Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karenapenyakit ini
dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal ginjal), jantung, mata,
kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-lahan sehingga pasien tidak
menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum menjadi lebih banyak (polidipsi),
buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih banyak (polifagi) ataupun berat badan
menurun tanpa sebab yang jelas (Armstrong, 2007).
Pada penyandang diabetes melitus (DM) dapat terjadi komplikasi pada semua tingkat sel
dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat
pembuluh darah kecil (mikro faskuler). Pada pembuluh darah besar, menisfestasi komplikasi
kronik DM dapat terjadi pada pembuluh darah serebral, jantung (penyakit jantung koroner)
dan pembuluh darah perifer (tungkai bawah). Komplikasi lain DM dapat berupa kerentanan
berlebihan terhadap infeksi dengan akibat mudahnya terjadi infeksi saluran kemih,
tuberkulosis paru dan infeksi kaki, yang kemudian dapat berkembang menjadi ulkus/gangren
diabetes (Sudoyo,2009).
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren
yang terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya
(Grace & Borley, 2005).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2010, pasien diabetes
mellitus tipe 2 (kronis) di Indonesia naik dari 8,4 juta pada 2000 menjadi 21,3 juta tahun
2010. Sedangkan International Diabetes Federation memperkirakan pada 2030 jumlah
penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 450 juta orang (Mayfield, 2007).
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan klien dengan
gangrene (ulkus kaki diabetik).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Kaki Diabetik
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai.
Istilah kaki diabetik digunakan untuk kelainan kaki mulai dari ulkus sampai gangren yang
terjadi pada orang dengan diabetes akibat neuropati atau iskemia perifer, atau keduanya.
Kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus (Sudoyo, 2009).
Masalah khusus pada pasien ini adalah berkembangnya ulkus pada kaki dan tungkai bawah.
Ulkus terutama terjadi karena distribusi tekanan abnormal sekunder karena neuropati
diabetik. Kemungkinan lain ulkus diawali pemakaian sepatu yang tidak pas dan tertusuk
benda asing seperti jarum dan paku pada pasien dengan defisit sensori yang menghalangi
pasien mengalami nyeri (Isselbacher, 2000).
B. Anatomi Fisiologi
Pankreas adalah kelenjar berwarna merah muda keabuan dengan panjang 12 – 15 cm dan
tranversal membentang pada dinding abdomen posterior dibelakang lambung, kelenjar inilah
yang mengekresikan insulin melalui pulau langerhans yang berada dalam kelenjar pankreas.
Didalam kelenjar pankreas terdapat sel beta yang menghasilkan insulin, didalam penkreas
mengandung lebih kurang 100.000 pulau langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta. Selain
itu pankreas juga terdapat sel alfa, yang bekerja sebaliknya insulin, sel ini menghasilkan
glukagon yang berfungsi untuk meningkatkan gula darah.
Insulin adalah suatu hormon yang menurunkan kadar gula darah dengan meransang
perubahan glukosa menjadi glukagen untuk disimpan dan dengan meningkatkan ambilan
glukosa selular. Insulin berfungsi memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengobservasi
dan menggunakan glukosa serta lemak. Asupan glukosa yang terdapat dalam darah dihasilkan
dari pemecahan karbohidrat dalam berbagai bentuk termasuk monosakarida dan unit-unit
kimia yang komplek, disakarida dan polisakarida. Karbohidrat dikosumsi didalam tubuh dan
dipecahkan menjadi monosakarida kemudian diserap dalam tubuh melalui duodenum dan
jejunum proksimal.
(Evelyn, 2003)
D. Manifestasi Klinik
1. Umumnya pada daerah plantar kaki
2. Kelainan bentuk kaki; deformitas kaki
3. Berjalan yang kurang seimbang
4. Adanya fisura dan kering pada kulit
5. Pembentukan kalus pada area yang tertekan
6. Tekanan nadi pada area kaki kemungkinan normal
7. ABI normal
8. Luka biasanya dalam dan berlubang
9. Sekeliling kulit dapat terjadi selulitis
10. Hilang atau berkurangnya sensasi nyeri
11. Xerosis (keringnya kulit kronik)
12. Hyperkeratosis pada sekeliling luka dan anhidrosis
13. Eksudat yang tidak begitu banyak
14. Biasanya luka tampak merah
Gejala permulaannya adalah parestesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau peningkatan
kepekaan) dan rasa terbakar (khususnya pada malam hari) dan bertambah lanjutnya kaki
merasa mati rasa. Di samping itu, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur
serta gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh)
dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang
terhuyung-huyung. Penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita kaki diabetes
beresiko untuk mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui (Brunner, 2001).
E. Patofisiologi
Penyakit neuropati dan vaskular adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka.
Masalah luka yang terjadi pada pasien dengan diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada
saraf yang terdapat pada kaki. Pasien dengan diabetik juga mengalami gangguan pada
sirkulasi. Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang sering disebut
neuropati dan berdampak pada sistem saraf autoimun yang mengontrol fungsi otot-otot halus,
kelenjar dan organ viseral. Gangguan pada saraf autonomi pengaruhnya adalah terjadi
perubahan tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah, dengan demikian
kebutuhan akan nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak mencukupi atau tidak
dapat mencapai jaringan perifer, dan atau untuk kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut.
Efek pada autonomi neuropati ini akan menimbulkan kulit menjadi kering, anhidrosis yang
memudahkan kulit menjadi rusak dan luka yang sukar sembuh, dan dapat menimbulkan
infeksi dan mengkontribusi untuk terjadinya gangren. Dampak lain adalah karena adanya
neuropati perifer yang mempengaruhi pada saraf sensori dan sistem motor yang
menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
F. Klasifikasi
Menurut Edmond 2004-2005 dalam Sudoyo (2009) klasifikasi kaki diabetes berdasarkan
pada perjalanan alamiah kaki diabetes terbagi menjadi 6 stage, yaitu:
1. Stage 1= normal foot
tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan pembentukan kalus ”claw”
2. Stage 2 = High Risk Foot
ulkus superfisial terbatas pada kulit
3. Stage 3 = Ulcerated foot
ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
4. Stage 4 = Infected foot
abses dalam, dengan atau tanpa osteomieliti
5. Stage 5 = Necrotic foot
gangren jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau tanpa selullitis
6. Stage 6 = Unsalvable foot
gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah
Untuk stage 1 dan stage 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat
dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist/chiropodist maupun oleh
dokter umum atau dokter keluarga.
Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat pelayanan kesehatan
yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan spesialistik. Untuk stage 5,
apalagi 6 jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas sekali memerlukan suatu kerjasama tim
yang sangat erat, dimana harus ada dokter bedah, terutamanya dokter ahli bedah vaskuler
atau ahli bedah plastik dan rekonstruksi (Sudoyo, 2009)
3. Pemeriksaan biotesiometer
Biotesiometer merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur sederhana dan
akurat ambang apresiasi getaran pada subyek manusia. Biotesiometer digunakan sebagai alat
penelitian di penyakit saraf banyak. Pada dasarnya Biotesiometer adalah sebuah “garpu tala
listrik” yang amplitudonya dapat diatur untuk setiap tingkat yang telah ditentukan atau yang
amplitudonya dapat ditingkatkan secara bertahap sampai ambang sensasi getaran tercapai.
Sebaliknya, amplitudo dapat diturunkan sampai getaran tidak terlihat lagi dilihat.
Biotesiometer tidak hanya jauh lebih unggul garpu tala dalam akurasi, namun akan
mendeteksi perubahan neurologis yang tidak diungkapkan dengan garpu tala.
2. Retinophaty
a) Lakukan pemeriksaan mata setiap setahun sekali atau lebih sering lagi oleh dokter
spesialis mata yang harus dimulai 5 tahun sesudah diagnosis diabetes tipe I ditegakkan
atau pada tahun ketika diagnosis diabetes tipe II ditegakkan.
b) Lakukan terapi laser dini disertai dengan pengendalian glukosa dan tekanan darah yang
baik dapat mencegah kehilangan penglihatan akibat retinopati.
c) Kenali gejala hipoglikemia dan hiperglikemia sebagai dua keadaan yang menyebabkan
penglihatan kabur.
3. Cardiovaskuler
a) Pengendalian kadar glukosa darah dalam tingkat normal atau mendekati
normal melalui terapi insulin.
b) Menjaga status gizi.
c) Menjaga kadar kolesterol.
d) Pola hidup sehat.
e) Menjaga tekanan darah.
L. Kolaborasi
Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat, 20% protein, dan 20% lemak dalam penataan
makan/ pemberian makanan tambahan. Kompleks karbohidrat (seperti jagung, wortel,
brokoli, buncis gandum, dan lain-lain) menurunkan kadar glukosa/ kebutuhan insulin,
menurunkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan rasa kenyang. Pemasukan makanan
akan dijadwalkan sesuai karakteristik insulin yang spesifik (misal efek puncaknya) dan
respon pasien secara individual. Catatan : makanan tambahan dari kompleks karbohidrat
terutama sangat penting (jika insulin diberikan dalam dosis terbagi) untuk mencegah
hipoglikemia selama tidur (Doenges, 2000).
2. Intervensi
N Diagnosa Tujuan/ Kriteria Intervensi Rasional
o keperawatan Hasil
1 Gangguanperfu TJ: mempertahankan1. Ajarkan pasien untuk 1. Dengan
si jaringan b.d sirkulasi perifer tetap melakukan mobilisasi
menurunnya normal mobilisasi meningkatkan
aliran darah ke KH: 2. Ajarkan tentang sirkulasi darah
daerah gangren1. Denyut nadi perifer faktor-faktor yang
akibat adanya teraba kuat dan dapat meningkatkan 2. Meningkatkan
obstruksi reguler aliran darah: dan
pembuluh 2. Warna kulit disekitar tinggikan kaki sedikit melancarkan
darah luka tidak lebih rendah dari aliran darah
pucat/sianosis jantung (posisi sehingga tidak
3. Kulit sekitar luka elevasi pada waktu terjadi
teraba hangat istirahat), hindari oedema.
4. Oedem tidak terjadi penyilangan kaki,
dan luka tidak hindari penggunaan
bertambah parah bantal di belakang
5. Sensorik dan motorik lutut dan sebagainya,
membaik hindari balutan ketat
3. Ajarkan tentang
modifikasi faktor-
faktor resiko berupa:
hindari diet tinggi
kolesterol, teknik
relaksasi, 3. Kolesterol
menghentikan tinggi dapat
kebiasaan merokok, mempercepat
dan penggunaan obat terjadinya
vasokontriksi. arterosklerosis
, merokok
dapat
menyebabkan
4. Kolaborasi dengan terjadinya
tim kesehatan lain vasokontriksi
dalam pemberian pembuluh
vasodilator, darah,
pemeriksaan gula relaksasi untuk
darah secara rutin mengurangi
dan terapi oksigen. efek stres.
4. Pemberian
vasodilator
akan
meningkatkan
dilatasi
pembuluh
darah sehingga
perfusi
jaringan dapat
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dapat
mengetahui
perkembangan
dan keadaan
pasien, terapi
oksigen untuk
memperbaiki
oksigenisasi
daerah
ulkus/gangren
2 Ganguan TJ: Tercapainya 1. Kaji luas dan 1. Pengkajian
integritas proses penyembuhan keadaan luka serta yang tepat
jaringan luka. proses penyembuhan. terhadap luka
berhubungan KH: dan proses
dengan adanya 1. Berkurangnya penyembuhan
gangren pada oedema sekitar luka. akan
ekstrimitas. 2. Pus dan jaringan 2. Rawat luka dengan membantu
berkurang baik dan benar : dalam
3. Adanya jaringan membersihkan luka menentukan
granulasi. secara abseptik tindakan
4. Bau busuk luka menggunakan larutan selanjutnya.
berkurang. yang tidak iritatif, 2. Merawat luka
angkat sisa balutan dengan teknik
yang menempel aseptik, dapat
pada luka dan menjaga
nekrotomi jaringan kontaminasi
yang mati. luka dan
3. Kolaborasi dengan larutan yang
dokter untuk iritatif akan
pemberian insulin, merusak
pemeriksaan kultur jaringan
pus granulasi
pemeriksaan gula tyang timbul,
darah pemberian anti sisa balutan
biotik. jaringan
nekrosis dapat
menghambat
proses
granulasi.
3. Insulin akan
menurunkan
kadar gula
darah,
pemeriksaan
kultur
pus untuk
mengetahui
jenis kuman
dan anti biotik
yang tepat
untuk
pengobatan,
pemeriksaan
kadar gula
darahuntuk
mengetahui
perkembangan
penyakit.
3. Gangguan rasa Tujuan : Setelah
1. Kaji 1. untuk
tingkat,
nyaman (nyeri) dilakukan tindakan frekuensi, dan reaksi mengetahui
berhubungan keperawatan selama nyeri yang dialami berapa berat
dengan 4 x 24 jam rasa pasien. nyeri yang
iskemik nyeri hilang/berkur 2. Jelaskan pada pasien dialami pasien.
jaringan. ang tentang sebab-sebab
Kriteria hasil : timbulnya nyeri. 2. pemahaman
a. Penderita secara pasien tentang
verbal mengatakan penyebab
nyeri berkurang atau nyeri yang
hilang. terjadi akan
b. Penderita dapat mengurangi
melakukan metode ketegangan
atau tindakan untuk pasien dan
mengatasi nyeri. memudahkan
c. Elspresi wajah klien pasien untuk
rileks. 3.Ciptakan diajak
d. Tidak ada keringat lingkungan yang bekerjasama
dingin, tanda vital tenang. dalam
dalam batas melakukan
normal.(S : 36 – tindakan.
37,50 C, N: 60 – 80 4.
x Ajarkan teknik
3. Rangsang
/menit, T : distraksi dan yang
120/80mmHg, RR : relaksasi. berlebihan dari
18 – 20 x /menit ). lingkungan
akan
5. Atur posisi pasien memperberat
senyaman mungkin rasa nyeri.
sesuai keinginan
4. Teknik
pasien. distraksi dan
relaksasi dapat
mengurangi
rasa nyeri
yang dirasakan
6. Lakukan massage pasien.
saat rawat luka . 5. Posisi yang
nyaman akan
7. Kolaborasi dengan membantu
dokter untuk memberikan
pemberian analgesik. kesempatan
pada otot
untuk relaksasi
seoptimal
mungkin.
6. Massage dapat
meningkatkan
vaskulerisasi
dan
pengeluaran
pus
7. Obat-obat
analgesik
dapat
membantu
mengurangi
nyeri pasien
3. Kolaborasi Lakukan
pemeriksaan kultur
dan sensitifitas sesuai
dengan indikasi. 3. Untuk
mengidentifika
4. Kolaborasi Berikan si organisme
obat antibiotik yang sehingga dapat
sesuai memilih
memberikan
terapi
antibiotik yang
terbaik.
4. Penanganan
awal dapat
membantu
mencegah
timbulnya
sepsis.
3. Agar terbina
rasa saling
percaya antar
perawat-pasien
4. Beri informasi sehingga
yang akurat tentang pasien
proses penyakit dan kooperatif
anjurkan pasien dalam
untuk ikut serta tindakan
dalam tindakan keperawatan.
keperawatan.
4. Informasi
5. Berikan keyakinan yang akurat
pada pasien bahwa tentang
perawat, dokter, dan penyakitnya
tim kesehatan lain dan
selalu berusaha keikutsertaan
memberikan pasien dalam
pertolongan yang melakukan
terbaik dan seoptimal tindakan dapat
mungkin. mengurangi
6. Berikan beban pikiran
kesempatan pada pasien.
keluarga untuk
mendampingi pasien 5.
Sikap positif
secara bergantian. dari
timkesehatan
7. Ciptakan akan
lingkungan yang membantu
tenang dan nyaman. menurunkan
kecemasan
yang dirasakan
pasien.
6. Pasien akan
merasa lebih
tenang bila ada
anggota
keluarga yang
menunggu.
7. lingkungan
yang tenang
dan nyaman
dapat
membantu
mengurangi
rasa cemas
pasien.
6.Untuk
meningkatkan
perilaku yang
adiktif dari
pasien.
BAB III
KASUS
A. Uraian Kasus
Seorang laki-laki berusia 42 tahun datang ke RS dengan keluhan kaki kanan membusuk.
Keluhan dirasakan sejak 1 bulan yang lalu setelah tertusuk paku. Luka berbau, keluar nanah
dan mengeluarkan darah. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu, namun lama-
kelamaan luka semakin bertambah parah. Riwayat berobat ke puskesmas, diberi obat pil
untuk membuat luka kering, luka sudah dikompres dengan air hangat dan diberi madu ada
perubahan pada luka, luka menjadi agak kering. Berat badan menurun sejak 2 bulan ini.
Riwayat sakit diabetes melitus sejak 5 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan sering merasa
haus, cepat lapar, banyak buang air kecil, penglihatan kabur sejak 3 tahun yang lalu, kadang
merasa kesemutan di tangan dan kaki. Rutin berobat di Puskesmas dan mendapat obat
Glibenclamid. Pada ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus
dan hiperemis. Pemeriksaan gula darah sewaktu 332 mg/dL, mata kelihatan cekung dan
terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawat dan
anoreksia dan mual. Pasien hanya makan 2-3 sendok. BP: 130/90 mmHg, P:75 x/i, RR: 26
x/i, T: 36,4 C. Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
B. Pengkajian
Data Objektif:
1. Luka berbau, keluar nanah, dan mengeluarkan darah.
2. Keluhan kaki kanan membusuk
3. Ekstremitas inferior dextra tampak udem, pedis dextra tampak ulkus, pus, danhiperemis.
4. Gula darah: 332 mg/dL.
5. Kreatinin : 1,74 mg/dl (Normalnya: 0,6-1,3 )
6. Hb: 7,7 % (normal:12-16)
7. Konjungtiva anemis
8. BB :58 kg (BB awal :63 kg, TB: 160 cm)
9. Mata kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam disekitar mata.
10.BP: 130/90 mmHg .
11.P: 75 x/i.
12.RR: 26 x/i.
13.T: 36,4 .
14.Pasien terlihat putus asa dan murung, khawatir dengan keadaannya.
Data Subjektif:
1. Keluhan dirasakan sejak satu bulan yang lalu karena tertusuk paku.
2. Awalnya kaki kiri terluka karena tertusuk kayu namun lama kelamaan luka semakin
bertambah parah.
3. Berat badan menurun sejak dua bulan ini
4. Klien sering merasa haus, cepat lapar, banyak buang air kecil.
5. Penglihatan kabur sejak sejak 3 yang lalu.
6. Pasien mengalami kesulitan tidur sejak dirawatdan anoreksia dan mual.
7. Kadang-kadang merasa kesemutan pada di tangan dan kaki.
8. Pasien hanya makan 2-3 sendok.
9. Rutin berobat di puskesmas dan mendapat obat Glibenclamid.
C. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Gangguan
1. Keluhan perfusi jaringan
Riwayat DM
dirasakan sejak
satu bulan
yang lalu karena
Disfungsi
tertusuk paku.
endotel
2. Awalnya kaki
makrovaskuler
kiri terluka
karena tertusuk
kayu namun Aterosklerosis
lama kelamaan
luka semakin
bertambah Makroangiopati
parah.
Penyakit
pembuluh darah
DO: kapiler
1. Gula darah: 332
mg/dL.
2. Keluhan kaki Ulkus
kanan
membusuk Gangren
3. Luka berbau,
keluar nanah, Gangguan perfusi
dan jaringan
mengeluarkan
darah.
4. Kadang-kadang
merasa
kesemutan pada
di tangan dan
kaki.
5. Kreatinin : 1,74
mg/dl
(Normalnya:
0,6-1,3 )
4 DS: Gangguan
Hiperglikemia
1. Keluhan kaki integritas
kanan jaringan
Aterosklerosis
membusuk.
2. Keluhan
Nutrisi dan
dirasakan sejak
oksigen tidak
satu bulan
sampai ke
yang lalu karena
jaringan perifer
tertusuk.paku.
3. Kadang-kadang
Gangguan
merasa
integritas jaringan
kesemutan pada
di tangan dan
kaki.
DO:
1. Luka berbau,
keluar nanah,
dan
mengeluarkan
darah.
2. Ekstremitas
inferior dextra
tampak udem,
pedis dextra
tampak ulkus,
pus, dan
hiperemis.
3. Gula darah: 332
mg/dL.
DS:
1. Keluhan kaki
kanan
membusuk
2. Keluhan
dirasakan sejak
satu bulan
yang lalu karena
tertusuk paku.
3. Awalnya kaki
kiri terluka
karena tertusuk
kayu namun
lama kelamaan
luka semakin
bertambah
parah.
6 DO: Hiperglikemi Gangguan pola
1. Ekstremitas tidur
inferior dextra Glukosoria
tampak udem,
pedis dextra Diaresis osmotik
tampak ulkus,
pus, dan Poliuria polidipsi
hiperemis.
2. Mata kelihatan gengguan pola
cekung dan tidur
terlihat
lingkaran hitam
disekitar mata.
DS:
1. Keluhan kaki
kanan
membusuk
2. Awalnya kaki
kiri terluka
karena tertusuk
kayu namun
lama kelamaan
luka semakin
bertambah
parah.
3. Pasien
mengalami
kesulitan tidur
sejak dirawat.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan b.d menurunnya aliran darah ke daerah gangren akibat adanya
obstruksi pembuluh darah
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi (kurang dari) kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake makanan yang kurang.
4. Ganguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya gangren pada
ekstrimitas.
5. Infeksi b.d perlukaan, luka yang sukar sembuh, dan gangguan pada autonomi neuropati
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka di kaki
E. Asuhan keperawatan