Professional Documents
Culture Documents
Prawacana
Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh,
Pada bulan September tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK)
Akademi Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para
dosen, baik dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang
dengan senang hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan
kualitas keilmuan di bidang kebidanan di bumi pertiwi ini.
Mengawali JIKK edisi ke-2 ini, Widyastuti mengkaji tentang Hubungan Ketuban
Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Tulisan selanjutnya, Winarni
memaparkan Hubungan Paritas, Usia, Dan Pendidikan Ibu Hamil Trimester III Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menjelang Persalinan. Tak kalah menarik, JM
Weking mendeskripsikan Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih. Tulisan selanjutnya, Ajeng Widyastuti A
memaparkan tentang Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI Tentang HIV AIDS. Selanjutnya,
Nunung Kanianingsih memaparkan Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III
Dalam Menghadapi Proses Persalinan. Tulisan Selanjutnya, Yuliustina Mengkaji tentang
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dalam
Rumah Tangga, Tulisan Terakhir, Iis Wahyuni Hubungan Riwayat Kehamilan Ektopik
Dengan Kejadian Kehamilan Ektopik.
Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa
menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap
kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan
dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk
edisi JIKK selanjutnya.
Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa
membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca!
Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.
Penyunting.
jikk
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
Nomor 02 Tahun 2011, ISSN: 2356-5454
Daftar Isi
Diterbitkan oleh,
Ar Rahmah Press HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI
Akademi Kebidanan DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA
Ar Rahmah – Bandung NEONATORUM
oleh
Penanggung Jawab Widyastuti … 3
Hj. Diah Nurmayawati
HUBUNGAN PARITAS, USIA, DAN
Ketua Penyunting PENDIDIKAN IBU HAMIL TRIMESTER III
Yuliati DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM
Wakil Ketua Penyunting
MENGHADAPI MASA MENJELANG
Andi Laksana B PERSALINAN
oleh
Anggota Winarni … 9
Esti Hitatami
Sundari HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT
Desra Amelia PENDIDIKAN IBU DENGAN PENGGUNAAN
Irma Rosliani Dewi
METODE KONTRASEPSI EFEKTIF TERPILIH
Iis Wahyuni
Widyastuti oleh
Nunung Kanianingsih JM Weking … 13
Winarni
Ajeng Windyastuti PENGETAHUAN REMAJA SMA KELAS XI
JM Weking TENTANG HIV AIDS
Yuliustina oleh
Ajeng Widyastuti A … 18
Mitra Bestari (Penyunting Ahli)
Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti)
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU
Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U)
Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya)
HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI
Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang) PROSES PERSALINAN
Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang) oleh
Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada) Nunung Kanianingsih … 23
Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada)
Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara) GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA
Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia) TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti) SEHAT (PHBS) DALAM RUMAH TANGGA
Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta) oleh
Yuliustina ... 32
Setting Layout & Sirkulasi
M. Andriana Gaffar HUBUNGAN RIWAYAT KEHAMILAN
Yadi Firmansyah EKTOPIK DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN
Hamdan Hidayat EKTOPIK
Hamdani oleh
Fitriasukma Ekaputra Iis Wahyuni ... 40
oleh
Widyastuti
ABSTRAK
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu
dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Ketuban pecah
dini merupakan salah satu penyebab terjadinya asfiksia neonatorum dan infeksi yang dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Nilai Apgar adalah cara untuk menilai kondisi
postnatal yang mencerminkan fungsi-fungsi vital pada neonatus. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi
baru lahir di RSUD Dr. R Koesma Tuban tahun 2009. Dalam penelitian ini menggunakan metode
analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi yang digunakan adalah semua ibu bersalin dengan
KPD dan ibu bersalin tanpa komplikasi di RSUD Dr R. Koesma Tuban Tahun 2009 sebanyak 240
responden, sampel diambil dari sebagian ibu bersalin dengan KPD dan ibu bersalin tanpa komplikasi
di RSUD Dr R. Koesma Tuban Tahun 2009 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 148 responden.
Tehnik sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan data
sekunder yaitu didapatkan dari data register persalinan. Data diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan tabel silang kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUD Cililin
Bandung Barat Tahun 2009 melahirkan bayi tidak asfiksia 65 (81,25%). Dari analisa data mengunakan
uji Chi Square didapatkan nilai frekuensi harapan < 5 lebih dari 20% sehingga tidak memenuhi syarat
untuk dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Chi Square dan sebagai gantinya maka
digunakan analisa data menggunakan uji Exact Fisher dengan menggunakan program SPSS versi 11,5
didapatkan p = 0,064 dimana p > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara ketuban
pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Kesimpulan dari panelitian ini adalah
bahwa tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
Maka disarankan bagi masyarakat lebih sadar dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
ketuban pecah dini dengan rutin memeriksakan kehamilannya, agar bidan dapat memantau kondisi
ibu dan janin untuk meminimalkan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini
beserta komplikasinya.
sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
khorioamnionitis, abruption plasenta, sampai setiap saat sebelum terdapat tanda-tanda
kematian janin yang meningkatkan mortalitas persalinan. Dibedakan menjadi dua yaitu KPD
dan morbiditas perinatal.1,2,7,8 <12 jam dan KPD �12 jam.
Semakin lama KPD, semakin besar Besar sampel berdasarkan kesalahan
kemungkinan komplikasi yang terjadi.1,7,8 tipe I 5%, kesalahan tipe II 20%, nilai P2 dari
Asfiksia dapat terjadi akibat kelahiran kurang penelitian Nili dkk10 diperoleh 0,7. Pada
bulan, sindrom gawat napas, gangguan penelitian kami, RO (rasio odds) yang
plasenta maupun infeksi.1,2,7,8 Asfiksia yang dianggap bermakna adalah 1,3. Berdasarkan
terjadi pada bayi cukup bulan, seringkali perhitungan diperoleh n1 dan n2, yaitu
diawali infeksi.7 Dari penelitian sebelumnya masingmasing38, jadi jumlah total sampel
yang dilakukan oleh Nilufar dkk,9 didapatkan adalah 76 orang.
33% insiden terjadinya asfiksia pada KPD Populasi adalah bayi asfiksia yang
yang lama, berbeda secara signifikan dengan dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar,
tanpa asfiksia 6,7%. sedangkan sampel diambil dari semua
Berdasarkan latar belakang KPD yang populasi yang memenuhi kriteria penelitian
merupakan salah satu penyebab terjadinya secara consecutive sampling. Faktor risiko
asfiksia, maka perlu diketahui berapa lama asfiksia dikelompokkan berdasarkan
kejadian KPD dapat menyebabkan terjadinya kelompok risiko tinggi dan risiko rendah,
asfiksia. Penelitian kami bertujuan untuk mengalami asfiksia dari faktor ibu ataupun
mengetahui besar risiko lama KPD terhadap bayi. Risiko tinggi mengalami asfiksia,
kejadian asfiksia pada kehamilan cukup meliputi umur ibu <18 tahun atau >35 tahun,
bulan. paritas 1 (primipara) atau �5 (grand multipara),
terdapat sakit, seperti asma, preeklamsi,
Metode eklamsi, gagal jantung dan riwayat obstetri
Penelitian analitik observasional buruk selama kehamilan, berat badan lahir
dengan rancangan kasus kontrol dilakukan <2500 gram atau >4000 gram, dan KPD �12
selama periode bulan Mei sampai November jam. Bayi asfiksia dijadikan kasus, sedangkan
2010, di ruang perawatan neonatus Bagian kontrol adalah bayi tidak asfiksia, kemudian
Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, masing-masing subjek akan dilihat secara
Denpasar. Kriteria inklusi adalah bayi asfiksia, retrospektif, apakah ibu mengalami KPD <12
usia kehamilan cukup bulan, persalinan jam atau KPD �12 jam. Data lama KPD
berlangsung spontan/ tanpa tindakan (forsep, diambil dari rekam medik. Data yang
vakum ekstrasi, seksio sesarea). Kriteria diperoleh disajikan dalam bentuk narasi,
eksklusi adalah bayi yang dilahirkan dianalisis dengan uji Kai-kuadrat, dan analisis
menderita kelainan bawaan, bayi mengalami multivariat (regresi logistik) dengan
intra-uterine growth retardation (IUGR), risiko menggunakan komputer dengan tingkat
infeksi, meliputi ibu febris, ibu tersangka kemaknaan �=0,05 (IK95%), serta dikatakan
infeksi saluran kencing, korioamnionitis dan bermakna apabila p <0,05.
ketuban hijau, dan data yang diperoleh Penelitian kami telah mendapatkan
kurang lengkap. Definisi operasional variabel kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian
asfiksia neonatorum adalah keadaan fetus Fakultas Kedokteran Universitas
atau bayi baru lahir mengalami gangguan Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
oksigen, atau gangguan perfusi dari berbagai Denpasar.
organ yang berhubungan dengan hipoksia
jaringan dan asidosis.3 Asfiksia ditentukan Hasil
berdasarkan nilai Apgar pada menit 1, dengan Tujuhratus limabelas jumlah total
penilaian didasarkan pada Apgar �7 (tidak persalinan selama bulan Mei-November 2010.
asfiksia) dan Apgar <7 (asfiksia).7 Ketuban Berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 128
orang. Pasien yang dieksklusi 80 orang karena kurang bulan,7 dengan infeksi keduanya
risiko infeksi (73), menderita kelainan bawaan saling mempengaruhi.1,7 Ketuban pecah dini
(2), dan IUGR (5). Setelah ditambahkan dapat memudahkan infeksi asenden. Infeksi
kontrol sebesar 38 orang, jumlah total sampel tersebut dapat berupa amnionitis dan
76 orang. Bayi asfiksia didapatkan pada umur korionitis atau gabungan keduanya disebut
ibu >35 tahun 2 sampel, paritas 1 (primipara) korioamnionitis.1,2,13
21 sampel, paritas �5 (grand multipara) 2 Selain itukorioamnionitis dapat
sampel, terdapat sakit, seperti asma, dihubungkan dengan lama pecah selaput
preeklamsi, eklamsi, gagal jantung atau ketuban, jumlah kali periksa dalam dan pola
riwayat obstetri buruk selama kehamilan 8 kuman terutama grup Staphylococus.1,2 Sepsis
sampel, berat badan lahir <2500 gram 3 awitan dini sering dihubungkan dengan
sampel, dan KPD �12 jam 34 sampel. infeksi intranatal, sedangkan sepsis awitan
Karakteristik subjek pada kedua lambat sering dihubungkan dengan infeksi
kelompok tertera pada Tabel 1. Kami pascanatal terutama nosokomial.
mendapatkan hubungan yang bermakna Kami mendapatkan KPD �12 jam
antara lama KPD dengan asfiksia. Rasio odds dengan asfiksia 44,7%, sedangkan KPD <12
asfiksia pada KPD �12 jam 9,7 kali dengan jam dengan asfiksia 5,3%, dengan RO (rasio
nilai p 0,004 (Tabel 2). Analisis multivariat odds) 9,7 dan nilai p=0,004, sehingga terdapat
dengan regresi logistik didapatkan tidak perbedaan yang bermakna antara lama KPD
terdapat faktor risiko lain yang diteliti yang (<12 atau �12) jam terhadap asfiksia.
berbeda secara bermakna, selain faktor KPD Hasil tersebut sesuai dengan hasil
seperti pada Tabel 3. penelitian yang dilakukan Halimah dkk,14
Setiyana,15 dan Fahrudin.16 Penelitian
PEMBAHASAN Halimah dkk mendapatkan 24 (63,15%) bayi
Ketuban pecah dini merupakan mengalami asfiksia neonatorum ketika terjadi
masalah penting yang berkaitan dengan KPD selama proses persalinan, yaitu 1 bayi
komplikasi, meliputi kelahiran kurang bulan, (2,63%) menderita asfiksia ringan, 8 bayi
sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, (21,05%) menderita asfiksia sedang, dan 15
khorioamnionitis, abruptio plasenta, sampai bayi (39,47%) menderita asfiksia berat.
kematian janin yang meningkatkan mortalitas Penelitian Setiyana mendapatkan KPD >12
dan morbiditas perinatal.1,3,7,8 Pasien yang meningkatkan risiko asfiksia neonatorum, dan
mengalami ketuban pecah dini 50%-75% akan penelitian Fahrudin mendapatkan berat badan
mengalami persalinan secara spontan dalam lahir rendah, KPD, persalinan lama, tindakan
waktu 48 jam, 33% akan mengalami sindrom seksio sesaria, riwayat obstetri yang jelek dan
gawat napas, 32%-76% mengalami kompresi status perawatan prenatal yang buruk
tali pusat, 13%-60% mengalami merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum.
khorioamnionitis, 4%-12% mengalami Secara teori terdapat berbagai
abruption plasenta, dan 1%-2% kemungkinan komplikasi pada bayi akibat KPD, antara lain
mengalami kematian janin.1,8 Semakin lama persalinan kurang bulan, gawat janin,
KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi oligohidramnioan, penekanan tali pusat,
yang terjadi, sehingga sindrom gawat napas, serta risiko infeksi.1,8
meningkatkan risiko asfiksia.1,7,8 Ketuban Semakin lama KPD, maka semakin besar
pecah dini dapat mengakibatkan asfiksia, baik risiko komplikasi yang terjadi. Asfiksia dapat
akibat kelahiran kurang bulan, sindrom gawat terjadi bisa akibat penekanan tali pusat,
napas, gangguan plasenta maupun oligohidramnion, gawat janin, sindrom gawat
infeksi.1,3,7,8 Terjadinya asfiksia seringkali napas maupun infeksi. Sehingga, semakin
diawali infeksi yang terjadi pada bayi, baik lama KPD maka komplikasi yang terjadi
pada bayi cukup bulan terlebih lagi pada bayi semakin besar, berakibat risiko terjadinya
asfiksia pada janin, juga semakin lahir yang tidak mengalami asfiksia 87,16%,
meningkat.1,7,8 dan sebagian kecil bayi baru yang lahir
mengalami asfiksia berat 3,38%. Kondisi
Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir patofisiologis yang menyebabkan asfiksia
Terbukanya hubungan intra uterin meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi
dengan ekstra uterin, dengan demikian karbon dioksida berlebihan, dan asidosis
mikroorganisme dengan mudah masuk dan metaboli. Kombinasi ketiga peristiwa itu
menimbulkan infeksi intrapartum apabila ibu menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan
sering diperiksa dalam, infeksi puerpuralis, biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
peritonitis dan sepsis. Ketuban pecah dini Selama apnea, penurunan oksigen yang
pada kondisi kepala janin belum masuk pintu tersedia menyebabkan pembuluh darah di
atas panggul mengikuti aliran air ketuban, paru-paru mengalami kontriksi.
akan terjepit antara kepala janin dan dinding Vasokontriksini menyebabkan paru-paru
panggul, keadaan sangat berbahaya bagi janin. resistan terhadap ekspansi sehingga
Dalam waktu singkat janin akan mengalami mempersulit kerja resusitasi. Salah satu efek
hipoksia hingga kematian janin dalam hipoksia pada sirkulasi dalam jantung adalah
kandungan (IUFD), pada kondisi ini biasanya sirkulasi janin yang persisten (Varney, 2007).
kehamilan segera diterminasi. Bayi yang Asfiksia yang mungkin timbul dalam
dilahirkan jauh sebelum aterm merupakan masa kehamilan dapat dicegah dengan
calon untuk terjadinya respiratory distress melakukan pengawasan antenatal yang
sindroma (RDS). Hipoksia dan asidosis berat adekuat dan melakukan koreksi sedini
yang terjadi sebagi akibat pertukaran oksigen mungkin terhadap setiap kelainan yang
dan karbondioksida alveoli kapiler tidak terjadi. Gangguan yang timbul pada akhir
adekuat, terbukti berdampak sangat fatal pada kehamilan atau persalinan hampir selalu
bayi (Mochtar, 2003). disertai anoreksia / hipoksia janin dan
Dengan demikian sesuai dengan fakta berakhir dengan asfiksia neonatorum dan
dan teori diatas pada penelitian ini sebagian perlu mendapat perhatian utama agar
besar ibu bersalin di RSUD Cililin Bandung persiapan dapat dilakukan sehingga bayi
Barat mengalami ketuban pecah dini. perwatan yang adekuat dan maksimal pada
Banyaknya kejadian ketuban pecah dini pada saat lahir (FKUI, 2007).
ibu bersalin ini disebabkan oleh beberapa Kegawatan janin selama persalinan
faktor yaitu infeksi, trauma, kelainan letak, dapat dideteksi dengan pemantauan frekuensi
disproporsi antara kepala janin dan panggul denyut jantung janin secara terus menerus
ibu, multigravida, perdarahan antepartum berguna untuk mencegah terjadinya asfiksia
dan lain-lain yang berhubungan erat dengan pada bayi baru lahir (Nelson, 2000).
ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana Akibat-akibat asfiksia akan bertambah
yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun buruk apabila penanganan bayi tidak
sikap dalam menghadapi ketuban pecah dini dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
ini hal yang harus dipertimbangkan adalah akan dikerjakan pada bayi bertujuan
lamanya ketuban pecah, usia kehamilan, mempertahankan kelangsungan hidupnya
perkiraan berat badan janin, presentasi intra dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
uterin, komplikasi dan resiko yang akan mungkin timbul (Prawirohardjo, 2007).
dihadapi janin dan maternal sehingga dapat Dengan demikian dalam penelitian ini
tercapai tujuan well born baby dan well health menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara
mother atau setidak- tidaknya well health fakta dan teori walaupun hanya sebagian kecil
mother jika terpaksa bayi harus dikorbankan. bayi baru lahir di RSUD Cililin Bandung Barat
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan yang mengalami asfiksia. Untuk itu
bahwa hampir seluruhnya dari 148 bayi baru diharapkan masyarakat menyadari akan
pentingnya antenatal karena hal ini dapat maka akan membahyakan janin karena air
digunakan sebagai deteksi dini adanya ketuban berguna untuk mempertahankan atau
kelainan pada ibu sehingga perbaikan sedini- memberikan perlindungan terhadap bayi dari
dininya dapat diusahakan dan agar dapat benturan yang diakibatkan oleh
dilakukan persiapan yang sempurna untuk lingkungannya diluar rahim. Dengan kejadian
kelahirannya. ini maka kemungkinan asfiksia bisa saja
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan terjadi. Hal ini juga sesuai dengan analisa data
bahwa sebagian besar ibu bersalin yang yang menggunakan uji Exsact Fisher dengan
mengalami ketuban pecah dini dan bayi yang menggunakan program SPSS versi 11,5
dilahirkan tidak mengalami asfiksia sedang didapatkan p = 0,064 dimana p > 0,05 maka
81,25% dan yang mengalami asfiksia berat Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan
5,00%. yang signifikan antara ketuban pecah dini
Pada sebagian besar kasus, dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang Meskipun kedua faktor ini sangat
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu berkaitan, namun tidak selalu ketuban pecah
riwayat kelahiran premature, merokok, dan dini menyebabkan asfiksia begitu juga asfiksia
perdarahan selama kehamilan. Resiko tidak selalu disebabkan karena ketuban pecah
kelahiran bayi prematur adalah resiko terbesar dini karena masih ada faktor lain yang dapat
kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah menyebabkan asfiksia antara lain adalah
dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari partus lama, pre eklamsi dan eklamsi,
paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada kehamilan lewat waktu, perdarahan abnormal
usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari dan lain-lain.
kemampuan janin untuk hidup sangat
menentukan langkah yang akan diambil. PENUTUP
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD Berdasarkan hasil penelitian, KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia.
sindrom distress pernafasan yang terjadi pada Penelitian kami menggunakan data sekunder
bayi baru lahir. Hipoksia janin yang dari catatan rekam medik pasien. Disamping
menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi itu, variabel yang diteliti terbatas hanya
karena gangguan pertukaran gas serta beberapa variabel yang tersedia sehingga
transport O2 dari ibu ke janin saehingga sangat memungkinkan terjadinya bias
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan terhadap hasil penelitian. Untuk mencegah
dalam menghilangkan CO2. Terjadinya terjadinya asfiksia pada bayi, maka persalinan
asfiksia seringkali diawali infeksi yang terjadi dengan KPD �12 jam sebaiknya dilakukan di
pada bayi baik pada bayi aterm terlebih pada rumah sakit sehingga resusitasi bayi baru lahir
bayi prematur, antara KPD dan asfiksia dapat dilakukan secara optimal.
keduanya saling mempengaruhi. Pada induksi
persalinan kontraksi otot rahim yang REFERENSI
berlebihan dapat menimbulkan asfiksia janin Modena AB, Kaihura C, Fieni S. Prelabour
(Manuaba, 2001). rupture of the membranes: recent
Dengan demikian dari teori-teori yang evidence. Acta Bio Medica Ateneo
diuraikan diatas dan dari hasil penelitian di Parmense 2004;75:5-10.
RSUD Cililin Bandung Barat bulan juli 2010 Cammu H, Verlaenen H, Derde P. Premature
bahwa masih banyak kejadian ketuban pecah Rupture of Membranes at Term in
dini dan asfiksia bayi baru lahir, namun kedua Nulliparous Women: A Hazard?Obstet
kejadian ini tidak selalu menjadi penyebab Gynecol 1990;76:671-4.
dari masing-masing kejadian tersebut. Jika Khan PA, Azam M, Malik FA. Birth Asphyxia;
ketuban sudah pecah sebelum waktunya risk factors. The Professional 2004;2:416-
24.
HUBUNGAN PARITAS, USIA, DAN PENDIDIKAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MASA MENJELANG PERSALINAN
oleh
Winarni
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan dalam
menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester ketiga. Berdasarkan hasil mean hipotetik diketahui
bahwa dukungan sosial subjek berada pada rata-rata tinggi sedangkan untuk kecemasan dalam
menghadapi persalinan subjek berada pada rata-rata rendah. Teknik pengambilan sample dalam
penelitian ini adalah sampling random sederhana dimana setiap unit dalam sample mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih. Sedangkan metode pengumpulan datanya adalah metode skala.
Skala dukungan social yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial dari House,
Watson, dan Thoits (dalam Firman & Khairani, 2000), yaitu: bantuan materi, informasi, emotional
support, dan dukungan penghargaan. Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-
gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan &
Simatupang, 1999) yaitu berupa gejala fisik dan gejala psikologis. Ibu yang sedang mengalami
kehamilan, akan mengalami perubahan secara fisik dan psikoogis 9mental), oleh karena itu iu hamil
dituntut tidak hanya harus siap secarafisik, tetapi juga haus siap secara mental. Perubahan secara
mental pada ibu akan mempengaruhi emosi si ibu. Pada trimester ketigaperubahan psikologis yang
terjadi antara lain merasakan kegelisahan mengenai kelahiran bayinya, perasaan takut mati, trauma
kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan ketakutan riil seperti ketakutan bayinya lahir cacat.
Apabila pengaruh emosi si ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun
lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini dapat menimbulkan gangguan emosi dan
fisik (ringan sampai berat) pada para ibu seperti kecemasan. Mencegah hal tersebut terjadi, maka
dukungan sosial untuk ibu hamil sangatlah penting.
dalam menghadapi proses persalinan tersebut Wening, 2003). Untuk persalinan pertama,
(Andriana, Evarini, 2007). timbulnya kecemasan ini sangat wajar
Proses melahirkan pada setiap ibu pasti karena segala sesuatunya adalah
berbeda-beda. Ternyata, selain penyebab yang pengalaman baru (Pusdiknakes, 2002).
bersifat klinis, suasana psikologis sang ibu Perubahan psikologis menghadapi
yang tidak mendukung juga ikut andil persalinan dipengaruhi beberapa faktor, salah
mempersulit proses persalinan. Seperti ibu satunya adalah faktor pengalaman
dalam kondisi cemas, khawatir dan takut yang sebelumnya (Mahasiswi Prodi Kebidanan
berlebihan, hingga akhirnya berujung pada Negeri Jakarta, 2002). Menurut Kuswandi,
stres. Itulah sebabnya menjelang proses semua orang selalu mengatakan bahwa
persalinan, ibu hamil membutuhkan melahirkan itu sakit sekali, oleh karena itu
ketenangan agar proses persalinan menjadi muncul ketakutan-ketakutan pada ibu yang
lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang baru pertama hamil dan belum memiliki
menghadapi proses persalinan maka pengalaman bersalin. Jika dilihat dari
persalinan akan berjalan semakin lancar pengalaman melahirkan, ada dua golongan
(Pusparini, Wening, 2003). ibu yang diliputi rasa takut dan cemas
Perasaan takut, kehati-hatian atau menghadapi persalinan. Golongan pertama
kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak adalah perempuan yang sudah pernah
menyenangkan adalah manifestasi cemas melahirkan, namun mempunyai pengalaman
yang dapat dialami oleh setiap orang terutama yang tidak menyenangkan pada kehamilan
pada ibu hamil yang menantikan proses dan persalinan sebelumnya. Golongan kedua
persalinan. Penelitian di luar negeri adalah ibu hamil pertama kali dan belum
menyebutkan 12% wanita menyatakan pernah mempunyai pengalaman melahirkan
persalinan adalah saat- saat yang sebelumnya, tetapi banyak mendengar
menyeramkan. Rasa cemas, takut dan sakit tentang cerita-cerita dan pengalaman-
menimbulkan stress yang mengakibatkan pengalaman yang menakutkan dari orang
gangguan proses persalinan, sehingga lain tentang proses persalinan (Arifin, Laili,
menghilangkan rasa cemas dan takut selama 2007).
proses persalinan menjadi sangat penting BPS Laili Fauziah, Amd. Keb. terletak di
(Aryasatiani, Ekarini, 2007). Desa Rejomulyo Kecamatan Kras Kabupaten
Pengalaman rasa nyeri berbeda antara Kediri. Dari studi pendahuluan yang telah
satu wanita dengan wanita yang lain, dilakukan peneliti, dalam waktu satu minggu
demikian pula antara persalinan pertama (7 hari) terdapat 21 ibu hamil trimester III
dengan persalinan berikutnya pada wanita yang melakukan pemeriksaan ANC, terdiri
yang sama ataupun pada wanita yang dari 10 nullipara, 7 primipara, 3 multipara, 1
berbeda (Aryasatiani, Ekarini, 2007). Dengan grandemultipara. Dari wawancara yang
semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama dilakukan, seluruh ibu hamil nullipara dan
pada persalinan pertama, wajar timbul sebagian besar ibu hamil primipara
perasaan cemas ataupun takut. Meski sangat mengeluh merasa cemas menghadapi
menantikan kelahiran sang bayi, di lain pihak persalinan, sedangkan ibu hamil multipara
timbul kekhawatiran apakah akan bisa dan grandemultipara mengatakan biasa saja
menjalani persalinan tanpa suatu halangan atau tidak merasa cemas dalam menghadapi
apapun. Apakah segala persiapan selama ini persalinan.
sudah memadai, serta aneka kecemasan lain. Dari data yang diperoleh menunjukkan
Salah satu kecemasan para ibu menghadapi cukup tingginya jumlah ibu hamil
persalinan adalah ketakutan terhadap rasa khususnya trimester III yang melakukan
nyeri, apalagi bagi calon ibu yang belum pemeriksaan ANC, macam paritas beragam
pernah melahirkan sebelumnya (Pusparini,
oleh
JM Weking
ABSTRAK
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda atau mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta untuk menghentikan atau mengakhiri kesuburan.
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya, dapat kita definisikan sebagai tindakan atau usaha
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan (Notodihardjo, 2002). Tujuan
KB Untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita serta angka kelahiran dalam
rangka mempercepat terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (DepKes,
1999). Untuk menjaga jarak antar anak ibu dapat menggunakan alat kontrasepsi metode hormonal.
Sedangkan bila tidak mau menambah anak lagi dapat menggunakan metode mekanis (Biran, 2004).
Macam-macam Kontrasepsi menurut Hartanto (2000): 1. Metode sederhana: Kondom, Spermiside,
Koitus interuptus (senggama terputus), Pantang berkala 2. Metode efektif: Hormonal: Pil KB:
progesterone only pil, pil KB kombinasi, pil KB sekuensial. Suntikan KB: Depropovera setiap 3 bulan,
Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem setiap bulan; Susuk KB: setiap 5 tahun (Norplant), 3 tahun
(Implanon); Mekanis: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Copper T, Medusa, Seven Copper).
metode penghalang vagina (0%), Mop (0,6%), kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat
MOW (5,2%), metode lainnya (0%). kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara
(http://translate.google.co.id/who/2004) aman, efektif, dengan metode yang dapat
diterima, baik secara perseorangan maupun
Indonesia menghadapi masalah dengan budaya pada berbagai tingkat reproduksi.
jumlah dan kualitas sumber daya manusia Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita
dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk merasa bahwa penggunaan kontrasepsi
dapat mengangkat kehidupan bangsa telah terkadang problematis dan mungkin terpaksa
dilaksanakan bersamaan pembangunan memilih metode yang tidak cocok dengan
ekonomi dan keluarga berencana yang konsekuensi yang merugikan atau tidak
merupakan sisi masing-masing mata uang. menggunakan metode KB sama sekali.
Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan
dengan pembangunan ekonomi, Dari 61,4 % pengguna metode
dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan kontrasepsi di Indonesia sebanyak 31,6 %
berarti.( Manuaba, 1998 ) menggunakan suntik. Sedangkan yang
memakain pil hanya 13,2 %, memakai IUD
Gerakan Keluarga Berencana Nasional atau spiral 4,8 %, implant 2,8 %, dan kondom
Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1,3 %, sisanya vasektomi dan tubektomi.
1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Terjadi kenaikan pemakaian metode
Indonesia telah berhasil menurunkan angka kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai
kelahiran dengan bermakna.(Manuaba , 1998) 2007 lalu. Menurut survey yang dilakukan
oleh BKKBN tentang penggunaan metode
Keluarga Berencana adalah merupakan
kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7
suatu perencanaan kehamilan yang
% pada tahun 1994 menjadi 15,2%, 1997
diinginkan untuk menjadikan norma keluarga
menjadi 12,1 %, tahun 2003 menjadi 27,8 %
kecil, bahagia dan sejahtera dan pada
dan pada tahun 2007 mencapai 31,6 %. Salah
hakikatnya keluarga berencana adalah upaya
satu kontrasepsi yang populer di Indonesia
untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran
adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik
dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah
yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (
melahirkan anak yang banyak. Secara tidak
NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat
langsung Keluarga Berencana dapat
(DMPA), dan Cyclofem.( Sarwono 1998)
menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi
keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu Di Balikpapan Jumlah akseptor baru KB
dan anak. (DEPKES RI, 1996) pada tahun 2009 mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun 2008. Pada taun
Pada saat sekarang ini telah banyak
2008 akseptor baru sebanyak 9,45% dan
beredar berbagai macam alat kontrasepsi,
akseptor aktif sebanyak 76,38% sedangkan
khususnya alat kontrasepsi metode efektif
pada tahun 2009 akseptor baru mengalami
yaitu: pil, suntik, IUD, implant. Alat
penurunan menjadi 8,93% dan akseptor aktif
kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat
sebanyak 66,80%. Pada tahun 2009 Jenis
yaitu aman pemakaiannya dan dapat
kontrasepsi yang diminati oleh akseptor
dipercaya, efek samping yang merugikan
adalah KB suntik, yang mencapai 41,40%. IUD
tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut
(17,20%), MOW/MOP (3,93%), Implant
keinginan, tidak mengganggu hubungan
(5,05%), Pil (29,30%) dan kondom (3,12%).
seksual, harganya murah dan dapat diterima
(DKK, 2009)
oleh pasangan suami istri.
Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49
Setiap metode mempunyai kelebihan dan
Tahun Menurut Cara KB yang Digunakan di
kekurangan. Namun demikian meskipun telah
Kota Balikpapan, Tahun 2010 yaitu MOW
mempertimbangkan untung rugi semua
3,68%, MOP 0,74%, Pil 42,79%, Suntik 30,13%, 2. Memahami (comprehension) diartikan
Implant 1,64%, IUD 15,60%, kondom 3,03% sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan
dan cara tradisional 2,39%. (Badan statistik, secara benar tentang obyek yang
2010) diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
PEMBAHASAN
3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai
Pada awalnya program Keluarga suatu kemampuan untuk menggunakan
Berencana (KB) adalah upaya pengaturan yang telah dipelajari pada situasi atau
kelahiran dalam rangka peningkatan kondisi real (sebenarnya).
kesejahteraan ibu dan anak, namun dalam
perkembangannya program KB dituntut 4. Analisis (ananlysis) adalah suatu
untuk dapat menciptakan dan kemampuan untuk menjabarkan suatu
membudayakan Norma Keluarga Kecil materi atau suatu obyek ke dalam
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), sehingga komponen-komponen tapi masih berada
pelaksanaan program KB yang berkembang dalam suatu struktur organisasi tersebut
saat ini dilaksanakan secara terpadu dengan dan masih ada kaitannya satu sama lain.
program-program pembangunan lainnya yang
pada intinya pelaksanaan program KB 5. Sintesis (synthesis) dimana dalam hal ini
diarahkan untuk meningkatkan pendewasaan menunjukan suatu kemampuan untuk
usia perkawinan, pemberdayaan ekonomi meletakan atau menghubungkan bagian-
keluarga dan peningkatan ketahanan keluarga bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
(BKKBN, 2006). yang baru.
Efek samping dan komplikasi alat dan 6. Evaluasi (evaluation) yang dalam hal ini
obat kontrasepsi bervariasi antara satu metode berkaitan dengan kemampuan untuk
dengan metode yang lain dan dari satu melakukan justifikasi atau penilaian
akseptor ke akseptor yang lain. Penanganan suatu materi atau obyek.
efek samping dan komplikasi alat kontrasepsi
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yang kurang benar dapat menimbulkan akibat
(Suliha, 2002), adalah:
yang tidak diinginkan seperti drop out dari
program KB (DepKes, 1999). 1. Tingkat pendidikan, Pendidikan adalah
upaya yang memberikan pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil
sehingga terjadi perubahan perilaku
dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
positif yang meningkat.
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera 2. Informasi, Seseorang yang mempunyai
manusia, yakni indera penglihatan, sumber infomasi yang lebih banyak akan
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. memberikan pengetahuan yang jelas.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Dari 3. Budaya, Tingkah laku manusia atau
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa kelompok dalam memenuhi kebutuhan
perilaku yang didasari pengetahuan akan yang memiliki sikap dan kepercayaan.
Tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)
4. Pengalaman, Sesuatu yang dialami
1. Tahu (Know) diartikan sebagai seseorang akan menambah pengetahuan
mengingat sesuatu materi yang telah tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
dipelajari sebelumnya.
oleh
Ajeng Widyastuti A
ABSTRAK
Pengetahuan akan HIV/AIDS itu sangat penting bagi remaja karena mengetahui bahwa dewasa ini
remaja lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah dan penderita kasus HIV terbesar di
Provinsi Jawa Tengah terdapat pada golongan umur 20-24 tahun sedangkan AIDS terbesar pada
golongan umur 25-29 tahun yang merupakan golongan umur remaja dan dewasa muda. Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1
Karangmalang Sragen. Jenis penelitian adalah deskripstif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. Jumlah sampel sebanyak 83 siswa dan
teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Cara pengumpulan data dengan metode kuesioner
sedangkan hasil penelitian pada analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian
didapatkan untuk tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS paling banyak pada tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 responden (63,85%), kemudian pada tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 24 responden (28,91%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden
(7,22%). Dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas
XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen secara umum baik yaitu 53 responden (63,85%).
yang tinggi tentang HIV/AIDS agar terhindar HIV/AIDS sehingga siswa mempunyai
dari resiko-resiko terjadinya HIV/AIDS. pengetahuan yang lebih baik.
oleh
Nunung Kanianingsih
ABSTRAK
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis, dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian lagi menganggapnya sebagai
peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya. Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami
kecemasan. Kecemasan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil trimester III (umur, graviditas,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kesehatan) dengan kecemasan dalam menghadapi
persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross
sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 158 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
RSUP Fatmawati pada tanggal 27 Oktober-17 November 2009. Teknik analisa yang dilakukan yaitu
analisa Chi- Square dengan menggunakan = 5 %. Instrumen yang digunakan adalah Zung Self- Rating
Anxiety Scale (ZSAS) untuk mengukur tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III dalam
menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 158 responden, sebanyak 47.5% ibu
hamil tidak mengalami cemas dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas. Dari lima variabel yang
diteliti, tiga variabel ternyata tidak dapat membuktikan adanya hubungan, yaitu umur (p=0.873),
pekerjaan (p=0.133), dan status kesehatan (p=0.692), sedangkan variabel yang lain yaitu graviditas
(p=0.005) dan tingkat pendidikan (p=0.05) secara statistik dapat membuktikan adanya hubungan
yang signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Maka peneliti menyarankan
agar Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati menyediakan jasa konsultasi yang
berguna bagi ibu hamil untuk dapat terhindar dari kecemasan dalam menghadapi persalinan.
menentu dan emosi yang meledak-ledak gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan
dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan ibu hamil dengan memberikan penjelasan
darah, produksi adrenalin, aktifitas kelenjar mengenai kehamilan, persalinan, kecemasan
keringat, reaksi asam lambung, seperti marah, dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.
gelisah dan merasa malas (Al-Atiq, 2007). Dukungan emosional sangat dibutuhkan oleh
Kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil untuk mempersiapkan diri baik fisik
ibu hamil apabila tidak ditangani dengan maupun mental dalam menghadapi
serius akan membawa dampak dan pengaruh kehamilan dan persalinan sebagai salah satu
terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu proses yang alamiah.
maupun janin. Ibu yang mengalami kecemasan Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005)
atau stres, sinyalnya berjalan lewat aksis HPA mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan
(Hipotalamo-Pituitary-Adrenal) yang dapat ibu hamil, dari 50 responden diperoleh 46%
menyebabkan lepasnya hormon stres antara mengalami kecemasan ringan, 50% kecemasan
lain Adreno Cortico Tropin Hormone (ACTH), sedang, dan 4% kecemasan berat. Sedangkan
kortisol, katekolamin, ß-Endorphin, Growth penelitian Yuliana (2008), mengenai
Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing kecemasan pada ibu hamil trimester III,
Hormone (LH) / Folicle Stimulating Hormone dimana kecemasan yang dialami dibagi ke
(FSH). dalam kategori jenis kehamilan (graviditas),
Lepasnya hormon-hormon stres usia, dan tingkat pendidikan, dari 51
tersebut mengakibatkan terjadinya responden yang diteliti diperoleh 49% tidak
vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya mengalami kecemasan (normal), 47.1%
konstriksi vasa utero plasenta yang kecemasan ringan, 3.9% kecemasan sedang,
menyebabkan gangguan aliran darah di dan tidak ada yang mengalami kecemasan
dalam rahim, sehingga penyampaian oksigen berat.
ke dalam miometrium terganggu dan Berdasarkan studi pendahuluan yang
mengakibatkan lemahnya kontraksi otot dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan
rahim. Kejadian tersebut menyebabkan makin Kandungan RSUP Fatmawati, didapatkan data
lamanya proses persalinan (partus lama) bahwa pada bulan Maret 2009 jumlah pasien
sehingga janin dapat mengalami kegawatan yang memeriksakan kehamilan sebanyak 396
(fetal-distress). Disamping itu dengan orang. Berdasarkan status kesehatan, pasien
meningkatnya plasma kortisol, berakibat yang datang sangat beragam. Ada ibu yang
menurunkan respon imun ibu dan janin. status kesehatannya baik dan ada ibu yang
Penelitian di Indonesia menunjukkan mengalami komplikasi dalam kehamilannya
bahwa ibu hamil yang mengalami kecemasan sehingga dikategorikan sebagai ibu yang
tingkat tinggi dapat meningkatkan resiko beresiko tinggi. Ibu yang tergolong kelompok
kelahiran bayi prematur bahkan keguguran. resiko tinggi ini memiliki penyakit seperti
Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu anemia, Diabetes Mellitus, hipertensi, dan
hamil dengan kecemasan yang tinggi ketika letak janin yang lintang atau sungsang.
hamil akan meningkatkan resiko hipertensi Jumlah ibu yang status kesehatannya baik
pada kehamilan (Suririnah, 2004). Resiko sebanyak 93.9% dan ibu yang beresiko tinggi
hipertensi dapat berupa terjadinya stroke, sebanyak 6.1%.
kejang, bahkan kematian pada ibu dan janin. Hasil wawancara dengan penanggung
Jika hal itu dibiarkan terjadi, maka angka jawab Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil akan RSUP Fatmawati, dapat disimpulkan bahwa
semakin meningkat. masih banyak ibu hamil yang merasa bingung,
Perawat mempunyai andil yang takut, cemas, dan khawatir terhadap
cukup besar dalam mengatasi masalah kehamilan dan proses persalinannya nanti.
tersebut. Perawat harus dapat mengenali Hal ini terutama bagi ibu primigravida dan
sebanyak 57%. Hal ini berarti kedua kelompok Sebaliknya rendahnya pendidikan akan
ibu hamil akan mempunyai peluang yang menyebabkan seseorang mengalami stres,
sama untuk mengalami kecemasan dalam dimana stres dan kecemasan yang terjadi
menghadapi persalinan. disebabkan kurangnya informasi yang
Bagi primigravida, kehamilan yang didapatkan orang tersebut.
dialaminya merupakan pengalaman pertama
kali dan ketidaktahuan menjadi faktor 5. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan
penunjang terjadinya kecemasan sehingga Hasil penelitian menunjukkan distribusi
trimester III dirasakan semakin mencemaskan frekuensi pekerjaan ibu diperoleh data bahwa
karena semakin dekat dengan proses pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
persalinan. Sedangkan bagi multigravida, ibu hamil yang bekerja sebanyak 41.1% dan ibu
mungkin kecemasan berhubungan dengan hamil yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 58.9%.
pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya Pekerjaan dapat menghasilkan penghasilan
(Kartono, 1992). yang akan menambah keuangan keluarga,
4. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Pendidikan sehingga ibu hamil benar-benar siap untuk
Dari hasil penelitian, distribusi menghadapi persalinannya nanti. Hal ini sesuai
frekuensi pendidikan ibu diperoleh data bahwa dengan pendapat Purwatmoko (2001), bahwa
pendidikan ibu dikelompokkan menjadi tiga, dengan peningkatan penghasilan maka
yaitu ibu yang berpendidikan dasar (SD-SLTP) pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dapat
sebanyak 12%, pendidikan menengah (SMA terjamin. Seorang ibu dapat mengetahui semua
sederajat) sebanyak 39.2%, dan pendidikan informasi kesehatan mengenai dirinya dan bayi
tinggi (Akademi-PT) sebanyak 48.7%. Data yang ada dalam kandungannya, sehingga dapat
tersebut menunjukkan bahwa minoritas ibu menjalani kehamilan yang aman dan
hamil berpendidikan dasar sehingga beresiko menyenangkan, serta mencegah timbulnya
mengalami kecemasan dalam menghadapi kecemasan.
persalinan. Pekerjaan ibu hamil tidak hanya
Pendidikan merupakan kebutuhan menunjukkan tingkat sosial ekonomi,
dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk melainkan juga menunjukkan ada tidaknya
pengembangan diri dan peningkatan interaksi ibu hamil dalam masyarakat yang luas
kematangan intelektual seseorang. dan keaktifan pada organisasi tertentu, dengan
Kematangan intelektual ini berpengaruh pada asumsi ibu yang bekerja akan memiliki
wawasan dan berpikir seseorang, baik dalam pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih cepat
tindakan yang dapat dilihat maupun dalam untuk menerima informasi daripada ibu yang
cara pengambilan keputusan. Tingkat tidak bekerja.
pendidikan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk 6. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Status
lebih mudah menerima ide teknologi baru Kesehatan
(Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian, distribusi frekuensi
Semakin tinggi pendidikan seseorang, status kesehatan ibu diperoleh data bahwa status
maka akan semakin berkualitas kesehatan ibu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pengetahuannya dan semakin matang status kesehatan normal sebanyak 84.8% dan status
intelektualnya. Mereka cenderung lebih kesehatan tidak normal (letak lintang/sungsang,
memperhatikan kesehatan dirinya dan pre eklampsi, CPD, plasenta previa, mioma, dan
keluarganya (Depkes, 1999). Hal senada juga HIV) sebanyak 15.2%. Bagi seorang ibu yang
diungkapkan oleh Purwatmoko (2001), mengalami gangguan kesehatan selama
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan kehamilan, tentunya akan mengalami kecemasan
seseorang semakin besar peluang untuk dalam menghadapi persalinan.
mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Bagi ibu hamil yang memiliki janin
dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan,
kecemasan makin meningkat, sedangkan ibu Odds Ratio 0.374 yang berarti bahwa ibu
hamil dengan komplikasi kehamilan adalah dua multigravida menurunkan resiko terjadinya
kali cenderung memiliki ketakutan terhadap kecemasan sebesar 0.374 kali dibandingkan dengan
kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi primigravida. Graviditas terbukti dapat
(Burger dkk.,1993; dalam Jayalangkara, 2005). mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Oleh sebab itu
C. Analisa Bivariat proporsi kecemasan lebih banyak terjadi pada
1. Hubungan Umur dengan Kecemasan primigravida karena kehamilan yang
Seorang ibu hamil diharapkan dialaminya merupakan pengalaman pertama
memiliki umur yang baik secara fisik maupun kali dan ketidaktahuan menjadi faktor
psikologis telah siap dalam menghadapi penunjang terjadinya kecemasan, sehingga
persalinan sehingga tidak mengalami trimester III dirasakan semakin mencemaskan
kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa karena semakin dekat dengan proses
persentase umur ibu diketahui sebagian kecil persalinan. Sedangkan ibu yang pernah hamil
ibu hamil tergolong high risk yaitu sebanyak sebelumnya (multigravida), mungkin
15.8%. kecemasan berhubungan dengan pengalaman
Proporsi ibu hamil yang mengalami masa lalu yang pernah dialaminya (Kartono,
kecemasan ternyata seimbang antara ibu yang 1992).
tergolong high risk (56%) dengan ibu yang
tergolong low risk (51.9%). Namun pada 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecemasan
penelitian ini, tidak ada hubungan yang Persentase tingkat pendidikan
bermakna antara umur ibu dengan kecemasan diketahui bahwa minoritas ibu hamil
dalam menghadapi persalinan. berpendidikan dasar (SD-SLTP) sebanyak 12%
Hasil penelitian tersebut dapat sehingga beresiko mengalami kecemasan dalam
menunjukkan bahwa umur tidak banyak menghadapi persalinan. Dimana diketahui
mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam bahwa proporsi pendidikan ibu dengan
menghadapi persalinan. Ternyata hasil kecemasan menunjukkan ada sebanyak 64.5%
penelitian tidak semuanya sama dengan ibu berpendidikan menengah mengalami
teori yang ada. Hal ini kemungkinan kecemasan lebih banyak dibandingkan ibu
disebabkan karena distribusi sampel yang berpendidikan dasar (47.4%) dan ibu berpendidikan
kurang merata dimana jumlah ibu yang tinggi (44.2%).
tergolong high risk lebih sedikit daripada ibu Pada penelitian ini, ada hubungan yang
yang tergolong low risk yaitu 15.8%, atau bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
karena kurangnya informasi bagi ibu hamil kecemasan dalam menghadapi persalinan. Analisis
mengenai usia resiko tinggi untuk kehamilan keeratan hubungan dua variabel didapatkan Odds
dan persalinan. Ratio bahwa ibu berpendidikan menengah
meningkat resiko ketidakcemasannya sebesar
2. Hubungan Graviditas dengan Kecemasan 2.020 kali dibandingkan dengan ibu
Hasil penelitian menunjukkan berpendidikan dasar. Ibu berpendidikan tinggi
persentase graviditas diketahui kurang dari mempunyai peluang 0.879 kali untuk menurun
setengah responden yang diteliti merupakan kecemasannya dibandingkan dengan ibu
primigravida (43%). Proporsi ibu hamil yang berpendidikan dasar.
mengalami kecemasan ternyata lebih tinggi Dari hasil penelitian terlihat bahwa
dialami oleh primigravida sebanyak 66.2% pada ibu hamil yang berpendidikan dasar dan
dibandingkan multigravida yang mengalami menengah cenderung lebih banyak mengalami
kecemasan sebanyak 42.2%. kecemasan daripada ibu berpendidikan tinggi.
Pada penelitian ini, ada hubungan yang Ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat
bermakna antara graviditas dengan kecemasan pendidikan seseorang maka mereka dapat berfikir
dalam menghadapi persalinan. Dimana nilai
secara rasional dan menahan emosi mereka dengan terjamin. Ibu hamil senantiasa memeriksakan
baik sehingga kecemasan mereka dapat berkurang. kehamilannya secara rutin, merencanakan
Ibu yang berpendidikan tinggi, persalinan di tenaga kesehatan, dan melakukan
cenderung lebih memperhatikan kesehatan persiapan lainnya dengan baik.
dirinya dan keluarganya (Depkes, 1999). Hal
senada juga diungkapkan oleh Purwatmoko 5. Hubungan Status Kesehatan dengan Kecemasan
(2001), dimana semakin tinggi tingkat pendidikan Persentase status kesehatan diketahui
seseorang semakin besar peluang untuk mencari lebih dari setengah responden yang diteliti
pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya merupakan ibu dengan status kesehatan normal
rendahnya pendidikan akan menyebabkan (84.8%). Dimana diketahui bahwa proporsi status
seseorang mengalami stres, dimana stres dan kesehatan ibu dengan kecemasan antara ibu yang
kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya status kesehatannya tidak normal (58.3%) dengan
informasi yang didapatkan orang tersebut. ibu yang status kesehatannya normal (51.5%)
adalah seimbang. Namun pada penelitian ini,
4. Hubungan Pekerjaan dengan Kecemasan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan ibu dengan kecemasan dalam
persentase pekerjaan ibu diketahui lebih dari menghadapi persalinan.
setengah responden yang diteliti merupakan ibu Hasil penelitian tersebut dapat
yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 58.9%. menunjukkan bahwa status kesehatan ibu
Sedangkan proporsi ibu hamil yang mengalami tidak banyak mempengaruhi kecemasan
kecemasan antara ibu hamil yang bekerja (44.6%) dalam menghadapi persalinan. Padahal bagi
dengan ibu hamil yang tidak bekerja (58.1%) seorang ibu yang mengalami gangguan
hampir seimbang. Pada penelitian ini, tidak ada kesehatan tentunya akan lebih banyak
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu mengalami kecemasan (Burger dkk dalam
dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Jayalangkara (2005)).
Hasil penelitian tersebut dapat Tapi ternyata hasil penelitian tidak
menunjukkan bahwa pekerjaan tidak banyak semuanya sama dengan teori yang ada. Hal ini
mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi disebabkan karena distribusi sampel yang kurang
persalinan. Hal ini kemungkinan disebabkan merata dimana jumlah ibu dengan status
karena ibu hamil yang bekerja maupun yang tidak kesehatan tidak normal lebih sedikit daripada
bekerja sama-sama mempunyai adaptasi yang baik ibu dengan status kesehatan normal yaitu 15.2%.
terhadap perubahan yang terjadi selama kehamilan, Selain itu, kemungkinan status kesehatan yang
sehingga perubahan tersebut tidak terlalu dialami ibu hamil tidak terlalu mempengaruhi
mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis kecemasan karena mereka sudah memeriksakan
ibu dalam menghadapi persalinan. Selain itu, kehamilannya secara teratur dan sesuai dengan
kemungkinan didukung oleh faktor sosial ekonomi prosedur yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
keluarga yang cukup sehingga status kesehatan ibu
Danang. Tanda bahaya kehamilan. Diunduh dari: Kushartanti, W., Soekamti, E. R., &
http://masdanang.co.cc/?p=22 (diakses 21 Sriwahyuniati, C. F. Senam hamil:
April 2009), 2008. menyamankan kehamilan, mempermudah
Depkes RI. Indonesia sehat 2010. Jakarta, 1999. persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka, 2004.
Dinkes Jabar. Akibat "Beban Ganda" Perempuan rentan Lestaringsih, S. Peran pria dalam kehamilan. Diunduh
Stres. Diunduh dari: dari: http://www.ayahbunda.com (diakses
http://www.google//pikiranrakyatbandu 10 Juni 2009 ), 2006.
ng.com (diakses 1 Agustus 2009), 2003. Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Dinkes Kaltim. Diunduh dari: kandungan dan keluarga berencana untuk
http://dinkeskaltim.com/ (diakses 1 pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 1998.
Agustus 2009), 2008. Maramis, Willy F. Catatan ilmu Kedokteran jiwa
Farrer, Helen. Perawatan maternitas Edisi 2. Jakarta: Cetakan 9. Surabaya: Airlangga University
EGC, 2001. Press, 2005.
Gorrie, T.M., McKinney, E.S., & Murray, S. Nursalam. Konsep dan penerapan metode penelitian
Foundations of maternal newborn/ /nursing/. 2 ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,
nd Ed. United States of America: W.B. Saunders 2008.
Company, 1998. Notoatmodjo, S. Metode penelitian kesehatan. Jakarta:
Hamilton, Persis Mary. Dasar-dasar keperawatan Rineka Cipta, 2002.
maternitas Edisi 6. Alih bahasa Asih, Ni Luh _____, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka
Gede Yasmin. Jakarta: EGC, 1995. Cipta, 2003.
Hasuki, I. Trauma kehamilan dan pengaruhnya Simkin, Penny. Panduan lengkap kehamilan,
pada janin. Diunduh dari: Melahirkan, dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta:
http://www.tabloid- Arcan, 2007.
nakita.com/artikel.php3?edisi=05234&rub Stuart, G.W and Sundeen, S.J; alih bahasa
rik=kecil (diakses 15 Mei 2009), 2007. Ramona,dkk. Buku saku keperawatan Jiwa Edisi 3.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode penelitian Jakarta: EGC, 1998.
keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Sulaiman, Sastra Winata. Obstetri fisiologi. Bandung:
Salemba Medika, 2008. Universitas Padjajaran, 1983.
Jayalangkara, A. Gangguan jiwa pada kehamilan. Suririnah. Stres dalam kehamilan berpengaruh buruk.
Diunduh dari: Diunduh dari:
http://74.125.153.132/search?q=cache:OjjSB http://www.infoibu.com/mod.php?mod=
xtA3sYJ:med.unhas.ac.id/ (diakses 27 Mei publisher&op=viewarticle&artid=27
2009), 2005. (diakses 1 Juni 2009), 2004.
Kaplan, H.I and Saddock, B.J. Ilmu kedokteran jiwa Tobing, Nia L., Hamil di usia 20, 30, atau 40 an.
darurat. Jakarta: Widya Medika, 1998. Diunduh dari:
Kartono, K. Psikologi Wanita: Mengenal wanita http://ww3.yuwie.com/blog/?id=67503
sebagai ibu dan nenek. Bandung: Mandar (diakses 10 Juni 2009), 2007.
Maju, 1992.
Wangmuba. Pengertian kecemasan. Diunduh dari: Yuliana, Stefania Wednesdya. Gambaran tingkat
http://wangmuba.com/2009/02/13/peng kecemasan ibu Hamil trimester III di UPT
ertian-kecemasan/ (diakses 21 April 2009), Ibrahim Adjie Kota Bandung (Skripsi).
2009. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Wiknjosastro, H. Ilmu kebidanan Edisi 3 Cetakan 2. Universitas Padjajaran, 2008.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Zung, W.W.K. Rating Anxiety for anxiety disorder
Prawirohardjo, 1992. physychosomatic. USA: Mosby Company,
1997.
oleh
Yuliustina
ABSTRAK
Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang lebih sehat, masyarakat diajak berkomitmen untuk
melakukan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dengan menerapkannya terlebih dahulu di
lingkungan rumah tangga, maka otomatis akan lebih mudah menerapkan ke lingkungan yang lebih
luas lagi, yaitu masyarakat. Karena kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang
tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena
itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).
burung atau Severe Acute Respiratory Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan
Syndrome (SARS) tikus yang berkeliaran,
Tangan menjadi bersih dan bebas dari Tersedia alat pembersih (sabun, sikat,
kuman. dan air bersih).
Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.
Menggunakan air bersih
Air yang kita pergunakan sehari-hari Rumah bebas jentik
untuk minum, memasak, mandi, berkumur, Rumah bebas Jentik adalah rumah
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah Jentik secara berkala tidak terdapat Jentik
bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau nyamuk. Yang perlu dilakukan agar Rumah
terhindar dari penyakit. Bebas Jentik :
a) Lakukan Pemberantasan Sarang
Menggunakan jamban sehat Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
Jamban adalah suatu ruangan yang (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran Menghindari gigitan nyamuk).
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau b) PSN merupakan kegiatan
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa memberantas telur, jentik, dan
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi kepompong nyamuk penular berbagai
dengan unit penampungan kotoran dan air penyakit seperti Denam Berdarah
untuk membersihkannya. Dengue, Chikungunya, Malaria,
Syarat jamban sehat : Filariasis (Kaki Gajah} di tempat-
Tidak mencemari sumber air minum tempat perkembangbiakannya.
(jarak antara sumber air minum c) 3 M Plus adalah tiga cara plus yang
dengan lubang penampungan dilakukan pada saat PSN yaitu:
minimal 10 meter) Menguras dan menyikat tempat-
Tidak berbau. tempat penampungan air seperti
Kotoran tidak dapat dijamah oleh bak mandi, tatakan kulkas,
serangga dan tikus. tatakan pot kembang dan tempat
Tidak mencemari tanah disekitarnya. air minum burung.
Mudah dibersihkan dan aman Menutup rapat-rapat tempat
digunakan. penampungan air seperti lubang
Dilengkapi dinding dan atap bak kontrol, lubang pohon,
pelindung. lekukan-lekukan yang dapat
Penerangan dan ventilasi cukup. menampung air hujan.
Lantai kedap air dan luas ruangan Mengubur atau menyingkirkan
memadai. barang-barang bekas yang dapat
Tersedia air, sabun, dan alat menampung air seperti ban
pembersih. bekas, kaleng bekas, plastik-
plastik yang dibuang
Cara memelihara jamban sehat : sembarangan (bekas botol/gelas
Lantai jamban hendaknya selalu akua, plastik kresek,dll)
bersih dan tidak ada genangan air.
Bersihkan jamban secara teratur Tiga Indikator Gaya Hidup Sehat
sehingga ruang jamban dalam Makan buah dan sayur setiap hari
keadaan bersih. Setiap anggota rumah tangga
Di dalam jamban tidak ada kotoran mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
yang terlihat. porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Makan sayur dan buah setiap hari sangat Provinsi dengan persentase PHBS
penting, karena: yang rendah adalah :
Mengandung vitamin dan mineral, Sumatera Barat (17,97%)
yang mengatur pertumbuhan dan Banten (21,37%)
pemeliharaan tubuh. Papua Barat (27,34%).
Mengandung serat yang tinggi. sumber : profil kesehatan Indonesia Tahun 2009
oleh
Iis Wahyuni
ABSTRAK
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat
terjadi apabila kehamilan ektipok terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa
yang dapat di hadapi oleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan
ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter
umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan
ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa setiap pada
setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai
dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik terganggu. Blastokista dalam
keaadan normal tertanam didalam lapisan endometrium rongga uterus. Implantasi ditempat lain
dianggap sebagai kehamilan ektopik. Kata ini berasal dari bahasa yunani yaitu ektopos yang artinya
diluar tempatnya. Menurut American College Of Obstetricians and Gynecologists (2008), 2% dari
seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat adalah kehamilan Ektopik dan jumlah ini
menyebabkan sebesar 6% dari semua kematian yang terkait dengan kehamilan. Resiko kematian
akibat kehamilan diluar uterus lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau
yang dihentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk kembali hamil dengan baik akan
berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun dengan diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan
hidup ibu maupun konservasi kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.
c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan 3. Rupture dapat terjadi secara spontan atau
segera merestorasi cairan tubuh karena trauma ringan seperti coitus dan
dengan larutan kristaloid NS atau RL pemeriksaan vaginal.
(500 ml dalam lima menit pertama) 4. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
atau 2l dalam dua jam pertama Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
(termasuk selama tindakan ovum berimplantasi pada ismus dan
berlangsung) biasanya pada kehamilan muda. Ruptur
d. Pastikan darah yang dihisap dari dapat terjadi secara spontan atau karena
rongga obdomen telah melalui alat trauma koitus dan pemeriksaan vaginal.
pengisap dan wadah penampung Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
yang steril dalam rongga perut, kadang-kadang
e. Saring darah yang tertampung sedikit hingga banyak, sampai
dengan kain steril dan masukan menimbulkan syok dan kematian.
kedalam kantung darah (blood bag) 5. Karena tuba bukan tempat untuk
apabila kantung darah tidak tersedia pertumbuhan hasil kosepsi tidak
masukan dalam botol bekas cairan mungkin janin tumbuh secara utuh
infus (yang baru terpakai dan bersih) seperti dalam uterus.sebagian besar
dengan diberikan larutan sodium kehamilan tuba terganggu pada umur
sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah. kehamilan antara 6-10 minggu.
f. Transfusikan darah melalui selang 6. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada
transfusi yang mempunyai saringan implantasi secara kolumner,ovum yang
pada bagian tabung tetesan. dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang dan dengan mudah terjadi
PENUTUP resorbsi total.dalam keadaan ini
Prinsip patofisiologi yakni terdapat penderita tidak mengeluh apa-apa hanya
gangguan mekanik terhadap ovum yang telah haidnya terlambat untuk beberapa hari.
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum 7. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum
uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh tuba kiri atau sebaliknya dapat
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada memperpanjang perjalan telur yang
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini dibuahi ke uterus pertumbuhan telur
yaitu : yang terlalu cepat dapat menyebabkan
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas implantasi premature.
dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga REFERENSI
abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi (http://evalismawatiblog.wordpress.com/201
pada kehamilan ampulla, darah yang 3/05/01/kehamilan-ektopik/)
keluar dan kemudian masuk ke rongga (http://nandhieb.blogspot.com/2012/06/keh
peritoneum biasanya tidak begitu banyak amilan-ektopik.html)
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding Diposkan oleh Rhaditya Prassana
tuba. http://jurnalpenelitiankesehatan.blogspot.co
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke m/2013/04/gambaran-faktor-faktor-
dalam rongga peritoneum, sebagai akibat yang.html
dari distensi berlebihan tuba dan faktor I.B.G.F., & Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita
utama yang menyebabkan rupture ialah Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
penembusan villi koriales ke dalam Ginekologi dan KB. EGC, Jakarta.
lapisan muskularis tuba terus ke
perineum.