You are on page 1of 52

Bagian Keperawatan Medikal Bedah

Program Profesi Ners


STIKes Panakkukang Makassar

LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS TUBERCULOSIS (TB)

OLEH :
ARHAM, S.Kep
17. 04. 055

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
T.A 2017/2018

1
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Definisi

Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang
mengenai selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai
meningens. Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur dan parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam
meningitis yang disebabkan oleh bakteri yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri
tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang lain.
B. Epidemiologi

Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan


mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB
terjadi setiap 300 TB primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990
morbiditas meningitis TB 6,2% dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB
sebanding dengan TB primer, umumnya bergantung pada status sosio-ekonomi,
higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor genetik yang menentukan respon
imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi TB adalah malnutrisi,
penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan diabetes
melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering dibanding
dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada usia
dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.

C. Anatomi Fisiologi

2
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur
syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu
cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

1) Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum
tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan
darah untuk struktur-struktur ini.
2) Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
3) Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat.

Secara anatomis meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang
menyelubungi otak dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok atau “syok
absosber” dan berisikan cairan serebrospinalis. Cairan serebospinalis ditemukan pada
sistem ventrikel dan rongga sub arakhnoid. Ketiga lapisan meningen terdiri dari :
1. Duramater atau Dura (pakimenings)
Duramater merupakan lapisan terluar meningen, berupa membran yang padat,
kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar otak dan berlapis satu sekitar medulla
spinalis. Lapisan luar bertindak sebagai periosteum dan terikat kuat pada tulang.
Lapisan dalam terdapat dalam rongga subdural. Lapisan dalam duramater terpisah dari
lapisan luar tempat terbentuknya sinus dura.

3
2. Arakhnoid
Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang avaskular, rapuh, tipis dan
transparan. Seperti halnya dengan duramater, menyebrangi sulki dan hanya menuju
kedalam fisura-fisura utama saja. Dari membran arakhnoid banyak trabekula halus
menjurus kearah pia sehingga memberi gambaran sebagai sarang laba-laba.
Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai endotel disebut sebagai
meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-sel tersebut tersusun dalam lapisan tunggal,
ganda atau multipel menghadap kearah rongga sub dural. Lapisan dalam arakhnoid
dan trabekula ditutup oleh sel mesotelial yang dapat memberikan respon terhadap
berbagai rangsangan dan dapat membentuk fagosit.
Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang masuk kedalam sinus
sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga badan pacchioni, masing-masing terdiri
dari sejumlah villi arakhnoid yang berfungsi sebagai katup satu arah yang melewatkan
bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk kedalam sinus-sinus.
3. Piamater atau Pia (Leptomenings)
Piamater adalah lapisan meningen terdalam yang melekat erat dengan jaringan
otak dan medulla spinalis, yang mengikuti setiap kontur (sulki dan fisura) sambil
membawa pembuluh darah kecil yang memberi makanan pada jaringan saraf
dibawahnya.
Membran pia-glial dibentuk oleh eritrosit “end feet” yang berakhir di pia. Piamater
nampaknya berperan sebagai barrier atau penghalang masuknya benda-benda dan
organisme yang dapat merusak.

4
Gambar 1. Anatomi meningen otak
Sumber : Van de Graff, Kent. M. (1984)
4. Rongga Sub Arakhnoid
Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang terisi cairan
serebrospinal. Semua pembuluh darah, saraf otak serta medulla spinalis melewati
cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi infeksi pada rongga ini, maka pembuluh
darah dan saraf dapat terkena proses peradangan. Arteritis dan flebitis dapat
menyebabkan iskemi atau nekrosis jaringan otak.
Rongga sub arakhnoid tidak berhubungan dengan rongga sub dural, karena itu
leptomeningitis tidak menyebar kedalam rongga sub dural kecuali pada meningitis
oleh haemofilus influenza.
5. Sisterna Rongga Sub Araknoid
Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis memiliki
variasi-variasi setempat. Pada dasar otak dan sekitar batang otak, pia dan arakhnoid
memisah dan membentuk beberapa rongga besar yang disebut sisterna sub araknoid.
Tiga sisterna pada aspek ventral batang otak :
a. Sisterna khiasmatika yang berada didaerah khiasma optika.
b. Sisterna interpendunkularis yang berada di fosa interpedunkularis dari
mesensefalon.

5
c. Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula atau “Pons
medullary junction”.
Dua sisterna di aspek posterior batang otak :
a) Sisterna serebromedularis (sisterna magna) yang merupakan salah satu sisterna
terbesar, sisterna ini berada diantara pleksus khoroid medulla dan serebelum.
Foramina ventrikel IV membuka kedalam sisterna ini.
b) Sisterna superior (sisterna ambiens) sisterna ini mengelilingi permukaan superior
dan lateral mesensefalon didalam sisterna ini ditemukan vena serebri magna, arteri
serebri posterior dan serebeli superior
6. Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam otak yang saling
berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan serebrospinal yang dihasilkan dari
darah oleh pleksus khoroid.
Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang venterikel lateralis (kiri dan
kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga ini dihubungkan oleh aquaduktus
silvii.
Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan masing-masing
dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen interventrikularis dari monro.
Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4 bagian yaitu :
a) Kornu anterior
b) Sela media
c) Kornu inferior atau temporal
d) Kornu posterior
Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis tengah, diantara
pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV berhubungan dengan rongga sub arakhnoid
melalui kedua foramina dari luscka dan foramina magendi. Kedua foramen dari luscka
terletak dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi terletak sebelah belakang
medulla dan menghadap sisterna magna.
Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar adalah pleksus
khoroid ventrikel lateralis.
7. Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal

6
1) Pleksus khoroid
Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-pembuluh darah
piamater yang menjorok kesetiap rongga ventrikel, membentuk filter semi permeabel
antara darah arteri dan cairan serebrospinal. Setiap pleksus khoroid diliputi oleh satu
lapisan epitel ependima.
Tela khoroidea dari ventrikel lateralis adalah suatu membran tipis seperti jaring
laba-laba yang melalui foramen interventrikularis, berhubungan langsung dengan
pleksus khoroid ventrikel III. Tela ini dibentuk oleh invaginasi ependima oleh lipatan-
lipatan vaskular.
2) .Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak berbau dan hampir
bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel-ventrikel dan beredar
didalam rongga sub arakhnoid.
Fungsi cairan serebrospinal adalah menunjang dan membantali susunan saraf pusat
terhadap trauma.
8. Peredaran Darah Otak
1) .Peredaran darah arterial
Suplai peredaran darah arterial kestruktur-strukur intra kranial pada dasarnya
berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis interna dan kedua arteri vertebralis.
a) Arteri karotis interna
Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis komunis leher. Pembuluh
darah ini naik menuju basis kranii, membelah sebagai suatu pembuluh bentuk sigmoid
di dalam sinus kavernosus.
Arteri karotis interna hanya memberi cabang di rongga tengkorak, terdiri dari :
(1) Arteri optalmika
Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri sentralis retinae yang berjalan
ditengah-tengah nervus optikus dan berakhir diretina.
(2) Arteri khoroidalis anterior
Arteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus sampai pada ketinggian
korpus genikulatum lateralis dan kemudian menjadi bagian dari pleksus khoroid
ventrikel lateralis.

7
Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke pedunkulus serebri, kapsula
interna, nukleus kaudatus, hipokampus dan traktus optikus.

(3) Arteri serebri anterior dan media


Kedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri karotis interna. Arteri
serebri anterior memberi suplai darah pada lobus frontalis. Didalam fisura
longitudinalis serebri dapat ditemukan arteri komunikans anterior. Cabang-cabang
arteri serebri anterior berjalan menuju sisi medial lobus frontalis dan parietalis,
substansia perforata anterior, septum pellusidum dan sebagian dari korpus kalosum.
Arteri striata medialis memberi darah pada nukleus kaudatus, putamen dan bagian
anterior kapsula interna.Arteri serebri media memberi cabang-cabang kesisi lateral
lobus temporal dan parietal.
Arteri striata lateralis memperdarahi ganglia basalis dan kapsula interna. Arteri
komunikans posterior bersatu dengan ramus serebri posterior arteri basilaris. Dalam
perjalanannya memberi cabang ke kapsula interna dan talamus
b) Arteri vertebralis
Arteri vertebralis adalah cabang-cabang dari arteri sub klavia. Cabang-cabangnya
adalah arteri spinalis anterior dan posterior serta arteriae serebelaris inferior posterior.
Arteri basilaris dibentuk oleh kedua gabungan arteri vetrebralis, berjalan pada
aspek ventral pons. Cabang-cabangnya meliputi arteriae pontin, sereberalis inferior
anterior, labirintin, serebralis superior dan sereberalis posterior.
Arteri terakhir memperdarahi sisi medial dan inferior lobus oksipitalis dan
temporalis serta cabang-cabang khoroidal posterior ke pleksus khoroid ventrikel III
dan ventrikel lateralis.
c) Sirkulus willisi
Sirkulus willisi dibentuk oleh arteri-arteri komunikan anterior dan posterior serta
bagian proksimal arteri-arteri serebri anterior, media dan posterior.
Fungsi sirkulus willisi memungkinkan suplai darah yang adekuat ke otak
bilamana timbul oklusi arteri karotis atau vertebralis. Banyak arteri keluar dari
lingkaran ini, masuk ke substansia otak dan arteri-arteri ini sangat penting oleh karena

8
selain berkaliber kecil sehingga mudah tersumbat, juga merupakan “end artery” tanpa
peredaran kolateral dan memperdarahi daerah-daerah vital.
2) Peredaran darah vena
Peredaran darah vena tidak berperan besar dalam meningitis tuberkulosis. Terdiri dari
vena serebral internal dan eksternal. Tempat berakhirnya vena-vena otak ini di sinus-
sinus duramater.
D. Etiologi
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus,
bakteri, jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :

1. Bakteri:

a) Pneumococcus
b) Meningococcus
c) Haemophilus influenza
d) Staphylococcus
e) Escherichia coli
f) Salmonella
g) Mycobacterium tuberculosis

2. Virus :

a) Enterovirus

3. Jamur :

a) Cryptococcus neoformans
b) Coccidioides immitris

Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis


merupakan faktor penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.

E. Patogenesis
1. Terjadinya Penyakit

9
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis yang
dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan peningkatan
tekanan intracranial. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada
meningen. Edema dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan intra
cranial. Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier.
Masuknya dapat melalui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses
serebral atau kelainan system saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar
tengkorak dapat menyebabkan meningitis, dimana terjadi hubungan antara CSF dan
dunia luar. Masuknya mikroorganisme ke susunan saraf pusat melalui ruang sub
arachnoiddan menimbulkan respon peradangan pada via, arachnoid, CSF dan
ventrikel. Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan obstruksi pada
CSF dan menimbulkan hidrosefalus.

Meningitis bacterial: netrofil, monosit, limfosit dan yang lainnya merupakan


sel respon radang. Eksudat terdiri dari bakteri fibrin dan lekosit yang dibentuk di ruang
subarachnoid. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF
disekitar otak dan medulla spinalis. Terjadi vasodilatasi yang cepat dari pembuluh
darah dapat menimbulkan ruptur atau thrombosis dinding pembuluh darah dan
jaringan otak dapat menjadi infract. Meningitis virus sebagai akibat dari penyakit virus
seperti meales, mump, herpes simplek dan hespes zoster. Pembentukan eksudat pada
umumnya tidak terjadi dan tidak ada mikroorgnaisme dapa kultur CSF. Kebanyakan
bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari nasofaring atau
secara. Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke
meningen. Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk
lesi di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi
primer. Penyebaran secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi
keadaan ini jarang ditemukan. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil
dan antigen TB dari fokus kaseosa (lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses
imunologik, langsung masuk ke ruang subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi
3–6 bulan setelah infeksi primer.

10
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebrospinal dalam bentuk dalam bentuk
kolonisasi dari nasofariang atau secara hematogen menyebar ke pleksus
koroid,parenkim otak atau selaput meningen. Vena-vena yang mengalami
penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde transmisi dari infeksi. Kerusakan
lapisan dura dapat di sebabkan oleh farktur,paska bedah saraf,injeksi secara
epidural,tindakan anastesi,adanya benda asing seperti implant koklear,VP shunt,dll.
Sering juga kolonisasi organism pada kulit dapat menyebabkan meningitis.walaupun
meningitis di katakana sebagai peradangan pada selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan
vena dan memblok cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus,
peningkatan intracranial, dan herniasi.

Skema patofisiologi meningitis tuberculosa

BTA masuk ke dalam tubuh

Tersaring melalui inhalasi jarang pada kulit,saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru/focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningen

Membentuk tuberkel

BTA tdk aktif/dormain bila daya tahan tubuh menurun

Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

Meningitis TB

11
F. Klasifikasi
Menurut Smeltzer. S.C and Brenda. G. Bare (2010 : 2175) klasifikasi meningitis
dibagi menjadi 3 tipe utama yaitu meningitis asepsis, sepsis dan tuberkulosis.
a) Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau menyebabkan
iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, leukemia,
atau darah di ruang sub arakhnoid.
b) Meningitis sepsis menunjukan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri
seperti meningokokus,stafilokokus, atau basilus influenza.
c) Meningitis tuberkulosis disebabkan oleh bakteri mikobakterium tuberkulosis.
Sedangkan menurut Arief Mansyur (2010 : 11) berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi dalam 2 golongan yaitu :
a) Meningitis serosa adalah radang selaput otak, arakhnoid, dan piamater yang
disertai cairan otak yang jernih penyebab tersering adalah Mycobacterium
tuberculosis, penyebab lain adalah virus, toxoplasma dan ricketsia.
b) Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater yang
meliputi otak dan medulaspinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitidis (meningokok), Streptococcus
haemoliticus, Staphylococcus coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeruginosa.
Klasifikasi atas dasar gejala klinik yang dapat meramalkan prognosis penyakit
menurut Medical Research Council of Great Britain sebagai berikut :
a) Stadium I : Klien menunjukan sedikit atau tanpa gejala klinis
meningitis, tanpa parese, dalam keadaan umum yan baik dan
kesadaran yang penuh.
b) Stadium II : Klien dengan keadaan diantara stadium I dan III
c) Stadium III : Klien tampak sakit berat, kesadaran stupor atau koma dan
terdapat parese yang berat (hemiplegi atau paraplegi).
Menurut gambaran klinik terbagi 3 stadium yaitu :
a) Stadium Prodormal : kesadaran baik, rangsang meningen bisa positif atau negatif
pada akhir stadium, kelainan neurologis, dan klien biasanya tampak sehat,

12
gelisah, penurunan berat badan, suhu febris, mual, muntah, apatis, malaise,
anorexia, dan nyeri kepala.
b) Stadium Transisional : mulai terjad penurunan kesadaran, terdapat rangsang
meningeal, dan terdapat tanda-tanda fokal neurologi yaitu opthalmologi dan
hemiparese.
c) Stadium Terminal : penurunan tingkat kesadaran sampai koma, tanda-tanda
neurologis (hemiplegi, para parese, gangguan nervus kranial II,III,IV,VI,VIII,
respirasi terdapat cheyne stokes.
G. Manifestasi Klinik
Meningitis tuberkulosis umumnya memiliki onset yang perlahan. Terdapat
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis, biasanya memiliki TB aktif atau
riwayat batuk lama, berkeringat malam dan penurunan berat badan beberapa hari
sampai beberapa bulan sebelum gejala infeksi susunan saraf pusat muncul.
Gejala meningitis tuberkulosis sangat bervariasi, gejala awal biasanya mirip
dengan infeksi umum lainnya yaitu:
a) berupa kelemahan umum (malaise)
b) demam yang tidak terlalu tinggi
c) nyeri kepala yang hilang timbul
d) muntah.
e) Setelah gejala awal berlangsung selama sekitar 2 minggu timbul gejala nyeri
kepala yang persisten dan nyeri tengkuk yang berhubungan dengan rangsang
meningeal
f) timbul tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial dan defisit neurulogik fokal
(parese pada nervus kranial dan hemiparese)
g) Inflamasi arteri pada basis kranii disertai penyempitan dan pembentukan
trombus pada lumennya menimbulkan iskemik dan infark serebri dengan
berbagai defisit neurologi sebagai akibatnya. Saraf kranial II, III, IV, VI, VII dan
VIII sering mengalami kompresi oleh eksudat yang kental. Pada stadium lanjut
terjadi gerakan involunter, hemiplegi, kesadaran yang semakin menurun dan
terjadi hidrosefalus.

13
h) Ensefalopati tuberkulosis secara klinis memberikan sindrom berupa kejang,
stupor atau koma, gerakan involunter, paralise, deserebrasi atau rigiditas dengan
atau tanpa tanda klinis meningitis atau kelainan cairan serebrospinalis.
H. Diagnosis
Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan
penderita TB.
2. Lumbal pungsi
3. Gambaran LCS pada meningitis TB :
a) Warna jernih / xantokrom
b) Jumlah Sel meningkat MN > PMN
c) Limfositer
d) Protein meningkat
e) Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah
Pemeriksaan tambahan lainnya :
f) Tes Tuberkulin
g) Ziehl-Neelsen ( ZN )
h) PCR ( Polymerase Chain Reaction )
i) Rontgen thorax
j) TB apex paru
k) TB milie
l) . CT scan otak
m) Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
n) Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
o) Komplikasi : hidrosefalus
p) MRI

Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan


aglutinasi Latex. Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb
dalam kultur CSS. Namun pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu

14
yang lama dan memberikan hasil positif hanya pada kira-kira setengah dari
penderita

I. Penatalaksanaan

Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :

a) Rifampicin ( R ) Efek samping : Hepatotoksik


b) INH ( H ) Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
c) Pyrazinamid ( Z ) Efek samping : Hepatotoksik
d) Streptomycin ( S ) Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
e) Ethambutol ( E ) Efek samping : Neuritis optika
f) Regimen : RHZE / RHZS

Nama Obat DOSIS

INH Dewasa : 10-15 Anak : 20


mg/kgBB/hari+ piridoksin 50 mg/kgBB/hari
mg/hari

Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam


pertamaDilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20


mh/kgBB/hari

Di samping tuberkulostatik dapat diberikan rangkaian pengobatan dengan


deksametason untuk menghambat edema serebri dan timbulnya perlekatan-perlekatan
antara araknoid dan otak. Steroid diberikan untuk:

a) Menghambat reaksi inflamasi


b) Mencegah komplikasi infeksi
c) Menurunkan edema serebri

15
d) Mencegah perlekatan
e) Mencegah arteritis/infark otak

Indikasi Steroid :

a) Kesadaran menurun
b) Defisit neurologist fokal

Dosis steroid :

Deksametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena


selama 2 minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.

Bagan Penatalaksanaan Meningitis. Jika dijumpai tanda klinis meliputi:

1) Panas

2) Kejang

3) Tanda rangsang meningeal

4) Penurunan kesadaran

Cari tanda kenaikan tekanan intra cranial :

1) Mual muntah hebat

2) Nyeri kepala

3) Ubun-ubun cembung (anak)

J. Prognosis

Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi


seawal mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan
dijumpai gejala sisanya. Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh,
baik sembuh dengan cacat motorik atau mental atau meninggal tergantung :

a) umur penderita.

16
b) Jenis kuman penyebab
c) Berat ringan infeksi
d) Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e) Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f) Adanya dan penanganan penyakit.

17
Bagian Keperawatan Medikal Bedah
Program Profesi Ners
STIKes Panakkukang Makassar

Asuhan Keperawatan (ASKEP) Pada “Tn.S” Di Ruangan Infeksi Center (IC) Kamar
Bed 1

Dengan Gangguan Meningitis Tb

OLEH :
ARHAM, S.Kep
17. 04. 055

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
T.A 2017/2018

18
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama mahasiswa yang mengkaji : Arham, S.Kep


Ruangan : Infeksi Center Tanggal masuk : 10/04/2018
Kamar 01 : BED 1 Tanggal pengkajian : 02/05/2018
No. RM : 839454 Waktu pengkajian : 15.30 wita
A. IDENTITAS
1. KLIEN
Nama : Tn.’’S’’
Tempat/tanggal lahir (umur) : 13-11-1987 (30 tahun)
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Warga negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Blitar. Jl lingle Kaman, RW 002
2. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan klien : Saudara
Alamat : Blitar. Jl lingle Kaman, RW 002
B. DATA MEDIK
1. Dikirim oleh : Unit Gawat Darurat RSWS
2. Diagnosa Medik :Imunodefisiensi Syndrome, infeksi TORCH,
CAP, Hiperglikemi, Moderate Malnutrition, TB Paru dd pneumotoraks
3. Diagnosa saat dikaji : Imunodefisiensi Syndrome, infeksi TORCH,
CAP, Hiperglikemi, Moderate Malnutrition, TB Paru dd pneumotoraks

C. STATUS KESEHATAN SAAT INI

19
1. Keluhan utama : Nyeri
2. Alasan Masuk RS : klien mengatakan alasan masuk di rumah sakit
karena kline mengelu demam dan sakit kepala serta mual munta dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu
3. Riwayat Keluhan Sekarang : Nyeri dan klien mengatakan mengatakan sulit
tidur.
4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya,
a. Sendiri: klien hanya berbaring dan tidak banyak gerak.
b. Oleh orang lain: Selalu di kipas-kipas oleh keluarga sampai klien tertidur.
D. KEADAAN UMUM
1. Keadaan sakit : Klien terlihat berbaring di tempat tidur
2. Penggunaan alat medik : Terpasang selang NGT
3. TANDA-TANDA VITAL
a. Kesadaran
Kualitatif : GCS 14
Kuantitatif : M: 5, V: 5, E: 4
Kesimpulan : Compos Mentis.
b. Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 136/80 mmHg.
Suhu : 37oc.
Nadi : 90x/menit.
Pernapasan frekuensi : 22x/menit.
Irama : Teratur.
Jenis : Pernapasan dada.
c. Antropometri
Tingi Badan : 169 cm.
Berat Badan : 54 Kg.
Indeks Masa Tubuh : 19 kg/m2
E. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
1. Penyakit Yang Pernah Dialami.
a. Kanak-kanak : Tidak pernah

20
b. Kecelakaan : Tidak pernah
c. Pernah dirawat : Pernah di rawat 1 bulan yang lalu dengan penyakit
demam typoid
d. Operasi : Tidak pernah
e. Alergi : Tidak ada alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
2. Imunisasi : klien mengatakan di imunisasi.
3. Kebiasaan : Tidak ada
Riwayat Merokok :-
Riwayat Minum Alkohol : -
F. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genokram :

60 58 57 54 52 45

45 40 35 32 30
44
05
Ket : 5

Laki-laki : Kawin : Pasien :

Perempuan: Serumah : Meninggal : X

21
Komentar:
Generasi I : Kakek dan nenek dari aklien meninggal karena faktor usia
Generasi II : Ayah Klien meninggal kerana factor menderita penyakit liver, sedangkan
ibu klien masih hidup dan sehat walaafiat. Ibu sekarang tinggal serumah
dengan anak keduanya.
Generasi III : klien adalah anak ke 5 dari 5 bersaudara dan sekarang klien di rawat di
RS wahidin dengan diagnose medis Imunodefisiensi Syndrome, infeksi
TORCH, CAP, Hiperglikemi, Moderate Malnutrition, TB Paru dd
G. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN
1. Kajian Persepsi Kesehatan-Pemeliharaan Kesehatan
 Riwayat penyakit yang pernah di alami : klien pernah di rawat di rumah sakit 1
bulan dengan penyakit demam typoid
 Riwayat Kesehatan Sekarang : klien mengatakan nyeri pada dadanya seblah
kiri,dan klien masih sering merasa pusing
a. Data subjektif
1) Keadaan sebelum sakit: klien mengatakan pola kesahatannya baik
sebelum masuk Rumah Sakit klien
b. Keadaan sejak sakit: klien mengeluh nyeri pada dada sebelah kiri dan sulit
untuk tidur kalau malam hari
c. Data objektif
1) Kebersihan Rambut : Rambut nampak bersih.
2) Kebersihan Kulit : Kulit klien bersih, tapi kering
3) Hygiene Rongga Mulut: Rongga mulut Nampak kotor dan terdapat
bercak putih dan bibir Nampak kering
2. Kajian Nutrisi Metabolik
a. Data Subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan makan 3 x sehari porsi
dihabiskan 1 piring : nasi dan lauk pauk.
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan makan 3x sehari dengan
porsi yang disediakan RS tidak dihabiskan
b. Data Obyektif

22
1) Observasi : Klie menghabiskan porsi makanan yang disediakan RS
2) PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut : Rambut Nampak bersih tapi sedikit rontok
Konjungtiva : konjungtiva baik
Palpebra : Tidak ada edema palpebra
Sclera : Sclera klien tidak ikterus
b). Sistem Respirasi
Inspksi:
a) Bentuk normal chest
b) Tidak Terdapat otot bantu pernapasan
c) Tidak ada retraksi otot supraclavicula
d) Pernapasan 22 x/menit
e) Jalan Napas : Tidak ada sumbatan
Palpasi:
a). Vocal Fremitus : Getaran seimbang antara kiri dan kanan.
Perkusi:
a). Terdengar bunyi sonor seluruh lapang paru
b). Perkusi Dada : Sonor
Auskultasi:
a) Suara Napas : Tidak Terdengar suara napas vesicular.
b) Suara Ucapan :Tidak Terdengar suara Pectoriloquy yang
terdengar jauh dan kurang jelas.
c) Suara Tambahan : Tidak terdengar bunyi suara tambahan
d) Irama : Teratur
e) Kedalaman : Normal
f) Pola napas : Normal
g) Septum : Tidak ada
h) Bentuk dada : Normal chest
i) Ekspansi Dada : Simetris

23
j) Auskultasi : Vesikuler
d). Sistem kardioveskuler
Inspeksi:
a) Ictus Kordis : Tidak tampak
b) Pasien tidak menggunakan alat pacu jantung
c) Sianosis : Tidak ada
d) Pucat : Tidak ada
Palpasi:
a) Ictus Cordis (Apeks Jantung): Kekuatan kuat angkat
b) Thrill : Tidak adanya getaran (Negatif)
Perkusi:
a) Batas atas Jantung ICS 2-3
b) Batas kanan Jantung linea sternalis kanan
c) Batas kiri Jantung linea medioclavicularis kiri.
Auskultasi:
a) Terdengar bunyi jantung I pada fase systole dan Bunyi jantung II
pada fase diastole
b) Tidak bunyi Jantung III irama gallop
c) Nadi : 90 x/menit
d) Bruit Aorta Negatif
e) Bruit Arteri Renalis Negatif
f) Bruit Arteri Femoralis Negatif
g) JVP : < 2 cm H2O (Normal)
h) Capillary refill time : < 2 detik (memanjang), normalnya <2 detik
i) Irama jantung : Reguler
j) Distensi vena junggularis : tidak
e). Sistem Neurosensori
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan 12 Saraf Kranialis
a) Nervus I (Olfactorius) : Fungsi penciuman pasien baik (mampu
membedakan bau susu dan bau obat)

24
b) Nervus II (Optikus) : Fungsi penglihatan pasien baik tapi
kelopak mata tak bisa membua secara maksimal
c) Nervus III – IV – VI (Oculomotorius, Troklearis dan Abdusen) :
Respon pupil baik diameter 2,5 mm/2,5 mm. Tidak ada devisiasi
bola mata. Klien mampu menoleh ke kiri dan kekanan.
d) Nervus V (Trigeminus) : pasien dapat mengedipkanm mata
e) Nervus VII (Facialis) : tidak bisa tersenyum
f) Nervus VIII (Vestibulokoklearis) : klien bisa mendengar dengan
baik
g) Nervus IX (Glosopharingeal) dan Nervus X (Vagus) : pasien bisa
menelan.buah nasi dan lauk pauk yang di makannya
h) Nervus XI (Accesorius) : pasien dapat menoleh kiri dan kanan
i) Nervus XII (Hypoglosus) : pasien dapat mengunya dan bicara
walaupun pelan
j) Kaku Kuduk Negatif
f). Sistem Gasroinstestinal
Inspeksi :
a. Mulut : Mukosa kotor dan bercak putih
b. Rongga mulut : Rongga mulut klien kotor
c. Gigi palsu : Tidak ada terpasang gigi palsu
d. Mual : Tidak
e. Kemampuan mengunyah : Tidaka ada masalah
f. Lidah : lidah klien kotor kekuningan
Palpasi :
a. Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening.
b. Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
g). Abdomen
Inspeksi :
(a) Bentuk Perut normal
(b) Tidak Ada bayangan vena

25
(c) Tidak ada benjolan/Massa
(d) Tidak ada ascites
Auskultasi : Peristaltik usus kesan normal
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen atas
Perkusi : Terdengar bunyi pekak pada abdomen kanan atas
h). Hepar & Lien
Inspeksi : Bentuk perut normal, tdak ada penonjolan hepar
Palpasi : tidak ada masalah pada Hepar
Perkusi : Terdengar bunyi pekak
3. Kajian Pola Eliminasi
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan BAB 3x
sehari, lunak, warna kuning, tidak ada darah, tidak nyeri dan BAK 3
- 4x sehari warnanya kuning jernih.
2) Keadaan sejak sakit :
a) Klien mengatakan BAB 2x sehari
b) BAK 3-4 x/hari (Urin Warrna kuning jernih)
b. Data obyektif
1) Observasi : Urine berwarna kuning pekat
2) Pemeriksaan fisik
3) Peristaltik usus : 16 x/menit.
4) Palpasi suprapubik : Tidak ada nyeri.
5) Vesika urinaria : Kosong.
4. Kajian Pola Aktivitas Dan Latihan
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan beraktivitas dengan baik
setiap hari
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas seperti biasa
b. Data obyektif
Aktivitas harian

26
Makan :0
Keterangan :
Mandi :2
0 : Mandiri
Berpakaian :2
Kerapian :2 1 : Bantuan dengan alat
BAB :2 2 : Bantuan orang
BAK :2
3 : Bantuan orang dan alat
Mobilisasi ditempat tidur : 2
4 : Bantuan penuh
Ambulasi :2
Anggota gerak cacat : Tidak ada
Tracheostomi : Tidak ada
Lengan dan Tungkai
a) Tidak ada atropi otot
b) Terjadi kekakuan sendi pada ekstremitas bawah
c) Uji kekuatan otot
4 4
4 4

d) Refleks fisiologi Positif


e) Clubbing Finger Negatif
Columna Vertebralis
Inspeksi:
a) Bentuk tulang verterbralis normal, tidak ada kelainan bentuk
b) Tidak ada kemerahan daerah punggung dan bokong
5. Kajian Pola Tidur
a. Data subyekti:
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan pola tidur teratur, malam
hari 8 – 10 jam. Mudah untuk tertidur tanpa bantuan.
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan hanya bisa tidur sekitar 4
jam di malam hari
b. Data obyektif :
1) Observasi : Ekspresi wajah mengantuk, kelopak mata bagian bawah
tidak gelap

27
2) Terapi : Tidak ada.
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan klien tidak pernah
menggunakan alat bantu pendengaran dan penglihatan.
2) Keadaan sejak sakit : Klien mengatakan klien tidak menggunakan
alat bantu penglihatan atau pendengaran.
b. Observasi : Mampu mengenali tempat, orang, dan memberikan respon
verbal dan non verbal.
7. Kajian Pola Persepsi Dan Konsep Diri
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit: Klien mengatakan bahwa klien sangat
menyayangi keluarganya
2) Keadaan sejak sakit: klien mengatakan ikhlas menerima penyakit
yang saat ini diderita olaeh anakknya
b. Data obyektif
1) Observasi
a) Kontak mata : Klien menatap teman bicara walaupun
matanya sayup
b) Rentang perhatian : Klien memperhatikan teman bicara
ketika berkomunikasi walaupun dengan kondisi yang tidak
memungkinkan
c) Postur tubuh : Terlentang
2) Pemeriksaan fisik
a) Pasien tidak memiliki kelainan bawaan
b) Bentuk abdomen klien normal
c) Tidak Ada lesi pada kulit
8. Kajian Pola Peran Dan Hubungan Dengan Sesama
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit: klien hidup secara mandiri belum ada
tanggung jawab pada keluarga

28
2) Keadaan sejak sakit: berhung karena sakit jadi klien di bantu oleh
dalam beraktivitas
b. Data obyektif
Observasi :Klien ditemani oleh sanak saudara.
9. Kajian Mekanisme Koping Dan Toleransi Terhadap Stress
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : klien mengatakan tidak ada beban pikiran
dan santai
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan tidak banyak pikiran
b. Data obyektif
Observasi : Klien bergantung kepada istri dalam memenuhi kebutuhan :
Klien tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasa.
10. Kajian Pola Sistem Nilai Kepercayaan
a. Data subyektif
1) Keadaan sebelum sakit : Klien mengatakan rajin beribadah,
melaksanakan sholat dan mengaji
2) Keadaan sejak sakit : klien mengatakan klien tidak bisa lagi
melakukan aktivitas sehari-harinya
b. Data obyektif : Klien tidak mampu melaksanakan ibada.

29
11. Risiko Jatuh (SKALA MORSE)
Faktor Risiko Skala Score

Standar Hasil

Riwayat Jatuh Yes 0 0


No 0
Diagnosis Sekunder Yes 0 0
No 0
Menggunakan alat-alat Furnitur 0 0
bantu Menyokong tongkat/alat 0
penopang/walker
Bed Rest 0
Obat Yes 20 0
No 0
Gaya berjalan Terganggu 20 0
Lemah 10
Normal 0
Kesadaran Lupa/Pelupa 15 15
Baik 0

SKOR 15

Keterangan/Kesimpulan: Klien Tn “S” Resiko jatuh Sedang

Risiko Tinggi ≥ 45

Risiko Sedang 25 – 44

Risiko rendah 0 – 24

30
12. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pathology klinik

Nama : Sutikno RM : 839454


JK : Laki-laki 11-13-1987 Tgl Registrasi : 2-05-2018 10:25:40
Diagnosa : Human immunidefesiensi virus Tgl Hasil : 2-05-2018 11:40:06
Hasil Nilai Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hematologi rutin
WBC 3.1 4.00-10.0 10’3/ul
RBC 4.60 4.00-6.00 10’6/uL
HBG 12.8 12-16.0 gr/dl
HTC 37 37.0-48.0 %
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 136 140 mg/dl
Fungsi Ginjal
Ureum 28 10-50 mg/dl
Kreatinin 0.70 L(<1.3)P(<1.1) mg/dl
Fungsi Hati
SGOT 39 <38 U/L
SGPT 50 <41 U/L
IMUNOLOGI
Penanda hepatitis
HBsAg(ICT) Non reactive Non reactive
Anti HCV(ICT) Non reactive Non reactive
KIMIA DARAH
Eletrolit 125 136-145 mmol/l
Natrium 3.2 3.5-5.1 mmol/l
Klorida 95 97-111 mmol/l

31
13. Terapi Medis
No. Nama obat Dosis Rute

1 Ku : lemah kesadaran : komposmentis


Th/ :
 Infuse NaCl 0.9% 20tpm IV
 Clindamycin 960mg 8/jam Oral
 Nystasin Drops 8/jam Oral

2 Th/Neuro :
 Head up 300
 Glaucon 250mg 12/jam NGT
 Citicolin 250mg 12/jam NGT

 Omeprazole20mg 24/jam NGT

 Neurodex 1 tab NGT

 Flunarizin 5mg 12/jam NGT


24/jam Oral
 Dexamethason 3mg
 2 tab /pagi/oral
 2 tab/siang/oral
 2 tab/malam/oaral
3 Th/Gizi klinik:
 Zink 20mg 24/jam NGT
 Neurodek 1 tab 24/jam NGT
 Curcuma 400mg 8/jam NGT

 Vit .A 6000IU 24/jam NGT

 Pujimin 2 Capsul 8/jam NGT

 EPA 440mg 8/jam NGT


8/jam NGT
 Calsitriol 1 tab
4 Th/Pulmo :
 4FCD 4 tab 24/jam H-12 Oral
 Streptomycin 1gr 24/jam H-12 IM

32
14. ANALISA DATA

No Data focus Masalah

Ds :

a. Klien mengatakan nyeri pada dadanya sebelah kiri


1. b. Klien mengatakan biasa pusing

Do
a. Ekpresi wajah merings
b. Nampak klien memegang dadanya yang nyeri
c. Keadaan umum kurang baik
d. Pengkajian skala nyeri :
P : ketika di sonde kn susu NYERI AKUT
(00132)
Q :hilang timbul (nyeri tajam)
R :di dada sebelah kiri
S : Skala nyeri 3 (0-10)
T : saat pemberian sondek
e. PTSN (Vital Sign)
TD : 136/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 37°c
P : 22x/menit

2.
Ds :

a. Klien mengatakan tidak bisa membuka matanya


terlalu lebar
RESIKO
b. Klien mengatakan tidak tahan melihat cahaya yg
KETIFAKEFEKTIFAN
terlalu telang
JARINGAN OTAK
c. Klien mengatakan masih sedikit pusing
(00201)
Do :

a. Klien Nampak reflesk pupil melebar


b. Klien Nampak berbicara pelan
Ds : INTOLERAN
a. Keluarga klien mengatakan tidak bisa melakukan
aktivitas secara mandiri AKTIFITAS
b. Keluarga klien mengatakan pasien dibantu saat (00092)
makan dan hendak ke Wc untuk BAB dan BAK

33
2. Do:
a. klien Nampak di bantu dalam aktivitasnya
b. pengkajian pola aktifitas :
skore 2 di bantu orang lain
f. PTSN (Vital Sign)
TD : 136/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 37°c
P : 22x/menit

DS:

a. keluarga klien mengatakan sulit tidur di malam


hari hanya 4 jam
b. keluarga klien mengataka klien selalu terbangun
3. di malam hari di karenakan kepanasan dan GANGGUAN POLA
keringatnya
TIDUR
DO : (00198)
a. klien Nampak selalu mengaup

15. Diagnosa keperawatan


Diagnosis Keperawatan Tanggal ditemukan Tanggal teratasi
NANDA 2015 – 2017
1. Nyeri akut 1 Mei 2018, jam
Domain 12 : Kenyamanan 14.20
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
Kode : 00132
2. Resiko Ketidakefektifan jaringan 1 Mei 2018, jam
otak 14.20
Domain 4 :aktivitas /istrahat
Kelas 4 : Respons
kardiovaskular/pulmonal
Kode : 00201

34
3. Intoleran aktivitas b/d keletihan 1 Mei 2018,jam
Domain 4 : aktivitas /istrahat 14.20
Kelas 4 :Respons
kardiovaskular/pulmonal
Kode : 00092
4. Gangguan pola tidur 1 Mei 2018, jam
Domain 4 : Aktifitas/istirahat 14.20
Kelas 1 : Tidur dan istirahat
Kode : 00198

35
INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn.S Ruangan/Kamar : Infeksi center


No. RM : 839454 Kamar/Bed : 1/1
No NANDA: Nursing Diagnosis 2015-2017 Nursing Outcomes Classification Nursing Interventions Classification
(NOC) (NIC)
1. 1 Outcomes :  Manajemen nyeri
Nyeri Akut
. (00132) a. Tingkat Nyeri Aktivitas Keperawatan:
1 b. Kontrol Nyeri  Observasi reaksi nonverbal dari
Ds :
2. 1 c. Tingkat Ketidaknyamanan ketidaknyamanan.

 Klien mengatakan nyeri pada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8  Lakukan pengkajian nyeri secara
1 sebelah kiri
dadanya jam, diharapkan nyeri berkurang dengan skala 4 komprehensif termasuk lokasi,

 Klien mengatakan biasa pusing (sedang) dengan criteria hasil : karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas
a. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, dan faktor presipitasi.
Do frekuensi, dan tanda nyeri)  Ajarkan teknik non farmakologis :
 Ekpresi wajah merings b. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, teknik relaksasi napas dalam, distraksi,
 Nampak klien memegang dadanya mampu menggunakan teknik nonfarmakologi kompres hangat.
yang nyeri untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Berikan informasi mengenai nyeri

36
 Keadaan umum kurang baik c. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan seperti penyebab nyeri, berapa lama
Pengkajian skala nyeri : menggunakan manajemen nyeri. nyeri dirasakan
P : ketika di sonde kn susu d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang  Berikan posisi.
Q :hilang timbul (nyeri tajam)  Pemberian Analgesik
R :di dada sebelah kiri Aktivitas Keperawatan:
S : Skala nyeri 3 (0-10) 1. Kolaborasi pemberian obat
T : tidak menentu
PTSN (Vital Sign)
TD : 136/80 mmHg
N : 90x/menit
S : 37°c
P : 22x/menit
Resiko
3. ketidakefektifan perfusi Outcome NOC  Manajeman sensasi perifer
jaringan otak  Sirculation status  Monitoring adanya daerah tertentu
 Tissue prefusion : serebral yang hanya peka terhadap
Ds :
Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x8 panas/dingin/tumpul
 Klien mengatakan tidak bisa jam maka di harapakan kondisi pasien dapat membaik  Batasi gerak kepala, leher dan
membuka matanya terlalu lebar
 Klien mengatakan tidak tahan dengan criteria hasil : punggung

37
melihat cahaya yg terlalu telang 1. Tekana systole dan diastole dalam rentang yang  Monitor level kebingungan dan
 Klien mengatakan masih sedikit
di harapkan orientasi
pusing
2. Menunjukan perhatian, konsentrasi dan  Monitor adanya diplopia, pandangan
Do :
orientasi kabur, nyeri kepala
 Klien Nampak reflesk pupil melebar 3. Memproses informasi
 Klien Nampak berbicara pelan
Intoleran
4. Aktifitas (00092) Outcome NOC NIC
Ds : 1. Self care : ADLs  Activity therapy
 Observasi adanya pembatasan klien
 Keluarga klien mengatakan tidak bisa 2. Toleransi aktifitas
dalam melakukan aktivitas
melakukan aktivitas secara mandiri 3. Konservasi energy
 Keluarga klien mengatakan pasien Setelah dilakukan tindakan keeperawatn selama 3x8  Kaji adanya factor yang menyebabkan

dibantu saat makan dan hendak ke jam pasien bertoleransi terhadap aktifitas dengan kelelahan

Wc untuk BAB dan BAK kriteria hasil:  Monitor nutrisi dan sumber energy yang

Do: 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai adekuat

 klien Nampak di bantu dalam peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Monitor pasien akan adanya kelelahan

aktivitasnya 2. Mampu melakukan aktifiras sehari-hari (ADLs) fisik dan emosi secara berlebihan

 pengkajian pola aktifitas : secara mandiri  Monitor respon kardiovaskuler terhadap


skore 2 di bantu orang lain 3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat aktivitas (takikardi, disritmia, sesak
PTSN (Vital Sign) napas, diaphoresis, pucatperubahan

38
TD : 136/80 mmHg hemodinamik)
N : 90x/menit  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/
S : 37°c istirahat pasien
P : 22x/menit

5. 4 0utcomes NOC: NIC :


Gangguan Pola Tidur (00198)  Comfort level Sleep enhancement
 Rest : extent and pattern  Ciptakan lingkungan yang nyaman
DS:
 Sleep : extent ang pattern  Diskusikan dengan pasien atau
 keluarga klien mengatakan sulit tidur Setela di lakukan tindakan keperawatan selama 3x8 keluarga pasien tentang tehnik tidur
di malam hari hanya 4 jam jam makah di harapkan pola tidur klien dapr pasien

 keluarga klien mengataka klien selalu meningkat dengan criteria hasil :  Monitoring waktu makan dan minum
terbangun di malam hari di 1. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 dengan waktu tidur
karenakan kepanasan dan jam/hari  Monitoring/catat kebutuhan tidur
keringatnya 2. Pola tidur,kualitas dalam batas normal pasien setiap hari dan jam.

DO :
 klien Nampak selalu mengaup

39
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN I

Nama Pasien : Tn.S Ruangan/Kamar : Infeksi center


No. RM : 839454 Kamar/Bed : 1/1
Diagnosis Hari / Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi Nama Jelas
Keperawatan Tanggal & Paraf
Rabu, 14.00  Mengobservasi reaksi nonverbal dari Rabu, 2 Mei 2018 Jam 23.00 WITA
Nyeri Akut 2/05/2018 ketidaknyamanan. S : klien mengatan masih terkadang meringis arham
Hasil: Wajah klien datar O : Skala nyeri 3 (ringan). Tanda – tanda vital :
14.10  Observasi TTV : TD : TD : 136/80 mmHg, nadi : 90,
Hasil : TD :136/80 N :90 P:22 S :370c pernapasan : 22 x/menit, suhu : 37oC
14.15  Melakukan pengkajian nyeri secara A : pantau- status klien
komprehensif termasuk lokasi, P : lanjutkan intervensi
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dan  Management nyeri
faktor presipitasi.  Kalaboratif pemberian analgetic
Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada
kepala dan pusing , nyeri yang dirasakan
14.20 terasa tajam yang datang hilang tibul dengan

40
skala 3 (ringan).
14.35  Mengajarkan teknik non farmakologis :
mesase
Hasil: Klien diajarkan tehnik relaksasi
15.00  Berikan posisi : miring kanan miring
kiri,duduk
Hasil : pasien merasa nyaman
15.10  Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Hasil : -
Resiko Rabu, 14.50  Monitoring adanya daerah tertentu yang Rabu, 2 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
ketidakefektifan 2/05/2018 hanya peka terhadap panas/dingin/tumpul S : Pasien merasa lemah
perfusi jaringan Hasil : tidak terdapat tanda perubahan O : pasien dalam posisi setengah duduk di
otak sendori tempat tidur
15.06  Batasi gerak kepala, leher dan punggung A : pantau status pasien
Hasil : berikan posisi semi fowler P : Lanjutkan intrvensi
15.20  Monitor level kebingungan dan orientasi Manajeman sensasi ferifer
Hasil : klien mampu mengenal tempat dan
orang di sekitarnya

41
16.00  Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
nyeri kepala
Hasil : klien mengatakan pusing
 Observasi adanya pembatasan klien dalam Rabu, 2 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
Intoleran Rabu 14.00 melakukan aktivitas S : Pasien merasa lemah arham
akitvitas 2/05/2018 Hasil : klien hanya mampu duduk di O : pasien dalam posisi setengah di tempat tidur
tempat tidur A : pantau status pasien
14.10  Kaji adanya factor yang menyebabkan P : Lanjutkan intrvensi
kelelahan Therapy aktivitas
14.15  Monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat
Hasil : klien hanya sering terlihat makan
buah apel.dan pisang
14.20  Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
Hasil : aktivitas di batasai
14.25  Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak napas,

42
diaphoresis, pucat perubahan
hemodinamik)
Hasil :tidak ada perubahan kadioveskuler.
17.10  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ Rabu, 2 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
Rabu istirahat pasien S : keluarga dan pasien mengatakan paham arham
Gangguan pola 2/05/2018 Hasil : pasien hanya mampu tidur 4 jam di tentang arahan yang di berikan
tidur malam hari O : pasien tertidur
17.15  Ciptakan lingkungan yang nyaman A : masalah belum teratasi
Hasil : matikan lampu sebelum tidur di P : lanjutkan intervensi
malam hari Sleep enhancement
17.25  Diskusikan dengan pasien atau keluarga
pasien tentang tehnik tidur pasien
18.28  Monitoring waktu makan dan minum
dengan waktu tidur
Hasil : sebulm jam tidur makan dan
minum sudah di berikan

43
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN II

Nama Pasien : Tn.R Ruangan/Kamar : Brain center


No. RM : 839963 Bed : 11
Diagnosis Hari / Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi Nama Jelas
Keperawatan Tanggal & Paraf
Kamis, 15.00  Mengobservasi reaksi nonverbal dari Kamis, 3 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
Nyeri Akut 3/05/2018 ketidaknyamanan. S : Klien mengatan masih terkadang nyeri arham
Hasil: Wajah klien datar O : Skala nyeri 2(ringan). Tanda – tanda vital :
18.00  Observasi TTV : TD : TD : 130/100 mmHg, nadi : 80,
Hasil : TD :130/100 N :00 P:18 S :360c pernapasan : 18 x/menit, suhu : 36oC
15.00  Melakukan pengkajian nyeri secara A : Tujuan tercapai
komprehensif termasuk lokasi, P : masalah teratasi
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dan  Management nyeri
faktor presipitasi.  Kalaboratif pemberian analgetic
Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada
kepala dan pusing , nyeri yang dirasakan
15.10 terasa tajam yang datang hilang tibul dengan

44
skala 3 (ringan).
15.15  Mengajarkan teknik non farmakologis :
mesase
19.00 Hasil: Klien diajarkan tehnik relaksasi
 Berikan posisi : miring kanan miring
kiri,duduk
Hasil : pasien merasa nyaman
Resiko Kamis 15.00  Monitoring adanya daerah tertentu yang Kamis, 3 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
ketidakefektifan 3/05/2018 hanya peka terhadap panas/dingin/tumpul S : Pasien mampu mengenali lingkungan dan
perfusi jaringan Hasil : tidak terdapat tanda perubahan orientasi baik
otak sendori O : pasien dalam posisi duduk di tempat tidur
15.10  Batasi gerak kepala, leher dan punggung A : pantau kondisi pasien
Hasil : berikan posisi semi fowler P : Lanjutkan intrvensi
15.20  Monitor level kebingungan dan orientasi Terapi sensasi ferifer
Hasil : klien mampu mengenal tempat dan
orang di sekitarnya
15.30  Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
nyeri kepala

45
 Hasil : klien mengatakan pusing

16.00  Observasi adanya pembatasan klien dalam Kamis, 3 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
Intoleran Kamis melakukan aktivitas S : Pasien tidak merasa pegal arham
aktivitas 3/05/2018 Hasil : klien hanya mampu duduk di O : pasien dalam posisi duduk di tempat tidur
tempat tidur A : Hambatan mobilitas fisik
16.10  Kaji adanya factor yang menyebabkan P : Lanjutkan intrvensi
kelelahan Perawatan tirah baring
16.20  Monitor nutrisi dan sumber energy yang
adekuat
Hasil : klien hanya sering terlihat makan
buah apel.dan pisang
16.25  Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
Hasil : aktivitas di batasai
17.00  Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak napas,
diaphoresis, pucat perubahan

46
hemodinamik)
Hasil :tidak ada perubahan kadioveskuler
16.20  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ Kamis, 3 Mei 2018 Jam 20.00 WITA
Kamis istirahat pasien S : pasien mengatakan paham tentang arahan arham
Gangguan pola 3/05/2018 Hasil : pasien hanya mampu tidur 4 jam di yang di berikan
tidur malam hari O : pasien Nampak tertidur
16.20  Ciptakan lingkungan yang nyaman A : masalah belum teratasi
Hasil : matikan lampu sebelum tidur di P : lanjutkan intervensi
16.25 malam hari
 Diskusikan dengan pasien atau keluarga
pasien tentang tehnik tidur pasien
16.28  Monitoring waktu makan dan minum
dengan waktu tidur
Hasil : sebulm jam tidur makan dan minum
sudah di berikan

47
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN III

Nama Pasien : Tn.R Ruangan/Kamar : Brain center


No. RM : 839963 Bed : 11
Diagnosis Hari / Jam Implementasi dan Hasil Evaluasi Nama Jelas
Keperawatan Tanggal & Paraf
Jumat, 21.00  Mengobservasi reaksi nonverbal dari Jumat, 4 Mei 2018 Jam 07.00 WITA
Nyeri Akut 4/05/2018 ketidaknyamanan. S : Klien mengatan masih terkadang nyeri arham
Hasil: Wajah klien datar O : Skala nyeri 2 (ringan). Tanda – tanda vital :
22.05  Observasi TTV : TD : TD : 120/80 mmHg, nadi : 87,
Hasil : TD :120/80 N :87 P:20 S :36,50c pernapasan : 20 x/menit, suhu : 36,5oC
 Melakukan pengkajian nyeri secara A : pantau kondisi pasien
komprehensif termasuk lokasi, P : masalah sebagian teratasi
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitas dan  Management nyeri
faktor presipitasi.  Kalaboratif pemberian analgetic
21.10 Hasil : klien mengatakan masih nyeri pada
kepala dan pusing , nyeri yang dirasakan
terasa tajam yang datang hilang tibul dengan

48
skala 3 (ringan).
21.20  Mengajarkan teknik non farmakologis :
mesase
Hasil: Klien diajarkan tehnik relaksasi
07.00  Berikan posisi : miring kanan miring
kiri,duduk
Hasil : pasien merasa nyaman
Resiko Jumat 21.00  Monitoring adanya daerah tertentu yang Jumat, 4 Mei 2018 Jam 06.00 WITA
ketidakefektifan 4/05/2018 hanya peka terhadap panas/dingin/tumpul S : Pasien mampu mengenali lingkungan dan
perfusi jaringan Hasil : tidak terdapat tanda perubahan orientasi baik
otak sendori O : pasien dalam posisi duduk di tempat tidur
21.20  Batasi gerak kepala, leher dan punggung A : pantau kondisi pasien
Hasil : berikan posisi semi fowler P : Lanjutkan intrvensi
21.28  Monitor level kebingungan dan orientasi Terapi sensasi ferifer
Hasil : klien mampu mengenal tempat dan
orang di sekitarnya
21.35  Monitor adanya diplopia, pandangan kabur,
nyeri kepala

49
 Hasil : klien mengatakan suah tidak pusing

21.00  Observasi adanya pembatasan klien dalam Jumat, 4 Mei 2018 Jam 07.00 WITA
Intoleran Jumat melakukan aktivitas S : Pasien nyaman arham
aktivitas 4/05/2018 Hasil : klien hanya mampu duduk di O : pasien dalam posisi duduk di tempat tidur
tempat tidur A : masalh sebagian teratasi
21.10  Monitor nutrisi dan sumber energy yang P : Lanjutkan intrvensi
adekuat Therapy aktivitas
Hasil : klien hanya sering terlihat makan
buah apel.dan pisang
21.15  Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
Hasil : aktivitas di batasai
21.30  Monitor respon kardiovaskuler terhadap
aktivitas (takikardi, disritmia, sesak napas,
diaphoresis, pucat perubahan
hemodinamik)
Hasil :tidak ada perubahan kadioveskuler

50
22.10  Monitor pola tidur dan lamanya tidur/ Jumat, 4 Mei 2018 Jam 07.00 WITA
Gangguan pola Jumat istirahat pasien S : pasien mengatakan paham tentang arahan arham
tidur 4/05/2018 Hasil : pasien hanya mampu tidur 5 jam di yang di berikan
malam hari O : klien Nampak tertidur
22.15  Ciptakan lingkungan yang nyaman A : masalah belum teratasi
Hasil : anjurkan kepda keluarga agar kipas P : lanjutkan intervensi
kipas pasiennya dan matikan lampu Sleep enhancement
sebelum tidur di malam hari
22.25  Diskusikan dengan pasien atau keluarga
pasien tentang tehnik tidur pasien
22.28  Monitoring waktu makan dan minum
dengan waktu tidur
Hasil : sebulm jam tidur makan dan
minum sudah di berikan

51
DAFTAR PUSTAKA

Murthy J.M.K.Tuberculosis Meningitis :The Challange.Neurology India. 2010,


October 28. 2012. Vol 58. 716-722.2.

Rahajoe, Nastiti N., dkk, Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. UKK Pulmonologi
PP IDAI,Juni, 2005.3.

Thaiwts. G et al.Tuberculosis Meningitis. Journal of Neurology, Neurosurgery and


Psychiatry with Practical Neurology. 2000;68:289-
299doi:10.1136/jnnp.68.3.2894.

Schapira. A.H.v. Meningitis Tuberculosis. Neurology and Clinical Neuroscience.


Elsevier. Philadelphia 2007.5.

Lindsay K.W et al. Neurology and neurosurgery illustrated. Meningitis


Tuberculosis.2nded. Oxford. ELBS with Churchill Livingstone. 1991.6.

Ramachandran. T.S. Tuberculos meningitis. March 9,2011. Available from


http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview

52

You might also like