Professional Documents
Culture Documents
H DENGAN
APENDISITIS AKUT
Disusun oleh :
Devita Alifiyanti
220112170519
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
PENDAHULUAN
Apendisitis akut adalah suatu radang pada mukosa apendiks vermiformis yang muncul
secara mendadak dan merupakan salah satu kasus akut abdomen yang sering ditemui.
Apendisitis akut dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain hiperplasia jaringan limfe,
sumbatan fecalith, tumor apendiks dan cacing ascaris yang dapat menimbulkan sumbatan.
Apendisitis akut merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan
pembedahan segera. Pada kasus yang ringan, apendisitis dapat sembuh tanpa tindakan
pembedahan, namun banyak kasus yang memerlukan tindakan operasi laparotomi untuk
mengangkat umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak ditangani segera, angka kematian akibat
komplikasi apendisitis cukup tinggi dikarenakan terjadinya peritonitis dan syok ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. Ada beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
apendisitis, diantaranya :
Faktor Obstruksi
Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35%
karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan 1% karena sumbatan oleh parasit dan
cacing.
Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Bakteri yang
ditemukan biasanya E.coli, Bacteriodes fragililis, Splanchicus, Lactobacilus,
Pseudomonas, Bacteriodes splanicus.
Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang memudahkan terjadi
apendisitis.
Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari.
Apendisitis akut merupakan peradangan akut pada apendiks yang disebabkan oleh
bakteria. Obstruksi pada lumen menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks
mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan intralumen. Tekanan di dalam
sekum akan meningkat. Kombinasi tekanan tinggi di sekum dan peningkatan flora kuman di
kolon mengakibatkan sembelit, hal ini menjadi pencetus radang di mukosa apendiks.
Perkembangan dari apendisitis mukosa menjadi apendisitis komplit, meliputi semua lapisan
dinding apendiks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor pencetus setempat yang menghambat
pengosongan lumen apendiks atau mengganggu motilitas normal apendiks.
Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia,
menghambat aliran limfe, terjadi ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi menyebabkan
pembengkakan apendiks bertambah (edema) dan semakin iskemik karena terjadi trombosis
pembuluh darah intramural (dinding apendiks). Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal
yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Gangren dan perforasi khas dapat terjadi dalam 24-36
jam, tapi waktu tersebut dapat berbeda-beda setiap pasien karena banyak faktor.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri
didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium
ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah, akan
terjadi apendisitis perforasi.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurna, tetapi akan membentuk
jaringan parut yang menyebabkan perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini
dapat menimbulkan keluhan berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
meradang akut lagi dan dinyatakan mengalami eksaserbasi akut.
Penatalaksanaan Appendisitis
Penatalaksanaan apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendektomi. Keterlambatan
dalam penatalaksanaan dapat meningkatkan kejadian perforasi. Ligasi yang biasa dilakukan
pada apendektomi adalah dengan purse string (z-stich atau tobacco sac) dan ligasi ganda.
Pada keadaan normal, digunakan jahitan purse string. Ligasi ganda digunakan pada saat
pembalikkan tunggul tidak dapat dicapai dengan aman, sehingga yang dilakukan adalah
meligasi ganda tunggul dengan dua baris jahitan. Dengan peningkatan penggunaan
laparoskopi dan peningkatan teknik laparoskopik, apendektomi laparoskopik menjadi lebih
sering. Prosedur ini sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit,
pemulihan yang lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah, akan tetapi
terdapat peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi.
Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut abdomen,
terutama pada wanita.
1. PENGKAJIAN
IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. H
TTL : Sumedang, 2 Agustus 1964
Usia : 53 tahun
JK : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jaya Mekar, Cibugel Sumedang
No. Medrec : 708391
Diagnosa medis : Apendisitis Akut
Tanggal masuk RS : 27 Maret 2018
Tanggal pengkajian : 27 Maret 2018
Asal pasien : Rawat Jalan (IGD)
2. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny. E
Hub. dengan pasien : Istri Tn. H
Alamat : Jaya Mekar, Cibugel Sumedang
A. PRE OPERASI
1. Keluhan utama : Sakit perut sebelah kanan
2. Riwayat penyakit : 7 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh perut
sebelah kanan sakit. Sakit dirasakan seperti tertusuk tusuk, namun sedikit mereda
setelah diberikan obat
3. Riwayat operasi atau anestesi : Tidak Ada
4. Riwayat alergi : Tidak Ada
5. Riwayat asma : Kambuh saat pasien flu
6. Jenis operasi : Apendiktomi
7. TTV :
- TD : 130/80 mmHg
- HR : 88 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Saturasi O2 : 100%
- Suhu : 360 C
8. TB/BB : TB 167 Cm/BB 68 kg
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
1. Status Emosional : Pasien Kooperatif
2. Tingkat kecemasan : Cemas
3. Skala cemas : Skala 1 (mengungkapkan kecemasan)
4. Skala nyeri : Nyeri berat skala 7
5. Survey sekunder, dilakukan head to toe secara prioritas
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Kembung, terdapat nyeri tekan saat dipalpasi
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya
B. INTRA OPERASI
1. Anestesi dimulai jam : 19.06 WIB
2. Pembedahan dimulai jam : 19.10 WIB
3. Jenis anestesi : NU
4. Posisi operasi : Supine
5. Skin preparation : providon iodine 10% dan alkohol 90%
6. Catatan anestesi :
a. Cairan infus : asering
b. Alat penunjang : ESU Cauter dan suction
c. Obat anestesi
- Petidine 50mg
- Atra 15mg
- Recspol 100mg
- Ondansetron 4 mg
- Ranitidine 50mg
7. Pemasangan alat : tidak terpasang NGT dan kateter urine
8. TTV
TD : 120/83 mmHg
HR : 103x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 360
Saturasi oksigen : 100%
9. Survey sekunder, dilakukan head to toe secara prioritas
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Terdapat luka sayatan
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya
10. Total cairan masuk
Infus : asering 500cc
11. Total cairan keluar
Perdarahan : 30cc
12. Balance cairan : input – output
: 500 – 30
: 470cc
C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke RR, pukul 20.19
2. Keluhan saat masuk ruang RR : nyeri perut pada area operasi
3. Keadaan umum : Memuaskan
4. TTV
TD : 105/59 mmHg
HR : 103 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 360 C
Saturasi O2 : 92%
5. Kesadaran : compos mentis
6. Terapi oksigen : nassal canul (6 lpm)
7. ALDERT SCORE : aktifitas 1, sirkulasi 2, pernafasan 2, kesadaran 2, warna kulit
2
8. Survey sekunder
Normal Jika tidak normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala Ya
Leher Ya
Dada Ya
Abdomen Tidak Terdapat bekas luka jahitan apendiktomi pada
abdomen kanan
Genitalia Ya
Integumen Ya
Ekstremitas Ya
9. Skala nyeri
Skala nyeri 7 (nyeri berat)
10. Perawatan pasca operasi : ketorolac 60mg
D. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : pasien mengatakan nyeri Apendisitis Apendik Nyeri
pada luka bekas operasi terinflamasi peningkatan
Do : tekanan intraluminal
- TD : 105/59 mmHg menghambat aliran limfe
- HR : 103 x/menit ulserasi pada dinding mukosa
- RR : 20 x/menit gangren dan perforasi
0
- Suhu : 36 C apendiktomi luka post OP
- Saturasi O2 : 92% nyeri
G. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama pasien : Tn. H ruangan : OK RSUD Sumedang
No. Medrec : 708391 nama mahasiswa : Devita Alifiyanti
Brunnert & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah ed 8 vol 3. Jakarta. EGC
Nanda internasional Inc. Diagnosis keperawatan : definisi, klasifikasi (2015-2017).
Jakarta. EGC
Nurafif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Nanda (North America Nursing Diagnosis Association)
NIC.NOC. Yogyakarta. Mediaction Publishing
http://generalsurgery-fkui.blogspot.co.id/2011/05/penatalaksanaan-apendisitis.html
diakses pada 30 Maret 2018 pukul 19.00
https://dokudok.com/daftar-penyakit/penatalaksanaan-apendisitis-akut/ diakses
pada 30 Maret 2018 pukul 19.00