You are on page 1of 17

Media Relations

“Model Hubungan Dengan Media”

Disusun Oleh Kelompok 3 :

163112351650068 Alwi

163112351650062 Devia Nurwindasari

163112351650004 Fina Iftinan

162112351650039 Isabella Fransiska Finalia

163112351650016 Selvia Cahyani

Dosen: Dian Metha Ariyanti, S.Sos., M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS NASIONAL

2018
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Berkat izin-Nyalah penulisan
makalah yangberjudulHubugan PR dengan Media diselesaikan tepat waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Media
Relations. Kami mengucapkan terima kasih kepada mengucapkan terima kasih kepada pembaca
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membaca makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan bagi semua yang membacanya. Dalam makalah ini juga penulis berharap pembaca
atau penulis lebih memahami Model Hubungan dengan Media.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini belum sempurna, baik dalam
penggunaan tata bahasa maupun teknik penulisannya. Untuk itu kritik konstruktif sangat
penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................... 2


Daftar Isi ................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 4
Rumusan Masalah ...................................................................................................... 5
Tujuan Masalah.......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
Pemahaman Tentang Model ...................................................................................... 6
Model Hubungan Public Relations ............................................................................ 7
Model Hubungan Publiv Relations dengan Media Massa ...................................... 12
Kasus Hubungan Antara Public Relations Dengan Media Massa ........................... 14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 17

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Media Relations saat ini diperlukan karena menjadi sarana yang sangat efektif dan
efisien dalam membantu komunikasi dengan publik. Agar kepentingan dngan publik
dapat terpelihara, maka segala kepentingan media massa terhadap organisasi mesti
direspons media relations, atau dengan kata lain bagaimana mempublikasikan atau
mempromosikan organisasi melalui media massa.
Hubungan media relations dan pers merupakan alat, dan kerja sama untuk
kepentingan proses publikasi atau publisitas berbagai kegiatan program kerja atau untuk
kelancaran aktifitas komunikasi humas dengan pihak publik. Karena peranan hubungan
internal dan eksternal dalam kehumasan tersebut dapat sebagai saluran chanel dalam
penyampaian pesan, maka peningkatan informasi atau pemberitaan dari pihak publikasi
humas merupakan prioritas utama. Hal tersebut dikarenakan salah satu fungsi pers adalah
kekuatan pembentuk opini positif masyarakat mengenai suatu perusahaan atau lembaga.
Disamping itu, kerja sama dengan pers akan menghasilkan frekuensi publisitas
yang cukup tinggi. Dampak pemberitaan tersebut bersifat stimultaneity effect(efek
keserempakan), efek dramatisir, atau efek publisitas tinggi, memiliki pengaruh yang luar
biasa besarnya terhadap pembentukan opini publik dalam waktu yang cukup singkat, hal
ini terjadi mengingat jumlah pembaca atau audiensi yang tersebar di berbagai tempat atau
kawasan dalam waktu yang bersamaan.
Dari kerjasama yang baik inilah diharapkan akan tercipta suatu opini publik yang
positif sekaligus memperoleh “citra yang baik“ pula dari pihak publik sebagai khalayak
khususnya dan masyarakat luas lain pada umumnya.Usaha untuk selalu membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dengan media, menjadi ciri khas humas.yaitu
berita tentang organisasi diterbitkan dan disiarkan media massa menjadi cara tradisional
untuk memperoleh dukungan publik bagi pelaku bisnis, organisasi nirlaba, dan badan
pemerintahan.
Media memberikan metode yang relatif ekonomis dan efektif untuk
berkomunikasi dengan publik yang luas dan menyebar. Dalam hal ini media berfungsi

4
menjadi penjaga gerbang dan bagi praktisi humas menjangkau publik umum dan
kelompok lainya yang dukunganya di butuhkan.

B. Rumusan Masalah

Kami telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai
batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antaralain:

1. Apa saja pemahaman Model Hubungan Public Relations?


2. Apa saja Model Hubungan Public Relations dengan Media Massa?
3. Bagaimana kasus yang menunjukan pentingnya antara Public Relation dengan Media
Massa?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Untuk mengetahui saja pemahaman Model Hubungan Public


Relations.
2. Untuk mengetahui apa saja Model Hubungan Public Relatioons dengan Media massa.
3. Untuk memahami bagaimana kasus tersebut penting antara Public Relations dengan
Media Massa.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pemahaman Tentang Model

Diperlukan strategi untuk membangun hubungan yang baik antara Public


Relations dengan media massa. Pemahaman tentang strategi Public Relations dalam
membangun hubungan dengan media massa, harus dilandaskan pada pemahaman yang
mendalam tentang model hubungan antara Public Relation dengan media.

Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dan sebagainya) dari sesuatu yang akan
dibuat atau dihasilkan (KBBI). Model juga diartikan sebagai barang atau tiruan yang
kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang ditiru (Departemen PendidikanNasional,
2008: 923). Model dalah abstraksi dari sistem sebenarnya, dalam gambaran yang lebih
sederhana serta mempunyai tingkat persentase yang bersifat menyeluruh, atau model
adalah abstraksi dari realitas dengan hanya memusatkan perhatian pada beberapa sifat
dari kehidupan sebenarnya (Simamarta, 1983: ix - xii).

Hubungan adalah interaksi yang berusaha dibangun anrara dua pihak dengan
harapan ada kerja sama di antara dua pihak tersebut sehingga tercipta saling pengertian
dan saling menguntungkan.

Dari kedua pengertian di atas, model hubungan dengan media adalah satu pola
interaksi antara PR dengan media massa sebagai upaya untuk menjalin kerja sama antara
PR dengan media massa. Harapan yang diinginkan dari hubungan ini adalah terciptanya
saling pengertian dan saling menguntungkan; saling menerima dan memahami dari setiap
tindakan, kegiatan, maupun kepentingan yang dimiliki masing-masing profesi.

PR berusaha mengerti dan memahami kegiatan yang dilakukan oleh pekerja-


pekerja media maupun institusi media beserta tujuan dari setiap kegiatan yang mereka
lakukan. Begitu juga sebaliknya. Bentuk hubungan inilah yang dimaksud dengan model
hubungan antara PR dan media massa.

Bagi Public Relations dan bagi orang-orang yang akan bekerja sebagai Public Relations
sangatlah penting memahami model hubungan Public Relation ini, karena(Darmastuti,
2012:129):
6
1. Seorang Public Relations akan mengetahui fakta yang terjadi dilapangan bahwa akan
ada banyak kemungkinan hubungan yang terjadi antara Public Relations dengan
stakeholdernya termasuk disini adalah media massa. Pengetahuan ini akan membuat
seorang praktisi Public Relations lebih mudah memahami ketika mengalami suatu
kondisi di mana terjadi hubungan yang kurang baik antara Public Relation dengan
media massa maupun dengan stakeholdernya.

2. Pengertian pemahaman tentang model ini dapat menjadi dasar pemikiran bagi seorang
praktisi Public Relations dalam mencari strategi yang tepat ketika menghadapi
kondisi hubungan yang tidak baik atau kondisi yang tidak diharapkan.

3. Berdasarkan pemahaman tentang model ini, seorang praktisi Public Relations akan
lebih mudah untuk memilih model hubungan yang tepat untuk organisasi dengan
institusinya. Tujuannya adalah agar tugas dan tanggung jawab sebagai Public
Relations yang dilakukan dapat terlaksana secara efektif.

B. Model Hubungan Public Relations

Secara turun temurun, fungsi Public Relations dapat digambarkan


sebagai pengontrol publik, mengarahkan apa yang dipikirkan atau dilakukan oleh orang
lain dalam rangka memuaskan kebutuhan organisasi,merespon publik, mereaksi
pengembangan, masalah, mencapaihubungan yang saling menguntungkan antara
publiknya melaluihubungan yang harmonis.
Model komunikasi Public Relation milik James E. Grunig dan Todd Hunt dalam
Grunig (1992:285), mereka mengelompokkan model tersebut ke dalam empat model
yaitu:

1) Press Agentry
Model pertama ini didasarkan pada kerja agen pers dan publisitas yang
melakukan aktivitasnya dari pertengahan abad ke-19 hingga awal abad ke-20
(Butterick, 2012:30). Model ini memiliki fungsi untuk propaganda, informasi

7
bergerak satu arah, dari organisasi menuju publik. Mo 22 way, dari organisasi
kepada publik dengan tidak mengharapkan timbal balik.
Komunikasi satu arah tersebut adalah Public Relations memberikan pesan
kepada publik untuk melakukan seperti yang diinginkan organisasi. Kebenaran
yang tidak begitu penting menyebabkan komunikasi satu arah ini tidak ada timbal
balik antara Public Relation dengan wartawan sehingga wartawan tidak pernah
memberikan masukan bahkan protes maupun kritikan dalam komunikasi ini.
Agen pers ini menggunakan taktik apapun demi mencapai tujuan mereka,
dari rilis konvensional hingga publisitas dan acara kegiatan untuk
memaksimalkan peliputan oleh media. Beberapa kegiatan itu dapat dilihat dari
kasus Phineas T. Barnum dalam Butterick (2012:30) yang menjalankan publisitas
namun terkadang diragukan kebenarannya dan bahkan bohong. Berdasarkan riset
yang telah dilakukan, model ini secara umum dipraktikkan pada sports
organizations (Grunig, 1992:305). Desain riset yang ada pada model ini berupa
“little counting house” yang dilakukan kepada publik satu persatu sehingga
mengetahui keberhasilan dari propaganda. Penelitian yang berhubungan dengan
model ini sedikit dilakukan bahkan bisa dihitung jari seperti penelitian yang
dilakukan oleh Barnum (Darmastuti, 2012:131).

Contoh kasus:
Jika dalam sebuah perusahaan ingin menampilkan produk barunya maka
ia akan menampilkan menggunaka iklan dan mendesain berbagai cara agar iklan
tersebut menarik perhatian konsumen, seperti dengan menyewa bintang iklan
ternama atau dengan menawarkan sejumlah hadiah, doorprize, promo dan
sebagiannya. Hal- hal semacam ini merupakan taktik dalam sebuah perusahaan
untuk mempengaruhi orang orang disekitarnya, terkadang dalam semua taktik
yang digunakan tidak secara etis melainkan beberapa diantaranya mengunakan
semacam pencitraan yang berlebihan demi mengangkat nama baik perusahaanya
ataupun organisasi, terlepas dalam menggunakannya dengan berbagai cara.

8
2) Public Information
Model kedua ini didasarkan pada cara Public Relation dipraktikkan pada
perusahaan besar pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 23 (Butterick,
2012:32). Model ini merujuk pada kerja yang dilakukan oleh Ivy Lee dengan
pendekatan “public be informed” yang menyatakan bahwa informasi dikirim
keluar oleh sebuah organisasi.
Informasi publik ini bertujuan untuk memberi tahu kepada publik dan
bukan untuk promosi dan publisitas, namun alur komunikasinya tetap satu arah
(Lattimore, 2004:58). Dalam model ini fungsi PR secara esensial adalah sebagai
wartawan dari dalam organisasi tersebut. Tugas mereka adalah untuk melaporkan
secara objektif informasi tentang organisasi mereka kepada publik. Dapat
dikatakan bahwa praktisi PR dengan wartawan maupun institusi adalah sebagai
teman yang saling membantu dan saling melengkapi dalam penyediaan informasi.
Hal yang membedakan dengan press agentry ialah dalam model ini
didasarkan pada kejujuran berkomunikasi (Butterick, 2012:32). Berdasarkan riset
yang telah dilakukan, model ini secara umum dipraktikkan pada government
nonprofit, associations, business (Grunig, 1992:305). Hal ini dapat terjadi karena
informasi yang dipublikasikan adalah informasi yang berhubungan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau organisasi yang tidak
berhubungan dengan iklan atau promosi tapi lebih kepada penyebaran informasi.
Desain riset dari model ini masih sedikit dilakukan. Riset ini berupa
readability readership, riset yang berhubungan dengan model ini sangat sedikit 24
untuk dipahami dan dibaca seperti penelitian yang dilakukan oleh Ivy Lee
(Darmastuti, 2012:132).
Contoh kasus:
 Pihak situs jual beli online LAZADA, mengirim e-mail kepada customernya
bahwa pengiriman akan diliburkan pada Hari Raya Idul Fitri. E-mail tersebut
hanya berperan sebagai informasi saja pada masyarakat mengenai
perusahaannya tanpa mengharuskan customer membalasnya.

9
3) Two-way Asymmetric
Model ketiga ini menurut Grunig dan Hunt (1992:39), model ini
diasosiasikan dengan praktik yang dilakukan Edward Bernays pada pertengahan
1920 hingga 1950 (Butterick, 2012:32). Dalam model asimetris dua arah, praktisi
Public Relations berperan sebagai mediator antara organisasi dan publik mereka.
Menurut Lattimore (2004:59), model ini menerapkan metode riset ilmu
sosial untuk meningkatkan efektivitas persuasi dari pesan yang disampaikan.
Praktisi public relations dengan model ini menggunakan survei, wawancara, dan
fokus group untuk mengatur serta menilai publik sehingga mereka bisa
merancang program Public Relation yang bisa memperoleh dukungan dari publik.
Walaupun timbal balik (feedback) dari semua itu dipertimbangkan ke
dalam proses pembuatan program, namun organisasi dengan model ini lebih
tertarik mengenai cara publik menyesuaikan diri dengan mereka ketimbang
sebaliknya, organisasi yang menyesuaikan dengan kepentingan publik.
Grunig (1992:39) menjelaskan bahwa model ini merupakan cara PR untuk
mengubah sikap publik dengan tujuan atau sasaran organisasi. Menurut Wilcox
dalam Prasetyoningrum (2012:15) menjelaskan bahwa riset yang digunakan
dalam model ini ialah formatif dan evaluatif. Formatif, untuk membantu
merencanakan suatu aktivitas dan memilih sasaran- sasaran dan evaluatif jika
sasaran tersebut telah di capai.
Dalam model ini kebanyakan dipraktikkan pada competitive business dan
agencies yang memiliki tujuan untuk mengajak dan mendapatkan dukungan dari
publik.
Contoh kasus:
Ketka pengantian minyak tanah ke gas yang dicanangkan pemerintah, di
dalam program ini pemerintah melakukan komunikasi dua arah dan tidak
menutup diri atas pertanyaan masyarakat dan juga komplainnya terhadap masalah
bagaimana penggunaan kompor gas yang memang sebagian besar masyarakat
masih sangat asing dalam menggunakan kompor gas. Menggunakan cara dengan
menerjunkan beberapa kelompok orang untuk mendatangi rumah-rumah dan
memberikan pengarahan cara menggunakan kompor gas juga memberikan

10
bantuan para teknisi untuk memperbaiki kompor gas yang rusak akibat kesalahan
penggunaan kompor gas tersebut.
4) Two-way Symmetric
Menurut Butterick (2012:33) menyatakan bahwa model keempat ini
merupakan model yang telah masuk dalam sejarah perkembangan model
komunikasi di era modern. Karakter utama dari model ini ialah perusahaan
ditantang untuk melakukan dialog langsung dengan pemangku kepentingan tidak
hanya membujuk tetapi juga mendengarkan mempelajari, dan memahaminya
sebagai proses komunikasi.
Grunig (1992:289) mengidentifikasi banyak asumsi dari model keempat
ini yaitu dari praktisi PR seperti Lee, Bernays juga John Hill. Asumsi yang
dimasukkan ialah “telling the truth”, “interpreting the client and public to one
another,” and “management understanding then viewpoints of employee and
neighbors”.
Model two-way symmetric ini memberikan sebuah orientasi public
relations bahwa organisasi dan publik saling menyesuaikan diri. Mathee dalam
Prasetyoningrum (2012:16) 26 menjelaskan bahwa model ini berfokus pada
penggunaaan metode riset ilmu sosial untuk memperoleh rasa saling pengertian
serta komunikasi dua arah antara publik dan organisasi ketimbang persuasi satu
arah.
Dalam model ini komunikasi dua arah yang jujur menjadi bagian penting
dan memposisikan kedua pihak yang berkomunikasi dalam kedudukan seimbang.
Komunikasi yang terjalin antara organisasi dengan publiknya adalah untuk mutual
understanding. Dalam model ini, komunikasi dijalankan dengan dua arah dengan
efek yang seimbang atau balanced effect. Grunig dalam Lattimore (2004:59)
berpendapat bahwa nama lain dari model ini mixed motives, collaborateive
advocacy dan cooperative anatgosnism.
Tujuan dari model ini ialah membentuk keadaan yang saling memahami
antara Public Relations dengan media massa. Public Relations berusaha
memahami pekerjaan institusi media dan wartawan dan juga menghargai,
memahami serta melayani kebutuhan mereka. Demikian juga sebaliknya, media
massa dalam hal ini wartawan dan institusi media berusaha untuk memahami
11
pekerjaan Public Relations dan berusaha melayani apa yang dibutuhkan oleh
Public Relations. Selain itu bertujuan mempresentasikan sebuah model yang
menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan publik dalam proses
memberi serta menerima yang bisa berfluktuasi antara advokasi dan kolaborasi.
Model ini banyak dipraktikkan dalam regulated business, agencies.
Contoh kasus:
 Lifeboy, karena di managemen Lifeboy melakukan komunikasi dua arah
dengan masyarakat, instansi tersebut tidak menutup diri atas pertanyaan
masyarakat atas semua hal tentang Lifeboy dan juga mereka melakukan riset
bukan hanya untuk kepentingan perusahaan dalam meningkatkan jumlah
pembelian masyarakat terhadap produk Lifeboy tetapi juga untuk kepentingan
masyarakat dengan mengadakan program cuci tangan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia.

C. Model Hubungan Public Relations dengan Media Massa

Praktisi public relations dalam membangun hubungan dengan media massa


memerlukan strategi. Adapun strategi yang digunakan oleh praktisi public relations
adalah duah buah strategi yang digambarkan dalam bentuk model (Darmastuti,
2012:163), yaitu :
1. Model hubungan antara public relations dengan institusi media
Model hubungan antara public relations dengan institusi media ini adalah
model hubungan yang bersifat bisnis. Model ini disebut Model Imbalanced
Komentalisme Relationship ". Komentalisme “ artinyaadalah kondisi
yangmemungkinkanantaraduamakhlukhidupyanghidupbersama,tanpasalingmerug
ikanantarasatudenganyanglain.“Imbalaced“menunjukkanefekyangdiberikandianta
rakeduanyatidakseimbang.Hubungan dibangun dalam kondisi formal dan saling
menguntungkan.
Contohnya : PR memasang iklan di media, media memuat berita dari PR.
Hubungan ini berada dalam konteks bisnis. Ketidakseimbangan terjadi: institusi
media mengharapkan PR yang aktif menyuplai berita dan berpartisipasi dalam

12
memasang iklan, sedangkan media tidak mempunyai konsekuensi timbale balik
dalam hubungan ini.
Jika dilakukan analisis dengan mengacu pada pendapat Grunig maka
model hubungan antara public relations dengan institusi media adalah model
hubungan mixed asymeric-symetric model. Model hubungan ini adalah model
hubungan yang terjalin dalam hubungan samasama menguntungkan (simbiosis
mutualisme-symetric model). Model hubungan ini dapat diaplikasikan dalam
kegiatan kehumasan seharihari.

2. Model hubungan antara seorang public relations dengan pekerja media


(termasuk wartawan)
Model hubungan antara seorang public relations dengan pekerja media
(termasuk wartawan) adalah hubungan yang mengarah pada model two way
symetrical, meskipun dalam hubungan ini public relations masih banyak berfungsi
sebagai pemberi informasi (public information). Model ini bisa disebut dengan
Model Harmonious Mutualisme Relationship, yaitu sebagai model gabungan
antaramodel two – way symmetric dan public information
Ini terlihat dari model hubungan yang informal, hubungan sebagai
sahabat, hubungan simbiosis mutualisme, dan saling mempercayai. Untuk
menciptakan hubungan seperti ini, seorang praktisi public relations diharapkan
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan pekerja media, termasuk wartawan
dalam mencapai kepentingan bersama.
Contoh nya: Ketika PR ingin mengadakan conference press PR hanya
menginformasikan menggunakan media sosial seperti What’s APP

3. Reciprocity Model

Dilihat dari pengertiannya, reciprocity merupakan 'A situation in which


two people, countries, etc. prvuide the same help or advantages to each other"
(A.S. Hornby, 2005 : 1262). Definisi ini menunjukkan bahwa hubungan yang
terjalin dalam pengertian reciprocity adalah hubungan yang saling

13
menguntungkan antara satu pihak dengan pihak lain dalam nuansa altruism.
Altuism dapat diartikan sebagai semangat untuk saling membantu dan
mementingkan kepentingan pihak/orang lain – secara suka rela.
Di dalam model hubungan ini, antara satu dengan yang lain saling
memotivasi sehingga memperkuat hubungan yang terjadi: Model hubungan inilah
yang lebih tepat digunakan dalam mimetakan dan menggambarkan hubungan
antara PR dengan Media Massa (Institusi Media dan Pekerja Media).
Reciprocity diangap sebagai dasar dalam hubungan sosial dapat
menciptakan suatu perdamaian di mana kebebasan dan kebenaran setiap orang
sangat dihargai. Dalam hubungan ini, kekeluargaan menjadi suatu penekanan dan
para anggotanya memiliki kesadaran untuk mengoreksi kesalahan mereka sendiri.

Contohnya: Ketika dalam satu instusi media terjadi kesalahpahaman


antara public Relation dengan Wartawan dan kedua nya menyadari bhawa itu
hanya kesalahpahaman dan segera mengoreksi kesalahan mmasing-masing.

D. Kasus Hubungan Antara Public Relations Dengan Media Massa

 Pemberitaan

“Ratusan wartawan Sulawesi Utara bergabung menggelar aksi damai. Itu


dilakukan untuk mengecam teror di Surabaya, Jawa Timur (Jatim). Senin (14/5)
kemarin, ratusan kuli tinta ini bergerak dari Markas Kepolisian Daerah
(Mapolda) Sulut menuju titik pusat aksi di pusat Kota Manado tepatnya
kompleks Zero point.

Aksi ini dilepas langsung oleh Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat
(Humas) Polda Sulut, Kombes Pol Ibrahim Tompo. Tompo dalam
kesempatannya mengapresiasi aksi damai yang dilakukan para insan pers
tersebut. "Kami salut dan memberikan apresiasi sebesar-besarnya akan aksi ini,
di samping itu, ini demi menjaga spirit dari para anggota Polri," aku Tompo.”
14
mediasulut.co/detailpost

Pemberitaan pada kasus ini menghasilkan hubungan yang baik antara


WartawanSulawesi Utara dengan Humas Polda Sulut, Kombes Pol Ibrahim Tompo. Pasal
nya wartawan membuat opini publik beranggapan baik terhadap keperdulian dari
wartawan dengan ada nya aksi tersebut.

Pentingnya dalam kasus ini merupakan satu kejadian yang saling menguntungkan
kedua belah pihak. Wartawan membuat pemberitaan dengan media terkait dengan isu
yang sedang terjadi tentang pengesahan RUU Terorisme oleh pemerintah. Kemudian
pihak dari Polda Sulawesi Utara yaitu humas nya memberikan tanggapan baik di depan
media sekaligus membantu citra yang baik bagi humas Polda Sulut. Selain itu humas juga
memberikan informasi yang tentunya sangat dibutuhkan oleh para media. Kedua nya
mengklaim bahwa hubungan mereka sebaai partner, rekan, sekaligus mitra kerja terdekat
dimana kedua belah pihak saling memberikan manfaat dan saling menguntungkan dalam
tugas sebagai profesi nya masing-masing.

Disisi lain pihak yang menguntungkan dalam ada nya pemberitaan ini yaitu
masyarakat yang menunggu keputusan pemerintahan dengan adanya isu-isu yang telah
meresahkan masyarakat sudah mendapatkan jawaban dari pemerintah terkait pengesahan
RUU Terorisme di Indonesia.
15
BAB III

KESIMPULAN

Hubungan media melibatkan bekerja dengan berbagai media untuk tujuan


menginformasikan publik misi organisasi, kebijakan dan praktek dalam cara yang positif
konsisten dan kredibel. Biasanya, ini berarti koordinasi langsung dengan orang yang
bertanggung jawab untuk memproduksi berita dan fitur di media massa. Tujuan hubungan media
adalah untuk memaksimalkan cakupan positif di media massa tanpa membayar untuk itu secara
langsung melalui iklan.

Komunikasi yang efektif haruslah dimiliki oleh seorang public relations. Peran dari
komunikasi yang disampaikan seorang public relations harus mempunyai kesamaan makna dari
pesan atau berita yang akan disampaikan.

Dalam berkomunikasi, seorang PR mengetahui beberapa hal yang harus selalu diingat,
diperhatikan, dan dilakukan dalam kegiatan PR. Kegiatan PR dilakukan dengan menggunakan
komunikasi interpersonal atau komunikasi massa dengan penggunaan media publisitas,
khususnya televisi yang dirasa lebih efektif dan efisien dalam menyampaikan pesan atau
informasi. Pemahaman tersebut dapat disarikan bahwa komunikasi yang harmonis antara Public
Relations dengan publiknya akan berjalan baik jika didukung dengan komunikasi yang jujur
untuk memperoleh kredibilitas, keterbukaan dan konsisten terhadap langkah-langkah yang
diambil.

16
DAFTAR PUSTAKA

Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations Teori dan Praktik. Jakarta: PT.Rajagrafindo

Jefkins, Frank. 1995. Public Relations Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.

http://e-journal.uajy.ac.id

http://mediasulut.co/detailpost/

http://www.tribunnews.com/nasional/

https://www.cnnindonesia.com/nasional/

17

You might also like