You are on page 1of 46

LITERAT No.

31 Tahun 2010 ISSN: 1411–2566

Prawacana

Bismillahirrohmanirrohiim,
Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh,

Pada bulan September tahun ini, Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas (JIKK)
Akademi Kebidanan Ar Rahmah hadir dengan sejumlah hasil kajian dan penelitian para
dosen, baik dosen AKBID Ar Rahmah maupun dosen perguruan tinggi lainnya, yang
dengan senang hati berbagi wawasan dan pengetahuan mereka demi meningkatkan
kualitas keilmuan di bidang kebidanan di bumi pertiwi ini.
Mengawali JIKK edisi ke-2 ini, Widyastuti mengkaji tentang Hubungan Ketuban
Pecah Dini Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum. Tulisan selanjutnya, Winarni
memaparkan Hubungan Paritas, Usia, Dan Pendidikan Ibu Hamil Trimester III Dengan
Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menjelang Persalinan. Tak kalah menarik, JM
Weking mendeskripsikan Hubungan Pengetahuan Dan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan
Penggunaan Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih. Tulisan selanjutnya, Ajeng Widyastuti A
memaparkan tentang Pengetahuan Remaja SMA Kelas XI Tentang HIV AIDS. Selanjutnya,
Nunung Kanianingsih memaparkan Gambaran Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester III
Dalam Menghadapi Proses Persalinan. Tulisan Selanjutnya, Yuliustina Mengkaji tentang
Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Dalam
Rumah Tangga, Tulisan Terakhir, Iis Wahyuni Hubungan Riwayat Kehamilan Ektopik
Dengan Kejadian Kehamilan Ektopik.
Tak hentinya kami mengajak pembaca dari semua kalangan untuk senantiasa
menggunakan JIKK sebagai media publikasi hasil kajian dan penelitian. Kami yakin, setiap
kegiatan ilmiah yang telah dilakukan akan terasa lebih bermanfaat tatkala dipublikasikan
dan menjadi konsumsi masyarakat ilmiah. Oleh karena itu, kami tunggu karya Anda untuk
edisi JIKK selanjutnya.
Akhir kata, sajian JIKK edisi kali ini diharapkan bermanfaat dan senantiasa
membuka cakrawala informasi bagi Anda. Selamat membaca!

Billahittaufiq walhidayah,
Wassalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh.

Penyunting.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 1


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

jikk
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas
Nomor 02 Tahun 2011, ISSN: 2356-5454

Daftar Isi
Diterbitkan oleh,
Ar Rahmah Press HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI
Akademi Kebidanan DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA
Ar Rahmah – Bandung NEONATORUM
oleh
Penanggung Jawab Widyastuti … 3
Hj. Diah Nurmayawati
HUBUNGAN PARITAS, USIA, DAN
Ketua Penyunting PENDIDIKAN IBU HAMIL TRIMESTER III
Yuliati DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM
Wakil Ketua Penyunting
MENGHADAPI MASA MENJELANG
Andi Laksana B PERSALINAN
oleh
Anggota Winarni … 9
Esti Hitatami
Sundari HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT
Desra Amelia PENDIDIKAN IBU DENGAN PENGGUNAAN
Irma Rosliani Dewi
METODE KONTRASEPSI EFEKTIF TERPILIH
Iis Wahyuni
Widyastuti oleh
Nunung Kanianingsih JM Weking … 13
Winarni
Ajeng Windyastuti PENGETAHUAN REMAJA SMA KELAS XI
JM Weking TENTANG HIV AIDS
Yuliustina oleh
Ajeng Widyastuti A … 18
Mitra Bestari (Penyunting Ahli)
Elvi Era Liesmayani (AKBID Panca Bhakti)
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU
Widyah Setyowati (STIKES Ngudi Waluyo U)
Titiek Soelistyowatie (Unika Atma Jaya)
HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI
Ari Murdiati (Univ. Muhammadiyah Semarang) PROSES PERSALINAN
Lingga Kurniawati (POLTEKKES Semarang) oleh
Frida Cahyaningrum (STIKES Karya Husada) Nunung Kanianingsih … 23
Crismis Novalina Ginting (Univ. Gadjah Mada)
Santy Deasy Siregar (Univ. Sumatera Utara) GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA
Deby Novita Siregar (STIKes Helvetia) TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN
Jupri Kartono (AKBID Panca Bhakti) SEHAT (PHBS) DALAM RUMAH TANGGA
Aries Cholifah (Univ. Negeri Surakarta) oleh
Yuliustina ... 32
Setting Layout & Sirkulasi
M. Andriana Gaffar HUBUNGAN RIWAYAT KEHAMILAN
Yadi Firmansyah EKTOPIK DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN
Hamdan Hidayat EKTOPIK
Hamdani oleh
Fitriasukma Ekaputra Iis Wahyuni ... 40

Hal | 2 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

oleh
Widyastuti

ABSTRAK
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu
dan setelah satu jam tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. Ketuban pecah
dini merupakan salah satu penyebab terjadinya asfiksia neonatorum dan infeksi yang dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas perinatal. Nilai Apgar adalah cara untuk menilai kondisi
postnatal yang mencerminkan fungsi-fungsi vital pada neonatus. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi
baru lahir di RSUD Dr. R Koesma Tuban tahun 2009. Dalam penelitian ini menggunakan metode
analitik dengan desain Cross Sectional. Populasi yang digunakan adalah semua ibu bersalin dengan
KPD dan ibu bersalin tanpa komplikasi di RSUD Dr R. Koesma Tuban Tahun 2009 sebanyak 240
responden, sampel diambil dari sebagian ibu bersalin dengan KPD dan ibu bersalin tanpa komplikasi
di RSUD Dr R. Koesma Tuban Tahun 2009 yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 148 responden.
Tehnik sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengumpulan data menggunakan data
sekunder yaitu didapatkan dari data register persalinan. Data diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan tabel silang kemudian dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil
penelitian menunjukkan sebagian besar ibu bersalin dengan ketuban pecah dini di RSUD Cililin
Bandung Barat Tahun 2009 melahirkan bayi tidak asfiksia 65 (81,25%). Dari analisa data mengunakan
uji Chi Square didapatkan nilai frekuensi harapan < 5 lebih dari 20% sehingga tidak memenuhi syarat
untuk dilakukan analisa data dengan menggunakan uji Chi Square dan sebagai gantinya maka
digunakan analisa data menggunakan uji Exact Fisher dengan menggunakan program SPSS versi 11,5
didapatkan p = 0,064 dimana p > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan antara ketuban
pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Kesimpulan dari panelitian ini adalah
bahwa tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
Maka disarankan bagi masyarakat lebih sadar dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya
ketuban pecah dini dengan rutin memeriksakan kehamilannya, agar bidan dapat memantau kondisi
ibu dan janin untuk meminimalkan dan mengantisipasi kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini
beserta komplikasinya.

Kata Kunci: Ketuban Pecah Dini, Asfiksia

PENDAHULUAN dinilai 1 menit setelah bayi lahir lengkap,


Ketuban pecah dini (KPD) adalah selanjutnya dilakukan pada 5 menit
selaput ketuban yang pecah sebelum adanya berikutnya karena hal tersebut mempunyai
tanda persalinan.1 Insiden KPD di Indonesia korelasi yang erat dengan mortalitas dan
berkisar 4,5% sampai 7,6% dari seluruh morbiditas neonatal.4
kehamilan, sedangkan di luar negeri insiden Nilai Apgar menit pertama
KPD antara 6% sampai 12%.2 Asfiksia menunjukkan toleransi bayi terhadap proses
neonatorum adalah keadaan fetus atau bayi kelahirannya, dan menit kelima menujukkan
baru lahir, mengalami gangguan oksigen atau adaptasi bayi terhadap lingkungan barunya.5
gangguan perfusi dari berbagai organ yang Penelitian yang dilakukan di
berhubungan dengan hipoksia jaringandan California mendapatkan insidens asfiksia pada
asidosis.3 bayi baru lahir sebesar 2%-9%.6 Ketuban
Derajat asfiksia ditentukan pecah dini berkaitan dengan komplikasi
berdasarkan nilai Apgar. Nilai Apgar biasanya persalinan, meliputi kelahiran kurang bulan,

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 3


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban
khorioamnionitis, abruption plasenta, sampai setiap saat sebelum terdapat tanda-tanda
kematian janin yang meningkatkan mortalitas persalinan. Dibedakan menjadi dua yaitu KPD
dan morbiditas perinatal.1,2,7,8 <12 jam dan KPD �12 jam.
Semakin lama KPD, semakin besar Besar sampel berdasarkan kesalahan
kemungkinan komplikasi yang terjadi.1,7,8 tipe I 5%, kesalahan tipe II 20%, nilai P2 dari
Asfiksia dapat terjadi akibat kelahiran kurang penelitian Nili dkk10 diperoleh 0,7. Pada
bulan, sindrom gawat napas, gangguan penelitian kami, RO (rasio odds) yang
plasenta maupun infeksi.1,2,7,8 Asfiksia yang dianggap bermakna adalah 1,3. Berdasarkan
terjadi pada bayi cukup bulan, seringkali perhitungan diperoleh n1 dan n2, yaitu
diawali infeksi.7 Dari penelitian sebelumnya masingmasing38, jadi jumlah total sampel
yang dilakukan oleh Nilufar dkk,9 didapatkan adalah 76 orang.
33% insiden terjadinya asfiksia pada KPD Populasi adalah bayi asfiksia yang
yang lama, berbeda secara signifikan dengan dirawat di RSUP Sanglah, Denpasar,
tanpa asfiksia 6,7%. sedangkan sampel diambil dari semua
Berdasarkan latar belakang KPD yang populasi yang memenuhi kriteria penelitian
merupakan salah satu penyebab terjadinya secara consecutive sampling. Faktor risiko
asfiksia, maka perlu diketahui berapa lama asfiksia dikelompokkan berdasarkan
kejadian KPD dapat menyebabkan terjadinya kelompok risiko tinggi dan risiko rendah,
asfiksia. Penelitian kami bertujuan untuk mengalami asfiksia dari faktor ibu ataupun
mengetahui besar risiko lama KPD terhadap bayi. Risiko tinggi mengalami asfiksia,
kejadian asfiksia pada kehamilan cukup meliputi umur ibu <18 tahun atau >35 tahun,
bulan. paritas 1 (primipara) atau �5 (grand multipara),
terdapat sakit, seperti asma, preeklamsi,
Metode eklamsi, gagal jantung dan riwayat obstetri
Penelitian analitik observasional buruk selama kehamilan, berat badan lahir
dengan rancangan kasus kontrol dilakukan <2500 gram atau >4000 gram, dan KPD �12
selama periode bulan Mei sampai November jam. Bayi asfiksia dijadikan kasus, sedangkan
2010, di ruang perawatan neonatus Bagian kontrol adalah bayi tidak asfiksia, kemudian
Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah, masing-masing subjek akan dilihat secara
Denpasar. Kriteria inklusi adalah bayi asfiksia, retrospektif, apakah ibu mengalami KPD <12
usia kehamilan cukup bulan, persalinan jam atau KPD �12 jam. Data lama KPD
berlangsung spontan/ tanpa tindakan (forsep, diambil dari rekam medik. Data yang
vakum ekstrasi, seksio sesarea). Kriteria diperoleh disajikan dalam bentuk narasi,
eksklusi adalah bayi yang dilahirkan dianalisis dengan uji Kai-kuadrat, dan analisis
menderita kelainan bawaan, bayi mengalami multivariat (regresi logistik) dengan
intra-uterine growth retardation (IUGR), risiko menggunakan komputer dengan tingkat
infeksi, meliputi ibu febris, ibu tersangka kemaknaan �=0,05 (IK95%), serta dikatakan
infeksi saluran kencing, korioamnionitis dan bermakna apabila p <0,05.
ketuban hijau, dan data yang diperoleh Penelitian kami telah mendapatkan
kurang lengkap. Definisi operasional variabel kelayakan etik dari Komisi Etik Penelitian
asfiksia neonatorum adalah keadaan fetus Fakultas Kedokteran Universitas
atau bayi baru lahir mengalami gangguan Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
oksigen, atau gangguan perfusi dari berbagai Denpasar.
organ yang berhubungan dengan hipoksia
jaringan dan asidosis.3 Asfiksia ditentukan Hasil
berdasarkan nilai Apgar pada menit 1, dengan Tujuhratus limabelas jumlah total
penilaian didasarkan pada Apgar �7 (tidak persalinan selama bulan Mei-November 2010.
asfiksia) dan Apgar <7 (asfiksia).7 Ketuban Berdasarkan kriteria inklusi didapatkan 128

Hal | 4 Jurnal Ilmiah Keperawatan Akademi Keperawatan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

orang. Pasien yang dieksklusi 80 orang karena kurang bulan,7 dengan infeksi keduanya
risiko infeksi (73), menderita kelainan bawaan saling mempengaruhi.1,7 Ketuban pecah dini
(2), dan IUGR (5). Setelah ditambahkan dapat memudahkan infeksi asenden. Infeksi
kontrol sebesar 38 orang, jumlah total sampel tersebut dapat berupa amnionitis dan
76 orang. Bayi asfiksia didapatkan pada umur korionitis atau gabungan keduanya disebut
ibu >35 tahun 2 sampel, paritas 1 (primipara) korioamnionitis.1,2,13
21 sampel, paritas �5 (grand multipara) 2 Selain itukorioamnionitis dapat
sampel, terdapat sakit, seperti asma, dihubungkan dengan lama pecah selaput
preeklamsi, eklamsi, gagal jantung atau ketuban, jumlah kali periksa dalam dan pola
riwayat obstetri buruk selama kehamilan 8 kuman terutama grup Staphylococus.1,2 Sepsis
sampel, berat badan lahir <2500 gram 3 awitan dini sering dihubungkan dengan
sampel, dan KPD �12 jam 34 sampel. infeksi intranatal, sedangkan sepsis awitan
Karakteristik subjek pada kedua lambat sering dihubungkan dengan infeksi
kelompok tertera pada Tabel 1. Kami pascanatal terutama nosokomial.
mendapatkan hubungan yang bermakna Kami mendapatkan KPD �12 jam
antara lama KPD dengan asfiksia. Rasio odds dengan asfiksia 44,7%, sedangkan KPD <12
asfiksia pada KPD �12 jam 9,7 kali dengan jam dengan asfiksia 5,3%, dengan RO (rasio
nilai p 0,004 (Tabel 2). Analisis multivariat odds) 9,7 dan nilai p=0,004, sehingga terdapat
dengan regresi logistik didapatkan tidak perbedaan yang bermakna antara lama KPD
terdapat faktor risiko lain yang diteliti yang (<12 atau �12) jam terhadap asfiksia.
berbeda secara bermakna, selain faktor KPD Hasil tersebut sesuai dengan hasil
seperti pada Tabel 3. penelitian yang dilakukan Halimah dkk,14
Setiyana,15 dan Fahrudin.16 Penelitian
PEMBAHASAN Halimah dkk mendapatkan 24 (63,15%) bayi
Ketuban pecah dini merupakan mengalami asfiksia neonatorum ketika terjadi
masalah penting yang berkaitan dengan KPD selama proses persalinan, yaitu 1 bayi
komplikasi, meliputi kelahiran kurang bulan, (2,63%) menderita asfiksia ringan, 8 bayi
sindrom gawat napas, kompresi tali pusat, (21,05%) menderita asfiksia sedang, dan 15
khorioamnionitis, abruptio plasenta, sampai bayi (39,47%) menderita asfiksia berat.
kematian janin yang meningkatkan mortalitas Penelitian Setiyana mendapatkan KPD >12
dan morbiditas perinatal.1,3,7,8 Pasien yang meningkatkan risiko asfiksia neonatorum, dan
mengalami ketuban pecah dini 50%-75% akan penelitian Fahrudin mendapatkan berat badan
mengalami persalinan secara spontan dalam lahir rendah, KPD, persalinan lama, tindakan
waktu 48 jam, 33% akan mengalami sindrom seksio sesaria, riwayat obstetri yang jelek dan
gawat napas, 32%-76% mengalami kompresi status perawatan prenatal yang buruk
tali pusat, 13%-60% mengalami merupakan faktor risiko asfiksia neonatorum.
khorioamnionitis, 4%-12% mengalami Secara teori terdapat berbagai
abruption plasenta, dan 1%-2% kemungkinan komplikasi pada bayi akibat KPD, antara lain
mengalami kematian janin.1,8 Semakin lama persalinan kurang bulan, gawat janin,
KPD, semakin besar kemungkinan komplikasi oligohidramnioan, penekanan tali pusat,
yang terjadi, sehingga sindrom gawat napas, serta risiko infeksi.1,8
meningkatkan risiko asfiksia.1,7,8 Ketuban Semakin lama KPD, maka semakin besar
pecah dini dapat mengakibatkan asfiksia, baik risiko komplikasi yang terjadi. Asfiksia dapat
akibat kelahiran kurang bulan, sindrom gawat terjadi bisa akibat penekanan tali pusat,
napas, gangguan plasenta maupun oligohidramnion, gawat janin, sindrom gawat
infeksi.1,3,7,8 Terjadinya asfiksia seringkali napas maupun infeksi. Sehingga, semakin
diawali infeksi yang terjadi pada bayi, baik lama KPD maka komplikasi yang terjadi
pada bayi cukup bulan terlebih lagi pada bayi semakin besar, berakibat risiko terjadinya

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 5


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

asfiksia pada janin, juga semakin lahir yang tidak mengalami asfiksia 87,16%,
meningkat.1,7,8 dan sebagian kecil bayi baru yang lahir
mengalami asfiksia berat 3,38%. Kondisi
Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir patofisiologis yang menyebabkan asfiksia
Terbukanya hubungan intra uterin meliputi kurangnya oksigenasi sel, retensi
dengan ekstra uterin, dengan demikian karbon dioksida berlebihan, dan asidosis
mikroorganisme dengan mudah masuk dan metaboli. Kombinasi ketiga peristiwa itu
menimbulkan infeksi intrapartum apabila ibu menyebabkan kerusakan sel dan lingkungan
sering diperiksa dalam, infeksi puerpuralis, biokimia yang tidak cocok dengan kehidupan.
peritonitis dan sepsis. Ketuban pecah dini Selama apnea, penurunan oksigen yang
pada kondisi kepala janin belum masuk pintu tersedia menyebabkan pembuluh darah di
atas panggul mengikuti aliran air ketuban, paru-paru mengalami kontriksi.
akan terjepit antara kepala janin dan dinding Vasokontriksini menyebabkan paru-paru
panggul, keadaan sangat berbahaya bagi janin. resistan terhadap ekspansi sehingga
Dalam waktu singkat janin akan mengalami mempersulit kerja resusitasi. Salah satu efek
hipoksia hingga kematian janin dalam hipoksia pada sirkulasi dalam jantung adalah
kandungan (IUFD), pada kondisi ini biasanya sirkulasi janin yang persisten (Varney, 2007).
kehamilan segera diterminasi. Bayi yang Asfiksia yang mungkin timbul dalam
dilahirkan jauh sebelum aterm merupakan masa kehamilan dapat dicegah dengan
calon untuk terjadinya respiratory distress melakukan pengawasan antenatal yang
sindroma (RDS). Hipoksia dan asidosis berat adekuat dan melakukan koreksi sedini
yang terjadi sebagi akibat pertukaran oksigen mungkin terhadap setiap kelainan yang
dan karbondioksida alveoli kapiler tidak terjadi. Gangguan yang timbul pada akhir
adekuat, terbukti berdampak sangat fatal pada kehamilan atau persalinan hampir selalu
bayi (Mochtar, 2003). disertai anoreksia / hipoksia janin dan
Dengan demikian sesuai dengan fakta berakhir dengan asfiksia neonatorum dan
dan teori diatas pada penelitian ini sebagian perlu mendapat perhatian utama agar
besar ibu bersalin di RSUD Cililin Bandung persiapan dapat dilakukan sehingga bayi
Barat mengalami ketuban pecah dini. perwatan yang adekuat dan maksimal pada
Banyaknya kejadian ketuban pecah dini pada saat lahir (FKUI, 2007).
ibu bersalin ini disebabkan oleh beberapa Kegawatan janin selama persalinan
faktor yaitu infeksi, trauma, kelainan letak, dapat dideteksi dengan pemantauan frekuensi
disproporsi antara kepala janin dan panggul denyut jantung janin secara terus menerus
ibu, multigravida, perdarahan antepartum berguna untuk mencegah terjadinya asfiksia
dan lain-lain yang berhubungan erat dengan pada bayi baru lahir (Nelson, 2000).
ketuban pecah dini, namun faktor-faktor mana Akibat-akibat asfiksia akan bertambah
yang lebih berperan sulit diketahui. Adapun buruk apabila penanganan bayi tidak
sikap dalam menghadapi ketuban pecah dini dilakukan secara sempurna. Tindakan yang
ini hal yang harus dipertimbangkan adalah akan dikerjakan pada bayi bertujuan
lamanya ketuban pecah, usia kehamilan, mempertahankan kelangsungan hidupnya
perkiraan berat badan janin, presentasi intra dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
uterin, komplikasi dan resiko yang akan mungkin timbul (Prawirohardjo, 2007).
dihadapi janin dan maternal sehingga dapat Dengan demikian dalam penelitian ini
tercapai tujuan well born baby dan well health menunjukkan bahwa ada kesesuaian antara
mother atau setidak- tidaknya well health fakta dan teori walaupun hanya sebagian kecil
mother jika terpaksa bayi harus dikorbankan. bayi baru lahir di RSUD Cililin Bandung Barat
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan yang mengalami asfiksia. Untuk itu
bahwa hampir seluruhnya dari 148 bayi baru diharapkan masyarakat menyadari akan

Hal | 6 Jurnal Ilmiah Keperawatan Akademi Keperawatan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

pentingnya antenatal karena hal ini dapat maka akan membahyakan janin karena air
digunakan sebagai deteksi dini adanya ketuban berguna untuk mempertahankan atau
kelainan pada ibu sehingga perbaikan sedini- memberikan perlindungan terhadap bayi dari
dininya dapat diusahakan dan agar dapat benturan yang diakibatkan oleh
dilakukan persiapan yang sempurna untuk lingkungannya diluar rahim. Dengan kejadian
kelahirannya. ini maka kemungkinan asfiksia bisa saja
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan terjadi. Hal ini juga sesuai dengan analisa data
bahwa sebagian besar ibu bersalin yang yang menggunakan uji Exsact Fisher dengan
mengalami ketuban pecah dini dan bayi yang menggunakan program SPSS versi 11,5
dilahirkan tidak mengalami asfiksia sedang didapatkan p = 0,064 dimana p > 0,05 maka
81,25% dan yang mengalami asfiksia berat Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan
5,00%. yang signifikan antara ketuban pecah dini
Pada sebagian besar kasus, dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir.
penyebabnya belum ditemukan. Faktor yang Meskipun kedua faktor ini sangat
disebutkan memiliki kaitan dengan KPD yaitu berkaitan, namun tidak selalu ketuban pecah
riwayat kelahiran premature, merokok, dan dini menyebabkan asfiksia begitu juga asfiksia
perdarahan selama kehamilan. Resiko tidak selalu disebabkan karena ketuban pecah
kelahiran bayi prematur adalah resiko terbesar dini karena masih ada faktor lain yang dapat
kedua setelah infeksi akibat ketuban pecah menyebabkan asfiksia antara lain adalah
dini. Pemeriksaan mengenai kematangan dari partus lama, pre eklamsi dan eklamsi,
paru janin sebaiknya dilakukan terutama pada kehamilan lewat waktu, perdarahan abnormal
usia kehamilan 32-34 minggu. Hasil akhir dari dan lain-lain.
kemampuan janin untuk hidup sangat
menentukan langkah yang akan diambil. PENUTUP
Komplikasi yang sering terjadi pada KPD Berdasarkan hasil penelitian, KPD
sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah merupakan faktor risiko terjadinya asfiksia.
sindrom distress pernafasan yang terjadi pada Penelitian kami menggunakan data sekunder
bayi baru lahir. Hipoksia janin yang dari catatan rekam medik pasien. Disamping
menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi itu, variabel yang diteliti terbatas hanya
karena gangguan pertukaran gas serta beberapa variabel yang tersedia sehingga
transport O2 dari ibu ke janin saehingga sangat memungkinkan terjadinya bias
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan terhadap hasil penelitian. Untuk mencegah
dalam menghilangkan CO2. Terjadinya terjadinya asfiksia pada bayi, maka persalinan
asfiksia seringkali diawali infeksi yang terjadi dengan KPD �12 jam sebaiknya dilakukan di
pada bayi baik pada bayi aterm terlebih pada rumah sakit sehingga resusitasi bayi baru lahir
bayi prematur, antara KPD dan asfiksia dapat dilakukan secara optimal.
keduanya saling mempengaruhi. Pada induksi
persalinan kontraksi otot rahim yang REFERENSI
berlebihan dapat menimbulkan asfiksia janin Modena AB, Kaihura C, Fieni S. Prelabour
(Manuaba, 2001). rupture of the membranes: recent
Dengan demikian dari teori-teori yang evidence. Acta Bio Medica Ateneo
diuraikan diatas dan dari hasil penelitian di Parmense 2004;75:5-10.
RSUD Cililin Bandung Barat bulan juli 2010 Cammu H, Verlaenen H, Derde P. Premature
bahwa masih banyak kejadian ketuban pecah Rupture of Membranes at Term in
dini dan asfiksia bayi baru lahir, namun kedua Nulliparous Women: A Hazard?Obstet
kejadian ini tidak selalu menjadi penyebab Gynecol 1990;76:671-4.
dari masing-masing kejadian tersebut. Jika Khan PA, Azam M, Malik FA. Birth Asphyxia;
ketuban sudah pecah sebelum waktunya risk factors. The Professional 2004;2:416-
24.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 7


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Onama C, Tumwine JK. Immediate Outcome J Ayub Med Coll Abbottabad


of Babies With Low Apgar Score In 2007;19:67-71.
Mulago Hospital, Uganda. East African Shehla N, Ali F, Rubina B, Ruqqia S.
Med J 2003;80:22-30. Prevalence of PPROM and its Outcome.
Whelan MA. The Apgar Score. Pediatrics 2006; J Ayub Med Coll Abbottabad
118:1313-4. 2006;19:14-8.
Yvonne W, Kendall H, Shoujun Z, Heather J, Flenady V, King JF. Antibiotics for prelabour
Claiborne J. Declining Diagnosis of rupture of membranes at or near term
Birth Asphyxia in California: 1991–2000. (Review). The Cochrane Library
Pediatrics 2004;114:1584-90. 2009;2:1-22.
Khreisat W, Habahbeh Z. Risk Factors of Birth Halimah S, Candra D, Wisnubroto P.
Asphyxia. Pak J Med Sci 2005;21:30-4. Hubungan Kejadian Ketuban Pecah
Tanya M, Medina, Ashley H. Preterm Dini Pada Saat Persalinan Dengan
Premature Rupture of Membranes: Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir
Diagnosis and Management. (BBL). Diunduh 18 Oktober 2010.
Am Fam Physician 2006;73:659-65. Didapat dari:
Nilufar S, Nazmun N, Mollah A. Risk Factors URL:http://www.scribd.com/doc/15689407.
and Short-Term Outcome of Birth Setiyana A. Hubungan antara lama ketuban
Asphyxiated Babies in Dhaka Medical pecah dini terhadap nilai APGAR pada
College Hospital. Bangladesh J Child kehamilan aterm di badan rumah sakit
Health 2009;33:83-89. daerah Cepu (Tesis). Surakarta: FKUMS,
Nili F, Shams A. Neonatal Complications of 2009.
Premature Rupture of Membrane. Acta Fahrudin. Analisis beberapa faktor risiko
Medica Iranica 2003; 41:175-80. kejadian asfiksia neonatorum di
Rehana M, Yasmeen M, Farrukh M, Naheed P, kabupaten Purworejo (Tesis). Semarang:
Uzma D. Risk Factors of Birth Asphyxia. MIKMUNDIP, 2003.

Hal | 8 Jurnal Ilmiah Keperawatan Akademi Keperawatan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

HUBUNGAN PARITAS, USIA, DAN PENDIDIKAN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN
TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MASA MENJELANG PERSALINAN

oleh
Winarni

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dukungan sosial dan kecemasan dalam
menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester ketiga. Berdasarkan hasil mean hipotetik diketahui
bahwa dukungan sosial subjek berada pada rata-rata tinggi sedangkan untuk kecemasan dalam
menghadapi persalinan subjek berada pada rata-rata rendah. Teknik pengambilan sample dalam
penelitian ini adalah sampling random sederhana dimana setiap unit dalam sample mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih. Sedangkan metode pengumpulan datanya adalah metode skala.
Skala dukungan social yang dibuat berdasarkan bentuk-bentuk dukungan sosial dari House,
Watson, dan Thoits (dalam Firman & Khairani, 2000), yaitu: bantuan materi, informasi, emotional
support, dan dukungan penghargaan. Sedangkan skala kecemasan disusun berdasarkan gejala-
gejala kecemasan dari Conley (2004), Ibrahim (2002), Hurlock dan Darajat (dalam Hasibuan &
Simatupang, 1999) yaitu berupa gejala fisik dan gejala psikologis. Ibu yang sedang mengalami
kehamilan, akan mengalami perubahan secara fisik dan psikoogis 9mental), oleh karena itu iu hamil
dituntut tidak hanya harus siap secarafisik, tetapi juga haus siap secara mental. Perubahan secara
mental pada ibu akan mempengaruhi emosi si ibu. Pada trimester ketigaperubahan psikologis yang
terjadi antara lain merasakan kegelisahan mengenai kelahiran bayinya, perasaan takut mati, trauma
kelahiran, perasaan bersalah atau berdosa dan ketakutan riil seperti ketakutan bayinya lahir cacat.
Apabila pengaruh emosi si ibu tidak didukung oleh lingkungan keluarga yang harmonis ataupun
lingkungan tempat tinggal yang kondusif, maka hal ini dapat menimbulkan gangguan emosi dan
fisik (ringan sampai berat) pada para ibu seperti kecemasan. Mencegah hal tersebut terjadi, maka
dukungan sosial untuk ibu hamil sangatlah penting.

Kata Kunci: Dukungan sosial, Kecemasan. Persalinan, Kehamilan

PENDAHULUAN gejolak baru untuk menghadapi persalinan


Kehamilan dan persalinan merupakan dan perasaan tanggung jawab sebagai ibu
proses fisiologis dan alamiah yang akan pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan.
dialami oleh setiap wanita. Dalam persalinan Saat ini kehidupan psikologis dan emosional
terdapat beberapa faktor utama yang sangat ibu hamil dipenuhi oleh pikiran dan perasaan
berpengaruh penting terhadap kelancaran mengenai persalinan dan tanggung jawab
proses persalinan, salah satunya adalah faktor sebagai ibu (Mochtar, Rustam. 1998 : 179).
psikologis (kejiwaan). Karena itulah seorang Persalinan yang terjadi pada usia
wanita memerlukan kematangan fisik, kehamilan 37-40 minggu disebut persalinan
emosional, dan psikoseksual serta psikososial normal. Pada masa ini baik tubuh bayi
sebelum kawin dan menjadi hamil. Perasaan maupun ibu sudah siap memasuki proses
cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita persalinan. Untuk itu, persiapan mental
tidak tenang menghadapi kehamilan, menuju persalinan sudah harus dimulai
persalinan, dan nifas (Mochtar, Rustam. 1998 : (Pusdiknakes, 2002). Walaupun persalinan
178). adalah sebuah proses alami yang sekaligus
Pada setiap tahapan kehamilan, ibu hamil menakjubkan dan sudah menjadi kodrat bagi
akan mengalami proses kejiwaan yang seorang wanita untuk menjalaninya, tetapi
berbeda. Pada trimester III yang sudah seringkali ibu hamil tidak dapat
mendekati hari persalinan akan timbul menghilangkan rasa khawatir dan takut

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 9


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

dalam menghadapi proses persalinan tersebut Wening, 2003). Untuk persalinan pertama,
(Andriana, Evarini, 2007). timbulnya kecemasan ini sangat wajar
Proses melahirkan pada setiap ibu pasti karena segala sesuatunya adalah
berbeda-beda. Ternyata, selain penyebab yang pengalaman baru (Pusdiknakes, 2002).
bersifat klinis, suasana psikologis sang ibu Perubahan psikologis menghadapi
yang tidak mendukung juga ikut andil persalinan dipengaruhi beberapa faktor, salah
mempersulit proses persalinan. Seperti ibu satunya adalah faktor pengalaman
dalam kondisi cemas, khawatir dan takut yang sebelumnya (Mahasiswi Prodi Kebidanan
berlebihan, hingga akhirnya berujung pada Negeri Jakarta, 2002). Menurut Kuswandi,
stres. Itulah sebabnya menjelang proses semua orang selalu mengatakan bahwa
persalinan, ibu hamil membutuhkan melahirkan itu sakit sekali, oleh karena itu
ketenangan agar proses persalinan menjadi muncul ketakutan-ketakutan pada ibu yang
lancar tanpa hambatan. Semakin ibu tenang baru pertama hamil dan belum memiliki
menghadapi proses persalinan maka pengalaman bersalin. Jika dilihat dari
persalinan akan berjalan semakin lancar pengalaman melahirkan, ada dua golongan
(Pusparini, Wening, 2003). ibu yang diliputi rasa takut dan cemas
Perasaan takut, kehati-hatian atau menghadapi persalinan. Golongan pertama
kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak adalah perempuan yang sudah pernah
menyenangkan adalah manifestasi cemas melahirkan, namun mempunyai pengalaman
yang dapat dialami oleh setiap orang terutama yang tidak menyenangkan pada kehamilan
pada ibu hamil yang menantikan proses dan persalinan sebelumnya. Golongan kedua
persalinan. Penelitian di luar negeri adalah ibu hamil pertama kali dan belum
menyebutkan 12% wanita menyatakan pernah mempunyai pengalaman melahirkan
persalinan adalah saat- saat yang sebelumnya, tetapi banyak mendengar
menyeramkan. Rasa cemas, takut dan sakit tentang cerita-cerita dan pengalaman-
menimbulkan stress yang mengakibatkan pengalaman yang menakutkan dari orang
gangguan proses persalinan, sehingga lain tentang proses persalinan (Arifin, Laili,
menghilangkan rasa cemas dan takut selama 2007).
proses persalinan menjadi sangat penting BPS Laili Fauziah, Amd. Keb. terletak di
(Aryasatiani, Ekarini, 2007). Desa Rejomulyo Kecamatan Kras Kabupaten
Pengalaman rasa nyeri berbeda antara Kediri. Dari studi pendahuluan yang telah
satu wanita dengan wanita yang lain, dilakukan peneliti, dalam waktu satu minggu
demikian pula antara persalinan pertama (7 hari) terdapat 21 ibu hamil trimester III
dengan persalinan berikutnya pada wanita yang melakukan pemeriksaan ANC, terdiri
yang sama ataupun pada wanita yang dari 10 nullipara, 7 primipara, 3 multipara, 1
berbeda (Aryasatiani, Ekarini, 2007). Dengan grandemultipara. Dari wawancara yang
semakin dekatnya jadwal persalinan, terutama dilakukan, seluruh ibu hamil nullipara dan
pada persalinan pertama, wajar timbul sebagian besar ibu hamil primipara
perasaan cemas ataupun takut. Meski sangat mengeluh merasa cemas menghadapi
menantikan kelahiran sang bayi, di lain pihak persalinan, sedangkan ibu hamil multipara
timbul kekhawatiran apakah akan bisa dan grandemultipara mengatakan biasa saja
menjalani persalinan tanpa suatu halangan atau tidak merasa cemas dalam menghadapi
apapun. Apakah segala persiapan selama ini persalinan.
sudah memadai, serta aneka kecemasan lain. Dari data yang diperoleh menunjukkan
Salah satu kecemasan para ibu menghadapi cukup tingginya jumlah ibu hamil
persalinan adalah ketakutan terhadap rasa khususnya trimester III yang melakukan
nyeri, apalagi bagi calon ibu yang belum pemeriksaan ANC, macam paritas beragam
pernah melahirkan sebelumnya (Pusparini,

Hal | 10 Jurnal Ilmiah Keperawatan Akademi Keperawatan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

dan tingkat kecemasan menghadapi Sejalan dengan hal tersebut, di


persalinannyapun bervariasi. masyarakat paradigma persalinan masih
menganggap persalinan itu merupakan
PEMBAHASAN pertaruhan hidup dan mati, sehingga wanita
Dalam rencana strategi nasional Making yang akan melahirkan mengalami ketakutan-
Pregnancy Safer (MPS), disebutkan bahwa visi ketakutan, khususnya takut mati baik bagi
rencana pembangunan kesehatan menuju dirinya sendiri ataupun bayi yang akan
Indonesia Sehat 2010 adalah kehamilan dan dilahirkannya (Kartini Kartono, 1986:190).
persalinan di Indonesia berlangsung aman Melihat fenomena di atas, menunjukkan
serta bayi yang akan dilahirkan hidup sehat, bahwa proses persalinan selain dipengaruhi
dengan misinya menurunkan kesakitan dan oleh faktor passage, passanger, power dan
kematian maternal dan neonatal melalui penolong, faktor psikis juga sangat
pemantapan sistem kesehatan di dalam menentukan keberhasilan persalinan. Dimana
menghadapi persalinan yang aman. kecemasan atau ketegangan, rasa tidak aman
Perawatan antenatal yang teratur dapat dan kekhawatiran yang timbul karena
menurunkan secara mendasar mortalitas dan dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
morbiditas Ibu dan anak, perawatan antenatal menyenangkan tapi sumbernya sebagian besar
yang memadai juga dapat mengurangi risiko tidak diketahui dan berasal dari dalam (intra
dalam persalinan. psikis) dapat mengakibatkan persalinan
Risiko dalam persalinan yang sering menjadi lama/partus lama atau perpanjangan
dijumpai yaitu perpanjangan dari kelahiran Kala II (Depkes RI Pusdiknakes).
bayi, partus lama, hal ini tidak terlepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan PENUTUP
yaitu : power, passage, passenger, psikis, Berdasarkan hasil uraian diatas dapat
penolong. disimpulkan pada penelitian ini menunjukkan
Faktor psikis dalam menghadapi bahwa subjek penelitian memiliki dukungan
persalinan merupakan faktor yang sangat sosial yang rata-rata tinggi dan kecemasan
mempengaruhi lancar tidaknya proses dalam menghadapi persalinan yang rata-rata
kelahiran. Dukungan yang penuh dari rendah.
anggota keluarga penting artinya bagi seorang Berdasarkan hasil penelitian yang
Ibu bersalin terutama dukungan dari suami dilakukan, maka saran-saran yang dapat
sehingga memberikan support moril terhadap diberikan:
Ibu (Kartini Kartono, 1986 : 192). 1. Sebaiknya subjek dalam menjalani
Namun demikian faktor psikis selama ini kehamilannya berusaha terbuka mengenai
belum mendapatkan perhatian oleh penolong hal-hal yang dirasakannya kepada
persalinan, hal ini sesuai dengan pendapat lingkungan sosialnya, karena hal ini dapat
(Kartini Kartono) yang menyatakan bahwa membantu komunikasi diantara mereka
para dokter dan bidan hampir-hampir tidak untuk menghadapi masa kehamilan terutama
mempunyai waktu untuk memperhatikan masa menjelang persalinan dengan baik.
kondisi psikis wanita tersebut, sebab mereka Sebaiknya selama kehamilan ibu hamil
biasanya disibukkan oleh faktor-faktor memperluas wawasan mengenai persalinan
somatis (jasmaniah). Pada umumnya para dan hal-hal yang berhubungan dengan
dokter dan bidan menganggap tugas mereka parenting, berusaha terbuka dengan
telah selesai apabila bayinya sudah lahir lingkungan sosial mengenai hal-hal yang
dengan selamat dan ibunya tidak berhubungan dengan kehamilannya, hal ini
menunjukkan tanda-tanda patologis (Kartini diperlukan guna memberikan wawasan
Kartono, 1986). untuk ibu hamil sehingga dapat

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 11


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

mengantisipasi hal-hal yang dapat pasar pedesaan Minangkabau dalam


menggangunya selama kehamilan. memberdayakan sumber ekonomi
2. Sebaiknya para suami dan keluarga keluarga. Laporan Penelitian Kajian
selalu mendampingi ibu hamil selama Wanita. Sumatra Barat: Fakultas Ilmu
kehamilan terutama menjelang masa Pendidikan Universitas Negeri Padang
persalinan dengan cara memberikan Hasibuan, R & Simatupang, N. (1999).
perhatian, dukungan dan bantuan, dan Kecemasan pada kehamilan pertama
mengembangkan komunikasi yang baik ditinjau dari peran social support.
dengan para ibu hamil. Hal ini perlu Laporan Penelitian. Surabaya:
dilakukan agar ibu hamil merasa Departemen Pendidikan Nasional
mendapatkan dukungan dari lingkungan Universitas Negeri Brawijaya
sosialnya, dan dapat meminimalisasikan Malonda, B.F. (2003). Sosial-budaya, gangguan
kecemasan dalam menghadapi persalinan. emosi, dan fisik pasca salin masyarakat
pedesaan Sumedang. Tesis (tidak
REFERENSI diterbitkan). Universitas Sam Ratulangi.
Ramli, H. (2003). Pengaruh jenis dukungan
http://kti-akbid.blogspot.com/2011/05/kti- sosial keluarga terhadap kecemasan
hubungan-paritas-dengan-tingkat.html wanita hamil pertama di balai kesehatan
Ambarwati, W & Sintowati, R. (2004). Muhammadiyah Malang. Tesis (tidak
Pendidikan kesehatan mengatasi keluhan diterbitkan). Malang: Fakultas Psikologi
hamil pada ibu-ibu hamil di Asrama JIPTUMM
Group PII Kopassus Kartasura. Laporan Suririnah. (2006). Beberapa perubahan pada
Penelitian Kajian Wanita. ibu hamil. http://www.infoibu.achiza.
Surakarta: Program Studi Keperawatan blogsome.com/+kecemasan+pada+wanit
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas a+hamil+menghadapi+persalinan
Muhammadiyah Surakarta. Suryaningsih. (2007). Tips mengatasi stres
Anastasia & Urbina. (1997). Tes psikologi Edisi saat kehamilan.
ke Tujuh. Jakarta: PT. Macanan Jaya http://www.suryaningsih.
Cemerlang. wordpress.com/2007/05/22/tips-
Azwar, S. (1996). Tes pretasi: Fungsi dan mengatasi-stres-saat-
pengembangan pengukuran prestasi kehamilan/+dukungan+sosial+untuk+w
belajar Edisi II. Yogyakarta: Pustaka anita+hamil
Pelajar Yulianti, N. (2004). Gambaran rasa cemas
Conley, T. (2004). Breaking free from the wanita hamil pertama dan dukungan
anxiety trap. http://www.yakita.or.id/ suami yang diterima. Skripsi. Depok:
kecemasan.htm+kecemasan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Firman & Khairani. (2000). Dukungan sosial
dan penerimaan diri pedagang wanita

Hal | 12 Jurnal Ilmiah Keperawatan Akademi Keperawatan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN PENGGUNAAN


METODE KONTRASEPSI EFEKTIF TERPILIH

oleh
JM Weking

ABSTRAK
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda atau mencegah
kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta untuk menghentikan atau mengakhiri kesuburan.
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal katanya, dapat kita definisikan sebagai tindakan atau usaha
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya konsepsi atau pembuahan (Notodihardjo, 2002). Tujuan
KB Untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi dan balita serta angka kelahiran dalam
rangka mempercepat terwujudnya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) (DepKes,
1999). Untuk menjaga jarak antar anak ibu dapat menggunakan alat kontrasepsi metode hormonal.
Sedangkan bila tidak mau menambah anak lagi dapat menggunakan metode mekanis (Biran, 2004).
Macam-macam Kontrasepsi menurut Hartanto (2000): 1. Metode sederhana: Kondom, Spermiside,
Koitus interuptus (senggama terputus), Pantang berkala 2. Metode efektif: Hormonal: Pil KB:
progesterone only pil, pil KB kombinasi, pil KB sekuensial. Suntikan KB: Depropovera setiap 3 bulan,
Norigest setiap 10 minggu, Cyclofem setiap bulan; Susuk KB: setiap 5 tahun (Norplant), 3 tahun
(Implanon); Mekanis: Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) (Copper T, Medusa, Seven Copper).

Kata Kunci : Keluarga berencana, Kontrasepsi, angka kelahiran

PENDAHULUAN kehamilan terjadi di negara berkembang dan


Program Keluarga Berencana Nasional hampir 500 juta jiwa yang meninggal setiap
telah diawali dan dicanangkan oleh tahunnya akibat komplikasi kehamilan.
pemerintah pada tahun 1974. Tujuan dari (Sarwono, 2005)
pada pemerintah tersebut untuk mengurangi
jumlah penduduk dan juga untuk mengurangi Banyak wanita harus menentukan pilihan
tingkat kematian pada ibu hamil, ibu kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena
melahirkan dan bayi yang dilahirkan. terbatasnya jumlah metode yang tersedia,
tetapi juga karena metode-metode tersebut
Keluarga Berencana (KB) merupakan mungkin tidak dapat diterima sehubungan
salah satu pelayanan kesehatan preventif yang dengan kebijakan nasional KB, kesehatan
paling dasar dan utama bagi wanita, individual, dan seksualitas wanita atau biaya
meskipun tidak selalu diakui demikian. Untuk untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam
optimalisasi manfaat kesehatan KB, pelayanan memilih suatu metode, wanita harus
tersebut harus disediakan bagi wanita dengan menimbang berbagai faktor, termasuk status
cara menggabungkan dan memenuhi kesehatan mereka, efek samping potensial
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi suatu metode, konsekuensi terhadap
utama dan yang lain. Juga responsif terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya
berbagai tahap kehidupan reproduksi wanita. keluarga yang diinginkan dan kerjasama
Peningkatan dan perluasan pelayanan pasangan mengenai kemampuan mempunyai
keluarga berencana merupakan salah satu anak. (Derek dan Jones, 2001)
usaha untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu yang sedemikian tinggi Menurut WHO di negara bangladesh
akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. pada tahun 2004 penduduk yang
(Dyah noviawati dan Sujiyatini, 2009) menggunakan alat kontrasepsi yaitu 58,1%
penduduk, dengan presentase penggunaan
Sembilan puluh sembilan persen (99%) jenis kontrasepsi yaitu pil (26,2%), suntik dan
kesakitan pada wanita yang mengalami implant (10,5), IUD(0,6%), kondom (4,2%),

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 13


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

metode penghalang vagina (0%), Mop (0,6%), kontrasepsi yang tersedia, tetap saja terdapat
MOW (5,2%), metode lainnya (0%). kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara
(http://translate.google.co.id/who/2004) aman, efektif, dengan metode yang dapat
diterima, baik secara perseorangan maupun
Indonesia menghadapi masalah dengan budaya pada berbagai tingkat reproduksi.
jumlah dan kualitas sumber daya manusia Tidaklah mengejutkan apabila banyak wanita
dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk merasa bahwa penggunaan kontrasepsi
dapat mengangkat kehidupan bangsa telah terkadang problematis dan mungkin terpaksa
dilaksanakan bersamaan pembangunan memilih metode yang tidak cocok dengan
ekonomi dan keluarga berencana yang konsekuensi yang merugikan atau tidak
merupakan sisi masing-masing mata uang. menggunakan metode KB sama sekali.
Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan
dengan pembangunan ekonomi, Dari 61,4 % pengguna metode
dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan kontrasepsi di Indonesia sebanyak 31,6 %
berarti.( Manuaba, 1998 ) menggunakan suntik. Sedangkan yang
memakain pil hanya 13,2 %, memakai IUD
Gerakan Keluarga Berencana Nasional atau spiral 4,8 %, implant 2,8 %, dan kondom
Indonesia telah berumur panjang sejak tahun 1,3 %, sisanya vasektomi dan tubektomi.
1970 dan masyarakat dunia telah menganggap Terjadi kenaikan pemakaian metode
Indonesia telah berhasil menurunkan angka kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai
kelahiran dengan bermakna.(Manuaba , 1998) 2007 lalu. Menurut survey yang dilakukan
oleh BKKBN tentang penggunaan metode
Keluarga Berencana adalah merupakan
kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7
suatu perencanaan kehamilan yang
% pada tahun 1994 menjadi 15,2%, 1997
diinginkan untuk menjadikan norma keluarga
menjadi 12,1 %, tahun 2003 menjadi 27,8 %
kecil, bahagia dan sejahtera dan pada
dan pada tahun 2007 mencapai 31,6 %. Salah
hakikatnya keluarga berencana adalah upaya
satu kontrasepsi yang populer di Indonesia
untuk menjarangkan atau mengatur kelahiran
adalah kontrasepsi suntik. Kontrasepsi suntik
dan menghentikan kehamilan, bila ibu sudah
yang digunakan adalah Noretisteron Enentat (
melahirkan anak yang banyak. Secara tidak
NETEN), Depo Medroksi Progesteron Acetat
langsung Keluarga Berencana dapat
(DMPA), dan Cyclofem.( Sarwono 1998)
menyehatkan fisik dan kondisi, sehat ekonomi
keluarga dan meningkatkan kesejahteraan ibu Di Balikpapan Jumlah akseptor baru KB
dan anak. (DEPKES RI, 1996) pada tahun 2009 mengalami penurunan
dibandingkan pada tahun 2008. Pada taun
Pada saat sekarang ini telah banyak
2008 akseptor baru sebanyak 9,45% dan
beredar berbagai macam alat kontrasepsi,
akseptor aktif sebanyak 76,38% sedangkan
khususnya alat kontrasepsi metode efektif
pada tahun 2009 akseptor baru mengalami
yaitu: pil, suntik, IUD, implant. Alat
penurunan menjadi 8,93% dan akseptor aktif
kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat
sebanyak 66,80%. Pada tahun 2009 Jenis
yaitu aman pemakaiannya dan dapat
kontrasepsi yang diminati oleh akseptor
dipercaya, efek samping yang merugikan
adalah KB suntik, yang mencapai 41,40%. IUD
tidak ada, lama kerjanya dapat diatur menurut
(17,20%), MOW/MOP (3,93%), Implant
keinginan, tidak mengganggu hubungan
(5,05%), Pil (29,30%) dan kondom (3,12%).
seksual, harganya murah dan dapat diterima
(DKK, 2009)
oleh pasangan suami istri.
Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49
Setiap metode mempunyai kelebihan dan
Tahun Menurut Cara KB yang Digunakan di
kekurangan. Namun demikian meskipun telah
Kota Balikpapan, Tahun 2010 yaitu MOW
mempertimbangkan untung rugi semua

Hal | 14 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

3,68%, MOP 0,74%, Pil 42,79%, Suntik 30,13%, 2. Memahami (comprehension) diartikan
Implant 1,64%, IUD 15,60%, kondom 3,03% sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan
dan cara tradisional 2,39%. (Badan statistik, secara benar tentang obyek yang
2010) diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
PEMBAHASAN
3. Aplikasi (aplication) diartikan sebagai
Pada awalnya program Keluarga suatu kemampuan untuk menggunakan
Berencana (KB) adalah upaya pengaturan yang telah dipelajari pada situasi atau
kelahiran dalam rangka peningkatan kondisi real (sebenarnya).
kesejahteraan ibu dan anak, namun dalam
perkembangannya program KB dituntut 4. Analisis (ananlysis) adalah suatu
untuk dapat menciptakan dan kemampuan untuk menjabarkan suatu
membudayakan Norma Keluarga Kecil materi atau suatu obyek ke dalam
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS), sehingga komponen-komponen tapi masih berada
pelaksanaan program KB yang berkembang dalam suatu struktur organisasi tersebut
saat ini dilaksanakan secara terpadu dengan dan masih ada kaitannya satu sama lain.
program-program pembangunan lainnya yang
pada intinya pelaksanaan program KB 5. Sintesis (synthesis) dimana dalam hal ini
diarahkan untuk meningkatkan pendewasaan menunjukan suatu kemampuan untuk
usia perkawinan, pemberdayaan ekonomi meletakan atau menghubungkan bagian-
keluarga dan peningkatan ketahanan keluarga bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
(BKKBN, 2006). yang baru.

Efek samping dan komplikasi alat dan 6. Evaluasi (evaluation) yang dalam hal ini
obat kontrasepsi bervariasi antara satu metode berkaitan dengan kemampuan untuk
dengan metode yang lain dan dari satu melakukan justifikasi atau penilaian
akseptor ke akseptor yang lain. Penanganan suatu materi atau obyek.
efek samping dan komplikasi alat kontrasepsi
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
yang kurang benar dapat menimbulkan akibat
(Suliha, 2002), adalah:
yang tidak diinginkan seperti drop out dari
program KB (DepKes, 1999). 1. Tingkat pendidikan, Pendidikan adalah
upaya yang memberikan pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil
sehingga terjadi perubahan perilaku
dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan
positif yang meningkat.
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui panca indera 2. Informasi, Seseorang yang mempunyai
manusia, yakni indera penglihatan, sumber infomasi yang lebih banyak akan
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. memberikan pengetahuan yang jelas.
Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Dari 3. Budaya, Tingkah laku manusia atau
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa kelompok dalam memenuhi kebutuhan
perilaku yang didasari pengetahuan akan yang memiliki sikap dan kepercayaan.
Tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2007)
4. Pengalaman, Sesuatu yang dialami
1. Tahu (Know) diartikan sebagai seseorang akan menambah pengetahuan
mengingat sesuatu materi yang telah tentang sesuatu yang bersifat nonformal.
dipelajari sebelumnya.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 15


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

5. Sosial Ekonomi, Tingkat kemampuan matang baik fisik, psikologis, maupun


seseorang untuk memenuhi kebutuhan kemampuan berfikir secara rasional dan
hidup. memusatkan perhatian kepada hal yang
benar. Pada usia ini responden lebih
6. Pekerjaan, Pekerjaan bukan merupakan mempunyai keinginan lebih kuat untuk
sumber kesenangan, tetapi lebih banyak mencari informasi daripada umur lebih dari
merupakan 35 tahun.

7. cara mencari nafkah yang membosankan, Pendidikan responden paling banyak


berulang dan banyak tantangan. adalah SMA, sehingga dapat dikatakan
bahwa responden memiliki pendidikan
8. Umur, Umur individu yang terhitung
relatif cukup. Menurut Soekanto (2003)
mulai saat dilahirkan sampai berulang
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
tahun (Mubarak, 2006).
makin mudah menerima informasi,
Berdasarkan hasil analisis data sehingga semakin banyak pula
kemudian identifikasi data responden pengetahuannya. Sebaliknya yang kurang
penelitian dilakukan pembahasan akan menghambat perkembangan sikap
berdasarkan kajian teori. Menurut yang dimiliki. Pendidikan responden yang
Notoatmodjo (2007; h. 140) menyatakan cukup mengakibatkan responden mudah
pengetahuan atau kognitif merupakan menerima informasi tentang KB suntik
domain yang sangat penting dalam sehingga meningkatkan pengetahuannya
membentuk tindakan seseorang (overt tentang KB suntik. Namun sebagian
behavior). Dalam menentukan sikap, responden memiliki pengetahuan tentang
pengetahuan, pikiran, dan keyakinan KB suntik termasuk kurang, karena
memegang peranan penting. Lebih lanjut sebagian responden pada penelitian
Notoatmodjo (2007; h. 143) menjelaskan memiliki pendidikan relatif rendah yaitu
bahwa sikap mempunyai beberapa hanya memiliki latar belakang pendidikan
komponen yaitu, kepercayaan (keyakinan), SMP dan umur sebagian responden masih
ide, dan konsep terhadap suatu objek, relatif yaitu dibawah 20 tahun. Pendidikan
kehidupan emosional, atau evaluasi yang relatif rendah mengakibatkan
terhadap suatu objek dan yang terakhir responden lebih sulit menerima informasi
kecenderungan untuk bertindak (trend to dibandingkan yang berpendidikan lebih
behave). Beberapa komponen diatas secara tinggi, dan umur yang muda berkaitan
bersama-sama membentuk sikap yang utuh dengan pengalaman, yang merupakan salah
(total attitude). satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang.
Berdasarkan teori tersebut maka
tingkat pengetahuan tentang KB suntik Hasil penelitian diperoleh sikap
memiliki peranan penting terhadap sikap sebagian besar responden cukup
responden dalam memilih alat kontrasepsi mendukung dalam memilih KB suntik 3
khususnya KB suntik 3 bulanan. Hasil bulanan yaitu 46,7%. Selebihnya 33,3%
penelitian menunjukkan sebagian besar ibu mendukung dan 20,0% kurang
dalam penelitian memiliki pengetahuan mendukung. Menurut Notoatmodjo (2010; h.
cukup tentang KB suntik yaitu 63,3%. 142) sikap merupakan reaksi atau respon
Namun masih terdapat pengetahuan tentang yang masih tertutup dari seseorang
KB suntik kategori kurang yaitu 23,4%. terhadap suatu stimulus atau objek.
Umur responden sebagian besar adalah 20- Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung
35 tahun. Soekanto (2000) mengemukakan dilihat,tetapi hanya dapat ditafsirkan
bahwa semakin tinggi umur semakin terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Hal | 16 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

Menurut Notoatmodjo (2010; h. 142) 1. Metode sederhana: Kondom,


sikap merupakan reaksi atau respon yang Spermiside, Koitus interuptus
masih tertutup dari seseorang terhadap (senggama terputus), Pantang berkala
suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat,tetapi 2. Metode efektif: Hormonal: Pil KB:
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari progesterone only pil, pil KB
perilaku yang tertutup. Azwar kombinasi, pil KB sekuensial.
(2005; h. 5) menegaskan sikap juga dikatakan Suntikan KB: Depropovera setiap 3
sebagai bentuk evaluasi atau reaksi bulan, Norigest setiap 10 minggu,
perasaan mendukung atau memihak Cyclofem setiap bulan; Susuk KB:
(favorable) maupun perasaan tidak setiap 5 tahun (Norplant), 3 tahun
mendukung atau tidak memihak (Implanon); Mekanis: Alat
(unfavorable) pada suatu objek. Dan Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
merupakan kesiapan untuk bereaksi dengan (Copper T, Medusa, Seven Copper).
cara tertentu apabila individu dihadapkan
REFERENSI
pada suatu stimulus yang menghendaki
http://bidanidhalupheyuphie.blogspot.com/
adanya respon.
2012/04/hubungan-pengetahuan-
Hasil penelitian sesuai teori yang dengan-penggunaan.html
dikemukakan Notoatmodjo (2007; h. 140) BKKBN, 2003, Buku Panduan Praktis
menyatakan pengetahuan atau kognitif Pelayanan Keluarga Berencana, Jakarta.
merupakan domain yang sangat penting Biran, 2004. Tidak Ingin Punya Anak Lagi
dalam membentuk tindakan seseorang .http://www.bkkbn.go.id/popup
(overt behavior). Dalam menentukan sikap, s/printrubrik.php?itemid=419.
pengetahuan, pikiran, dan keyakinan Carpenito, L.J., 1999, Rencana Asuhan dan
memegang peranan penting. Dokumentasi Keperawatan edisi 2:
EGC.Jakarta
PENUTUP DepKes. 1999. Pedoman Penanggulangan
Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk Efek Samping Kontrasepsi: Direktorat
mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha Jendral Pembinaan Kesehatan
ini dapat bersifat sementara, dapat juga Masyarakat: Jakarta.
bersifat permanen (Wiknjosastro, 1999). Hartanto, H.,2000. KB dan Kontrasepsi:
Kontrasepsi sesuai dengan makna asal Pustaka Sinar harapan. Jakarta.
katanya, dapat kita definisikan sebagai Kaplan & Saddock, 1998. Sinopsis Psikiatri:
tindakan atau usaha yang bertujuan untuk Bina Rupa Aksara. Jakarta
mencegah terjadinya konsepsi atau Mubarok, Wahid I. dkk, 2006. Ilmu
pembuahan (Notodihardjo, 2002). Tujuan KB Keperawatan Jiwa 2 : Agung Seto.
Untuk mempercepat penurunan angka Jakarta.
kematian bayi dan balita serta angka kelahiran Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian
dalam rangka mempercepat terwujudnya Kesehatan : Rineka Cipta. Jakarta.
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera Rubianto, 2000. Mensrtuasi, Matangnya
(NKKBS) (DepKes, 1999). Untuk menjaga jarak Organ Perempuan.
antar anak ibu dapat menggunakan alat Saifuddin, Abdul B., 2003. Buku Panduan
kontrasepsi metode hormonal. Sedangkan bila Praktis Pelayanan Kontrasepsi : Yayasan
tidak mau menambah anak lagi dapat Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
menggunakan metode mekanis (Biran, 2004). Jakarta.

Macam-macam Kontrasepsi menurut


Hartanto (2000):

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 17


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

PENGETAHUAN REMAJA SMA KELAS XI TENTANG HIV AIDS

oleh
Ajeng Widyastuti A

ABSTRAK
Pengetahuan akan HIV/AIDS itu sangat penting bagi remaja karena mengetahui bahwa dewasa ini
remaja lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah dan penderita kasus HIV terbesar di
Provinsi Jawa Tengah terdapat pada golongan umur 20-24 tahun sedangkan AIDS terbesar pada
golongan umur 25-29 tahun yang merupakan golongan umur remaja dan dewasa muda. Untuk
mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA PGRI 1
Karangmalang Sragen. Jenis penelitian adalah deskripstif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI IPS SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen. Jumlah sampel sebanyak 83 siswa dan
teknik pengambilan sampel dengan total sampling. Cara pengumpulan data dengan metode kuesioner
sedangkan hasil penelitian pada analisa data menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian
didapatkan untuk tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS paling banyak pada tingkat
pengetahuan baik yaitu sebanyak 53 responden (63,85%), kemudian pada tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 24 responden (28,91%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 6 responden
(7,22%). Dari penelitian didapatkan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas
XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen secara umum baik yaitu 53 responden (63,85%).

Kata Kunci : pengetahuan remaja sekolah, HIV AIDS

PENDAHULUAN kaum remaja, tidak diiringi dengan


Peningkatan angka kejadian peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
HIV/AIDS tidak hanya disebabkan oleh faktor seksual dan reproduksi termasuk HIV/AIDS,
perilaku seksual tetapi juga penggunaan penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat
narkoba suntik bersama-sama. Kurangnya kontrasepsi (Suryoputro, 2006).
pengetahuan mengenai hal ini merupakan Fenomena remaja yang terungkap
salah satu penyebab tetap tingginya kasus belakangan ini dengan kenyataan ada remaja
HIV/AIDS di Indonesia. Proporsi terbesar yang hamil di luar nikah, aborsi, prostitusi
kasus HIV untuk Provinsi Jawa Tengah dan penyebaran video porno dan penggunaan
dengan jumlah 1800 kasus terdapat pada obat-obat terlarang. Sementara sarana
golongan umur 20-24 tahun, sedangkan informasi tentang kesehatan pada umumnya
proporsi AIDS terbesar terdapat pada golongan dan penyakit menular seksual (PMS)
25-29 tahun dengan jumlah 120 kasus, khususnya HIV/AIDS dibeberapa sekolah
yang mana merupakan golongan umur remaja menengah atas masih kurang, baik itu berupa
dan dewasa muda (Suryoputro, 2006). bacaan yang mendidik maupun penyuluhan
Remaja Indonesia dewasa ini nampak dari pihak-pihak yang terkait (Hasanudin,
lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual 2008).
pranikah. Misalnya, penelitian yang Hal yang menghambat penyampaian
dilakukan untuk memperkuat gambaran informasi ini yaitu masalah budaya dimana
adanya peningkatan resiko pada perilaku banyak kalangan yang masih beranggapan
seksual kaum remaja yang mengindikasikan bahwa pendidikan seks masih tabu untuk
bahwa 5-10% pria muda usia 15-24 tahun dibicarakan pada remaja baik di lingkungan
yang tidak/belum menikah, telah melakukan keluarga maupun di lingkungan sekolah,
aktifitas seksual yang beresiko. Selain itu sehingga hal inilah yang menyebabkan
penelitian tersebut menunjukkan bahwa kalangan siswa khususnya para remaja
peningkatan aktifitas seksual dikalangan mendapatkan pendidikan dan pengetahuan

Hal | 18 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

yang hanya setengah-setengah. Semua PGRI 1 Karangmalang Sragen disajikan dalam


pengetahuan yang tanggung ini justru tabel berikut:
membuat banyak remaja malah mencoba
mencari tahu dengan cara melakukannya Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
sendiri dan kurang menyadari akibat yang Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Selain itu, HIV/AIDS Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA
kurangnya peran orang tua dalam kehidupan PGRI 1 Karangmalang Sragen
remaja mengakibatkan banyaknya remaja
terjerumus dalam pergaulan bebas yang No Pengetahuan Frekuensi
beresiko maupun narkoba (Hasanudin, 2008). Prosentase (%)
Berdasarkan survey pendahuluan 1. Baik 53 63,85
yang dilakukan penulis di SMA PGRI 1 2. Cukup 24 28,91
Karangmalang Sragen yang dilakukan 3. Kurang 6 7,22
terhadap 10 siswa dengan instrumen tanya Jumlah 83 100
jawab, terdapat 3 siswa belum mengerti Sumber : Data Primer bulan Juli 2012
tentang HIV/AIDS, 2 diantaranya adalah
siswa kelas XI IPS dan 1 siswa XI IPA. Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui
Sedangkan 4 siswa sudah mengerti tentang bahwa pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS. HIV/AIDS pada siswa kelas XI di SMA PGRI
1 Karangmalang Sragen dalam kategori baik
PEMBAHASAN yaitu sebanyak 53 responden (63,85%)
SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 24
adalah sekolah Menengah Atas yang terletak responden (28,91%) dan untuk kategori
di Jl. Cemara No. 22 Teguhjajar, Plumbungan, kurang sebanyak 6 responden (7,22%).
Kecamatan Karangmalang, Kota Sragen. SMA
PGRI 1 Karangmalang Sragen ini terdiri dari Pembahasan
24 kelas, masing-masing tingkat terdapat 8 Berdasarkan hasil penelitian diatas
kelas. Kelas X jumlah siswa sebanyak 177, menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
kelas XI jumlah siswa sebanyak 156, untuk remaja tentang HIV/AIDS pada siswa kelas
kelas XI IPS sebanyak 83 siswa dan kelas XI XI IPS di SMA PGRI 1 Karangmalang Sragen
IPA sebanyak 73 siswa dan kelas XII jumlah sebagian besar telah berpengetahuan baik 53
siswa 137. Fasilitas pendukung yang responden (63,85%) dan sebagian kecil
dimiliki oleh SMA PGRI 1 Karangmalang berpengetahuan kurang 6 responden (7,22%).
Sragen adalah laboratorium Bahasa, Dari hasil penelitian didapatkan
laboratorium Kimia, laboratorium Fisika, bahwa dari 53 responden yang
laboratorium Biologi, Laboratorium TIK berpengetahuan baik sudah dapat menjawab
(Teknik Informasi dan Komunikasi), pertanyaan yang diberikan dengan baik
perpustakaan, ruang guru, ruang kepala karena 28 responden sudah pernah
sekolah, ruang OSIS (Organisasi Siswa Intra mendapatkan informasi kesehatan mengenai
Sekolah), ruang TU (Tata Usaha), ruang BK HIV/AIDS baik dari penyuluhan tentang
(Badan Konseling), ruang komite, ruang HIV/AIDS, televisi, maupun membaca buku.
khusus, ruang karawitan, ruang marchingband, Kemudian dari 24 responden yang
aula, lapangan olah raga, lapangan upacara, berpengetahuan cukup, 13 responden
area hotspot, masjid, dan kantin. diantaranya belum mengetahui tentang gejala
HIV/AIDS dan dari 6 responden dengan
Hasil Penelitian pengetahuan kurang, 5 responden belum
Tingkat pengetahuan remaja tentang mengerti gejala, dan pencegahan HIV/AIDS.
HIV/AIDS pada siswa kelas XI IPS di SMA

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 19


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Menurut Notoatmodjo (2007) gejala Keterbatasan


HIV/AIDS dibagi menjadi dua, yaitu gejala 1. Kendala penelitian
mayor dan gejala minor. Gejala mayor yang Pada saat dilakukan penelitian di SMA
timbul antara lain: berat badan menurun >10% PGRI 1 Karangmalang Sragen keadaannya
dalam 1 bulan, diare kronik yang berlangsung kurang efisien karena berada di aula.
>1 bulan, penurunan kesadaran dan
dimensia/enselopati HIV (gangguan motorik 2. Keterbatasan selama proses penelitian
dan gangguan sensorik) sedangkan gejala a. Dalam penelitian ini ada kelemahan
minor yang timbul antara lain: batuk menetap dalam penyusunan alat (kuesioner)
>1 bulan, dermatitis generalis (reaksi inflamasi yang menggunakan jawab tertutup
kulit terhadap rangsangan unsure fisik, kimia, sehingga responden tidak dapat
biologi) yang gatal, herpes zoster berulang, menguraikan jawaban selain jawaban
candidosis orofaring (infeksi jamur pada yang tersedia.
mulut dan dinding tenggorokan), herpes b. Dalam penelitian ini hanya untuk
simplek kronis progresif, limpadenopati mengetahui tingkat pengetahuan
generalis (pembesaran kelenjar limfa), dan remaja tentang HIV/AIDS tanpa
infeksi jamur berulang pada alat kelamin adanya tindak lanjut terhadap hasil
wanita. penelitian yang diperoleh.
Menurut Astuti (2008) ada beberapa
hal yang perlu dipehatikan dalam pencegahan PENUTUP
HIV/AIDS diantaranya: mencegah penularan Kesimpulan
melalui hubungan seksual, pencegahan Berdasarkan hasil penelitian dapat
penularan melalui darah, pencgahan disimpulkan bahwa:
penularan melalui jarum suntik dan alat yang 1. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI
dapat melukai kulit, pencegahan infeksi IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI
melalui tranfusi darah, dan pencegahan 1 Karangmalang Sragen dalam
penularan dari ibu kepada bayinya. kategori baik sebanyak 53 responden
Pengetahuan adalah hasil "tahu" dan (63, 85%).
ini terjadi setelah orang melakukan 2. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI
Penginderaan terjadi melalui panca indera 1 Karangmalang Sragen dalam
manusia yakni, indera penglihatan, kategori cukup sebanyak 24
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. responden (28,91%).
Sebagian besar pengetahuan manusia 3. Tingkat pengetahuan remaja kelas XI
diperoleh melalui mata dan telinga. IPS tentang HIV/AIDS di SMA PGRI
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain 1 Karangmalang Sragen dalam
yang sangat penting untuk terbentuknya kategori kurang sebanyak 6 responden
tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). (7,22%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan ada 6 yaitu: pendidikan, Saran
pengalaman, usia, sosial ekonomi, budaya, Berbagai keterbatasan dan
media informasi. Setelah diketahui hasil dari kekurangan selama jalannya penelitian, maka
penelitian diatas maka penulis melakukan penulis memberikan saran sebagai berikut :
pemberian penyuluhan mengenai HIV/AIDS
secara keseluruhan terhadap responden 1. Bagi Responden
dengan tingkat pengetahuan cukup dan Diharapkan para remaja lebih aktif
kurang sebanyak 30 siswa kelas XI IPS. dan menyeluruh dalam mencari informasi dari
berbagai media yang ada, sehingga para
remaja memiliki wawasan dan pemahaman

Hal | 20 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

yang tinggi tentang HIV/AIDS agar terhindar HIV/AIDS sehingga siswa mempunyai
dari resiko-resiko terjadinya HIV/AIDS. pengetahuan yang lebih baik.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya REFERENSI


Diharapkan peneliti atau penelitian Ali, M. 2009. Psikologi Remaja Perkembangan
selanjutnya melakukan penelitian lebih Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
mendalam dengan waktu yang lebih lama Astuti, I.A.M.A. 2008. Gambaran Pengetahuan
serta memperhatikan lebih banyak variabel- Remaja Tentang HIV/AIDS di SMP Negeri
variabel yang mempengaruhi misalnya 85 Jakarta, FIKUPNJ. Skripsi.
pengaruh bentuk perilaku, sikap dan domain Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate
perilaku kesehatan. dengan program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
3. Bagi Institusi Hasanudin. 2008. Hubungan Pengetahuan,
a. Bagi Institusi Pendidikan Sikap dan Keluarga Dengan Upaya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Pencegahan HIV/AIDS Pada Siswa
menambah referensi penelitian khususnya SMAN 5 Palu dalam Jurnal Ilmu
tentang HIV/AIDS sehingga dapat digunakan Kesehatan Vol. 1, No. 4, Mei 2008.
untuk memperluas pengetahuan mahasiswa Sulawesi.
dalam penelitian serupa. Hawari, Danang. 2006. Global Effect HIV/AIDS
b. Tempat Penelitian Dimensi Psikoreligi. Jakarta: Fakultas
Diharapkan sekolah dapat Kedokteran UI.
memberikan pendidikan kesehatan yang lebih Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian
banyak kepada siswanya khususnya tentang Kebidanan: Teknik Analisa Data. Jakarta:
HIV/AIDS sehingga siswa mempunyai Salemba Medika.
pengetahuan yang lebih baik. Multaji. 2011. Tingkat Pengetahuan Remaja
Tentang HIV/AIDS di SMAN 1 Torjun
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Kabupaten Sampang Madura, Malang, FK
Diharapkan peneliti atau penelitian UMM.
selanjutnya melakukan penelitian lebih Nasir, Abdul. 2011. Buku Ajar Metodologi
mendalam dengan waktu yang lebih lama Penelitian Kesehatan Teori dan Aplikasi.
serta memperhatikan lebih banyak variabel- Yogyakarta: Nuha Medika.
variabel yang mempengaruhi misalnya Nasution. (2006). Sosiologi Pendidikan. Jakarta:
pengaruh bentuk perilaku, sikap dan domain Bumi Aksara
perilaku kesehatan. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat
Ilmu dan Seni. Jakarta: Asdi Mahasatya.
3. Bagi Institusi Rahayuwati, Laili. 2009. Pengetahuan dan
a. Bagi Institusi Pendidikan Sikap Mengenai Hubungan Penggunaan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat Narkoba Dengan Kejadian Infeksi
menambah referensi penelitian khususnya HIV/AIDS, Bandung, FK IKUPB. Skripsi.
tentang HIV/AIDS sehingga dapat digunakan Riwidikdo, H. 2009. Statistik Penelitian Kesehatan
untuk memperluas pengetahuan mahasiswa dengan Aplikasi Program R dan SPSS.
dalam penelitian serupa. Yogyakarta: Pustaka Rihana.
Romauli, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi.
b. Tempat Penelitian Yogyakarta: Nuha Medika.
Diharapkan sekolah dapat Sarwono, S.W. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta:
memberikan pendidikan kesehatan yang lebih PT. Raja Grafindo Pustaka.
banyak kepada siswanya khususnya tentang Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja
dan Permasalahannya. Jakarta: CV.Sagung
Seto.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 21


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Kesehatan Seksual dan Reproduksi


Bandung: Alfa Beta dalam Jurnal Makara Kesehatan Vol. 10,
Suhartin. 2007. Perbedaan Sikap Tentang Perilaku No. 1, Juni 2006. Universitas
Seks Pranikah Antara Remaja Laki-laki dan Diponegoro, Semarang.
Perempuan di SMAN 1 Tenggarang, Suyanto. 2008. Riset Kebidanan Metodologi dan
Bondowoso. DIV Kebidanan UNS. Karya Aplikasi. Yogyakarta: Mitra Cendekia
Tulis Ilmiah. Press.
Suryoputro Antono, Ford J Nicholas, dan Widyastuti, Y. 2009. Kesehatan Reproduksi.
Zahroh Shaluhiyah. Faktor-faktor yang Yogyakarta: Fitramaya.
Mempengaruhi Perilaku Seksual Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta:
Remaja di Jawa Tengah: Implikasinya Bina Pustaka.
Terhadap Kebijakan dan Layanan

Hal | 22 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL TRIMESTER III DALAM MENGHADAPI


PROSES PERSALINAN

oleh
Nunung Kanianingsih

ABSTRAK
Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis, dan
adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian kaum wanita menganggap
bahwa kehamilan adalah kodrati yang harus dilalui, tetapi sebagian lagi menganggapnya sebagai
peristiwa yang menentukan kehidupan selanjutnya. Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami
kecemasan. Kecemasan meningkat menjelang persalinan terutama pada trimester III. Tujuan penelitian
adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu hamil trimester III (umur, graviditas,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status kesehatan) dengan kecemasan dalam menghadapi
persalinan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan cross
sectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 158 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah accidental sampling. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
RSUP Fatmawati pada tanggal 27 Oktober-17 November 2009. Teknik analisa yang dilakukan yaitu
analisa Chi- Square dengan menggunakan  = 5 %. Instrumen yang digunakan adalah Zung Self- Rating
Anxiety Scale (ZSAS) untuk mengukur tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III dalam
menghadapi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 158 responden, sebanyak 47.5% ibu
hamil tidak mengalami cemas dan 52.5% ibu hamil mengalami cemas. Dari lima variabel yang
diteliti, tiga variabel ternyata tidak dapat membuktikan adanya hubungan, yaitu umur (p=0.873),
pekerjaan (p=0.133), dan status kesehatan (p=0.692), sedangkan variabel yang lain yaitu graviditas
(p=0.005) dan tingkat pendidikan (p=0.05) secara statistik dapat membuktikan adanya hubungan
yang signifikan dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Maka peneliti menyarankan
agar Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati menyediakan jasa konsultasi yang
berguna bagi ibu hamil untuk dapat terhindar dari kecemasan dalam menghadapi persalinan.

Kata Kunci: Kehamilan, Trimester III, Kecemasan

PENDAHULUAN pada saat kehamilan dengan merencanakan


Bangsa yang mempunyai derajat kehamilan yang sehat dan direncanakan
kesehatan yang tinggi merupakan bangsa yang dengan baik (Depkes RI, 1999).
maju. Mewujudkan bangsa yang maju dan Mortalitas dan morbiditas pada
mandiri serta sejahtera lahir maupun batin wanita hamil dan bersalin merupakan
merupakan bagian dari pembangunan masalah besar di negara berkembang. Tahun
nasional. Hal ini diwujudkan dalam 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000
paradigma sehat dan visi pembangunan ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau
kesehatan yaitu "Indonesia Sehat 2010" (Depkes bersalin. Tahun 1997, WHO
RI, 1999). menyelenggarakan Safe Motherhood Technical
Salah satu upaya pelayanan kesehatan yang Consultation di Colombo, Srilangka.
terpenting adalah meningkatkan Kesehatan Ibu Konferensi internasional ini menekankan
dan Anak (KIA), yang salah satunya perlu dipercepat penurunan Angka Kematian
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu Ibu (AKI) pada tahun 2000 menjadi separuhnya.
hamil, misalnya dengan Program Gerakan Di Indonesia, AKI masih relatif tinggi
Sayang Ibu (GSI). GSI ini bertujuan untuk dibandingkan dengan negara tetangga,
meningkatkan kualitas hidup perempuan meskipun ada penurunan dari tahun-tahun
sebagai sumber daya manusia, khususnya sebelumnya, seperti Thailand, Malaysia, dan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 23


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Singapura. Pada tahun 2003, Departemen berkembang sampai saat dilahirkan


Kesehatan memperkirakan AKI melahirkan (Kushartanti, dkk., 2004).
sebanyak 307 per 100 ribu kelahiran hidup. Kehamilan itu sendiri
Sedangkan pada tahun 2007, laporan Balai dikelompokkan menjadi tiga trimester, yaitu
Pengobatan Swasta (BPS) menyebutkan AKI trimester I (0-3 bulan), trimester II (4-6 bulan),
menjadi 248 per 100 ribu kelahiran. Pada dan trimester III (7-9 bulan). Pada trimester I,
tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu biasanya seorang ibu mudah mengalami
menurunkan AKI menjadi 226 per 100 ribu depresi, yang disebabkan oleh meningkatnya
kelahiran hidup (Dinkes Kaltim, 2008). frekuensi berkemih, morning sickness,
Persalinan lama merupakan salah kelelahan, dan keletihan. Ketika usia
satu penyebab tingginya AKI di Indonesia. kehamilan ibu memasuki trimester II, hal
Beberapa faktor yang berkontribusi terjadinya seperti ini akan berhenti, dan akan kembali lagi
persalinan lama antara lain power atau saat ibu memasuki usia kehamilan di trimester
kekuatan ibu saat melahirkan tidak efektif, III.
bayi yang terlalu besar, ketidaksesuaian Adapun pada trimester III, kecemasan
ukuran panggul dengan kepala bayi dan menjelang persalinan akan muncul.
psikologis ibu yang tidak siap menghadapi Pertanyaan dan bayangan apakah dapat
persalinan (Gorrie, McKinney & Murray, 1998). melahirkan normal, cara mengejan, apakah
Bulan September - November 2003, Seksi akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau
Pelayanan Khusus Dinas Kesehatan Provinsi apakah bayi lahir selamat, akan semakin
Jawa Barat bekerja sama dengan RS Jiwa sering muncul dalam benak ibu hamil. Rasa
Bandung, RS Jiwa Cimahi, dan Bagian Psikiatri nyeri pada waktu persalinan sudah sejak
FKUP/RSHS melakukan survei kesehatan jiwa dahulu menjadi pokok pembicaraan para
pada ibu hamil dan menyusui di 112 wanita (Hasuki, 2007). Oleh karena itu,
puskesmas, di 24 kabupaten provinsi Jawa banyak calon ibu yang muda belia
Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan, 798 menghadapi kelahiran anaknya dengan
orang atau (27%) dari 2.928 responden ibu perasaan takut dan cemas (Maramis, 2005).
hamil dan menyusui, menunjukkan tanda Dengan makin tuanya kehamilan,
gangguan psikiatri berupa kecemasan atau maka perhatian dan pikiran ibu hamil mulai
ansietas (Dinkes Jabar, 2003). tertuju pada sesuatu yang dianggap klimaks,
Kecemasan merupakan periode sehingga kegelisahan dan ketakutan yang
singkat perasaan gugup atau takut yang dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
dialami seseorang ketika dihadapkan pada menjelang persalinan (Aprianawati, 2007). Hal
pengalaman yang sulit dalam kehidupan senada juga diungkap Kartono (1992) bahwa
(Wangmuba, 2009). Kehamilan dapat pada usia kandungan tujuh bulan ke atas,
merupakan sumber stressor kecemasan, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut
terutama pada seorang ibu yang labil jiwanya. dan intensif seiring dengan mendekatnya
Sejak saat hamil, ibu sudah mengalami kelahiran bayi. Rasa takut menjelang
kegelisahan dan kecemasan. Kegelisahan dan persalinan menduduki peringkat teratas yang
kecemasan selama kehamilan merupakan paling sering dialami ibu selama hamil
kejadian yang tidak terelakkan, hampir selalu (Lestaringsih, 2006).
menyertai kehamilan, dan bagian dari suatu Tidak semua ibu menyadari bahwa
proses penyesuaian yang wajar terhadap aspek fisik dan psikis adalah dua hal yang
perubahan fisik dan psikologis yang terjadi terkait saling mempengaruhi. Jika kondisi
selama kehamilan. Perubahan ini terjadi fisiknya kurang baik, maka proses berfikir,
akibat perubahan hormon yang akan suasana hati, tindakan yang bersangkutan
mempermudah janin untuk tumbuh dan dalam kehidupan sehari-hari akan terkena
imbas negatifnya. Suasana hati yang tidak

Hal | 24 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

menentu dan emosi yang meledak-ledak gejala kecemasan dan mengurangi kecemasan
dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan ibu hamil dengan memberikan penjelasan
darah, produksi adrenalin, aktifitas kelenjar mengenai kehamilan, persalinan, kecemasan
keringat, reaksi asam lambung, seperti marah, dan efek kecemasan pada ibu hamil dan janin.
gelisah dan merasa malas (Al-Atiq, 2007). Dukungan emosional sangat dibutuhkan oleh
Kekhawatiran dan kecemasan pada ibu hamil untuk mempersiapkan diri baik fisik
ibu hamil apabila tidak ditangani dengan maupun mental dalam menghadapi
serius akan membawa dampak dan pengaruh kehamilan dan persalinan sebagai salah satu
terhadap fisik dan psikis, baik pada ibu proses yang alamiah.
maupun janin. Ibu yang mengalami kecemasan Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2005)
atau stres, sinyalnya berjalan lewat aksis HPA mengenai faktor-faktor penyebab kecemasan
(Hipotalamo-Pituitary-Adrenal) yang dapat ibu hamil, dari 50 responden diperoleh 46%
menyebabkan lepasnya hormon stres antara mengalami kecemasan ringan, 50% kecemasan
lain Adreno Cortico Tropin Hormone (ACTH), sedang, dan 4% kecemasan berat. Sedangkan
kortisol, katekolamin, ß-Endorphin, Growth penelitian Yuliana (2008), mengenai
Hormone (GH), prolaktin dan Lutenizing kecemasan pada ibu hamil trimester III,
Hormone (LH) / Folicle Stimulating Hormone dimana kecemasan yang dialami dibagi ke
(FSH). dalam kategori jenis kehamilan (graviditas),
Lepasnya hormon-hormon stres usia, dan tingkat pendidikan, dari 51
tersebut mengakibatkan terjadinya responden yang diteliti diperoleh 49% tidak
vasokonstriksi sistemik, termasuk diantaranya mengalami kecemasan (normal), 47.1%
konstriksi vasa utero plasenta yang kecemasan ringan, 3.9% kecemasan sedang,
menyebabkan gangguan aliran darah di dan tidak ada yang mengalami kecemasan
dalam rahim, sehingga penyampaian oksigen berat.
ke dalam miometrium terganggu dan Berdasarkan studi pendahuluan yang
mengakibatkan lemahnya kontraksi otot dilakukan di Poliklinik Kebidanan dan
rahim. Kejadian tersebut menyebabkan makin Kandungan RSUP Fatmawati, didapatkan data
lamanya proses persalinan (partus lama) bahwa pada bulan Maret 2009 jumlah pasien
sehingga janin dapat mengalami kegawatan yang memeriksakan kehamilan sebanyak 396
(fetal-distress). Disamping itu dengan orang. Berdasarkan status kesehatan, pasien
meningkatnya plasma kortisol, berakibat yang datang sangat beragam. Ada ibu yang
menurunkan respon imun ibu dan janin. status kesehatannya baik dan ada ibu yang
Penelitian di Indonesia menunjukkan mengalami komplikasi dalam kehamilannya
bahwa ibu hamil yang mengalami kecemasan sehingga dikategorikan sebagai ibu yang
tingkat tinggi dapat meningkatkan resiko beresiko tinggi. Ibu yang tergolong kelompok
kelahiran bayi prematur bahkan keguguran. resiko tinggi ini memiliki penyakit seperti
Penelitian lain menunjukkan bahwa ibu anemia, Diabetes Mellitus, hipertensi, dan
hamil dengan kecemasan yang tinggi ketika letak janin yang lintang atau sungsang.
hamil akan meningkatkan resiko hipertensi Jumlah ibu yang status kesehatannya baik
pada kehamilan (Suririnah, 2004). Resiko sebanyak 93.9% dan ibu yang beresiko tinggi
hipertensi dapat berupa terjadinya stroke, sebanyak 6.1%.
kejang, bahkan kematian pada ibu dan janin. Hasil wawancara dengan penanggung
Jika hal itu dibiarkan terjadi, maka angka jawab Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
mortalitas dan morbiditas pada ibu hamil akan RSUP Fatmawati, dapat disimpulkan bahwa
semakin meningkat. masih banyak ibu hamil yang merasa bingung,
Perawat mempunyai andil yang takut, cemas, dan khawatir terhadap
cukup besar dalam mengatasi masalah kehamilan dan proses persalinannya nanti.
tersebut. Perawat harus dapat mengenali Hal ini terutama bagi ibu primigravida dan

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 25


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

ibu yang mengalami komplikasi pada mengalami kecemasan dalam menghadapi


kehamilan. Hasil wawancara dengan salah persalinan.
satu pasien, G3P1A1, didapatkan bahwa Menurut Kushartanti, dkk. (2004),
pasien sangat cemas dan khawatir menghadapi kegelisahan dan kecemasan selama kehamilan
persalinannya yang semakin dekat merupakan kejadian yang tidak terelakkan,
dikarenakan dia mengalami komplikasi hampir selalu menyertai kehamilan, dan bagian
seperti Diabetes Mellitus dan hipertensi. dari suatu proses penyesuaian yang wajar
Selain itu riwayat kehamilan sebelumnya, terhadap perubahan fisik dan psikologis yang
janin yang dikandung meninggal pada usia terjadi selama kehamilan. Dengan makin tuanya
kehamilan delapan bulan, sehingga kehamilan, maka perhatian dan pikiran ibu hamil
memperberat kecemasannya. mulai tertuju pada sesuatu yang dianggap
klimaks, sehingga kegelisahan dan ketakutan yang
Keterbatasan Penelitian dialami ibu hamil akan semakin intensif saat
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini menjelang persalinan (Aprianawati, 2007).
meliputi: 2. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Umur
1. Penelitian ini menggunakan rancangan Dari hasil penelitian, distribusi
studi cross sectional, yang memiliki frekuensi umur ibu diperoleh data bahwa umur
kelemahan rawan terhadap bias, karena pada ibu yang termasuk kelompok high risk (<20 tahun
rancangan ini peneliti mengobservasi variabel dan >35 tahun) sebanyak 15.8% dan low risk (20-35
independen dan dependen secara bersamaan tahun) sebanyak 84.2%. Hal ini berarti sebagian
(pada periode yang sama). kecil ibu hamil beresiko mengalami kecemasan
2. Instrumen yang digunakan merupakan hasil dalam menghadapi persalinan. Tetapi disisi lain
modifikasi dari instrumen yang sudah ada menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil
sebelumnya, dan pernyataan yang ada dalam berada dalam umur yang baik secara fisik maupun
instrumen merupakan pernyataan tertutup, psikologis diharapkan telah siap dalam
sehingga bisa jadi pernyataan dalam menghadapi persalinan (umur 20-35 tahun).
instrumen ini belum mewakili apa yang Menurut Adjie dalam Tobing (2007),
dirasakan oleh responden. Namun peneliti hamil pada umur kurang dari 20 tahun
sudah meminimalkan hal tersebut dengan merupakan umur yang dianggap terlalu muda
melakukan uji validitas dan reliabilitas untuk bersalin. Baik secara fisik maupun
instrumen. psikologis, ibu hamil belum tentu siap
3. Saat dilakukan penelitian, ibu hamil sedang menghadapinya sehingga gangguan kesehatan
memeriksakan kehamilannya dan pengisian selama kehamilan bisa dirasakan berat. Hal ini
kuesioner dilakukan di sela-sela panggilan akan meningkatkan kecemasan yang dialaminya.
pemeriksaan, sehingga ada kemungkinan para Demikian juga yang terjadi pada ibu
ibu hamil tidak memiliki konsentrasi yang hamil dengan umur lebih dari 35 tahun, umur
cukup dalam pengisian kuesioner. ini digolongkan pada kehamilan beresiko tinggi
dimana keadaan fisik sudah tidak prima lagi
Analisa Univariat seperti pada umur 20-35 tahun. Di kurun umur
1. Gambaran Kecemasan Ibu Hamil Trimester III ini, angka kematian ibu melahirkan dan bayi
dalam Menghadapi Persalinan meningkat, sehingga akan meningkatkan
Berdasarkan hasil penelitian pada 158 kecemasan (Tobing, 2007).
orang ibu hamil trimester III di Poliklinik
Kebidanan dan Kandungan RSUP Fatmawati 3. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Graviditas
didapatkan data bahwa sebanyak 47.5% ibu hamil Hasil penelitian menunjukkan
tidak mengalami cemas dan 52.5% ibu hamil distribusi frekuensi kehamilan ibu diperoleh
mengalami cemas (cemas ringan 36.1%, sedang data bahwa ibu hamil pertama kalinya
15.8%, dan berat 0.6%). Data tersebut (primigravida) berjumlah 43% dan ibu hamil
menunjukkan bahwa sebagian dari ibu hamil untuk kedua kalinya/lebih (multigravida)

Hal | 26 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

sebanyak 57%. Hal ini berarti kedua kelompok Sebaliknya rendahnya pendidikan akan
ibu hamil akan mempunyai peluang yang menyebabkan seseorang mengalami stres,
sama untuk mengalami kecemasan dalam dimana stres dan kecemasan yang terjadi
menghadapi persalinan. disebabkan kurangnya informasi yang
Bagi primigravida, kehamilan yang didapatkan orang tersebut.
dialaminya merupakan pengalaman pertama
kali dan ketidaktahuan menjadi faktor 5. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Pekerjaan
penunjang terjadinya kecemasan sehingga Hasil penelitian menunjukkan distribusi
trimester III dirasakan semakin mencemaskan frekuensi pekerjaan ibu diperoleh data bahwa
karena semakin dekat dengan proses pekerjaan ibu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
persalinan. Sedangkan bagi multigravida, ibu hamil yang bekerja sebanyak 41.1% dan ibu
mungkin kecemasan berhubungan dengan hamil yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 58.9%.
pengalaman masa lalu yang pernah dialaminya Pekerjaan dapat menghasilkan penghasilan
(Kartono, 1992). yang akan menambah keuangan keluarga,
4. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Pendidikan sehingga ibu hamil benar-benar siap untuk
Dari hasil penelitian, distribusi menghadapi persalinannya nanti. Hal ini sesuai
frekuensi pendidikan ibu diperoleh data bahwa dengan pendapat Purwatmoko (2001), bahwa
pendidikan ibu dikelompokkan menjadi tiga, dengan peningkatan penghasilan maka
yaitu ibu yang berpendidikan dasar (SD-SLTP) pemeliharaan dan pelayanan kesehatan dapat
sebanyak 12%, pendidikan menengah (SMA terjamin. Seorang ibu dapat mengetahui semua
sederajat) sebanyak 39.2%, dan pendidikan informasi kesehatan mengenai dirinya dan bayi
tinggi (Akademi-PT) sebanyak 48.7%. Data yang ada dalam kandungannya, sehingga dapat
tersebut menunjukkan bahwa minoritas ibu menjalani kehamilan yang aman dan
hamil berpendidikan dasar sehingga beresiko menyenangkan, serta mencegah timbulnya
mengalami kecemasan dalam menghadapi kecemasan.
persalinan. Pekerjaan ibu hamil tidak hanya
Pendidikan merupakan kebutuhan menunjukkan tingkat sosial ekonomi,
dasar manusia yang sangat dibutuhkan untuk melainkan juga menunjukkan ada tidaknya
pengembangan diri dan peningkatan interaksi ibu hamil dalam masyarakat yang luas
kematangan intelektual seseorang. dan keaktifan pada organisasi tertentu, dengan
Kematangan intelektual ini berpengaruh pada asumsi ibu yang bekerja akan memiliki
wawasan dan berpikir seseorang, baik dalam pengetahuan yang lebih tinggi dan lebih cepat
tindakan yang dapat dilihat maupun dalam untuk menerima informasi daripada ibu yang
cara pengambilan keputusan. Tingkat tidak bekerja.
pendidikan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk 6. Gambaran Kecemasan Berdasarkan Status
lebih mudah menerima ide teknologi baru Kesehatan
(Notoatmodjo, 2003). Dari hasil penelitian, distribusi frekuensi
Semakin tinggi pendidikan seseorang, status kesehatan ibu diperoleh data bahwa status
maka akan semakin berkualitas kesehatan ibu dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pengetahuannya dan semakin matang status kesehatan normal sebanyak 84.8% dan status
intelektualnya. Mereka cenderung lebih kesehatan tidak normal (letak lintang/sungsang,
memperhatikan kesehatan dirinya dan pre eklampsi, CPD, plasenta previa, mioma, dan
keluarganya (Depkes, 1999). Hal senada juga HIV) sebanyak 15.2%. Bagi seorang ibu yang
diungkapkan oleh Purwatmoko (2001), mengalami gangguan kesehatan selama
dimana semakin tinggi tingkat pendidikan kehamilan, tentunya akan mengalami kecemasan
seseorang semakin besar peluang untuk dalam menghadapi persalinan.
mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Bagi ibu hamil yang memiliki janin
dengan resiko tinggi untuk kelainan bawaan,

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 27


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

kecemasan makin meningkat, sedangkan ibu Odds Ratio 0.374 yang berarti bahwa ibu
hamil dengan komplikasi kehamilan adalah dua multigravida menurunkan resiko terjadinya
kali cenderung memiliki ketakutan terhadap kecemasan sebesar 0.374 kali dibandingkan dengan
kelemahan bayi mereka atau menjadi depresi primigravida. Graviditas terbukti dapat
(Burger dkk.,1993; dalam Jayalangkara, 2005). mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam
menghadapi persalinan. Oleh sebab itu
C. Analisa Bivariat proporsi kecemasan lebih banyak terjadi pada
1. Hubungan Umur dengan Kecemasan primigravida karena kehamilan yang
Seorang ibu hamil diharapkan dialaminya merupakan pengalaman pertama
memiliki umur yang baik secara fisik maupun kali dan ketidaktahuan menjadi faktor
psikologis telah siap dalam menghadapi penunjang terjadinya kecemasan, sehingga
persalinan sehingga tidak mengalami trimester III dirasakan semakin mencemaskan
kecemasan. Penelitian membuktikan bahwa karena semakin dekat dengan proses
persentase umur ibu diketahui sebagian kecil persalinan. Sedangkan ibu yang pernah hamil
ibu hamil tergolong high risk yaitu sebanyak sebelumnya (multigravida), mungkin
15.8%. kecemasan berhubungan dengan pengalaman
Proporsi ibu hamil yang mengalami masa lalu yang pernah dialaminya (Kartono,
kecemasan ternyata seimbang antara ibu yang 1992).
tergolong high risk (56%) dengan ibu yang
tergolong low risk (51.9%). Namun pada 3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kecemasan
penelitian ini, tidak ada hubungan yang Persentase tingkat pendidikan
bermakna antara umur ibu dengan kecemasan diketahui bahwa minoritas ibu hamil
dalam menghadapi persalinan. berpendidikan dasar (SD-SLTP) sebanyak 12%
Hasil penelitian tersebut dapat sehingga beresiko mengalami kecemasan dalam
menunjukkan bahwa umur tidak banyak menghadapi persalinan. Dimana diketahui
mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam bahwa proporsi pendidikan ibu dengan
menghadapi persalinan. Ternyata hasil kecemasan menunjukkan ada sebanyak 64.5%
penelitian tidak semuanya sama dengan ibu berpendidikan menengah mengalami
teori yang ada. Hal ini kemungkinan kecemasan lebih banyak dibandingkan ibu
disebabkan karena distribusi sampel yang berpendidikan dasar (47.4%) dan ibu berpendidikan
kurang merata dimana jumlah ibu yang tinggi (44.2%).
tergolong high risk lebih sedikit daripada ibu Pada penelitian ini, ada hubungan yang
yang tergolong low risk yaitu 15.8%, atau bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan
karena kurangnya informasi bagi ibu hamil kecemasan dalam menghadapi persalinan. Analisis
mengenai usia resiko tinggi untuk kehamilan keeratan hubungan dua variabel didapatkan Odds
dan persalinan. Ratio bahwa ibu berpendidikan menengah
meningkat resiko ketidakcemasannya sebesar
2. Hubungan Graviditas dengan Kecemasan 2.020 kali dibandingkan dengan ibu
Hasil penelitian menunjukkan berpendidikan dasar. Ibu berpendidikan tinggi
persentase graviditas diketahui kurang dari mempunyai peluang 0.879 kali untuk menurun
setengah responden yang diteliti merupakan kecemasannya dibandingkan dengan ibu
primigravida (43%). Proporsi ibu hamil yang berpendidikan dasar.
mengalami kecemasan ternyata lebih tinggi Dari hasil penelitian terlihat bahwa
dialami oleh primigravida sebanyak 66.2% pada ibu hamil yang berpendidikan dasar dan
dibandingkan multigravida yang mengalami menengah cenderung lebih banyak mengalami
kecemasan sebanyak 42.2%. kecemasan daripada ibu berpendidikan tinggi.
Pada penelitian ini, ada hubungan yang Ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat
bermakna antara graviditas dengan kecemasan pendidikan seseorang maka mereka dapat berfikir
dalam menghadapi persalinan. Dimana nilai

Hal | 28 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

secara rasional dan menahan emosi mereka dengan terjamin. Ibu hamil senantiasa memeriksakan
baik sehingga kecemasan mereka dapat berkurang. kehamilannya secara rutin, merencanakan
Ibu yang berpendidikan tinggi, persalinan di tenaga kesehatan, dan melakukan
cenderung lebih memperhatikan kesehatan persiapan lainnya dengan baik.
dirinya dan keluarganya (Depkes, 1999). Hal
senada juga diungkapkan oleh Purwatmoko 5. Hubungan Status Kesehatan dengan Kecemasan
(2001), dimana semakin tinggi tingkat pendidikan Persentase status kesehatan diketahui
seseorang semakin besar peluang untuk mencari lebih dari setengah responden yang diteliti
pengobatan ke pelayanan kesehatan. Sebaliknya merupakan ibu dengan status kesehatan normal
rendahnya pendidikan akan menyebabkan (84.8%). Dimana diketahui bahwa proporsi status
seseorang mengalami stres, dimana stres dan kesehatan ibu dengan kecemasan antara ibu yang
kecemasan yang terjadi disebabkan kurangnya status kesehatannya tidak normal (58.3%) dengan
informasi yang didapatkan orang tersebut. ibu yang status kesehatannya normal (51.5%)
adalah seimbang. Namun pada penelitian ini,
4. Hubungan Pekerjaan dengan Kecemasan tidak ada hubungan yang bermakna antara
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status kesehatan ibu dengan kecemasan dalam
persentase pekerjaan ibu diketahui lebih dari menghadapi persalinan.
setengah responden yang diteliti merupakan ibu Hasil penelitian tersebut dapat
yang tidak bekerja (IRT) sebanyak 58.9%. menunjukkan bahwa status kesehatan ibu
Sedangkan proporsi ibu hamil yang mengalami tidak banyak mempengaruhi kecemasan
kecemasan antara ibu hamil yang bekerja (44.6%) dalam menghadapi persalinan. Padahal bagi
dengan ibu hamil yang tidak bekerja (58.1%) seorang ibu yang mengalami gangguan
hampir seimbang. Pada penelitian ini, tidak ada kesehatan tentunya akan lebih banyak
hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu mengalami kecemasan (Burger dkk dalam
dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. Jayalangkara (2005)).
Hasil penelitian tersebut dapat Tapi ternyata hasil penelitian tidak
menunjukkan bahwa pekerjaan tidak banyak semuanya sama dengan teori yang ada. Hal ini
mempengaruhi kecemasan dalam menghadapi disebabkan karena distribusi sampel yang kurang
persalinan. Hal ini kemungkinan disebabkan merata dimana jumlah ibu dengan status
karena ibu hamil yang bekerja maupun yang tidak kesehatan tidak normal lebih sedikit daripada
bekerja sama-sama mempunyai adaptasi yang baik ibu dengan status kesehatan normal yaitu 15.2%.
terhadap perubahan yang terjadi selama kehamilan, Selain itu, kemungkinan status kesehatan yang
sehingga perubahan tersebut tidak terlalu dialami ibu hamil tidak terlalu mempengaruhi
mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis kecemasan karena mereka sudah memeriksakan
ibu dalam menghadapi persalinan. Selain itu, kehamilannya secara teratur dan sesuai dengan
kemungkinan didukung oleh faktor sosial ekonomi prosedur yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan.
keluarga yang cukup sehingga status kesehatan ibu

3. Hasil penelitian didapat bahwa dari lima Saran


variabel yang diteliti, tiga variabel ternyata tidak 1. Untuk Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
dapat membuktikan adanya hubungan yaitu RSUP Fatmawati
umur (p=0.873), pekerjaan (p=0.133), dan status Agar menyediakan jasa konsultasi yamg
kesehatan (p=0.692) dengan kecemasan dalam berguna bagi ibu hamil untuk dapat terhindar
menghadapi persalinan. Sedangkan variabel yang dari kecemasan dalam menghadapi persalinan
lain, yaitu graviditas (p=0.005) dan tingkat
pendidikan (p=0.05) secara statistik dapat 2. Untuk Tenaga Kesehatan
membuktikan adanya hubungan yang signifikan a. Meningkatkan peran serta perawat/bidan
dengan kecemasan dalam menghadapi persalinan. dalam memberikan promosi kesehatan kepada

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 29


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

ibu hamil pada saat antenatal care tentang proses


kehamilan dan persalinan. PENUTUP
b. Menganjurkan pada ibu hamil khususnya Kesimpulan
primigravida dan ibu berpendidikan rendah Berdasarkan hasil penelitian dan
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
teratur, sehingga ibu hamil tersebut lebih 1. Dalam penelitian ini, ibu hamil trimester III di
mengetahui informasi mengenai kehamilan Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSUP
dan kesehatannya. Fatmawati yang menjadi sampel pada umumnya
c. Perawat maupun tenaga kesehatan lainnya mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan
disarankan untuk meningkatkan caring dan (52.5%) dan sisanya tidak mengalami kecemasan
empati pada ibu hamil, terutama bagi (47.5%).
primigravida dan ibu berpendidikan rendah 2. Gambaran variabel menurut karakteristik ibu
yang sangat membutuhkan informasi lebih hamil trimester III yaitu:
mengenai kehamilan dan persalinannya untuk a. Menurut umur, ibu yang tergolong high risk (<20
mengatasi kecemasan. th dan >35 th) sebanyak 15.8% dan low risk (20-35
3. Untuk Pendidikan Keperawatan tahun) sebanyak 84.2%
Lebih meningkatkan dan b. Menurut graviditas yaitu primigravida (43%)
mengembangkan ilmu khususnya ilmu dan multigravida (57%)
keperawatan maternitas dan keperawatan jiwa c. Menurut tingkat pendidikan, ibu dengan
tentang kecemasan pada ibu hamil trimester III pendidikan dasar (SD-SLTP) sebanyak 12%,
dalam menghadapi persalinan agar dapat pendidikan menengah (SMA sederajat) sebanyak
memberikan asuhan keperawatan secara optimal. 39.2%, dan pendidikan tinggi (Akademi-PT) sebanyak
4. Untuk Peneliti Lain 48.7%
Disarankan perlu adanya penelitian d. Menurut pekerjaan yaitu ibu hamil yang
lebih lanjut tentang kecemasan ibu hamil tidak bekerja (58.9%) dan ibu hamil yang bekerja
trimester III dalam menghadapi persalinan dengan (41.1%)
desain yang berbeda (misalnya Kohort) dan e. Menurut status kesehatan yaitu status
variabel-variabel yang belum diteliti dalam kesehatan normal (84.8%) dan status kesehatan
penelitian ini (misalnya dukungan keluarga, tidak normal (15.2%)
pengetahuan, kepercayaan, keyakinan, perubahan
fisiologis, dan psikologis) yang diduga
berhubungan erat dengan kecemasan dalam
menghadapi persalinan.
Arikunto, S. Prosedur penelitian, suatu pendekatan
REFERENSI praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Al-Atiq, M. Hamil tanpa masalah. Diunduh dari: Astuti, Ratna. Faktor-faktor penyebab kecemasan
http://baitijannati.wordpress.com/2007/05 primigravida di Puskesmas Tanjung Sari
/28/hamil-tanpa-masalah/ (diakses 1 Juni Sumedang (Skripsi). Bandung: Fakultas
2009), 2007. Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran,
Amir, Achsin. Untukmu ibu tercinta. Bogor: Prenada, 2005.
2003. Benson, R.C., Psychologic aspects of obstetric and
Aprianawati, R.B. Hubungan antara dukungan keluarga gynecology in Current Obstetric and
dengan kecemasan ibu hamil menghadapi Gynecology Diagnosis and Treatment, 6 th Ed.
kelahiran anak pertama pada masa triwulan California: Lange Medical, 1984.
ketiga. Diunduh dari: Bobak, L.M; D.L Lowdermilk; and M.D Jensen.
http://74.125.153.132/search?q=cache:lUaWi Keperawatan maternitas Edisi 4. Alih bahasa
hA6M_sJ:rac.uii.ac.id/ (diakses 10 Juni 2009), Wijayarini, M.A & Anugerah, P. I. Jakarta:
2007. EGC, 2004.

Hal | 30 Jurnal Ilmiah Kebidanan Akademi Kebidanan Panca Bhakti


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

Danang. Tanda bahaya kehamilan. Diunduh dari: Kushartanti, W., Soekamti, E. R., &
http://masdanang.co.cc/?p=22 (diakses 21 Sriwahyuniati, C. F. Senam hamil:
April 2009), 2008. menyamankan kehamilan, mempermudah
Depkes RI. Indonesia sehat 2010. Jakarta, 1999. persalinan. Yogyakarta: Lintang Pustaka, 2004.
Dinkes Jabar. Akibat "Beban Ganda" Perempuan rentan Lestaringsih, S. Peran pria dalam kehamilan. Diunduh
Stres. Diunduh dari: dari: http://www.ayahbunda.com (diakses
http://www.google//pikiranrakyatbandu 10 Juni 2009 ), 2006.
ng.com (diakses 1 Agustus 2009), 2003. Manuaba, Ida Bagus Gede. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Dinkes Kaltim. Diunduh dari: kandungan dan keluarga berencana untuk
http://dinkeskaltim.com/ (diakses 1 pendidikan Bidan. Jakarta: EGC, 1998.
Agustus 2009), 2008. Maramis, Willy F. Catatan ilmu Kedokteran jiwa
Farrer, Helen. Perawatan maternitas Edisi 2. Jakarta: Cetakan 9. Surabaya: Airlangga University
EGC, 2001. Press, 2005.
Gorrie, T.M., McKinney, E.S., & Murray, S. Nursalam. Konsep dan penerapan metode penelitian
Foundations of maternal newborn/ /nursing/. 2 ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika,
nd Ed. United States of America: W.B. Saunders 2008.
Company, 1998. Notoatmodjo, S. Metode penelitian kesehatan. Jakarta:
Hamilton, Persis Mary. Dasar-dasar keperawatan Rineka Cipta, 2002.
maternitas Edisi 6. Alih bahasa Asih, Ni Luh _____, Pendidikan dan perilaku kesehatan, Jakarta : Rineka
Gede Yasmin. Jakarta: EGC, 1995. Cipta, 2003.
Hasuki, I. Trauma kehamilan dan pengaruhnya Simkin, Penny. Panduan lengkap kehamilan,
pada janin. Diunduh dari: Melahirkan, dan Bayi Edisi Revisi. Jakarta:
http://www.tabloid- Arcan, 2007.
nakita.com/artikel.php3?edisi=05234&rub Stuart, G.W and Sundeen, S.J; alih bahasa
rik=kecil (diakses 15 Mei 2009), 2007. Ramona,dkk. Buku saku keperawatan Jiwa Edisi 3.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode penelitian Jakarta: EGC, 1998.
keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Sulaiman, Sastra Winata. Obstetri fisiologi. Bandung:
Salemba Medika, 2008. Universitas Padjajaran, 1983.
Jayalangkara, A. Gangguan jiwa pada kehamilan. Suririnah. Stres dalam kehamilan berpengaruh buruk.
Diunduh dari: Diunduh dari:
http://74.125.153.132/search?q=cache:OjjSB http://www.infoibu.com/mod.php?mod=
xtA3sYJ:med.unhas.ac.id/ (diakses 27 Mei publisher&op=viewarticle&artid=27
2009), 2005. (diakses 1 Juni 2009), 2004.
Kaplan, H.I and Saddock, B.J. Ilmu kedokteran jiwa Tobing, Nia L., Hamil di usia 20, 30, atau 40 an.
darurat. Jakarta: Widya Medika, 1998. Diunduh dari:
Kartono, K. Psikologi Wanita: Mengenal wanita http://ww3.yuwie.com/blog/?id=67503
sebagai ibu dan nenek. Bandung: Mandar (diakses 10 Juni 2009), 2007.
Maju, 1992.
Wangmuba. Pengertian kecemasan. Diunduh dari: Yuliana, Stefania Wednesdya. Gambaran tingkat
http://wangmuba.com/2009/02/13/peng kecemasan ibu Hamil trimester III di UPT
ertian-kecemasan/ (diakses 21 April 2009), Ibrahim Adjie Kota Bandung (Skripsi).
2009. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan
Wiknjosastro, H. Ilmu kebidanan Edisi 3 Cetakan 2. Universitas Padjajaran, 2008.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Zung, W.W.K. Rating Anxiety for anxiety disorder
Prawirohardjo, 1992. physychosomatic. USA: Mosby Company,
1997.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 31


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT


(PHBS) DALAM RUMAH TANGGA

oleh
Yuliustina

ABSTRAK
Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang lebih sehat, masyarakat diajak berkomitmen untuk
melakukan hidup sehat melalui perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan
informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan pimpinan (Advokasi), bina suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat
(Empowerment). Sehingga keluarga dan masyarakat itu dapat menolong dirinya sendiri dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dengan menerapkannya terlebih dahulu di
lingkungan rumah tangga, maka otomatis akan lebih mudah menerapkan ke lingkungan yang lebih
luas lagi, yaitu masyarakat. Karena kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang
tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena
itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta
diperjuangkan oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).

Kata Kunci : pengetahuan keluarga, perilaku hidup bersih dan sehat

PENDAHULUAN berkomitmen untuk melakukan hidup sehat


Hidup sehat adalah hal yang melalui perilaku hidup bersih dan sehat.
seharusnya diterapkan oleh setiap orang, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah
mengingat manfaat yang ditimbulkan akan upaya untuk memberikan pengalaman belajar
sangat banyak, mulai dari konsentrasi kerja, atau menciptakan suatu kondisi bagi
kesehatan dan kecerdasan anak sampai perorangan, keluarga, kelompok dan
dengan keharmonisan keluarga. Menciptakan masyarakat, dengan membuka jalur
hidup sehatpun sangatlah mudah serta komunikasi, memberikan informasi dan
murah, mengingat biaya yang harus melakukan edukasi, untuk meningkatkan
dikeluarkan untuk pengobatan apabila pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
mengalami gangguan kesehatan cukup mahal. pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
Setiap manusia yang hidup di dunia suasana (Social Support) dan pemberdayaan
ini memerlukan lingkungan yang bersih dan masyarakat (Empowerment).
sehat agar dapat memberikan kenyamanan Sehingga keluarga dan masyarakat itu
hidup. Oleh karena itu, manusia wajib peduli dapat menolong dirinya sendiri dan berperan
terhadap lingkungan dengan cara menjaga, aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
memelihara dan menciptakan lingkungan masyarakat. Dengan demikian masyarakat
hidup yang baik. dapat mengenali dan mengatasi masalahnya
Perilaku merupakan wujud tindakan sendiri, terutama dalam tatanan masing-
seseorang berdasarkan pemahaman dan masing, dan masyarakat/dapat menerapkan
kemauan terhadap sesuatu yang dihadapi. cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
Sedangkan lingkungan hidup merupakan memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
wahana dimana mahluk dapat bertahan dan Rumah Tangga merupakan unit
berkembang biak. terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup
Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang bersih dan sehat selayaknya harus
yang lebih sehat, masyarakat diajak diterapkan dan ditanamkan kepada seluruh

Hal | 32 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

anggota keluarga. Peranan keluarga dalam Definisi PHBS di Rumah Tangga


sebuah rumah memegang kunci utama untuk Pengertian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
meningkatkan kualitas kesehatan sejak dini. :
Karena jika keluarga sehat, akan membentuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
masyarakat yang sehat pula. Untuk itu, Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
harus diawali dari dalam rumah sendiri. dilakukan atas kesadaran sehingga anggota
Dengan menerapkannya terlebih keluarga atau keluarga dapat menolong
dahulu di lingkungan rumah tangga, maka dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat
otomatis akan lebih mudah menerapkan ke berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan
lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan–
masyarakat. Karena kondisi sehat dapat kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI,
dicapai dengan mengubah perilaku dari yang 2007).
tidak sehat menjadi perilaku sehat, dan
menciptakan lingkungan sehat di rumah Pengertian (Perilaku Hidup Bersih Dan
tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu Sehat) PHBS di Rumah Tangga :
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap PHBS di Rumah Tangga adalah upaya
anggota rumah tangga serta diperjuangkan untuk memberdayakan anggota rumah tangga
oleh semua pihak secara keseluruhan agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
(totalitas) perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
Tujuan PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
Adapun tujuan dari diselesaikannya mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah
makalah ini adalah : tangga sehat berarti mampu menjaga,
 Menyelesaikan dan melengkapi tugas meningkatkan, dan melindungi kesehatan
mata kuliah PKIP setiap anggota rumah tangga dari gangguan
 Menambah pengetahuan pembaca ancaman penyakit dan lingkungan yang
mengenai Prilaku Hidup Bersih dan kurang kondusif untuk hidup sehat (Depkes
Sehat khususnya di dalam rumah RI, 2007).
tangga PHBS merupakan salah satu strategi
 Mengetahui definisi dari Prilaku yang dapat ditempuh untuk menghasilkan
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah kemandirian di bidang kesehatan baik pada
Tangga masyarakat maupun pada keluarga, artinya
 Mengetahui tujuan dari Prilaku Hidup harus ada komunikasi antara kader dengan
Bersih dan Sehat di Rumah Tangga keluarga/masyarakat untuk memberikan
 Mengetahui manfaat dari Prilaku informasi dan melakukan pendidikan
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah kesehatan (Depkes RI, 2007).
Tangga
 Mengetahui sasaran dari Prilaku Tujuan PHBS di Rumah Tangga
Tujuan Umum :
Hidup Bersih dan Sehat di Rumah
Tangga Meningkatnya rumah tangga sehat di
desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
 Mengetahui indikator-indikator
Tujuan Khusus :
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat di
 Meningkatkan pengetahuan, kemauan
Rumah Tangga
dan kemampuan anggota rumah
 Mengetahui persentasse pencapaian
tangga untuk melaksanakan PHBS.
rumah tangga yang berPHBS di
Indonesia  Berperan aktif dalam gerakan PHBS di
masyarakat.
PEMBAHASAN
Manfaat PHBS di Rumah Tangga

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 33


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Manfaat PHBS bagi rumah tangga : Pertolongan persalinan oleh tenaga


 Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatan adalah pertolongan persalinan
kesehatannya dan tidak mudah sakit dalam rumah tangga yang dilakukan oleh
 Anak tumbuh sehat dan cerdas tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga
 Produktivitas kerja anggota keluarga para medis lainnya). Tenaga kesehatan
meningkat dengan meningkatnya merupakan orang yang sudah ahli dalam
kesehatan anggota rumah tangga membantu persalinan, sehingga keselamatan
maka biaya yang dialokasikan untuk Ibu dan bayi lebih terjamin.
kesehatan dapat dialihkan untuk Apabila terdapat kelainan dapat
biaya investasi seperti biaya diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
pendidikan, pemenuhan gizi keluarga Puskesmas atau rumah sakit. Persalinan yang
dan modal usaha untuk peningkatan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan
pendapatan keluarga. peralatan yang aman, bersih, dan steril
sehingga mencegah terjadinya infeksi dan
Manfaat PHBS bagi masyarakat : bahaya kesehata lainnya.
 Masyarakat mampu mengupayakan Apa tanda – tanda persalinan :
lingkungan yang sehat  Ibu mengalami mulas-mulas yang
 Masyarakat mampu mencegah dan timbulnya semakin sering dan
menanggulangi masalah-masalah semakin kuat
kesehatan  Rahim terasa kencang bila diraba
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan terutama pada saat mulas
kesehatan yang ada.  Keluar lendir bercampur darah dari
 Masyarakat mampu mengembangkan jalan lahir
Upaya Kesehatan Bersumber  Keluar cairan ketuban yang berwarna
Masyarakat (UKBM) seperti jernih kekuningan dari jalan lahir
posyandu, jaminan pemeliharaan  Merasa seperti mau buang air besar
kesehatan, tabungan bersalin
(tabulin), arisan jamban, kelompok Bila ada salah satu tanda persalinan
pemakai air, ambulans desa dan lain- tersebut, yang harus dilakukan adalah :
lain.  Segera hubungi tenaga kesehatan
(bidan/dokter)
Sasaran PHBS di Rumah Tangga  Tetap tenang dan tidak bingung
Sasaran PHBS di Rumah Tangga  Ketika merasa mulas bernapas
adalah seluruh anggota keluarga yaitu : panjang, mengambil napas melalui
1. Pasangan Usia Subur hidung dan mengeluarkan melalui
2. Ibu Hamil dan Ibu Menyusui mulut untuk mengurangi rasa sakit.
3. Anak dan Remaja
4. Usia Lanjut .Tanda bahaya persalinan :
5. Pengasuh Anak  Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak
terasa mulas
Indikator PHBS di Rumah Tangga  Keluar darah dari jalan lahir sebeium
Pembinaan PHBS di rumah tangga melahirkan
dilakukan untuk mewujudkan Rumah Tangga  Tali pusat atau tangan/kaki bayi
Sehat. Rumah Tangga Sehat adalah rumah terlihat pada jalan lahir
tangga yang memenuhi 7 indikator PHBS dan  Tidak kuat mengejan
3 indikator Gaya Hidup Sehat sebagai berikut :  Mengalami kejang-kejang
 Air ketuban keluar dari jalan lahir
Tujuh Indikator PHBS di Rumah Tangga : sebelum terasa mulas

Hal | 34 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

 Air ketuban keruh dan berbau menyusui tidak perlu dibatasi,


 Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar dan berikan ASI dari kedua
 Gelisah atau mengalami kesakitan payudara secara bergantian.
yang hebat d) Berikan hanya ASI saja hingga
bayi berusia 6 bulan. Setelah
Bayi diberi ASI eksklusi bayi berusia 6 bulan, selain ASI
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberikan pula Makanan
diberi ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan. Pendamping ASI (MP-ASI)
ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dalam bentuk makanan lumat
dengan kandungan gizi yar cukup dan dan jumlah yang : sesuai dengan
sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi perkembangan umur bayi.
tumbuh dan berkembang dengan baik. Air 5.Pemberian ASI tetap
Susu Ibu pertama berupa cairan bening dilanjutkan hingga bayi berusia
berwarna kekuningan (kolostrum), sangat 2 tahun. :

baik untuk bayi karena mengandung zat


kekebalan terhadap penyakit Bagiamana cara menyusui yang benar :
Apa saja keunggulan ASI : a) Sebelum menyusui bayi, terlebih
a) Mengandung zat gizi sesuai dahulu ibu mencuci kedua
kebutuhan bayi untuk pertumbuhan tangannya dengan menggunakan
dan perkembangan fisik serta air bersih dan sabun sampai bersih.
kecerdasan. b) Lalu bersihkan kedua puting susu
b) Mengandung zat kekebalan. dengan kapas yang telah direndam
c) Melindungi bayi dari alergi. terlebih dahulu dengan air hangat.
d) Aman dan terjamin kebersihannya, c) Waktu menyusui bayi, sebaiknya
karena langsung disusukan kepada ibu duduk atau berbaring dengan
bayi dalam keadaan segar. santai, pikiran ibu harus dalam
e) Tidak akan pemah basi, mempunyai keadaan tenang (tidak tegang).
suhu yang tepat dan dapat diberikan d) Pegang bayi pada belakang
kapan saja dan di mana saja. bahunya, tidak pada dasar kepala.
f) Membantu memperbaiki refleks e) Upayakan badan bayi menghadap
menghisap, menelan dan pernapasan kepada badan ibu, rapatkan dada
bayi. bayi dengan dada ibu atau bagian
bawah payudara ibu.
Kapan dan bagaimana ASI diberikan : f) Tempelkan dagu bayi pada
a) Sebelum menyusui ibu harus payudara ibu.
yakin mampu menyusui bayinya g) Jauhkan hidung bayi dari payudara
dan mendapat dukungan dari ibu dengan cara menekan pantat
keluarga. bayi dengan lengan ibu bagian
b) Bayi segera diteteki/disusui dalam.
sesegera mungkin paling lambat h) Bayi disusui secara bergantian dari
30 menit setelah melahirkan susu sebelah kiri, lalu ke sebelah
untuk merangsang agar ASI kanan sampai bayi merasa kenyang.
cepat keluar dan menghentikan i) Setelah selesai menyusui, mulut
pendarahan. bayi dan kedua pipi bayi
c) Teteki/susui bayi sesering dibersihkan dengan kapas yang
mungkin sampai ASI keluar, telah direndam air hangat.
setelah itu berikan ASI sesuai j) Sebelum ditidurkan, bayi harus
kebutuhan bayi, waktu dan lama disendawakan dulu supaya udara

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 35


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

yang terhisap bisa keluar dengan


cara meletakkan bayi tegak lurus Penimbangan bayi dan balita
pada ibu dan perlahan-lahan diusap Penimbangan bayi dan balita
belakangnya sampai bersendawa. dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan
Udara akan keluar dengan setiap bulan dan mengetahui apakah bayi dan
sendirinya. balita berada pada kondisi gizi kurang atau
gizi buruk.
Apa manfaat memberikan ASI? Penimbangan bayi dan balita dilakukan
a) Bagi Ibu: setiap buian mulai umur 1 bulan sampai 5
 Menjalin hubungan kasih sayang tahun di Posyandu. Manfaat penimbangan
antara ibu dengan bayi balita setiap bulan di Posyandu :
 Mengurangi pendarahan setelah  Untuk mengetahui apakah balita
persalinan, tumbuh sehat.
 Mempercepat pemulihan kesehatan  Untuk mengetahui dan mencegah
ibu. gangguan pertumbuhan balita.
 Menunda kehamilan berikutnya.  Untuk mengetahui balita yang sakit,
 Mengurangi risiko terkena kanker (demam/batuk/pilek/diare), berat
payudara. badan dua bulan berturut-turut tidak
 Lebih praktis karena ASI lebih mudah naik, balita yang berat badannya BGM
diberikan pada setiap saat bayi (Bawah Garis Merah) dan dicurigai
membutuhkan Gizi buruk sehingga dapat segera
b) Bagi bayi : dirujuk ke Puskesmas.
 Bayi lebih sehat, lincah dan tidak  Untuk mengetahui kelengkapan
cengeng Imunitasi.
 Bayi tidak sering sakit  Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
c) Bagi Keluarga :
 Praktis dan tidak perlu mengeluarkan Mencuci tangan dengan air dan sabun
biaya untuk pembelian susu formula Mengapa harus mencuci tangan dengan
dan perlengkapannya. menggunakan air bersih dan sabun :
 Tidak perlu waktu dan tenaga untuk  Air yang tidak bersih banyak
menyediakan susu formula, misalnya mengandung kuman dan bakteri
merebus air dan pencucian peralatan. penyebab penyakit Bila digunakan,
kuman berpindah ke tangan. Pada
Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah saat makan, kuman dengan cepat
produksi ASI: masuk ke dalam tubuh, yang bisa
a) Mengkonsumsi makanan bergizi menimbulkan penyakit.
seimbang, banyak makan sayuran dan  Sabun dapat membersihkan kotoran
buah-buahan. Makan lebih banyak dan membunuh kuman, karena tanpa
dari biasanya. sabun kotoran dan kuman masih
b) Banyak minum air putih paling tertinggal di tangan.
sedikit 8 gelas sehari.
c) Cukup istirahat dengan tidur Manfaat mencuci tangan :
siang/berbaring selama 1 -2 jam dan  Membunuh kuman penyakit yang ada
menjaga ketenangan pikiran, di tangan.
d) Susui bayi sesering mungkin dan  Mencegah penularan penyakit seperti
kedua payudara kin dan kanan secara Diare, Kolera Disentri, Typhus,
bergantian hingga bayi tenang dan kecacingan, penyakit kulit, Infeksi
puas. Saluran Pemapasan Akut (ISPA), flu

Hal | 36 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

burung atau Severe Acute Respiratory  Tidak ada serangga, (kecoa, lalat) dan
Syndrome (SARS) tikus yang berkeliaran,
 Tangan menjadi bersih dan bebas dari  Tersedia alat pembersih (sabun, sikat,
kuman. dan air bersih).
 Bila ada kerusakan, segera diperbaiki.
Menggunakan air bersih
Air yang kita pergunakan sehari-hari Rumah bebas jentik
untuk minum, memasak, mandi, berkumur, Rumah bebas Jentik adalah rumah
membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan
mencuci pakaian, dan sebagainya haruslah Jentik secara berkala tidak terdapat Jentik
bersih, agar kita tidak terkena penyakit atau nyamuk. Yang perlu dilakukan agar Rumah
terhindar dari penyakit. Bebas Jentik :
a) Lakukan Pemberantasan Sarang
Menggunakan jamban sehat Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus
Jamban adalah suatu ruangan yang (Menguras, Menutup, Mengubur, plus
mempunyai fasilitas pembuangan kotoran Menghindari gigitan nyamuk).
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau b) PSN merupakan kegiatan
tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa memberantas telur, jentik, dan
leher angsa (cemplung) yang dilengkapi kepompong nyamuk penular berbagai
dengan unit penampungan kotoran dan air penyakit seperti Denam Berdarah
untuk membersihkannya. Dengue, Chikungunya, Malaria,
Syarat jamban sehat : Filariasis (Kaki Gajah} di tempat-
 Tidak mencemari sumber air minum tempat perkembangbiakannya.
(jarak antara sumber air minum c) 3 M Plus adalah tiga cara plus yang
dengan lubang penampungan dilakukan pada saat PSN yaitu:
minimal 10 meter)  Menguras dan menyikat tempat-
 Tidak berbau. tempat penampungan air seperti
 Kotoran tidak dapat dijamah oleh bak mandi, tatakan kulkas,
serangga dan tikus. tatakan pot kembang dan tempat
 Tidak mencemari tanah disekitarnya. air minum burung.
 Mudah dibersihkan dan aman  Menutup rapat-rapat tempat
digunakan. penampungan air seperti lubang
 Dilengkapi dinding dan atap bak kontrol, lubang pohon,
pelindung. lekukan-lekukan yang dapat
 Penerangan dan ventilasi cukup. menampung air hujan.
 Lantai kedap air dan luas ruangan  Mengubur atau menyingkirkan
memadai. barang-barang bekas yang dapat
 Tersedia air, sabun, dan alat menampung air seperti ban
pembersih. bekas, kaleng bekas, plastik-
plastik yang dibuang
Cara memelihara jamban sehat : sembarangan (bekas botol/gelas
 Lantai jamban hendaknya selalu akua, plastik kresek,dll)
bersih dan tidak ada genangan air.
 Bersihkan jamban secara teratur Tiga Indikator Gaya Hidup Sehat
sehingga ruang jamban dalam Makan buah dan sayur setiap hari
keadaan bersih. Setiap anggota rumah tangga
 Di dalam jamban tidak ada kotoran mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2
yang terlihat. porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 37


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Makan sayur dan buah setiap hari sangat Provinsi dengan persentase PHBS
penting, karena: yang rendah adalah :
 Mengandung vitamin dan mineral,  Sumatera Barat (17,97%)
yang mengatur pertumbuhan dan  Banten (21,37%)
pemeliharaan tubuh.  Papua Barat (27,34%).
 Mengandung serat yang tinggi. sumber : profil kesehatan Indonesia Tahun 2009

Melakukan aktivitas fisik setiap hari PENUTUP


Aktivitas fisik adalah melakukan Kesimpulan
pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan PHBS di Rumah Tangga adalah upaya
pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi untuk memberdayakan anggota rumah tangga
pemeliharaan kesehatan fisik, mental, dan agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan
sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.
dilakukan secara teratur paling sedikit 30 PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
menit dalam sehari, sehingga, dapat mencapai Rumah Tangga Sehat di desa
menyehatkan jantung, paru-paru serta alat kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
tubuh lainnya. Kegiatan PHBS ini sendiri memiliki manfaat
baik bagi rumah tangga itu sendiri maupun
Tidak merokok dalam rumah masyarakat. Sasaran dari kegiatan PHBS
Setiap anggota keluarga tidak boleh rumah tangga ini adalah : Pasangan Usia
merokok di dalam rumah. Rokok ibarat pabrik Subur, Ibu Hamil dan Ibu Menyusui, Anak
bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang dan Remaja, Usia Lanjut, Pengasuh Anak.
diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga
kimia berbahaya, di antaranya yang paling yang melakukan 10 (sepuluh) PHBS di Rumah
berbahaya adalah Nikotin, Tar, dan Carbon Tangga yaitu meliputi 7 indikator PHBS dan 3
Monoksida (CO). indikator Gaya Hidup Sehat.
 Nikotin menyebabkan ketagihan dan Tujuh indikator PHBS :
merusak jantung dan aliran darah. 1. Persalinan ditolong oleh tenaga
 Tar menyebabkan kerusakan sel paru- kesehatan
paru dan kanker 2. Memberi ASI ekslusif
 CO menyebabkan berkurangnya 3. Menimbang bayi dan balita
kemampuan darah membawa 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan
oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan sabun
mati. 5. Menggunakan air bersih
6. Menggunakan jamban sehat
Persentasse Pencapaian Rumah Tangga Yang 7. Memberantas jentik di rumah
berPHBS di Indonesia
Berdasarkan profil kesehatan provinsi Tiga indikator gaya hidup sehat :
tahun 2009, persentase rumah tangga yang 8. Makan buah dan sayur setiap hari
ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
secara nasional sebesar 48,41%. 10. Tidak merokok di dalam rumah
Provinsi yang memiliki persentase
tertinggi adalah : Berdasarkan profil kesehatan provinsi
 Jawa Tengah (88,57%) tahun 2009, persentase rumah tangga yang
 DIYogyakarta (87,38%) ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
 Kalimantan Timur (79,73%) secara nasional sebesar 48,41%.

Kritik dan Saran

Hal | 38 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

Dalam penulisan makalah ini banyak Budioro, B. 2007. Pendidikan (Penyuluhan)


sekali terdapat kesalahan dan kelemahan. Baik Kesehatan Masyarakat. Semarang: Badan
isi makalah maupun tata bahasa penulisan Penerbit Universitas Diponegoro
yang di buat oleh penulis. Oleh karena itu,
penulisan mengharapkan tanggapan dan Depkes RI. 2006. Perilaku Hidup Bersih dan
koreksi yang membangun dari pembaca Sehat di Rumah Tangga. Jakarta: Depkes
sehingga ke depannya makalah yang di buat RI
akan lebih baik pada masa yang akan datang.
Dinkes Jateng. 2010. Pedoman Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah
REFERENSI
Tangga. Semarang: Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah
Amalia, I. 2009. Hubungan Antara
Pendidikan, Pendapatan, dan Perilaku Dinkes Sragen. 2010. Laporan Hasil
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Pelaksanaan Kegiatan PHBS Kabupaten
Pedagang HIK Di Pasar Kliwon dan Sragen th 2010. Sragen: Dinkes Sragen
Jebres Kota Surakarta. Skr ipsi
Effendi, L., Umami, R. 2004. Perilaku Hidup
Program Studi Kesehatan Masyarakat Bersih dan Sehat (PHBS) Pada SD Negeri
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Cikeusal Kidul 01 Ketanggungan Jawa
Surakarta Tengah tahun 2004. Jurnal Kedokteran
dan Kesehatan. Vol.1,No.2, Juli 2005

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 39


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

HUBUNGAN RIWAYAT KEHAMILAN EKTOPIK DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN EKTOPIK

oleh
Iis Wahyuni

ABSTRAK
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang berbahaya bagi wanita yang bersangkutan
berhubungan dengan besarnya kemungkinan terjadi keadaan yang gawat. Keadaan gawat ini dapat
terjadi apabila kehamilan ektipok terganggu. Kehamilan ektopik terganggu merupakan peristiwa
yang dapat di hadapi oleh setiap dokter , karena sangat beragamnya gambaran klinik kehamilan
ektopik terganggu itu. Tidak jarang yang menghadapi penderita untuk pertama kali adalah dokter
umum atau dokter ahli lainnya, maka dari itu, perlu di ketahui oleh setiap dokter klinik kehamilan
ektopik terganggu serta diagnosis diferensialnya. Hal yang perlu di ingat ialah, bahwa setiap pada
setiap wanita dalam masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai
dengan nyeri perut bagian bawah, perlu di fikirkan kehamilan ektopik terganggu. Blastokista dalam
keaadan normal tertanam didalam lapisan endometrium rongga uterus. Implantasi ditempat lain
dianggap sebagai kehamilan ektopik. Kata ini berasal dari bahasa yunani yaitu ektopos yang artinya
diluar tempatnya. Menurut American College Of Obstetricians and Gynecologists (2008), 2% dari
seluruh kehamilan trimester pertama di Amerika Serikat adalah kehamilan Ektopik dan jumlah ini
menyebabkan sebesar 6% dari semua kematian yang terkait dengan kehamilan. Resiko kematian
akibat kehamilan diluar uterus lebih besar dari pada kehamilan yang memberi hasil lahir hidup atau
yang dihentikan secara sengaja. Selain itu kemungkinan untuk kembali hamil dengan baik akan
berkurang setelah kehamilan ektopik. Namun dengan diagnosis yang lebih dini, baik kelangsungan
hidup ibu maupun konservasi kapasitas reproduksi dapat ditingkatkan.

Kata Kunci : Kehamilan etopik, berbahaya, wanita

PENDAHULUAN diartikan sebagai kehamilan di luar rongga


Kehamilan ektopik merupakan rahim atau kehamilan di dalam rahim yang
kehamilan yang berbahaya bagi seorang bukan pada tempat seharusnya, juga
wanita yang dapat menyebabkan kondisi dimasukkan dalam kriteria kehamilan
yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan ektopik, misalnya kehamilan yang terjadi
gawat ini dapat menyebabkan suatu pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan
kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik dapat menyebabkan berbagai
ektopik terganggu merupakan peristiwa yang komplikasi yang dapat berakhir dengan
sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan kematian sehingga ini akan berlanjut pada
gambaran klinik yang sangat beragam. Hal kehamilan ektopik terganggu.
yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap Istilah kehamilan ektopik terganggu lebih
wanita dalam masa reproduksi dengan tepat daripada istilah ekstrauterin yang
gangguan atau keterlambatan haid yang sekarang masih banyak dipakai. Diantara
disertai dengan nyeri perut bagian bawah kehamilan-kehamilan ektopik terganggu,
dapat mengalami kehamilan ektopik yang terbanyak terjadi di daerah tuba,
terganggu. khususnya di ampulla dan isthmus yang
Berbagai macam kesulitan dalam proses menimbulkan rupture pada tuba. Pada kasus
kehamilan dapat dialami para wanita yang yang jarang, kehamilan ektopik disebabkan
telah menikah. Namun, dengan proses oleh terjadinya perpindahan sel telur dari
pengobatan yang dilakukan oleh dokter saat indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran
ini bisa meminimalisir berbagai macam telur sisi seberangnya.
penyakit tersebut. Kehamilan ektopik

Hal | 40 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

PEMBAHASAN sehingga mengganggu transportasi


Istilah ektopik berasal dari bahasa spermatozoa, ovum, dan hasil konsepsi.
Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Sebagian besar wanita yang mengalami
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah kehamilan ektopik berumur antara 20-40
ektopik dapat diartikan “berada di luar tahun dengan umur rata-rata 30
tempat yang semestinya”. tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang
Kehamilan ektopik adalah kehamilan berulang dilaporkan berkisar antara 0%-
dengan implantasi terjadi diluar rongga 14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
uterus, Sebagian besar wanita yang penanganan secara tepat dan benar akan
mengalami kehamilan ektopik berumur antara membahayakan bagi sipenderita (Sarwono
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang Kehamilan ektopik terganggu terjadi
berulang dilaporkan berkisar antara 0%- karena hambatan pada perjalanan sel telur
14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus).
penanganan secara tepat dan benar akan Dari beberapa studi faktor resiko yang
membahayakan bagi sipenderita (Sarwono diperkirakan sebagai penyebabnya adalah
Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005) (3,4,6):
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat a. Infeksi saluran telur
daripada istilah ekstrauterin yang sekarang (salpingitis),seperti bakteri khusus
masih juga dipakai,oleh karena terdapat dapat menimbulkan gangguan pada
beberapa jenis kehamilan ektopik yang tuba fallopi adalah Chlamydia
berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada trachomatis pada motilitas saluran
tempat yang normal. (Sarwono prawirohardjo, telur.
ilmu kandungan, 2005) b. Riwayat operasi tuba.
Kehamilan ektopik terganggu adalah c. Cacat bawaan pada tuba, seperti
terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi tuba sangat panjang.
dan tumbuh di luar endometrium kavum d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim e. Aborsi tuba dan infeksi pemakaian
dengan kehamilan ektopik terganggu karna IUD.
kehamilan pada pars interstisialis tubah dan f. Kelainan zigot, yaitu kelainan
kanalis servikalis masih termasuk dalam kromosom.
uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila g. Bekas radang pada tuba; disini
pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau radang menyebabkan perubahan-
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi perubahan pada endosalping,
wanita hamil tersebut maka kehamilan ini sehingga walaupun fertilisasi dapat
disebut kehamilan ektopik terganggu. terjadi, gerakan ovum ke uterus
Kejadian hamil ektopik tidak dapat terlambat.
disamakan karena sangat tergantung pada h. Operasi pada tuba dan sterilisasi
perilaku dan budaya masyarakat. Pada yang tak sempurna dapat menjadi
masyarakat yang mempunyai kecenderungan sebab lumen tuba menyempit
untuk melakukan hubungan seksual bebas, i. Abortus buatan.
dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik j. Pada hipoplasia lumen tuba sempit
akan makin meningkat. Kejadian infeksi dan berkelok-kelok dan hal ini
hubungan seksual sangat berperan untuk sering di sertai gangguan fungsi silia
terjadinya hamil ektopik, khususnya infeksi endosalping.
Clhamydia trachomatis, infeksi ini akan k. Tumor yang mengubah bentuk tuba
merusak endometrium dan sel siliaris dan menekan dinding tuba

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 41


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

l. Ibu pernah mengalami kehamilan Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara


ektopik sebelumnya (terdapat 150 persalinan (Amerika). Kejadian
riwayat kehamilan ektopik) dipengaruhi oleh factor social : mungkin
m. Memiliki riwayat Penyakit Menular karena pada golongan pendapatan rendah
Seksual (PMS) seperti gonorrhea, lebih sering terdapat gonorrhoe karena
klamidia dan PID (pelvic kemungkinan berobat kurang. Ovum yang
inflamamtory disease) dibuahi dapat berkembang disetiap bagian
oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba
1. Klasifikasi kelamilan Etopik di ampula,ismus,atau interstisium. Ampula
a. Kehamilan Servikal adalah tempat tersering kehamilan
Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi tuba,sedangkan kehamilan interstisium
terjadi dalam selaput lender servik. Dengan terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh
tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada gestasi tuba.
implantasi di serviks, dapat terjadi Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:
perdarahan tanpa disertai nyeri, dan  Kehamilan ampula (dalam ampula
kemungkinan terjadinya abortus spontan tuba)
sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai  Kehamilan isthmik (dalam isthmus
besar, perdarahan/ ruptur yang terjadi sangat tuba)
berat, sehingga sering diperlukan tindakan  Kehamilan interstisil (dalam pars
histerektomi total. interstitialis tubae)
 Kehamilan infundibulum tuba
b. Kehamilan Ovarial  Kehamilan abdomoinal primer atau
Jarang terjadi dan biasanya berakhir sekunder
dengan rupture pada hamil muda. Untuk
mendiagnosa kehamilan ovarial harus d. Kehamilan Interstisial
dipenuhi kriteria dari spiegelberg. Kehamilan Implantasi telur terjadi dalam pars
ovarial ditegakkan atas dasar kriteria interstisialis tuba. Karena lapisan
Spiegelberg : myometrium disini lebih tebal maka ruptur
a. tuba pada sisi kehamilan harus terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3
normal atau ke-4.
b. kantung janin harus terletak dalam Kalau terjadi ruptur maka perdarahan
ovarium hebat karena tempat ini banyak pembuluh
c. kantung janin dihubungkan dengan darahnya sehingga dalam waktu yang singkat
uterus oleh ligamentum ovarii dapat menyebabkan kematian.
proprium
d. jaringan ovarium yang nyata harus e. Kehamilan Abdominal Primer
ditemukan dalam dinding kantung Dimana telur dari awal mengadakan
janin implantasi dalam rongga perut dengan cirri-
ciri tuba dan ovarium normal,tidak terdapat
Pada kenyataannya kriteria ini sulit fistula utero-plasenter,dan implantasi
dipenuhi, karena umumnya telah terjadi umumnya di sekitar uterus dan CD.
kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan
trofoblas yang luas, dan perdarahan f. Hamil Abdominal Sekunder
menyebabkan topografi kabur, sehingga Yang asalnya kehamilan tuba dan setelah
pengenalan implantasi permukaan ovum rupture,ekspulsi dari ostium tuba
sukar ditentukan secara pasti. eksternumnya dan ekspulsi dari fistula utero-
plasenter baru menjadi kehamilan abdominal.
c. Kehamilan Tuba Biasanya plasenta terdapat pada daerah

Hal | 42 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

tuba,permukaan belakang rahim dan dan kavum douglasi menonjol


ligamentum latum. Ada kalanya hamil karena ada bekuan darah
abdominal sekunder ini mencapai umur f. Keadaan umum ibu dapat baik
cukup bulan,tapi hal ini jarang terjadi,yang sampai buruk / syok, tergantung
lazim ialah bahwa janin mati sebelum beratnya perdarahan yang terjadi.
mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6) g. Level HCG rendah
karena pengambilan makanan kurang h. Pembesaran uterus: pada kehamilan
sempurna. ektopik uterus membesar.
Menurut lokasinya, kehamilan ektopik i. Gangguan kencing: kadang-kadang
sebenarnya banyak klasifikasi dan dapat terdapat gejala besar kencing karena
dibagi dalam beberapa golongan: perangsangan peritonium oleh
a) Tuba fallopi: pars darah di dalam rongga perut
interstisialis,isthmus,ampulla,infund
ibulum,fimbria. 3. Penanganan Kehamilan Etopik
b) Uterus: kanalis Penanganan kehamilan ektopik
servikalis,divertikulum,koruna,tand terganggu pada umumnya adalah laparotomi.
uk rudimenter. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin
c) Ovarium dihentikan dengan menjepit bagian dari
d) Intraligamenter adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
e) Abdominal: primer,sekunder Keadaan umum penderita terus diperbaiki
f) Kombinasi kehamilan dalam dan dan darah dalam rongga perut sebanyak
luar uterus mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan
Namun diantara kehamilan-kehamilan demikian, beberapa hal yang harus
ektopik,yang terbanyak ialah yang terjadi di dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita
tuba (90%) khususnya di ampula dan isthmus. pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi
reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.
Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan
2. Tanda dan gejala kehamilan etopik salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang
a. Ada riwayat terlambat haid atau terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan
amenorrhea dan gejala kehamilan pemantauan terhadap kadar HCG
muda. (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
b. Perdarahan banyak yang tiba-tiba berlangsung terus menandakan masih adanya
dalam rongga perut sampai jaringan ektopik yang belum terangkat.
terdapatnya gejala yang tidak jelas Penanganan pada kehamilan ektopik
sehingga sukar membuat terganggu dapat pula dengan transfusi, infus,
diagnosisnya oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi
c. Nyeri merupakan keluhan utama diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi.
pada kehamilan ektopik terganggu. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan
Nyeri perut bagian bawah, pada sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih
ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.
dan hebat, menyebabkan penderita
pingsan sampai shock. a. Setelah diagnosis ditegakan, segera
d. Perdarahan pervaginam berwarna lakukan persiapan untuk tindakan
cokelat tua operatif laparatomi
e. Pada pemeriksaan vagina terdapat b. Ketersediaan darah pengganti bukan
nyeri goyang bila serviks menjadi syarat untuk melakukan
digerakkan, nyeri pada perabaan tindakan operatif karena sumber
perdarahan harus dihentikan.

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 43


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

c. Upaya stabilisasi dilakukan dengan 3. Rupture dapat terjadi secara spontan atau
segera merestorasi cairan tubuh karena trauma ringan seperti coitus dan
dengan larutan kristaloid NS atau RL pemeriksaan vaginal.
(500 ml dalam lima menit pertama) 4. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
atau 2l dalam dua jam pertama Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
(termasuk selama tindakan ovum berimplantasi pada ismus dan
berlangsung) biasanya pada kehamilan muda. Ruptur
d. Pastikan darah yang dihisap dari dapat terjadi secara spontan atau karena
rongga obdomen telah melalui alat trauma koitus dan pemeriksaan vaginal.
pengisap dan wadah penampung Dalam hal ini akan terjadi perdarahan
yang steril dalam rongga perut, kadang-kadang
e. Saring darah yang tertampung sedikit hingga banyak, sampai
dengan kain steril dan masukan menimbulkan syok dan kematian.
kedalam kantung darah (blood bag) 5. Karena tuba bukan tempat untuk
apabila kantung darah tidak tersedia pertumbuhan hasil kosepsi tidak
masukan dalam botol bekas cairan mungkin janin tumbuh secara utuh
infus (yang baru terpakai dan bersih) seperti dalam uterus.sebagian besar
dengan diberikan larutan sodium kehamilan tuba terganggu pada umur
sitrat 10ml untuk setiap 90ml darah. kehamilan antara 6-10 minggu.
f. Transfusikan darah melalui selang 6. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada
transfusi yang mempunyai saringan implantasi secara kolumner,ovum yang
pada bagian tabung tetesan. dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang dan dengan mudah terjadi
PENUTUP resorbsi total.dalam keadaan ini
Prinsip patofisiologi yakni terdapat penderita tidak mengeluh apa-apa hanya
gangguan mekanik terhadap ovum yang telah haidnya terlambat untuk beberapa hari.
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum 7. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum
uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke
dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh tuba kiri atau sebaliknya dapat
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada memperpanjang perjalan telur yang
beberapa kemungkinan akibat dari hal ini dibuahi ke uterus pertumbuhan telur
yaitu : yang terlalu cepat dapat menyebabkan
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas implantasi premature.
dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga REFERENSI
abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi (http://evalismawatiblog.wordpress.com/201
pada kehamilan ampulla, darah yang 3/05/01/kehamilan-ektopik/)
keluar dan kemudian masuk ke rongga (http://nandhieb.blogspot.com/2012/06/keh
peritoneum biasanya tidak begitu banyak amilan-ektopik.html)
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding Diposkan oleh Rhaditya Prassana
tuba. http://jurnalpenelitiankesehatan.blogspot.co
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke m/2013/04/gambaran-faktor-faktor-
dalam rongga peritoneum, sebagai akibat yang.html
dari distensi berlebihan tuba dan faktor I.B.G.F., & Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita
utama yang menyebabkan rupture ialah Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
penembusan villi koriales ke dalam Ginekologi dan KB. EGC, Jakarta.
lapisan muskularis tuba terus ke
perineum.

Hal | 44 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung


jikk Nomor 02 Tahun 2011 ISSN: 2356-5454

Jensen, Bobak, Lawdermilk. 1995. Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2009.


Keperawatan Maternitas. Wijayariani, M. Skripsi. Diterbitkan, Fakultas Kedokteran
2004. EGC, Jakarta. Universitas Muhammadiyah.
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Wardhana, A. 2007. Faktor Risiko Plasenta
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Previa. In: Budi Rianto (Ed), Cermin Dunia
Prawirohardjo, Jakarta. Kedokteran, Jakarta.
Wahyuningsih. 2010. Insidensi Partus Lama
pada Primipara dan Multipara di RSUD

Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung Hal | 45


ISSN: 2356-5454 jikk Nomor 02 Tahun 2011

Standar Prosedur Operasional  Kata kunci (istilah teknis/ operasional yang


Publikasi Karya Tulis dan Artikel Ilmiah digunakan dalam artikel),
Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas  Pendahuluan (deskripsi sekilas mengenai
JIKK topik yang dibahas, status topik saat ini,
perubahan yang terjadi berkaitan dengan
Akademi Kebidanan Ar Rahman
topik, dan kontribusi naskah dalam topik yang
dibahas; akhir pendahuluan memuat tujuan,
Ketentuan Umum
metode, manfaat pembahasan topik, dan
1. Topik dan tema karya tulis atau artikel
harapan yang dapat diambil dari topik yang
(selanjutnya disebut naskah) memiliki
dibahas),
keterkaitan dengan dunia kesehatan,
 Isi/ Pembahasan (uraian, pemaparan
khususnya bidang kebidanan;
ataupun penjabaran yang berkaitan dengan
2. Karya tulis ataupun artikel merupakan hasil
hasil temuan penelitian atau asah gagasan
penelitian lapangan (work-field study),
untuk naskah non-penelitian; isi/
penelitian pustaka (literature study) atau
pembahasan dapat terdiri atas beberapa sub-
asah gagasan (proposition);
bahasan, tergantung pada topik/masalah
3. Karya tulis ataupun artikel ditulis dengan
yang dibahas serta penjelasan yang
menggunakan Bahasa Indonesia maupun
mendalam dari topik/ tema yang dibahas),
English yang baik dan benar serta mengikuti
 Simpulan dan Saran,
aturan tata bahasa yang baku;
 Daftar pustaka atau Pustaka Rujukan, dan
4. Setiap naskah yang masuk akan ditinjau
 Riwayat penulis (ditulis secara singkat).
ulang oleh Mitra Bestari yang memiliki
kepakaran di bidangnya, baik yang berasal
Sistematika Penulisan Resensi Buku
dari dalam maupun dari luar institusi AKBID
 Buku yang diresensi harus aktual (up to date);
Ar Rahmah;
buku berbahasa Indonesia terbitan satu
5. Penyerahan naskah dikirim selambat-
tahun terakhir sedangkan buku berbahasa
lambatnya dua bulan sebelum penerbitan
asing terbitan tiga tahun terakhir,
reguler (bulan Februari dan Oktober) kepada
 Isi (content) buku yang diresensi
redaksi JIKK;
berkontribusi signifikan bagi perkembangan
6. Kepastian pemuatan atau tidaknya sebuah
dan peningkatan kualitas pendidikan,
naskah akan diberitahukan secara tertulis,
 Susunan resensi terdiri atas deskripsi formal
baik melalui surat ataupun email;
buku, ringkasan (summary), evaluasi/ kritik/
7. Naskah yang tidak dimuat dapat
komentar, dan simpulan.
dikembalikan dengan sepengetahuan penulis
naskah.
Penyerahan Naskah (karya tulis ataupun artikel
ilmiah)
Ketentuan Khusus
Penyerahan naskah dapat dilakukan melalui,
1. Naskah ditulis dengan menggunakan aplikasi
 Email; naskah tidak ditulis dalam kotak pesan
Microsoft Office Word (baik itu XP, 2003 atau
(message box) melainkan disisipkan
2007);
(attachment) dan dikirimkan ke
2. Naskah ditulis menggunakan font Times New
indra.permadi@yahoo.co.id atau
Roman atau Arial dengan ukuran font 12
andriana.gaffar@gmail.com ,
(tanpa page number ataupun keterangan
 Surat/ pos; naskah dimasukkan ke dalam
header/footer);
amplop ukuran A4 dan pojok kanan atas
3. Panjang naskah maksimal 10 halaman
ditulis JIKK AKBID Ar Rahmah, kemudian
dengan ukuran kertas A4 serta ukuran
dikirimkan ke alamat Jalan Pasteur No. 21 A,
margin (kiri: 4, kanan: 3, atas: 3 dan bawah:
Bandung– Jawa Barat.
3).
Alamat Redaksi dan Tata Usaha
Sistematika Penulisan JIKK Press – AKBID Ar Rahmah
Jalan Pasteur no. 21, Bandung – Jawa Barat
 Judul (informatif, lugas, singkat dan jelas),
Telepon/ Faximile (022) 4214127
 Nama penulis (tanpa gelar),
Email info@arrahmah.ac.id
 Abstrak/ Rangkuman eksekutif (ditulis dalam Website www.arrahmah.ac.id
bentuk narasi dan terdiri atas 100-150 kata),

Hal | 46 Jurnal Ilmiah Kebidanan Komunitas Akademi Kebidanan Ar Rahmah - Bandung

You might also like