You are on page 1of 18

asuhan keperawatan dengan mastektomy atau kanker payudara

September 08, 2017

Assalamulaikum
Bismillah, 😊kali saya akan memosting tentang kanker payudara serta tindakan bedah yang dilakukan
pada pasien yang terkena kanker payudara, langsung saja ya kakakk

😊😊😊😊😊

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-
paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari
pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher
rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring. Kanker payudara
merupakan kanker terbanyak diderita wanita. Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta
pada wanita. Kanker payudara merupakan penyebab kematian karena kanker tertinggi pada wanita
yaitu sekitar 19%. Lima data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada
wanita menunjukkan angka ke-2 tertinggi

Tujuan dalam pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
terwujudnya kesehatan yang optimal.

Perawatan merupakan salah satu komponen dari pembangunan di bidang kesehatan, sehingga secara
tidak langsung merupakan bagian dari system kesehatan nasional dan banyak berperan dalam usaha
meningkatkan derajat kesehatan. Sebab keperawatan merupakan bagian intergral yang tidak dapat di
pisahkan dari pelayanan kesehatan secara umum, dalam memberi asuhan keperawatan yang
mempunyai masalah kesehatan.

Kanker payudara adalah yang paling sering diteliti dalam studi tentang kualitas hidup, studi psikososial
terdahulu menekankan bahwa adaptasi terhadap kehilangan payudara merupakan satu-satunya factor
penting bagi seorang wanita, trutama budaya barat. Karenanya , tidaklah mengejutkan bahwa perhatian
penelitian tentang penyesuian diri seorang wanita terhadap kanker payudara menemukan hasil yang
serupa
Meskipun demikian riset yang terus tumbuh menunjukan bahwa perhatian yang berkaitan dengan
ketidakpastian tentang masa depan seseorang, Isu-isu keseharian yang terjadi ditempat kerja dan
hubungan keluarga, serta tuntutan penyakit merupakan faktor-faktor yang lebih penting dalam
menyesuaikan diri akibat mengalami kanker, dibanding kehilangan payudara itu sendiri.

2. TUJUAN

Tujuan umum

Mahasiswa dapat melaksanakan perawatan pada pasien dengan Pre operasi, intra operasi dan,Post
operasi dengan pendekatan proses asuhan keperawatan.

Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa mengetahui dan mengerti tentang perawatan pada kasus Pre dan Post Operasi
kanker payudara

2. Agar mahasiswa dapat melakukan Pengkajian pada pasien dengan mastektomi

3. Agar mahasiswa dapat menentukan diagnosa keperawatan pada pasien denganmastektomi

4. Agar mahasiswa dapat menentukan rencana keperawatan pada pasien denganmastektomi

5. Agar mahasiswa dapat menentukan intervensi keperawatan pada pasien denganmastektomi

6. Agar mahasiswa dapat menentukan evaluasi keperawatan pada pasien denganmastektomi

BAB II

KAJIAN TEORI

A. PENGERTIAN

Mastektomy adalah bedah pengangkatan seluruh payudara, nodus limfa aksila, dan seluruh lemak, fasia,
serta jaringan yang terdekat sebagi tindakan terhadap karsinoma. (tucker et al: 1999)

Tahap kanker payudara seringkali dapat sembuh total dengan hanya pembedahan saja. Kecenderungan
sekarang adalah untuk melekukan pembedahan konservasi payudara pada wanita dengan penyakit
tahap awal, jika mungkin. Peningkatan pada pendekatan ini berhubunagn dengan bagian penelitian
sekarang yang menunjukan kesamaan ketahanan hidup dan laju kesembuhan penyakit bagi wanita
dengan penyakit tahap awal yang mengalami prosedur pengangkatan sebagian payudara disamping
modifikasi mastektomi radikal. Satu prosedur pengangkatan sebagian payudara adalah mastektomi
segmental (lumpektomi) yang diikuti dengan radiasi payudara, tujuan utamanya adalah kosmetik,
beberapa wwanita dengan payudara yang kecil atau tergantung pada lokasi tumor dapat mencapai hasil
yang lebih secara kosmetik denagn mastektomi radikal dimodifikasi dengan rekonstruksi daripada
denagan mastektomi segmental. (gale, danielle: 2000)

B. INDIKASI

Mastektomy dilakukan untuk pengangakatan beserta payudara dan kelenjar axilla. (jitowiyono, sugeng
dan kristiyanasari weni: 2012)

C. PATHWAYS KEPERAWATAN
(untuk patwaysnya kunjungi aljazuli99.blogspot.com) 😊😊😊

D. PROSEDUR TINDAKAN

Sebelum pembedahan, dokter menyusun rencana tentang insisi yang akan di buat sehingga
pengangkatan tumor dan nodus yang terkenal maksimal. Pada saat bersamaan, upaya juga dilakukan
untuk menghindari terbentuknya jaringan parut yang akan tampak dan restriktif. Sasaran
pengobatannya adalah untuk mempertahankan atau memulihkan fungsi normal tangan, lengan, soket
bahu pada tempat yang sakit setelah pembedahan. Flap kulit dan jarinagn di tangani dengan sangat hati-
hati untuk memastikan viabilitas, hemostatis, dan drainase yang sesuai. Jika di rencanakan pembedahan
rekonstruktif, dilakukan konsultasi dengan ahli bedah plastik sebelum mastektomi dilakukan.

Setelah tumor sudah diangkat, titik pendarahan diligasi dan kulit ditutup di atas dinding dada. Tandur
kulit dilakukan jika flap kulit terlalu kecil menutup luka. Balutan yang tak melekat (adaptic) mungkin
dipasang dan ditutupi denagn balutan tekanan. Dua buah drainase di pasang di aksila dan di bawah flap
kulit superior dan alat penghisap portable digunakan untuk keperluan drainase. Balutan ditahan di
tempatnya dengan menggunakan perban elastik yang lebar. ( Bunner and sunddart: 2002

Tabel 46-3 tindakan bedah ca mammae menurut: Bunner and sunddart: 2002

Prosedur pembedahan Deskripsi

Mastektomi parsial Istilah yang secara relatif sinonim yang untuk


Lumpaktomi menguraikan tentang pengangkatan beragam jumlah
jarinagn payudara, termasuk jaringan maligna dan
Eksisi luas sebagian jaringan disekitarnya nodus aksilaris di-diseksi
Mastektomi segmental

Quadranteltomi Jenis mastektomi parsial dimana kuadran jaringan


mungkin diangkat.

Diseksi nodus aksilaris Penggangkatan sebagian nodus aksilaris yang terbenam


dalamlemak untuk keperluan biopsi.

Mastektomi radikal dimodifikasi Pengangkatan semua jaringan payudara dan diseksi


nodus aksilaris
Mastektomi radikal
Pengangkatan keseluruhan payudara serta otot- otot
pektoralis mayor dan minor yang berhubungan dengan
diseksi nodus aksilaris.

Langkah tindakan mastektomi menurut

http://books.google.co.id/books?id=efnQBP_WQuwC&pg=PA751&dq=mastektomi&hl=id&sa=X

1. Panikulus abdomen di tinggikan dengan menggunakan insisi jenis sirkumferesia

2. Lokasi pembulu epigestrika superior dalam di tentukan dangan menggunakan dopper steril. Di
suntik zat warna floresein agar tim bedah dapat mengevaluasi sirkulasi ke flap dengan menggunakan
lampu utraviolet

3. Di seksi dilanjutkan dari dinding abdomen anterior ke tepi subkosa dan kemudian menyatu dengan
insisi mastektomi.

4. Dibuat sebuah insisi di selubung otot rektus interior 1,5 cm di kedua sisi pembulu h darah
epgestrika superior dalam.

5. Serat- serat otot rektus diinsisi tepat di luar insisi selubung otot rektus anterior, yang seyogyanya
menghasilkan otot yang utuh di sebelah medial. (hartrampraf: 1988)

6. Otot rektus dipisahkan dari selubung rektus posterior dibawahnya bersamaan island flap abdomen
yang melekat padanya.

7. Flap disalurkan melalui bagian yang telah diseksi dibawah dinding dada dan dikeluarkan melalui
insisi submamaria di dinding dada anterior.
8. Segmen medial dan lateral otot rektus yang tersisa diperbaiki, meninggalkan sebuah ruang kecil
(selebar satu atau dua jari) yang tidak di perbaiki di sekitar pedikulus vaskuler. Bagian perbaikan
pertama ini berfungsi untuk mendekatkan otot dan untuk menutup ruang mati dinding anterior.

9. Selubung rektus anterior kemudian ditutup dengan jahitan dengan bahan benang yang kuat dan
permanen.

10. Untuk menyeimbangkan dinding abdomen dan pusat.

11. Pasien ditekuk bagian pinggang agar insisi tranvesus dapat diperbaiki, yang menimbulkan efek
abdominoplastis.

12. Flap di putar 80-90 drajat (sesuai arah jarum jam untuk defek dada kanan dan berlawanan arah
jarum jam untuk defek dada kiri) ditempatnya. Ini adalah rotasi yang terbaik untuk membentuk
payudarah jika pasien mengalami mastektomi radikal dimodifikasi jika dimensi vertikal lebih besar dan
lebih defek.

13. Flap dengan cermat dilipat dan di bentuk menjadi seperti payudara.tepi-tepi secara temporer di
staple atau di jahit.dan pasien diposisikan secara duduk agar ahli bedah dapat mengevalusi ukuran,
penempatan dan simetris payudara buatan dengan payudara yang disisinya.

14. Apabila penempatan dan ukuran telah selesai maka staples atau jahitan temporer di lepaas dan flap
di jahid permanen.

15. Dipasang drain penghisap di abdomen dan di payudara buatan.

16. Dapat di oleskan dengan salep anti biotik di tepi luka dan pembalut boleh tidak dipasang. Pembalut
penghambat pemeriksa berkala terhadap flap dan dinding abdomen untuk melihat adanya perubahan
suhu, warna, dan sirkulasi kapiler di flap dan didinding abdomen anterior. (dinner dan coleman 1985)

17. Pasien di biarkan dalam posisi flower selama 24 jam pascaoperasi kemudian di pulangkan dengan
posisi semifleksi.

E. ASUHAN KEPERAWATAN MASTEKTOMI

a. Pengkajian

a) Pengkajian umum

Riwayat kesehatan mencangkup suatu pengkajian tentang reaksi pasien terhadap diagnosis dan
kemampuanya untuk mengatasi situasi tersebut. Pertanyan yang berhubungan mencangkup berikut:

1. Bagaiman pasienberrespon terhadap diagnosa?

2. Mekanisme koping apa yang pasien temukan paling membantu?


3. Dukungan psikologis atau emosional apa yang ia gunakan?

4. Apakah ada pasangan, keluarga, atau teman untuk membantu dalam membuat pengobatan?

5. Bagian informasi mana yang paling penting yang pasien butuhkan?

6. Apakah pasien mengalami suatu ketidaknyamanan?

b) Pengkajian pre operasi

1. Penyuluhan dan persetujuan tindakan medik

2. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

3. Puasa, infus , pengosongan usus

4. Premedikasi

Tujuan :

Sedasi

Amnesia

Analgesia

Induksi anestesi yang lancar dan mudah

Mengurangi jumlah obat

Mengurangi reflex yang tidak diinginkan

Mengurangi sekresi traktus respiratorius

Mengurangi /menghilangkan rasa mual dan muntah.

Obat-obat Premedikasi

Sedavia : Diazepam,midazolam

Narkotik : Pethidine , morphin

Atropin

5. Persiapan Alat dan obat

c) Pengkajian intra operasi

1. Induksi Anestesia
2. Intubasi

3. Pengaturan posisi

4. Monitoring tanda- tanda vital : suhu, tekanan darah, nadi, pernapasan.

d) Pengkajian pasca operasi

· Observasi/ temuan

· Hemoragi

· Edema lengan yang sakit: limfedema

· Atelektasis

· Perubahan emosional/ perilaku yang berhubungan dengan: ansietas, depresi, perubahan citra
tubuh.

· Insisi: sisidonor kulit; sisi pencangkokan puting susu, kemerahan, nyeri, pembengkakan, drainase.

· Drein luka: drein tempat cairan, hemovac atau jackson-partt. ( tucker susan, martin: 1999)

b. Diagnosa keperawatan

a) Pre operasi

1. Ansietas berhubungan dengan proses pempedahan

Tujuan dan kriteria hasil:

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang, dan selalu
menunjukan penegndalian diri terhadap ansietas, konsentrasi dan koping.

Intervensi:

· Kaji TTV:

ü Lakukan pengukuran tekanan darah

ü Lakukan pengukuran suhu

ü Lakukan pengukuran frekuensi pernapasan

ü Lakukan pengukuran nadi


Rasional: untuk mengetahiu keadaan umum pasien.

· Berikan bimbingan antisipasi:

ü Berikan lingkungan yang terbuka dimana pasien merasa aman

ü Perawat memberikan informasi yang akurat

Rasional: mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis perkembangan.

· Lakukan penurunan ansietas:

ü Perawat memberikan ketenangan

ü Perawat mengalihkan/ mesugesti pemikiran pasien

ü Beri obat untuk menurunkan ansietas sesuai dengan kebutuhan.

ü Berusaha memahami keadaan klien

ü Berika informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan

ü Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut

Rasional: meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan tidak tenang yang
berhubungan dengan sumber bahaya yang di antisipasi dan tidak jelas.

· berikan dukungan emosi:

ü perawat mendengarkan keluhan/ ketakutan yang di alami pasien

ü perawat membantu pasien agar memgungkapkan semua ketakutannya.

ü Berusaha memahami keadaan klien

ü Instruksikan pasien untuk menggunakan tehnik relaksasi

Rasional: memberikan penenangan, penerimaan dan bantuan dukungan selama masa stres. (Wilkison,
judith M: 2012)

2. ketakut berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosesoperasi.

Tujuan dan kriteria hasil:

Pasien akan memperlihatkan pengendalian diri terhadap stres.


Intervensi:

· kaji TTV:

ü lakukan pengukuran tekanan darah

ü lakukan pengukuran suhu

ü lakukan pengukuran nadi

ü lakukan pengukuran frekuensi pernapasan

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien

· Lakukan peningkatan koping:

ü Memberikan penyuluhan kesehatan

ü Melakukan pendampingan dengan pasien

ü Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit

ü Hargai dan diskusikan alternative respon terhadap situasi

ü Gumakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan

ü Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan dan prognosis

Rasional: membantu pasien beradaptasi dengan persepsi stresor, perubahan atau ancaman yang
mengganggu pemenuhan kebutuhan hidup, dan peran.

· Berikan peningkatan keamanan:

ü Memberikan kenyamanan dalam pelayanan

ü Menjelaskan prosedur dan dampak setelah di operasi

Rasional: meningkatkan perasaan aman fisik dan psikologis pasien. (Wilkison, judith M: 2012)

b) Intra operasi

1) ketidakefektifan bersih jalan napas berhubungan dengan Obstruksi jalan napas efek sekunder
efek anastesi .

Tujuan dan kriteria hasil:


menunjukan pembersihan janlan napas yang efektif, yang di buktikan oleh pencegahan aspirasi; status
pernapasan: kepatenan jalan napas.

Intervensi:

· Kaji TTV :

ü Melakukan pengukuran frekuensi pernapasan

ü Melakukan pengukuran saturasi

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien

· Lakukan penghisapan jalan napas:

ü Lakukan section

ü Lakukan terapi nebulezer

Rasional: mengeluarkan secret dari jalan napas dengan memasukan selang kateter penghisap ke dalam
jalan napas oral atau trakhea.

· Lakukan pengaturan posisi:

ü Berikan posisi supine ( terlentang ) pada klien

Rasional: mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara sengaja untuk menfasilitasi
kesejahteraan fisiologis dan psikologis.

· Berikan pemasangan oksigenasi:

ü Beriakan dan pasan oksigenasi ±2 liter

Rasional: supaya pasien tidak mengalami sesak napas (Wilkison, judith M: 2012)

2) Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan frekuensi atau irama jantung

Tujuan dan kriteria hasil: menunjukan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektifitas
pompa jantung, status sirkulasi, perfusi jaringa (organ abdomen, jantung serebral, perifer,dan pulmonal,
dan perfusi jaringan (perifer); dan status tanda vital.

Intervensi :

· Pemantauaan tanda vital:

ü Monitor TD, nadi, suhu dan RR


ü Catat adanya fluktuasi tekanan darah

ü Aukultasi TD pada keduab lengan dan bandingkan

ü Monitor bunyi jantung

ü Monitor frekuensi dan irama pernafasan

Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan, dan suhu tubuh untuk
mentukan komplikasi.

· Perawatan jantung

ü Evaluasi adanya nyeri dada

ü Lakukan pemasangan EKG

ü Catat adanya distritmia jantung

ü Monitor adanya dispneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

Rasional: membatasi komplikasi akibat ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
miokard pada pasien yang mengalami gejala kerusakan fungsi jantung.

· Terapi intra vena

ü Lakukan pemasangan infus

Rasional: memberi dan memantau cairan dan obat intravena.

3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan cairan aktif.

Tujuan dan kriteria hasil:

Kekurangan volume cairan akan teratasi.

Intervensi:

· Lakukan manajemen cairan:

ü memberikan medikasi intravena

ü Monitor status hidrasi ( kelembaban membrane, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan

ü Monitor vital sign

ü Kolaborasi dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk atur kemungkinan transfusi
Rasional: meningkatkan keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang
abnormal atau yang tidak di harapkan.

· Lakukan manajemen syok, volume:

ü Melakukan balance cairan

ü Monitor vital sign

ü Pertahankan catatan intake dan autput yang akurat

ü Persiapan untuk transfusi

Rasional: meningkatkan keadekuatan perfusi jaringan untuk pasien yang mengalami ganggauan volume
intravaskuler yang benar.

· Berikan terapi Intra vena:

ü Lakukan pemasangan infus

Rasional: memberikan dan memantau cairan dan obat intravena. (Wilkison, judith M: 2012)

4) Resiko intergritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanis

Tujuan dan kriteria hasil:

Menunjukan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa yang dibuktikan oleh tidak ada tanda atau
gejala infeksi.

Intervensi:

· Perawatan area insisi:

ü Pasang duk steril

ü Berikan disinfektan

ü Olesi dengan iodin

Rasional: membersihkan, memantau dan meningkatkan penyembuhan luka yang tertutup dengan
jahitan, klip atau steples.

· Lakukan perlindungan infeksi:

ü Perawat menggunakan baju opersai steril

ü Memakai peralatan yang steril


ü Kaji temperatur klien tiap 4jam

ü Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

ü Ikuti transmisi pencegahan dasar untuk udara,droplet

Rasional: mencegah dan mendeteksi dini infeksi pada pasien beresiko.

· Lakukan perawatan kulit:

ü terapi tropikal

Rasional: mengoleskan zat tropikal atau manipulasi alat untuk meningkatkan intergritas kulit dan
meminimalkan kerusakan kulit. (Wilkison, judith M: 2012)

c) Pasca operasi

1) ketidakefektifan bersih jalan napas berhubungan dengan Obstruksi jalan napas efek
sekunder efek anastesi.

Tujuan dan kriteria hasil:

menunjukan pembersihan janlan napas yang efektif, yang di buktikan oleh pencegahan aspirasi; status
pernapasan: kepatenan jalan napas.

Intervensi:

· Kaji TTV :

ü Melakukan pengukuran frekuensi pernapasan

ü Melakukan pengukuran saturasi

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien

· Lakukan penghisapan jalan napas:

ü Lakukan section

ü Monitor pola nafas

ü Palpasi ekspansi paru

ü Auskultasi suara pernafasan

Rasional: mengeluarkan secret dari jalan napas denganmemasukan selang kateter penghisap ke dalam
jalan napas oral atau trakhea.
· Lakukan pengaturan posisi:

ü Berikan posisi pasien kepala ekstensi tujuannya untuk memperlancar pernafasan pasca oprasi dan
untuk meregangkan struktur leher antirior menyebabakan dasar lidah terangkat menjauhi dinding
faringeal posterior.

Rasional: mengubah posisi pasien atau bagian tubuh pasien secara sengaja untuk menfasilitasi
kesejahteraan fisiologis dan psikologis dan di berikan posisi kepala ekstensi.

ü Berikan pemasangan oksigenasi:

ü Lakukan pemasangan oksigenasi pada klien sesaui kebutuhan klien

ü Monitor respirasi dan status O2

Rasional: supaya pasien tidak mengalami sesak napas (Wilkison, judith M: 2012)

2) Resti aspirasi berhubungan dengan adanya selang trakeostomi atau endotrakea.

Tujuan dan kriteria hasil:

Tidak akan mengalami aspirasi yang yang di buktikan oleh pencegahan aspirasi, ventilasi tidak
mengalami gangguan.

Intervensi:

· Kaji TTV:

ü Melakukan pengukuran frekuensi pernafasan

ü Melakukan pengukuran saturasi

Rasional: untuk mengetahui keadaan umum pasien

ü Lakukan manajemen jalan nafas:

ü Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

ü Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan oto tambahan dan retraksi otot intracostal

ü Monitor pola nafas: bradipne, takipnea, hiperventilasi

Palpasi ekspansi paru


Rasional: memfasilitasi kepatenan jalan napas

ü Lakukan kewaspadaan aspirasi:

ü Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

ü Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot intracostal

ü Auskultasi suara pernafasan

Rasional: mencegah dan menimalkan faktor resiko pada pasien yang beresiko terhadap aspirasi.

ü Lakukan pemantauan pernapasan:

ü Monitor frekuensi, ritme, kedalaman pernafasan

ü Catat pergerakan dada, kesimetrisan, penggunaan otot tambahan dan retraksi otot intracostal

ü Monitor pernafasan hidung

ü Palpasi ekspansi paru

Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
pertukaran gas yang adekuat. (Wilkison, judith M: 2012)

3) Hipotermi berhubungan dengan terpajan lingkungan yang dingin.

Tujuan dan kriteria hasil:

Suhu tubuh dalam rentang normal, dan nadi, RR dalam rentang normal.

Intervensi:

· Pantau tanda – tanda vital:

ü Melakukan pengukuran frekuensi pernafasan

ü Lakukan pengukuran saturasi

ü Catat jika adanya fluktuasi tekanan darah

ü Monitor kualitas dari nadi


Rasional: mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler, pernapasan dan suhu tubuh untuk
menentukan serta mencegah komplikasi.

· Lakukan regulasi suhu: intra bedah:

ü Monitor suhu sesering mungkin

ü Monitor tekanan darah, nadi dan RR

ü Berikan selimut hangatdan letakkan peralatan udara hangat dibawah dan diatas pasien

Rasional: menpertahankan atau mencapai suhu intrabedah yang diharapkan.

(Wilkison, judith M: 2012)

4) Resiko cidera jatuh berhubungan dengan kondisi pascabedah, penurunan kesadaran


efek general anastesi.

Tujuan dan kriteria hasil:

Resiko jatuh akan menurun atau terbatas tang di buktikan oleh keseimbangan, gerakan terkoorndinasi,
perilaku pencegahan jatuh, kejadian jatuh, dan pengetahuan : pencegahan jatuh.

Intervensi:

· Lakukan manajemen lingkungan:

ü Berikan keamanan pada pasien

ü Berikan alat- alat pengikat yang sesuai dan dengan benar.

Rasional: memantau dan memanipulasi lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan.

· Lakukan pencegahan jatuh

ü Pasang restrain pada tempat tidur pasien

ü Posisikan pasien seaman mungkin

Rasional: menerapkan tindakan kewaspadaan khusus bersama pasien yang memiliki resiko mengalami
cidera akibat jatuh.

(Wilkison, judith M: 20

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Ca Mamae adalah sel karsinoma yang tumbuh di daerah payudara. Ca Mamae ini bisa disebabkan
karena faktor internal maupun eksternal. Tanda dan gejala yang biasa muncul pada pasien Ca Mamae
adanya benjolan/massa di payudara, terasa nyeri dan terjadi pembesaran yang abnormal.

2. Saran

Kita harus selau waspada dan secara rutin memeriksa payudara agar apabila terdapat kelainan, bisa
langsung diobati sebelum mengalami tahap yang paling tinggi dan sebelum kanker payudara itu
bermetastasis lebih jauh.

DAFTAR PUSTAKA

Bunner and sunddart, 2002. Keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol. 1. Jakarta: EGC

Bunner and sunddart, 2002. Keperawatan medikal bedah, edisi 8 vol. 2. Jakarta: EGC

Gale, danielle, 2000. Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta: EGC

Jitowiyono, sugeng dan kristiyanasari, weni,2012. Asuhan keperawatan post opersi. Yogyakarta: medikal
book.

Nurarif, amin huda, 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-
NOC. Yogyakarta: mediaction
Tucker, susan martin, 1999. Standar keperawatan pasien. Jakarta : EGC

Wilkison, judith M, 2012. Buku saku diagnosa keperawatan. jakarta: EGC

You might also like