sudah dalam
usia menopouse. Tumor Rahim banyak menyerang kelompok wanita berusia sekitar 30 tahun.

1.2 Manfaat

 Dapat memahami ilmu tentang Suppositoria


 Lebih mengetahui tentang Suppositoria
 Dapat mengetahui cara pembuatan Suppositoria
 Dapat mengetahui komposisi dan sifat Suppositoria
 Lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan Suppositoria
1.3 Tujuan

 Untuk mengetahui cara membuat sediaan suppositoria yang baik.


 Untuk mengetahui sifat fisika pada sediaan suppositoria.
 Untuk mengetahui memilih komposisi bahan pembawa yang cocok
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sediaan suppositoria.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Definisi

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melal
ui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Su
ppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawazat tera
peutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adal
ah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glik
ol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)

Bahan dasar suppositoria mempengaruhi pada pelepasan zat terapeutiknya. Lemak co


klat capat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan dengan cairan tubuh, sehingga m
enghambat difusi obat yang larut dalam lemak pada tempat yang diobati. Polietilen glikol ada
lah bahan dasar yang sesuai dengan beberapa antiseptik, namun bahan dasar ini sangat lambat
larut sehingga menghambat pelepasan zat yang dikandungnya. Bahan pembawa berminyak, s
eperti lemak coklat, jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena membentuk residu yang t
idak dapat diserap. Sedangkan gelatin jarang digunakan dalam penggunaan melalui rektal kar
ena disolusinya lambat. (Depkes RI, 1995).

Bobot suppositoria bila tidak dinyatakan lain adalah 3 gr untuk dewasa dan 2 gr untuk
anak. Penyimpanan suppositoria sebaiknya di tempat yang sejuk dalam wadah tertutup rapat.
Bentuknya yang seperti torpedo memberikan keuntungan untuk memudahkan proses masukn
ya obat dalam anus. Bila bagian yang besar telah masuk dalam anus, maka suppositoria akan
tertarik masuk dengan sendirinya. (Moh. Anief, 2007)

2. 2 Tujuan Sediaan Suppositoria

- Untuk tujuan lokal, seperti pada pengobatan wasir atau hemoroid dan penyakit infeksi
lainnya. Suppositoria juga dapat digunakan untuk tujuan sistemik karena dapat disera
p oleh membrane mukosa dalam rectum. Hal ini dilakukan terutama bila penggunaan
obat per oral tidak memungkinkan seperti pada pasien yang mudah muntah atau pings
an.

- Untuk memperoleh kerja awal yang lebih cepat. Kerja awal akan lebih cepat karena o
bat diserap oleh mukosa rektal dan langsung masuk ke dalam sirkulasi pembuluh dara
h.
- Untuk menghindari perusakan obat oleh enzim di dalam saluran gastrointestinal dan p
erubahan obat secara biokimia di dalam hati

2. 3 Macam-Macam Suppositoria

Macam-macam Suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya :

- Rektal Suppositoria sering disebut Suppositoria saja, bentuk peluru digunakan lewat
rektal atau anus, beratnya menurut FI.ed.IV kurang lebih 2 g. Suppositoria rektal
berbentuk torpedo mempunyai keuntungan, yaitu bila bagian yang besar masuk
melalui jaringan otot penutup dubur, maka Suppositoria akan tertarik masuk dengan
sendirinya.
- Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat
vagina, berat umumnya 5 g.Supositoria kempa atau Supositoria sisipan adalah
Supositoria vaginal yang dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi bentuk
yang sesuai, atau dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak. Menurut FI.ed.IV,
Suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur dalam air
seperti PEG atau gelatin tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar
gelatin tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin dan 10 bag. air) harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350 C°
- Suppositoria untuk saluran urin (uretra)
Suppositoria untuk untuk saluran urin juuga disebut bougie, bentuknya rampiung sepe
rti pensil, gunanya untuk dimasukkan kesaluran urin pria atau wanita. Suppositoria sal
uran urin pria bergaris tengah 3 sampai
6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan y
ang lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao beratnya ± 4 g. Suppositoria untuk sal
uran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm da
n beratnya 2 g, bila oleum cacao sebagai basisnya.
- Suppositoria untuk hidung dan telinga,Suppositoia untuk hidung dan telinga yang dise
but juga kerucut telinga, keduanya berbentuk
sama dengan suppositoria saluran urin hanya ukuran panjangnya lebih kecil, biasanya
32 mm. Suppositoria telinga umumnya diolah dengan suatu basis gelatin yang menga
ndung gliserin. Seperti dinyatakan sebelumnya, suppositoria untuk obat hidung dan tel
inga sekarang jarang digunakan.

2. 4 Teori Sedian

Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai


pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria
yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul, dan ester asam
lemak polietilen glikol.
Bahan dasar suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada pelepasan zat
terapetik. Lemak coklat cepat meleleh pada suhu tubuh dan tidak tercampurkan
dengan cairan tubuh, oleh karena itu menghambat difusi obat yang larut dalam lemak
pada tempat diobati. Polietilen glikol adalah bahan dasar yang sesuai untuk beberapa
antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik, lebih baik menggunakan bentuk
ionik dari pada nonionik, agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum.
Meskipun obat bentuk nonionik dapat dilepas dari bahan dasar yang dapat bercampur
dengan air, seperti gelatin tergliserinasi dan polietilen glikol, bahan dasar ini
cenderung sangat lambat larut sehingga menghambat pelepasan. Bahan pembawa
berminyak seperti lemak coklat jarang digunakan dalam sediaan vagina, karena
membentuk residu yang tidak dapat diserap, Sedangkan gelatin tergliserinasi jarang
digunakan melalui rektal karena disolusinya lambat. Lemak coklat dan penggantinya
(lemak keras) lebih baik untuk menghilangkan iritasi, seperti pada sediaan untuk
hemoroid internal.

 Suppositoria Lemak Coklat

Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan
obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang
dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan
lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan.
Sejumlah zat pengeras yang sesuai dapat ditambahkan untuk mencegah
kecenderungan beberapa obat, (seperti kloralhidrat dan fenol) melunakkan bahan
dasar. Yang penting, suppositoria meleleh pada suhu tubuh.

Perkiraan bobot suppositoria yang dibuat dengan lemak coklat, dijelaskan dibawah
ini. Suppositoria yang dibuat dari bahan dasar lain, bobotnya lebih berat dari pada
bobot yang disebutkan dibawah ini.

Suppositoria rektal. Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu
atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g.

Suppositoria vaginal. Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih
kurang 5 g, dibuat dari zat pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur
dalam air, seperti polietilen glikol atau gelatin tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang
1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi

2. 5
o Tujuan penggunaan (ovula)

Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai antiseptik, kontrasepsi,


anastetik lokal, dan pengobatan penyakit infeksi seperti trichomonal, bakteri dan
monilial
o Absorpsi Vagina

Absorpsi sediaan vaginal terjadi secara pasif melalui mukosa. Proses absorpsi
dipengaruhi oleh fisiologi, pH, dan kelarutan dan kontanta partisi obat. Permukaan
vagina dilapisi oleh lapisan film air (aqueous film) yang volume, pH dan
komposisinya dipengaruhi oleh umur, siklus menstruasi, dan lokasi. pH vagina
meningkat secara gradien yaitu pH 4 untuk anterior formix dan pH 5 di dekat
cervix. Pada umumnya ovula digunakan untuk efek lokal. Tapi beberapa
penelitian menunjukkan ada beberapa obat yang dapat berdifusi melalui mukosa
dan masuk dalam peredaran darah. Sebagai contoh, kadar propanolol dalam
plasma untuk sediaan ovula lebih besar dibandingkan dengan rute oral pada dosis
yang sama.(Husa’s, Pharmaceutical Dispensing, hal. 117)

Suppositoria dengan bahan lemak coklat harus disimpan dalam wadah tertutup
baik, sebaiknya pada suhu dibawah 30 derajat (suhu kamar terkendali).

 Pengganti Lemak Coklat

Suppositoria dengan bahan dasar jenis lemak, dapat dibuat dari berbagai minyak
nabati, seperti minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang dimodifikasi dengan
esterifikasi, hidrogenasi, dan fraksionasi hingga diperoleh berbagai komposisi dan
suhu lebur (misalnya minyak nabati terhidrogenasi dan lemak padat). Produk ini dapat
dirancang sedemikian hingga dapat mengurangi terjadinya ketengikan. Selain itu sifat
yang diinginkan seperti interval yang sempit antara suhu melebur dan suhu memadat
dan jarak lebur juga dapat dirancang umtuk penyesuaian berbagai formulasi dan
keadaan iklim.

 Suppositoria Gelatin Tergliserinasi

Bahan obat dapat dicampur ke dalam bahan dasar gelatin tergliserinasi, dengan
menambahkan sejumlah tertentu kepada bahan pembawa yang terdiri dari lebih
kurang 70 bagian gliserin, 20 bagian gelatin dan 10 bagian air. Suppositoria ini harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 35 derajat.

- Dapat digunakan sebagai bahan dasar Vaginal Suppositoria.


- Tidak melebur pada suhu tubuh, tetapi melarut dalam sekresi tubuh
- Perlu penambahan pengawet ( Nipagin ) karena bahan dasar ini merupakan
media yang baik bagi pertumbuhan bakteri.
- Penyimpanan harus ditempat yang dingin
- Bahan dasar ini dapat juga digunakan untuk pembuatan Urethra

Kebaikan :

§ dapat diharapkan berefek yang cukup lama, lebih lambat melunak, lebih mudah
bercampur dengan cairan tubuh jika dibandingkan dengan Ol.Cacao.
Keburukan :

§ cenderung menyerap uap air karena sifat gliserin yang hygroskopis yang dapat
menyebabkan dehidrasi / iritasi jaringan, memerlukan tempat untuk
melindunginya dari udara lembab supaya terjaga bentuknya dan konsistensinya.

- Dalam farmakope Belanda terdapat formula Suppositoria dengan bahan dasar


Gelatin. yaitu : panasi 2 bagian Gelatin dengan 4 bagian air dan 5 bagian Gliserin
sampai diperoleh massa yang homogen. Tambahkan air panas sampai diperoleh
11 bagian. Biarkan massa cukup dingin dan tuangkan dalam cetakan hingga
diperoleh Suppositoria dengan berat 4 gram. Obat yang ditambahkan dilarutkan
atau digerus dengan sedikit air atau Gliserin yang disisakan dan dicampurkan pada
massa yang sudah dingin.

Bahan dasar lainnya :


- Bersifat seperti lemak yang larut dalam air atau bercampur dengan air,
beberapa diantaranya membentuk emulsi tipe A//M
Formulasinya : Tween 61 85 % dan Gliserin laurat 15 %
Bahan dasar ini dapat menahan air atau larutan berair. Berat Suppositoria 2,5 g

 Suppositoria dengan Bahan Dasar Polietilen Glikol

Beberapa kombinasi polietilen glikol mempunyai suhu lebur lebih tinggi dari suhu
badan telah digunakan sebagi bahan dasar suppositoria. Karena pelepasan dari bahan
dasar lebih ditentukan oleh disolusi dari pada pelelehan, maka massalah dalam
pembuatan dan penyimpanan jauh lebih sedikit dibanding massalah yang disebabkan
oleh jenis pembawa yang melebur. Tetapi polietilen glikol dengan kadar tinggi dapat
memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan. Pada etiket
suppositoria polietilen glikol harus tertera petunjuk “basahi dengan air sebelum
digunakan”, meskipun dapat disimpan tanpa pendinginan, suppositoria ini harus
dikemas dalam wadah tertutup rapat.

- mempunyai titik lebur 350 - 630


- tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh
- Formula yang dipakai :
§ Bahan dasar tidak berair : PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % ( 75
%)
§ Bahan dasar berair : PEG 1540 30 %, PEG 6000 50 % dan Aqua + Obat 20
%
Keuntungan :
§ tidak mengiritasi / merangsang
§ dapat disimpan diluar lemari es
§ tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.
§ tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh
Kerugian :
§ menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa
yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria
ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera
petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ".
§ dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

- PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 -


6000 Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000
(carbowax 1000), PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000),
PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di
atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.

- PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik ,
lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh
ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat
dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin
tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat
menghambat pengelepasan obat.

- Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan


dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan
bahan dasar lemak coklat.

 Suppositoria dengan Bahan Dasar Surfaktan

Beberapa surfaktan nonionik dengan sifat kimia mendekati polietilen glikol dapat
digunakan sebagai bahan pembawa suppositoria. Contoh surfaktan ini adalah ester
asam lemak polioksietilen sorbitan dan polioksietilen stearat. Surfaktan ini dapat
digunakan dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan pembawa suppositoria lain
untuk memperoleh rentang suhu lebur yang lebar dan konsistensi. Salah satu
keuntungan utama pembawa ini adalah dapat terdispersi dalam air. Tetapi harus hati-
hati dalam penggunaan surfaktan, karena dapat meningkatkan kecepatan absorpsi obat
atau dapat berinteraksi dengan molekul obat yang menyebabkan penurunan aktivitas
terapetik.

 Suppositoria Kempa atau Suppositoria Sisipan

Suppositoria vaginal dapat dibuat dengan cara mengempa massa serbuk menjadi
bentuk yang sesuai. Dapat juga dengan cara pengkapsulan dalam gelatin lunak.
2. 6 Karasteritik Bahan

Basis suppositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat yang


dikandungnya. Salah satu syarat utama basis suppositoria adalah selalu padat dalam
suhu ruangan tetapi segera melunak, melebur atau melarut pada suhu tubuh sehingga
obat yang dikandungnya dapat tersedia sepenuhnya, segera setelah pemakaian (H.C.
Ansel, 1990, hal 375).

Menurut Farmakope Indonesia IV, basis suppositoria yang umum digunakan adalah
lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran
polietilenglikol (PEG) dengan berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol. Basis suppositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat terapeutik (FI IV,hlm.16).

Yang perlu diperhatikan untuk basis suppositoria adalah :

- Asal dan komposisi kimia


- Jarak lebur/leleh
- Solid-Fat Index (SFI)
- Bilangan hidroksil
- Titik pemadatan
- Bilangan penyabunan (saponifikasi)
- Bilangan iodida
- Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)
- Bilangan asam
(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, 568-569)

Syarat basis yang ideal antara lain :

- Melebur pada temperatur rektal


- Tidak toksik, tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi
- Dapat bercampur (kompatibel) dengan berbagai obat
- Tidak berbentuk metastabil
- Mudah dilepas dari cetakan
- Memiliki sifat pembasahan dan emulsifikasi
- Bilangan airnya tinggi
- Stabil secara fisika dan kimia selama penyimpanan
- Dapat dibentuk dengan tangan, mesin, kompresi atau ekstrusi

Jika basis adalah lemak, ada persyaratan tambahan sebagai berikut :

Bilangan asam < 0,2


Bilangan penyabunan 200 - 245
Bilangan iodine < 7
Interval antara titik lebur dan titik pemadatan kecil (kurva SFI tajam)
(Lachman, teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575)

Tipe basis suppositoria berdasarkan karakteristik fisik yaitu (H. C. Ansel, 1990 hal
376) :

 Basis suppositoria yang meleleh (Basis berlemak)

Basis berlemak merupakan basis yang paling banyak dipakai, terdiri dari oleum
cacao, dan macam-macam asam lemak yang dihidrogenasi dari minyak nabati seperti
minyak palem dan minyak biji kapas.

- Menurut USP, oleum cacao merupakan :


- Lemak yang diperoleh dari biji Theobroma cacao yang dipanggang.
- Secara kimia adalah trigliserida yang terdiri dari oleapalmitostearin dan oleo
distearin
- Pada suhu kamar, berwarna kekuning-kuningan sampai putih padat sedikit
redup, beraroma coklat
- Melebur pada 30-36oC
(H. C. Ansel, 1990 hal 376)
- Titik leleh :31-34 oC
- Kelarutan : mudah larut dalam kloroform, eter, petroleum spirit, larut dalam
etanol panas, sedikit larut dalam etanol 95%
- Stabilitas dan penyimpanan : pemanasan diatas 36 oC menyebabkan
pembentukan kristal metastabil. Oleum cacao disimpan di suhu < 25 oC
(HOPE , ed. IV hal. 639)

- Bilangan iod 34 - 38
- Bilangan asam 4
- Mudah tengik dan meleleh harus disimpan di tempat sejuk dan kering
terhindar dari cahaya. (Lachman,575)

 Bentuk polimorfisa

- Bentuk α melebur pada 24°C diperoleh dengan pendinginan secara tiba-tiba


sampai 0oC.
- Bentuk β diperoleh dari cairan oleum cacao yang diaduk pada suhu 18-23 0 C
titik leburnya 28-31 oC
- Bentuk stabil β diperoleh dari bentuk β’, melebur pada 34-35 0C diikuti
dengan kontraksi volume
- Bentuk γ melebur pada suhu 18oC, diperoleh dengan menuangkan oleum
cacao suhu 20oC sebelum dipadatkan ke dalam wadah yang didinginkan pada
suhu yang sangat dingin. Pembentukan polimorfisa ini tergantung dari derajat
pemanasan, proses pendinginan dan keadaan selama proses. Pembentukan
kristal non stabil dapat dihindari dengan cara :
o Jika massa tidak melebur sempurna, sisa-sisa krsital mencegah pembentukan krsital
non stabil.
o Sejumlah kristal stabil ditambahkan ke dalam leburan untuk mempercepat
perubahan dari bentuk non stabil ke bentuk stabil. (istilahnya “seeding”).
o Leburan dijaga pada temperatur 28-32 0C selama 1 jam atau 1 hari.

 Hal-hal yang harus diperhatikan :

o Gunakan panas minimal pada proses peleburan, < 40oC


o Jangan memperlama proses pemanasan
o Jika melekat pada cetakan gunakan lubrikan
o Titik pemadatan oleum cacao terletak 12-13 oC dibawah titik leburnya sehingga
dapat dimanfaatkan dalam pembuatan suppo (menjaga suppo tetap cair tanpa
berubah menjadi bentuk tidak stabil)
o Penambahan emulgator seperti tween 61 sebanyak 5-10 % akan meningkatkan
absorpsi air sehingga menjaga zat-zat yang tidak larut tetap terdispersi/tersuspensi
dalam oleum cacao
o Kestabilan suspensi dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan-bahan seperti
Al‑monostearat atau silika yang memberikan leburan oleum cacao bersifat
tiksotropik.
 Untuk obat-obat yang dapat menurunkan titik lebur oleum cacao seperti minyak atsiri,
creosote, fenol,. Kloralhidrat, digunakan campuran malam atau spermaceti (lemak
ikan paus).(Lachman,576)

 Basis suppositoria larut air dan basis yang bercampur dengan air

Basis yang penting dari kelompok ini adalah basis gelatin tergliserinasi dan basis
polietilen glikol. Basis gelatin tergliserinasi terlalu lunak untuk dimasukkan dalam
rektal sehingga hanya digunakan melalui vagina (umum) dan uretra. Basis ini melarut
dan bercampur dengan cairan tubuh lebih lambat dibandingkan dengan oleum cacao
sehingga cocok untuk sediaan lepas lambat. Basis ini menyerap air karena gliserin
yang higroskopis. Oleh karena itu, saat akan dipakai, suppo harus dibasahi terlebih
dahulu dengan air.

Polietilen glikol (PEG) merupakan polimer dari etilen oksida dan air, dibuat menjadi
bermacam-macam panjang rantai, berat molekul dan sifat fisik. Polietilen glikol
tersedia dalam berbagai macam berat molekul mulai dari 200 sampai 8000. PEG yang
umum digunakan adalah PEG 200, 400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, 6000 dan
8000. Pemberian nomor menunjukkan berat molekul rata-rata dari masing-masing
polimernya. Polietilen glikol yang memiliki berat molekul rata-rata 200, 400, 600
berupa cairan bening tidak berwarna dan yang mempunyai berat molekul rata-rata
lebih dari 1000 berupa lilin putih, padat dan kekerasannya bertambah dengan
bertambahnya berat molekul. Basis polietilen glikol dapat dicampur dalam berbagai
perbandingan dengan cara melebur, dengan memakai dua jenis PEG atau lebih untuk
memperoleh basis suppo dengan konsistensi dan karakteristik yang diinginkan. PEG
menyebabkan pelepasan lebih lambat dan memiliki titik leleh lebih tinggi daripada
suhu tubuh. Penyimpanan PEG tidak perlu di kulkas dan dapat dalam penggunaan
dapat dimasukkan secara perlahan tanpa kuatir suppo akan meleleh di tangan (hal
yang umum terjadi pada basis lemak). (Ansel, hal 377)

Contoh formula basis (Lachman, 578)


a. PEG 1000 96%, PEG 4000 4%
b. PEG 1000 75%, PEG 4000 25%

Basis a) memiliki titik leleh rendah, sehingga membutuhkan tempat dingin untuk
penyimpanan, terutama pada musim panas. Basis ini berguna jika kita ingin
disintegrasi yang cepat. Sedangkan basis b) lebih tahan panas daripada basis a)
sehingga dapat disimpan pada suhu yang lebih tinggi. Basis ini berguna jika kita ingin
pelepasan zat yang lambat. (Lachman, 578)

Suppositoria dengan polietilen glikol tidak melebur ketika terkena suhu tubuh, tetapi
perlahan-lahan melarut dalam cairan tubuh. Oleh karena itu basis ini tidak perlu
diformulasi supaya melebur pada suhu tubuh. Jadi boleh saja dalam pengerjaannya,
menyiapkan suppositoria dengan campuran PEG yang mempunyai titik lebur lebih
tinggi daripada suhu tubuh.

Suppo dengan basis PEG harus dicelupkan ke dalam air untuk mencegah rangsangan
pada membran mukosa dan rasa “menyengat”, terutama pada kadar air dalam basis
yang kurang dari 20%. (Ansel hal 377)

 Basis surfaktan
Surfaktan tertentu disarankan sebagai basis hidrofilik sehingga dapat digunakan tanpa
penambahan zat tambahan lain. Surfaktan juga dapat dikombinasikan dengan basis
lain. Basis ini dapat digunakan untuk memformulasi obat yang larut air dan larut
lemak.

Keuntungan :

- Dapat disimpan pada suhu tinggi


- Mudah penanganannya
- Dapat bercampur dengan obat
- Tidak mendukung pertumbuhan mikroba
- Nontoksik dan tidak mensensitisasi
(Lachman, Teory and Practice of Industrial Pharmacy, 575, 578)

 Pemilihan Basis Berdasarkan Efek

Suppo Untuk Tujuan Sistemik :

- Zat aktif dapat terdispersi dengan baik dan dapat lepas dari sediaan
- Jika zat aktif larut air gunakan basis lemak dengan kadar air rendah
- Jika zat aktif larut lemak gunakan basis larut air dengan penambahan surfaktan
- Untuk meningkatkan homogenitas zat aktif bisa dilarutkan dalam pelarutnya atau
dihaluskan dulu
- Zat aktif yang sedikit larut air atau pelarut lain dalam basis dilarutkan dulu dengan
pelarutnya
- Zat aktif yang langsung dicampur basis diayak dulu dengan pengayak mesh 100

Suppo Untuk Tujuan Efek Lokal :

- Untuk hemoroid, anastetik lokal dan antiseptik tidak untuk diabsorbsi


- Basis tidak diabsorbsi, melebur dan melepaskan obat secara perlahan-lahan
- Basis melepas obat pada dosis memadai dalam waktu ½ jam dan melepas semua
obatnya 4-6 jam
- Pilih basis untuk efek lokal
- Obat harus bisa didistribusi secara homogen dalam basis suppositoria

Pemilihan Zat Aktif

- Dapat diabsorbsi mencapai kadar terapi melalui mukosa rektum


- Absorbsi zat aktif per oral buruk atau adanya efek samping pada saluran cerna
- Zat aktif untuk efek setempat
- Zat aktif tdk tahan pH saluran cerna atas
- Polipeptida kecil

Pemilihan Basis

- Inert
- Kontraksi
- Stabilitas
- Pelepasan
- Viskositas
- Pemadatan
- Pelunakan
- Impurities
- Toleransi
- Jarak lebur
- Bilangan iodin
- Indeks hidroksil

Ajuvan Yang Digunakan

- Meningkatkan inkorporasi zat aktif


- Meningkatkan hidrofilisitas
- Meningkatkan viskositas
- Mengubah suhu leleh
- Meningkatkan kekuatan mekanis
- Mengubah penampilan
- Melindungi dari degradasi
- Mengubah absorbsi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Formulasi Suppositoria

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan
melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu t
ubuh. Suppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pem
bawazat terapeutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umu
m digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, ca
mpuran polietilen glikol, dan ester asam lemak polietilen glikol, dalam hal ini penulis
akan menjelaskan formulasi Suppositoria untuk penggunaan secara vaginal dan rectal,
formulasi dari zat aktif ketoprofen dan Metronidazol yang biasa digunakan oleh dokter
untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita tumor rahim, formulasi ini bekerja local, dan
membantu mengurangi nyeri dan radang akibat tumor rahim, obat ini termasuk ke dalam
golongan AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

 Formulasi Ketoprofen

- FORMULASI
KETOPROFEN SUPPOSITORIA

- RANCANGAN FORMULA
Tiap 2 gr suppositoria mengandung :
Ketoprofen 100 Mg
Tween 80 2%
Komponen basis ad 2 gr
- Polietilen glikol 1000 96%
- Polietilen glikol 4000 4%

- MASTER FORMULA
Nama Produk :
Jumlah Produk : 10 Suppositoria
Tanggal formula : 13 – 3 - 2012
Tanggal Produksi : 8 – 4 - 2012
Expired Date : 8 – 4 - 2016
NO. Registrasi :
NO. Batch :

Tanggal Formula Induk Tanggal Produksi Jumlah Produksi


13 – 3 – 2012 8 – 4 – 2012 20 Suppositoria
No Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Bahan Tiap Tiap Batch
Suppositoria
1 KETFEN Ketoprofen Zat Aktif 0,1 g 2g
2 PEG 1000 Poli Etilen Komponen 1,728 g 34,56 g
Glikol 1000 Basis
3 PEG 4000 Poli Etilen Komponen 0,072 g 1,44 g
Glikol 4000 Basis
4 TWN 80 Tween 80 Surfaktan 0,04 g 0,8 g

 Alasan Formulasi

 Suppositoria
1. Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang pemakaiannya dengan
cara memasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, diamana ia akan
melebur, melunak, atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik
(Ansel : 516).
2. Suppositoria dalam sediaan berbentuk silindris atau kerucut, berbasis dan
berbentuk mantap, yang ditetapkan untuk memasukkan ke dalam rektum.
Sediaan ini melebur pada suhu tubuh atau larut dalam lingkungan berair
(Voight : 281)
.
 Keuntungan Suppositoria (Fastrack. Pharmaceutics Dosage Form and Design :
157-156)
1. Bentuk sediaan rektal mungkin bertujuan untuk memberikan efek lokal dalam
pengobatan injeksi dan peradangan, misalnya wasir.
2. Bentuk sediaan rektal untuk digunakan pada sembelit dan luka pada usus
sebelum operasi.
3. Bentuk sediaan rektal digunakan untuk memberikan efek sistemik, dimana
penyerapan obatnya untuk oral dapat mengiritasi lambung, sehingga dibuat
dalam bentuk sediaan rektal.
4. Dapat digunakan oleh pasien yang tidak sadar dan mudah muntah.
5. Dibuat bentuk sediaan rektal karena ada obat yang rentan terhadap degradasi
di perut, obat yang tidak terlarut diserap dalam saluran pencernaan.
6. Obat (agen terapeutik) tidak langsung masuk ke dalam hati.

 Alasan dibuat Suppositoria Ketoprofen


1. Ketoprofen mampu menghambat fungsi leukosit dan mempunyai efek
samping mengiritasi saluran pencernaan (Excipient ed 6 : 760)
2. Ketoprofen merupakan salah satu obat yang pemberian obatnya secara oral
tidak akan ditahan aytau diabsorbsi secara tepat dan baik. Karena mampu
menyebabkan keadaan mual yang hebat dan muntah (Lachman : 1148)

Kesimpulan :
Oleh karena itu ketoprofen dibuat dalam bentuk suppositoria.

 Karekteristik Ketoprofen (FI IV:487-488)


1. Berbentuk serbuk hablur
2. Tidak atau hampir tidak berbau
3. Berwarna putih
4. Mudah larut dalam etanol. Kloroform, dan eter
5. Praktis tidak larut dalam air
6. Ketoprofen konsistensinya dapat diabsorbsi dengan baik.

 Keuntungan Ketorofen Dalam Suppositoria


1. Tidak akam mnegiritasi lambung, karena tidak melewati saluran pencernaan
(Fastrack :158).
2. Dapat diabsorbsi dengan baik, karena melarut pada mukosa rektum
(Lachman:1148).
3. Ringan

 Alasan Dibuat Suppositoria 2 grakan


Alasan dibuat suppositoria 2 gr karena ketoprofen yang akan dibuat
suppositoria orang dewasa, dimana menurut Voight : 281 suppositoria untuk
orang dewasa memiliki massa 2 gr, dan untuk anak 1 gr. Menurur
Lachman:1148, berat suppositoria rektal untul orang dewasa kira-kira 2 gr dan
untuk anak-anak 1 gr. Menurut Fastrack:162, berat suppositoria kira-kira
ukuran 2 gr.

 Metode pembuatan
Metode yang digunakan dalam pembuatan suppositoria ketoprofen adalah
metode cetak tuang kerena metode ini paling umum digunakan untul membuat
suppositoria skala kecil dan skala besar (Lachman:180). Metode ini juga
digunakan karena bentuk suppositoria yang dibuat adalah bentuk torpedo.
Dimana alat pencetak suppositoria tersedia dalam cetakan logam yang
berbentuk torpedo (Lachman:180), dan suppositoria yang menggunakan basis
poli etileb glikol dibuat dengan metode percetakan (Lachman:1175).

 Dosis Ketoprofen
Dosis ketoprofen adalah 100 Mg (Fater:231).

 Indikasi ketoprofen
Untuk mengobati gejala-gejala arthirithis rematoid, ankilosing spondilitis,
guot akut, osteoarhritis (Rapid Review Pharmacology:129).

 Farmakologi Ketoprofen
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek
antiinflamasi, analgesik, dan antipiretik (Rapid Review Pharmacology:129)
Ketoprofen mengakibatkan penghambatan produksi atau sintesis prostaglandin
di dalam sistem pusat untuk mengatur suhu didalam hipotalamus, dan
pengeluaran panas dengan adanya vasodilatasi.
Mekanisme analgesik (Rapid Review Pharmacology:129, Fater:233)
ketoprofen menghambat kinerja dari mediator-mediator inflamasi seperti
leukotrin, prostaglandin, histamin dan protacyclin. Sehingga pasokan darah
yang membawa mediator tersebut menurun. Dengan menurunnya pasokan
darah tersebut, vasodilatasipun menurun dan mengakibatkan tidak adanya lagi
penbengkakan (inflamasi).

I. ALASAN PENAMBAHAN
 Penggunaan PEG sebagai basis
1. Basis manapun yang digunakan secara homogen didalamnya, tetapi obat
tersebut harus dapat dilepaskan dengan laju yang dikehendaki pada cairan-
cairan tubuh. Oleh karena itu, kelarutan bahan-bahan aktif dalam air atau
pelarut lainnya harus diketahui jika obat larut dalam air, maka basis lemak
dengan angka air dipilih. Sebaliknya jika obat tersebut sangat mudah larut
dalam lemak, suatu jenis basis tipe air yangditambahkan surfaktan untuk
menambah kelarutan, mungkin merupakan pilihan utama (Lachman:1184).
2. Tidak digunakan basis air seperti gelatin gliserin karena basis ini paling sering
digunakan dalam pembuatan suppositoria vagina (ovula), dimana memang
diharapkan efek setempat yang cukup lama dari unsur obatnya (Ansel:584)

 Digunakan kombinasi PEG


1. Macam-macam kombinasi dari polietilen glikol jika digabung dengan dengan
cara melebur. Dengan memakai dua jenis atau lebih untuk memperoleh basis
suppositoria yang digunakan konsentrasi dan sifat khususnya (Ansel:584).
2. Campuran poliatilen glikol dapat digunakan sebagai basis suppositoria
diamana campuran PEG ini banyak memiliki banyak kelebihan dibandingkan
basis lemak, misalnya titik leleh suppositoria dibuat lebih tinggi untuk
menahan paparan iklim hangat, pelepasan obat yang tidak tergantung pada
titik lebur, leleh, stabilitas fisik, dalam penyimpanan baik, suppositoria dapat
segera larut dalam cairan tubuh, dalam hal ini cairan rektum (excipient:517-
518).
Kesimpulan :
Oleh karena itu basis yang digunakan pada suppositoria ketoprofen ini
menggunakan kombinasi PEG.
 Penggunaan PEG 1000 dan 4000
1. Basis ini mempunyai titik leleh rendah, dan berguna bila dibandingkan
penghancuran yang cepat (Lachman:1174)
2. Penggunaan basis PEG 1000 karena basis ini memiliki titik lebur 37ºC-40ºC
(Excipient:518), dan kelembaban sekitar 0,585% (Excipient:148-209). Dengan
melihat keterangan penglepasan diatas, digunakan PEG 1000 agar zat aktif
mudah dilepaskan dalam cairan rektum.
3. Penggunaan PEG 4000 karena basis ini memiliki titik lebur 50ºC-58ºC
(Excipient:209-211) dilihat dari keterangan tersebut titik lebur dan
kelembaban dari PEG ini hampir sama dengan PEG 1000. Sehingga PEG 4000
ini dapat dikombinasikan dengan PEG 4000.
4. Tidak digunakan basis PEG 200-600 kerena pemberian PEG ini adalah zat cair
yang jika digunakan sebagai basis suppositoria mudah mengeras, dan jika
digunakan sebagai basis PEG diatas 1000 tanpa dikombinasikan dengan PEG
akan dihasilkan pola suppositoria yang keras dan tidak mudah melepaskan zat
aktif, karena semakin bertambah berat molekul maka kepadatannya bertambah
(Ansel:584)
5. Tidak digunakan kombinasi dengan air, karena PEG yang dimiliki memiliki
kelembaban yang memudahkan suppositoria mudah larut dalam cairan rektum
(Excipient:204-211). Lagi pula penggunaan air tidak menambah kelarutan dari
zat aktif, air digunakan untuk mencegah rangsangan membran mukosa
(Ansel:585). Namun dengan kelembaban dari basis tersebut, suppositoria akan
merangsang membran mukosa, dan untuk menjaga hal tersebut terjadi,
suppositoria sebelum dimasukkan ke dalam dubur, dimasukkan ke dalam air
sebelum dipakai (Ansel:585).
6. Tidak adanya penggunaan air juga mampu meminimalisir bahan. Dimana
tidak menggunakan pengawet. Penggunaan pengawet inipun tidak digunakan
karena salah satu keuntungan suppositoria tidak membantu pertumbuhan
jamur dan bakteri (Lacman:1174).

 Penggunaan surfaktan
1. Jika obat tersebut sangat mudah larut dalam lemak, suatu basis tipe air yang
ditambahkan surfaktan untuk menambah kelarutan (Lachman:1184)
2. Surfaktan dapat membantu mendispersikan zat aktif ke dalam basis dengan
menurunkan tegangan antar muka dari zat aktif (Farfis:924).

 Uraian Bahan

- Ketoprofen (FI IV : 487-488)


Nama Resmi : 2-[(2,6-dichlorophenyl) amino] benzeaneccetic acid
Sinonim :
RM/BM : C16H14O3/254,3
Rumus Bangun :
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak atau hampir
tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter
praktis tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Stabilitas :
Incomp :
Dosis Lazim : 100 Mg (Fater:231) dosis lazim 100 Mg/200 Mg
Farmakologi : Digunakan pada osteoarthritis, (sheumarid) arthritis, dys
monorhea, sakit setelah pembedahan, kondisi infeksi seperti
gout yang akut dan mengurangi demam, asma, urtikaria, dan
iritasi saluran cerna.

- Polietilen Glokol (Excipient:317)


Nama Resmi : Polyethilene Glicol
Sinonim : Carbowax, carbowax sentry, lipoxol letrol E, PEG,
polyoxyethylene glycol.
RM : HOCH2CCH2OCH2)2 CH2OH
BM : 4000 = 3000-4800
6000 = 5700-6130
Rumus struktur:
Pemerian : Jika kisaran bobot molekul rata-rata 400-600 berupa cairan,
jika berat molekul 1000, zat padat seperti lilin (Lachman:1179)
higroskopis.
Kelrutan : Larut dalam air
Penyimpanan : Di wadah yang tertutup, kering, sejuk dan terlindung dari
cahaya.
Kestabilan : Semua kelarutan senyawa phenylmercuri membentuk residu
hitam logam ketika terkena cahaya atas setelah penyimpanan
lama. Larutan dapat disterilkan dengan autoklaf.
Incomp : Tidak kompatibel dengan komponen bahan pembantu lainnya,
tidak bercampur dengan garam-garam perak, asam borat,
kinnin, lecltamol, aspirin, benzokain, incomp dengan halida,
patikulen bromida, dan iopoda.
Konsentrasi : 4000 = 33 %
6000 = 47 %
- Tween 80

Nama resmi : Polysorbatum 80


Nama lain : Polisorbat 80, tween
Berat molekul : 10.000 – 700.000
Rumus molekul : C6H9NO
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir


tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil
asetat P dan dalam methanol P, sukar larut dalam
parafin cair P dan dalam biji kapas P
Kegunaan : Sebagai emulgator fase air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


II. PERHITUNGAN DOSIS
 Untuk umur 12 tahun-19 tahun (rumus dilling n/20 x DL)
1. 20 tahun
20 + 1
= 𝑥 100 𝑚𝑔
24
=

2. 21 tahun
3. 22 tahun
4. 23 tahun

 Untuk dewasa 20 tahun keatas (rumus cowling n+1/24 x DL)

 Cara Pembuatan
 Penyiapan cetakan

Cetakan dikalibrasi, caranya : Siapkan cetakan supo dengan kondisi kering


dan bersih. Buat lelehan basis supo 6-12 supo. Tuang lelehan, dinginkan dan
rapikan. Keluarkan supo dari cetakan dan timbang. Hitung bobot rata-rata
supo. Bobot rata-rata ioni sebagai nilai kalibrasi untuk cetakan tertentu.

Cetakan sebaiknya dilubrikasi. Cetakan yang baru masih memiliki permukaan


yang mengkilat dan dapat melepaskan suppositoria secara cepat, tetapi setelah
beberapa kali pemakaian dapat timbul goresan yang dapat menghambat
pelepasan suppositoria dari cetakan. Penggunaan lubrikan sesedikit mungkin
untuk melapisi semua bagian cetakan tertutup, jika berlebihan dapat
menyebabkan deformasi supo, jika kurang dapat menyebabkan kesulitan
pengeluaran supo dari cetakan.

Lubrikan yang digunakan tidak bercampur (immisibel) dengan basis. Untuk


basis larut air, digunakan minyak mineral (contoh : parafin cair). Untuk basis
larut lemak, digunakan gliserin, air, air-gliserin, atau PEG 400.

Teknik lain untuk memudahkan pengeluaran suppositoria akhir dari cetakan


adalah dengan mendinginkan cetakan sebentar di freezer setelah suppositoria
membeku pada suhu kamar. Kontraksi tambahan dapat melepaskan
suppositoria lebih mudah dari permukaan logam.

 Pembuatan basis supo

Pemanasan berlebihan harus dihindari dan basis yang telah dilelehkan dituang
ke dalam cetakan pada suhu sedikit di atas titik pembekuan untuk:
- mencegah kristalisasi basis yang dapat menyebabkan suppositoria retak.
- mencegah presipitasi obat yang tidak larut dalam basis ke ujung
suppositoria dan mencegah patahnya suppositoria.

Suhu pelehan basis oleum cacao 34-35oC, jika dipanaskan melebihi suhu
ini menyebabkan pembentukan bentuk α (tidak stabil), jika dipanaskan
kurang dari suhu ini menyebabkan ol.cacao sulit ditangani dan lengket di
cetakan.

PEG merupakan basis yang sangat stabil pada suhu tinggi, pelelehan
biasanya pada suhu 60oC.

 Penyiapan zat aktif


- Zat aktif sebaiknya digerus menjadi ukuran yang homogen, halus, dan
dapat menjamin distribusi yang merata dalam basis.
- Maksimum zat aktif / zat tambahan lain yang boleh dimasukkan ke dalam
basis adalah 30%. Lebih dari 30% menyebabkan kerapuhan supo.

 Pencampuran dan penuangan


- Zat aktif dapat langsung dicampurkan ke dalam lelehan basis, atau
dibasahkan dulu sebelum dimasukkan.
- Waktu pencampuran harus diperhatikan sampai diperoleh distribusi zat
aktif yang homogen. Pencampuran yang terlalu lama dapat menyebabkan
penguraian zat aktif atau basis.
- Campuran dalam lelehan kemudian dituang pada suhu kamar sampai
cetakan terpenuhi sempurna agar tidak terjadi lapisan-lapisan dalam supo.
Cetakan dingin tidak digunakan karena menyebabkan fraktur. Hindarkan
gelembung udara terjerat dalam lelehan.
-
 Pendinginan dan penyempurnaan
- Lelehan dibiarkan dalam suhu kamar 15-30 menit diikuti dengan
pendinginan tambahan di lemari es selama 30 menit.

Pembuatan dan penuangan Suppositoria dengan cara leburan :

1. Panaskan dengan suhu serendah mungkin basis yang telah ditimbang


hingga melebur di atas penangas air dengan menggunakan mangkok
porselin berbibir dan memiliki tempat pegangan
2. Bahan obat dicampur dengan sebagian lelehan basis, bila sudah bercampur
baik tambahkan dengan diaduk bersama sisa leburan basis yang telah
mendingin / hampir mengental. Untuk bahan yang menguap atau
terganggu oleh pemanasan dicampur dengan diaduk pada suhu tertentu
yang dapat menjamin kestabilan bahan.
3. Agar hasil cetakan lebih baik, cetakan didinginkan dahulu di lemari es
sebelum penuangan campuran ke dalam cetakan
4. Apabila berat jenis zat aktif yang tidak larut basis lebih besar dari berat
jenis basis sehingga dapat menyebabkan pengendapan, maka ketika
pencampuran dan penuangan ke lubang cetakan dilakukan pengadukan
terus-menerus.
5. Penuangan campuran dilakukan sedikit diatas titik (suhu) pengendapan
(tidak dalam kondisiterlalu cair), untuk mencegah presipitasi zat yang
tidak larut dalam basis ke ujung suppositoria.
6. Penuangan dilakukan secara kontinu agar suppositoria tidak pecah akibat
terjadinya lapisan-lapisan.
7. Penuangan dilakukan secara berlebihan pada permukaan cetakan / hingga
meluap untuk menutup semua rongga pada permukaan secara sempurna.
Sisa luapan dapat dibersihkan dari permukaan cetakan setelah Suppositoria
membeku.

 Pra Formulasi Sediaan Suppositoria Vagina (Metronidazol)

 Zat Aktif

Metronidazol

 Basis

PEG 1000:PEG 6000

2:8

 Monografi
BM 171,2

 Pemerian:

Hablur atau serbuk hablur, putih hingga kuning pucat, tidak berbau, stabil di
udara tetapi lebih gelap bial terpapar oleh cahaya

 Kelarutan

sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam air, dalam etanol, dan dalam CH

 pH

Larutan Metronidazole jenuh memiliki pH 5-8. Konstanta disosiasi pKa: 2,5.


Koefisien partisi : Log P (actanol/ pH 7,4)-0,1

 Stabilitas Metronidazol

- Harus disimpan pada suhu 15-30 C.


- Gel vaginal tidak boleh beku (untuk 0,75% krim topikal dan 0,75% gel
vaginal).
- Krim Metronidazole 1% disimpan pada suhu 20-25°C.
- Metronidazole stabil di udara tapi menjadi gelap pada penampakan cahaya.
- Bila disimpan dalam kondisi baik, gel vaginal dapat stabil untuk 3 bulan.

Farmakologi Metronidazole

 Mekanisme Kerja

Metronidazole bekerja dengan cara merusak membran sel dan juga


menghambat sintesis DNA pada T. vaginalis dan Clostridium bifermentasis
(Goodman and Gliman ed 9,1996, hal 996). Berdasarkan perintangan sintesis
asam nukleat setelah direduksi oleh enzim yang terdapat pada bakteri anaerob.
Efek mutagennya diperkirakan juga berdasarkan mekanisme ini (Katzung hal
744).

Farmakokinetik Metronidazol

 Absorpsi Metronidazole berlangsung dengan baik setelah pemberian oral 1


jam setelah pemberian dosisi tunggal 500mg/oral. Diperoleh kadar plasma
kira-kira 10 µg/ml. Waktu paruhnya berkisar antara 8-10 jam. Obat ini
diekskresi melalui urin dalam bentuk asal dan bentuk metabolit hasil oksidasi
dengan glukoronidasi. Juga diekskresi melalui urine dalam bentuk cair melalui
air liur, air susu, cairan vagina (Farmakologi dan terapi ed IV hal 540)

 Efek Samping

- Ringan berupa gangguan saluran cerna


- mulut kering dan rasa logam, pusing atau sakit kepala, rash kulit dan
sewaktu-waktu leukopenia
- Air kemih dapat menjadi coklat kemerah-merahan disebabkan oleh zat
warna yang terbentuk

 Kontra Indikasi

- Gangguan ringan seperti vaginitis

 Interaksi Obat

- Kombinasi dengan disulfiram menyebabkan perilaku psikotik


(kelangsungan)
- Dengan antikoagulan dapat meningkatkan efek antikoagulan, akibatnya
resiko pendarahan meningkat
- Dengan alkohol dapat menyebabkan reaksi yang sama seperti yang
disebabkan oleh disulfiram yakni dengan gejala pusing, wajah merah, sakit
kepala dan sesak nafas.( Harkness, Richard, Interaksi Obat hal 1107)

 Dosis

- Vaginal 500mg, diberikan pada waktu malam hari selama 10 hari (


Goodman dan Gliman hal 1107)
-
 Rancangan sediaan
- Dibuat 3 tab vagina (ovula) @3g
- Di dalam tiap ovula mengandung

No Nama Bahan Jumlah Fungsi

1 Metronidazol 500 mg Zat Aktif

2 Glyserin 2% Emolien
3 PEG1000:PEG6000 2:8 Basis

 Keterangan Perhitungan

- Metronidazole : 500mg
- Glycerin = 2% x 3g = 0,06 g ~ 60mg
- PEG 1000 : PEG 6000 = 2:8
- Yang dibuat adalah ovula @ 3g, sehingga basis untuk masing-masing
ovula
- Basis: =3000mg – (500mg + 60mg)
 =3000mg – 560mg
 =2240mg
- Dengan berat masing-masing PEG sebagai berikut:
o PEG 1000 = x 2240 = 448 mg ~ 0,5 g
o PEG 6000 = x 2240 = 1792 mg ~ 1,8 g

 Proses Pembuatan Ovula Metronidazol


- Masing-masing bahan ditimbang dengan seksama
- Basis PEG 1000 dipanaskan sampai 60°C (karena jumlahnya lebih
sedikit), lalu ditambahkan PEG 6000 sampai melelh sempurna, kemudian
ditambah gliserin
- Nistatin digerus sampai homogen
- Setelah kombinasi basis meleleh dan tidak terlalu panas, lalu zat aktif
(metronidazole & nistatin) ditambahkan ke dalamnya
- Di aduk tetapi tidak terlalu kuat agar tidak terbentuk gelembung
- Cetakan di isi sampai penuh (sedikit berlebih, untuk menghindari kontraksi
volume)
- Didiamkan sampai suhu kamar
- Dimasukkan ke lemari pendingin (8-10°C) selama 10 menit
- Dimasukkan dalam freezer
- Keseragaman Bobot
- ditetapkan pada produk yang mengandung zat aktif 50mg atau lebih yang
merupakan 50% atau lebih dari bobot sediaan
- Keseragaman Kandungan

 zat aktif suppositoria yang tidak dinyatakan lain dalam masing-masing


monografi terletak antara 85,0- 11,5 % dari yang tertera pada etiket dan
simpangan baku relatif kurang dan atau sama dengan 6%. (Teknologi Farmasi,
Voight, hal.305

 Uji Kisaran dan Waktu Leleh


- Kisaran leleh merupakan rentang suhu zat padat mulai meleleh sampai
meleleh sampai meleleh sempurna
- waktu meleleh adalah waktu dari mulai zat padat meleleh sampai meleleh
sempurna. Waktu meleleh supostoria diukur pada suhu (37 + 0,5 °C)

 Uji Titik Patah

- Dilakukan pada suhu kamar dengan cara memberikan tekanan pada ovula
sesuai dengan air yang diteteskan pada penampung. Pada saat ovula mulai
pecah (terpotong), berat air yang ditampung di catat dan inilah yang disebut
titik patah (Breaking point)

 Uji Kekerasan

- ovula yang baik memiliki kekesaran yang besar tetapi tetap meleleh pada suhu
tubuh (37 + 0,
BAB IV

KESIMPULAN

Suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melal
ui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak, atau melarut dalam suhu tubuh. Su
ppositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat atau sebagai pembawazat tera
peutik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar suppositoria yang umum digunakan adal
ah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glik
ol, dan esterasam lemak polietilen glikol. (Depkes RI, 1995)

Metode Pmbuatan Suppositoria

Metode pembuatan supositoria dibagi menjadi 3, yaitu :

1. Dengan tangan

Dilakukan dengan cara menggulung basis suppositoria yang telah dicampur homogen
dan mengandung zat aktif, menjadi bentuk yang dikehendaki. Mula-mula basis diiris,
kemudian diaduk dengan bahan-bahan aktif dengan menggunakan mortir dan stamper,
sampai diperoleh massa akhir yang homogen dan mudah dibentuk. Kemudian massa
digulung menjadi suatu batang silinder dengan garis tengah dan panjang yang
dikehendaki. Amilum atau talk dapat mencegah pelekatan pada tangan. Batang
silinder dipotong dan salah satu ujungnya diruncingkan.

2. Dengan mencetak kompresi

Hal ini dilakukan dengan mengempa parutan massa dingin menjadi suatu bentuk yang
dikehendaki. Suatu roda tangan berputar menekan suatu piston pada massa
suppositoria yang diisikan dalam silinder, sehingga massa terdorong kedalam cetakan.

3. Dengan mencetak tuang

Pertama-tama bahan basis dilelehkan, sebaiknya diatas penangas air atau penangas
uap untuk menghindari pemanasan setempat yang berlebihan, kemudian bahan-bahan
aktif diemulsikan atau disuspensikan kedalamnya. Akhirnya massa dituang kedalam
cetakan logam yang telah didinginkan, yang umumnya dilapisi krom atau nikel.
Evaluasi Sediaan

1. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur
rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan
mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan
terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara mengambil 3 titik
bagian suppo (atas-tengah-bawah atau kanan-tengah-kiri) masing-masing bagian
diletakkan pada kaca objek kemudian diamati dibawah mikroskop, cara selanjutnya
dengan menguji kadarnya dapat dilakukan dengan cara titrasi.

2. Bentuk

Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti
sediaan suppositoria pada umunya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira
bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung
karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah
suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai
bentuk torpedo.

3. Uji Waktu Hancur

Uji waktu hancur ini dilakukan untuk mengetahui berapa lama sediaan tersebut dapat
hancur dalam tubuh. Cara uji waktu hancur dengan dimasukkan dalam air yang di set
sama dengan suhu tubuh manusia, kemudian pada sediaan yang berbahan dasar PEG
1000 waktu hancurnya ±15 menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin 3 menit. Jika
melebihi syarat diatas maka sediaan tersebut belum memenuhi syarat untuk digunakan
dalam tubuh. Menggunakan media air dikarenakan sebagian besar tubuh manusia
mengandung cairan.

4. Keseragaman Bobot

Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah
sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan
mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang
ikut tercampur. Caranya dengan ditimbang saksama 10 suppositoria, satu persatu
kemudian dihitung berat rata-ratanya. Dari hasil penetapan kadar, yang diperoleh
dalam masing-masing monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10
suppositoria dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Jika terdapat sediaan
yang beratnya melebihi rata-rata maka suppositoria tersebut tidak memenuhi syarat
dalam keseragaman bobot. Karena keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui
kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat
memberikan efek terapi yang sama pula.
5. Uji titik lebur

Uji ini dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan
supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan air
dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam air dan diamati
waktu leburnya. Untuk basis oleum cacao dingin persyaratan leburnya adalah 3 menit,
sedangkan untuk PEG 1000 adalah 15 menit.

6. Kerapuhan

Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang


menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas.
Supositoria dipotong horizontal. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui
bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang datar,
kemudian diberi beban seberat 20N (lebih kurang 2kg) dengan cara menggerakkan
jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung.

You might also like