You are on page 1of 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

H DENGAN
APENDISITIS AKUT

Disusun oleh :

Devita Alifiyanti

220112170519

PROFESI NERS ANGKATAN XXXV

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2018
PENDAHULUAN

Apendisitis akut adalah suatu radang pada mukosa apendiks vermiformis yang muncul
secara mendadak dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang sering ditemui.
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain hiperplasia jaringan limfe,
sumbatan fecalith, tumor apendiks dan cacing ascaris yang dapat menimbulkan sumbatan.
Apendisitis akut merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
pembedahan segera. Pada kasus yang ringan, apendisitis dapat sembuh tanpa tindakan
pembedahan, namun banyak kasus yang memerlukan tindakan operasi laparotomi untuk
mengangkat umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak ditangani segera, angka kematian akibat
komplikasi apendisitis cukup tinggi dikarenakan terjadinya peritonitis dan syok ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
apendisitis, diantaranya :
 Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35%
karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan 1% karena sumbatan oleh parasit dan
cacing.
 Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Bakteri yang
ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lactobacilus,
Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
 Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang memudahkan terjadi
apendisitis.
 Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.

Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan oleh
bakteria. Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam
sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di sekum dan peningkatan flora kuman di
kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.
Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit, meliputi semua lapisan
dinding apendiks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang menghambat
pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan
pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36
jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium
ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.

Penegakan Diagnosa Apendisitis Akut


Gambaran klinis pada apendisitis akut yaitu :
 Tanda awal nyeri di epigastrium atau regio umbilicus disertai mual dan anorexia. Demam
biasanya ringan, dengan suhu sekitar 37,5 - 38,5C. Bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah
terjadi perforasi.
 Nyeri berpindah ke kanan bawah dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di
titik Mc Burney, nyeri tekan, nyeri lepas dan adanya defans muskuler.
 Nyeri rangsangan peritoneum tak langsung nyeri kanan bawah pada tekanan kiri
(Rovsing’s Sign) nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepaskan (Blumberg’s
Sign) batuk atau mengedan
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium leukosit akan ditemukan adanya peningkatan neutrofil dengan
jumlah lebih dari 75%. Nilai leukosit yang normal dapat ditemukan pada 10% pasien.
Jumlah leukosit yang sangat tinggi (>20.000/ml) mengarahkan kecurigaan apendisitis
dengan komplikasi baik gangren maupun perforasi. Pemeriksaan urinalisis dapat
menyingkirkan kemungkinan pada nefrolitiasis.
 Radiografi
Pemeriksaan USG memiliki sensitivitas 85% dan spesifisitas 90% untuk mendiagnosis
apendisitis akut. Pada pemeriksaan USG, terlihat penebalan dinding dan terdapat
pembesaran lebih dari 7 mm pada apendiks. Pada keadaan yang lebih berat dapat
ditemukan cairan peripendiks. Penggunaan USG dianggap tidak invasif dan tidak
memberikan efek radiasi sehingga cocok untuk ibu hamil dan anak-anak. USG pelvis juga
sebaiknya dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan pada patologi pelvis
seperti, abses ovarium atau torsi ovarium. CT Scan juga dapat digunakan pada pasien
dengan apendisitis. Sensitivitas CT-scan adalah 90% dan spesifisitas 80% – 90%.
Umumnya, penemuan pada CT Scan tergantung dari derajat keparahan. Distensi lumen
lebih yang dari 7mm dan penebalan dinding akan memberikan gambaran halo atau target
sign. CT Scan juga dapat mengidentifikasi apendikolith pada 50% pasien dengan
apendisitis dan persentasi kecil pada pasien non apendisitis akut.
 Diagnosa laparoskopi
Pada umumnya pasien apendisitis dapat didiagnosa secara akurat berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan bila perlu dengan bantuan radiografi.
Hanya pada beberapa pasien saja laparoskopi diagnostik dibutuhkan untuk memeriksa
bagian abdomen dan mengevaluasi rongga abdomen sehingga dapat menemukan penyebab
lain jika terdapat keluhan nyeri abdomen.

Penatalaksanaan Appendisitis
Penatalaksanaan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan
dalam penatalaksanaan dapat meningkatkan kejadian perforasi. Ligasi yang biasa dilakukan
pada apendektomi adalah dengan purse string (z-stich atau tobacco sac) dan ligasi ganda.
Pada keadaan normal, digunakan jahitan purse string. Ligasi ganda digunakan pada saat
pembalikkan tunggul tidak dapat dicapai dengan aman, sehingga yang dilakukan adalah
meligasi ganda tunggul dengan dua baris jahitan. Dengan peningkatan penggunaan
laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik menjadi lebih
sering. Prosedur ini sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit,
pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi
terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi.
Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen,
terutama pada wanita.

1. PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
TTL : Sumedang, 2 Agustus 1964
Usia : 53 tahun
JK : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jaya Mekar, Cibugel Sumedang
No. Medrec : 708391
Diagnosa medis : Apendisitis Akut
Tanggal masuk RS : 27 Maret 2018
Tanggal pengkajian : 27 Maret 2018
Asal pasien : Rawat Jalan (IGD)
2. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny. E
Hub. dengan pasien : Istri Tn. H
Alamat : Jaya Mekar, Cibugel Sumedang

A. PRE OPERASI
1. Keluhan utama : Sakit perut sebelah kanan
2. Riwayat penyakit : 7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh perut
sebelah kanan sakit. Sakit dirasakan seperti tertusuk tusuk, namun sedikit mereda
setelah diberikan obat
3. Riwayat operasi atau anestesi : Tidak Ada
4. Riwayat alergi : Tidak Ada
5. Riwayat asma : Kambuh saat pasien flu
6. Jenis operasi : Apendiktomi
7. TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- HR : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Saturasi O2 : 100%
- Suhu : 360 C
8. TB/BB : TB 167 Cm/BB 68 kg

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
1. Status Emosional : Pasien Kooperatif
2. Tingkat kecemasan : Cemas
3. Skala cemas : Skala 1 (mengungkapkan kecemasan)
4. Skala nyeri : Nyeri berat skala 7
5. Survey sekunder, dilakukan head to toe secara prioritas
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Kembung, terdapat nyeri tekan saat dipalpasi
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya

6. Hasil data penunjang


- Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai standar
Hemostasis
Masa pendarahan/BT 2.00 Menit 1-3
Masa pembekuan/CT 7.00 Menit 5-11
Imunoserologi
Hepatitis Marker
HbsAg Negatif Negatif
Kimia klinik
Glukosa darah
Glukosa darah sewaktu 135 mg/dL 100-150
Fungsi ginjal
Kreatinin 1,56 mg/dL 0,5-1,1
- EKG

B. INTRA OPERASI
1. Anestesi dimulai jam : 19.06 WIB
2. Pembedahan dimulai jam : 19.10 WIB
3. Jenis anestesi : NU
4. Posisi operasi : Supine
5. Skin preparation : providon iodine 10% dan alkohol 90%
6. Catatan anestesi :
a. Cairan infus : asering
b. Alat penunjang : ESU Cauter dan suction
c. Obat anestesi
- Petidine 50mg
- Atra 15mg
- Recspol 100mg
- Ondansetron 4 mg
- Ranitidine 50mg
7. Pemasangan alat : tidak terpasang NGT dan kateter urine
8. TTV
TD : 120/83 mmHg
HR : 103x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360
Saturasi oksigen : 100%
9. Survey sekunder, dilakukan head to toe secara prioritas
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Terdapat luka sayatan
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya
10. Total cairan masuk
Infus : asering 500cc
11. Total cairan keluar
Perdarahan : 30cc
12. Balance cairan : input – output
: 500 – 30
: 470cc

C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke RR, pukul 20.19
2. Keluhan saat masuk ruang RR : nyeri perut pada area operasi
3. Keadaan umum : Memuaskan
4. TTV
TD : 105/59 mmHg
HR : 103 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 360 C
Saturasi O2 : 92%
5. Kesadaran : compos mentis
6. Terapi oksigen : nassal canul (6 lpm)
7. ALDERT SCORE : aktifitas 1, sirkulasi 2, pernafasan 2, kesadaran 2, warna kulit
2
8. Survey sekunder
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Terdapat bekas luka jahitan apendiktomi pada
abdomen kanan
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya
9. Skala nyeri
Skala nyeri 7 (nyeri berat)
10. Perawatan pasca operasi : ketorolac 60mg
D. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : pasien mengatakan nyeri Apendisitis  Apendik Nyeri
pada luka bekas operasi terinflamasi  peningkatan
Do : tekanan intraluminal 
- TD : 105/59 mmHg menghambat aliran limfe 
- HR : 103 x/menit ulserasi pada dinding mukosa 
- RR : 20 x/menit gangren dan perforasi 
0
- Suhu : 36 C apendiktomi  luka post OP 
- Saturasi O2 : 92% nyeri

Do : Apendisitis  Apendik Resiko infeksi


- TD : 105/59 mmHg terinflamasi  peningkatan
- HR : 103 x/menit tekanan intraluminal 
- RR : 20 x/menit menghambat aliran limfe 
- Suhu : 360 C ulserasi pada dinding mukosa 
- Saturasi O2 : 92% gangren dan perforasi 
- Terdapat bekas luka operasi apendiktomi  luka post OP 
pada perut sebelah kanan resiko infeksi
Do : Apendik terinflamasi  Resiko kekurangan
- Pasien terlihat lemah peningkatan tekanan intraluminal volume cairan
- TD : 105/59 mmHg  menghambat aliran limfe 
- HR : 103 x/menit ulserasi pada dinding mukosa 
- RR : 20 x/menit gangren dan perforasi 
- Suhu : 360 C apendiktomi  puasa persiapan
- Saturasi O2 : 92% operasi, perdarahan  intake
- Puasa sejak pukul 13.00 berkurang  output bertambah 
- Perdarahan 30cc resiko kekurangan volume cairan
Do : Apendik terinflamasi  Ansietas
- TD : 130/80 mmHg peningkatan tekanan intraluminal
- HR : 88 x/menit  menghambat aliran limfe 
- RR : 20 x/menit ulserasi pada dinding mukosa 
- Saturasi O2 : 100% gangren dan perforasi 
- Muka pasien terlihat cemas apendiktomi  ansietas
dan tegang

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri berhubungan Dalam 1 x 24 - Memberikan terapi - Memaksimalkan
dengan terputusnya jam nyeri oksigen sesuai ventilasi.
kontinuitas jaringan berkurang dan kebutuhan
pasien dapat - Posisikan klien seaman - Mengurangi nyeri
menerapkan dan senyaman secara non
teknik mungkin farmakologis
nonfarmakologi - Ajarkan teknik
untuk relaksasi nafas dalam
meringankan - Matikan lampu - Mengurangi
nyeri ruangan saat tidak ada stimulus nyeri
aktivitas tindakan akibat pencahayaan
medis atau
keperawatan
- Dekatkan segala - Mengurangi
keperluan klien stimulus nyeri akibat
disekitar tempat tidur mobilisasi
(makanan, mnuman,
buku, handphone dll)
- Berikan obat analgetik - Mengurangi nyeri
sesuai indikasi dokter secara farmakologis
Resiko infeksi Dalam 3 x 24 - Bersihkan lingkungan - Menghindari infeksi
berhubungan dengan jam pasien setelah dipakai pasien bakteri
adanya bekas luka bebas dari tanda lain
post operasi dan gejala - Instruksikan pada
infeksi pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
meninggalkan pasien
- Gunakan sabun - Dapat membunuh
antimikroba untuk cuci bakteri dan
tangan mencegah infeksi
- Cuci tangan setiap - Mencegah infeksi
sebelum dan setelah dari perawat ke
tindakan keperawatan pasien atau
sebaliknya
- Gunakan baju OK dan - Alat perlindungan
APD sebagai alat diri
pelindung
- Pertahankan - Langkah untuk
lingkungan aseptik menjaga lingkungan
selama tindakan tetap steril dari
bakteri atau virus
- Berikan terapi - Mencegah infeksi
antibiotik bila perlu
- Monitor tanda dan - Langkah awal untuk
gejala infeksi sistemik penanganan
dan lokal terhadap gejala
- Monitor kerentanan infeksi
terhadap infeksi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
- Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
- dorong masukan cairan
- dorong istirahat
- ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- ajarkan cara
menghindari infeksi
- laporkan kecurigaan
infeksi
Resiko kekurangan Dalam 1x24 - Pantau keluaran urin - Memantau intake
volume cairan jam balance - Pantau intake dan dan output agar
berhubungan dengan cairan seimbang output yang akurat keseimbangan
kurangnya intake dan cairan tetap terjaga
perdarahan saat dan pasien tidak
operasi mengalami syok
- Monitor status hidrasi - Monitor tanda-tanda
(kelembaban membran syok
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah
orthostatik)
- Monitor vital sign
- Monitor status nutrisi - Intake adekuat untuk
memenuhi
kebutuhan cairan
- Pelihara IV line - Pencegahan syok
- Monitor tingkat hb dan pada pasien post
hematokrit operasi
Atur kemungkinan
transfusi darah
Ansietas berhubungan Dalam 30 menit - Gunakan pendekatan - Bina trust
dengan tindakan pasien dapat yang menenangkan diperlukan agar
operasi mengungkapkan pasien yakin dan
gejala cemas percaya, serta mau
dan dapat mengugkapkan
mengontrol perasaannya
cemas - Jelaskan semua - Pengetahuan dan
prosedur dan apa informasi yang baik
yang dirasakan tentang suatu
selama prosedur penyakit dan
prosedur yang
harus dilakukan
membantu
mempersiapkan
mental pasien
terhadap apa yang
akan terjadi pada
dirinya
- Dorong pasien untuk - Dengan
mengungkapkan mengungkapkan
perasaan, ketakutan perasaan. Maka
dan persepsi dapat ditentukan
intervensi yang
tepat dilakukan
untuk pasien
- Dengarkan dengan - Membuat pasien
penuh perhatian merasa
- Pahami perspektif didengarkan dan
pasien terhadap dperhatikan
situasi stres
- Identifikasi tingkat - Dengan mengetahui
kecemasan tingkat stres pasien,
maka dapat
diketahui ciri-ciri
kecemasan yang
akan muncul dan
intervensi yang
tepat diberikan
sesuai tingkat
kecemasan
- Temani pasien untuk - Menemani pasien
memberikan merupakan bentuk
keamanan dan dukungan yang
mengurangi takut dapat diberikan
untuk mengurangi
kecemasan
- Instruksikan pasien - Teknik non
menggunakan teknik farmakologis yang
relaksasi dapat diajarkan
untuk mengurangi
kecemasan pada
pasien

F. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. H ruangan : OK RSUD Sumedang
No. Medrec : 708391 nama mahasiswa : Devita Alifiyanti

Diagnosa Tanggal/jam Implementasi Respon paraf


Nyeri berhubungan 27 Maret - Memposisikan pasien - Pasien
dengan terputusnya 2018/ jam seaman dan senyaman kooperatif
kontinuitas jaringan 20.25 mungkin (supine)
- Memberikan terapi - Pasien
oksigen kooperatif
- Mengajarkan teknik - Pasien
relaksasi nafas dalam kooperatif dan
mengikuti
instruksi

- Memberikan obat - Pasien


analgetik sesuai kooperatif
indikasi dokter
Resiko infeksi 27 Maret - Membersihkan - Dilakukan dan
berhubungan dengan 2018/ jam lingkungan setelah dikerjakan
adanya bekas luka 19.00 dipakai pasien lain dengan baik
post operasi - Menggunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan
- Mencuci tangan setiap
sebelum dan setelah
tindakan keperawatan
- Menggunakan baju
OK dan APD sebagai
alat pelindung
- Mempertahankan
lingkungan aseptik
selama tindakan
- Memberikan terapi
antibiotik bila perlu
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi - Pasien
- Mendorong istirahat kooperatif
Resiko kekurangan 27 Maret - Pantau intake dan Intervensi
volume cairan 2018/ jam output yang akurat dijalankan
berhubungan dengan 20.20 Pasien
kurangnya intake dan - Monitor status hidrasi kooperatif
perdarahan saat (kelembaban
operasi membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan
darah orthostatik)
- Monitor vital sign
- Monitor status nutrisi
- Pelihara IV line

Ansietas 27 Maret - Menggunakan Pasien


berhubungan dengan 2018/ jam pendekatan yang kooperatif dan
tindakan operasi 18.30 menenangkan mengungkapkan
- Mendorong pasien kecemasannya
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan
dan persepsi
- Mendengarkan
dengan penuh
perhatian
- Memahami
perspektif pasien
terhadap situasi stres
- Mengidentifikasi
tingkat kecemasan
- Menemani pasien
untuk memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
- Menginstruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi

G. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. H ruangan : OK RSUD Sumedang
No. Medrec : 708391 nama mahasiswa : Devita Alifiyanti

Diagnosa Tanggal/jam SOAP Paraf


Nyeri berhubungan 27 Maret S : pasien mengatakan jika
dengan terputusnya 2018/ jam nyerinya berkurang
kontinuitas jaringan 20.30 O : pasien dapat istirahat dengan
baik
A : masalah nyeri teratasi
sebagian, perlu intervensi lebih
lanjut
P : lanjutkan intervensi
Resiko infeksi 27 Maret S : -
berhubungan dengan 2018/jam O : luka dijahit, bersih
adanya bekas luka post 19.00 A : masalah resiko infeksi teratasi
operasi P : lanjutkan intervensi, lakukan
tindakan steril dalam mengganti
balutan
Resiko kekurangan 27 Maret S : -
volume cairan 2018/jam O : jumlah perdarahan 30cc,
berhubungan dengan 20.20 terpasang cairan infus asering
kurangnya intake dan 500cc (20 tetes permenit)
perdarahan saat A : masalah resiko kekurangan
operasi volume cairan teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi, monitor
intake dan output, dan kolaborasi
pemberian cairan elektrolit
Ansietas berhubungan 27 Maret S : pasien mengatakan jika sudah
dengan tindakan 2018/jam yakin dan pasrah pada tindakan
operasi 18.45 operasi
O : pasien terlihat lebih tenang
A : masalah cemas teratasi
sebagian
P : lanjutkan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Brunnert & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah ed 8 vol 3. Jakarta. EGC
Nanda internasional Inc. Diagnosis keperawatan : definisi, klasifikasi (2015-2017).
Jakarta. EGC
Nurafif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Nanda (North America Nursing Diagnosis Association)
NIC.NOC. Yogyakarta. Mediaction Publishing
http://generalsurgery-fkui.blogspot.co.id/2011/05/penatalaksanaan-apendisitis.html
diakses pada 30 Maret 2018 pukul 19.00
https://dokudok.com/daftar-penyakit/penatalaksanaan-apendisitis-akut/ diakses
pada 30 Maret 2018 pukul 19.00

You might also like