You are on page 1of 18

PATOFISIOLOGI DAN ASKEP

HIDROCHEFALUS

Disusun oleh :

1. Chica Wahyu (1603017)


2. Mila Zaskia (1603053)
3. M. Sholihin (1603057)
4. Wanda Ardila (1603081)

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2017/2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah.

Naskah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki naskah ini.

Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam naskah ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, Maret 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hidrosefalus adalah suatu pemyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal atau
kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis (CSS) dengan atau
karena tekanan intra kranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang tempat
mengalirnya cairan serebrospinalis (CSS).( Ngastiyah : 1997 ). Bila masalah ini tidak
segera di tanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat menurunkan angka
kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi disuatu
daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita
Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th :
0,5%, Malaysia : anak 5-12 th 15%, India anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan
penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan
pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register dari ruang perawatan IKA I
RSPAD Gatot Soebroto selama 3 bulan terakhir dari bulan oktober-desember 2007
jumlah anak yang menderita dengan gangguan serebral berjumlah 159 anak dan yang
mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak dengan persentase 43,39%.
Hydrocephalus dapat terjadi pada semua umur tetapi paling banyak pada bayi
yang ditandai dengan membesarnya kepala melebihi ukuran normal. Meskipun banyak
ditemukan pada bayi dan anak, sebenarnya hydrosephalus juga biasa terjadi pada oaran
dewasa, hanya saja pada bayi gejala klinisnya tampak lebih jelas sehingga lebih mudah
dideteksi dan diagnosis. Hal ini dikarenakan pada bayi ubun2nya masih terbuka, sehingga
adanya penumpukan cairan otak dapat dikompensasi dengan melebarnya tulang2
tengkorak. Sedang pada orang dewasa tulang tengkorak tidak mampu lagi melebar.

B. Tujuan Pembelajaran
Untuk mengetahui berbagai hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat
merancang berbagai cara untuk mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan
pada kasus hidrosefalus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
- Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang
subarachnoid atau ruang subdural. ( Suriadi : 2001)
- Hidrosefalus adalah keadaan fatlogis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebro spinalis (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra cranial yang meningkat
sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS. ( Ngastiyah :1997)
- Hidrosefalus adalah akumulasi berlebuhan dari cairan serebrospinalis (CSS) dalam
sisitem ventrikel, yang mengakibatkan dilatasi positif pada ventrikel. ( Donna L. Wong :
2003 )
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian dari Hidrosefalus ialah bertambahnya cairan serebro spinalis atau CSS di otak
dengan atau tanpa tekanan intra cranial yang meningkat sehingga terjadi pembesaran
pada tempat mengalirnya cairan serebro spinalis (CSS).

B. Etiologi
Etiologi Hidrosefalus menurut L.Djoko Listiono (1998 );
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya hidrosefalus
kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini mencakup
malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan vaskuler. Pada
sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan untuk ini
diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik
2. Sebab-sebab Postnatal
a. Lesi masa menyebabkan peningkatan resistensi aliran liquor serebrospinal dan
kebanyakan tumor berlokasi di fosa posterior.Tumor lain yang menyebabkan hidrosefalus
adalah tumor di daerah mesencephalon. Kista arachnoid dan kista neuroepitalial
merupakn kelompok lesi masa yang menyebabkan aliran gangguan liquor berlokasi di
daerah supraselar atau sekitar foramen magmum.
b. Perdarahan yang disebabkan oleh berbagai kejadian seperti prematur, cedera kepala,
ruptura malformasi vaskuler.
c. Meningitis. Semua meningitis bakterialis dapat menyebabkan hidrosefalus akibat
dari fibrosis leptomeningeal. Hidrosefalus yang terjadi biasanya multi okulasi, hal ini
disebabkan karena keikutsertaan adanya kerusakan jaringan otak
d. Gangguan aliran vena. Biasanya terjadi akibat sumbatan antomis dan fungsional
seperti akhondroplasia dimana terjadi gangguan drainase vena pada basis krani,
trombosis jugularis
Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat pada bayi dan anak –
anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah
1) Kelainan bawaan
Stenosis Aquaductus sylv
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat
berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya.
Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-
bulan pertama setelah lahir.
Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis
dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen
magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus
obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan
krista yang besar di daerah losa posterior.
Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usi
Anomali Pembuluh Darah
2) Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi
ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3) Perdarahan
4) Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
Tumor Ventrikel kiri
Tumorfosa posterior
Pailoma pleksus khoroideus
Leukemia, limfoma
5) Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6) Gangguan Vaskuler
Dilatasi sinus dural
Thrombosis sinus venosus
Malformasi V. Galeni
Ekstaksi A. Basilaris

C. Patofisiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS dalam ventrikel dan
tempat absorbsi dalam ruang subarakhnoid. Akibatnya terjadi dilatasi ruangan CSS.
Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terjadi pada bayi adalah karena kelainan
bawaan / kongenital, infeksi, neoplasma dan perdarahan.
Hidrosefalus terjadi karena adanya gangguan absorbsi CSF dalam subaracnoid
(comunicating Hidrosefalus) dan atau adanya obstruksi dalam ventrikel yang mencegah
CSF masuk ke rongga sub arachnoid karena infeksi, neoplasma, perdarahan, atau
kelainan bentuk perkembangan otak janin. (non comunicating Hidrosefalus) cairan
terakumulasi ke dalam ventrikel dan mengakibatkan dilatasi ventrikel dan penekanan
organ - organ yang terdapat dalam otak.
Tanda dan gejala dari Hidrosefalus diantaranya adanya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat seperti mual, muntah, nyeri kepala, edema pupil.
Pembesaran tengkorak yang terjadi bila tekanan yang meninggi saat sebelum sutura
tengkorak menutup, ubun-ubun besar melebar, teraba tegang atau menonjol. Dahi
melebar dengan kulit kepala menipis. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya cracked
pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi kepala. Bola mata
terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan tulang supraorbita. Sklera tampak di atas
iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam (sunset sign). Pergerakan bola mata
tidak teratur dan nistagmus.
Komplikasi yang biasa terjadi diantaranya meningkatnya tekanan intrakranial,
kerusakan otak, infeksi seperti septikemia, endokarditis, nefritis, meningitis, abses otak,
ventrikulitis, hematoma subdural, peritonitis, abses abdomen, perforasi organ dalam
rongga abdomen, hernia, ileus dan dapat mengakibatkan kematian.
D. Pathway

Kongenital Infeksi GG Vaskuler neoplasma degeneratif perdarahan

a. Stenosis akuaduktus Peradangan pd Proliferasi sel Keluarnya cairan


sylvii selaput meningen scr abnormal (darah)
b. Spina bifida &
cranium bifida
c. Sindrom dendy Terbentuk
Terbentuknya Masuk keruang
welker massa didlm
jaringan parut intrakranial
otak

Obstruksi aliran CSS

infeksi Pemasangan shunt Akumulasi CSS di ventrikel Peningkatan TIK

Resiko tinggi infeksi Ventrikel dilatasi dan menekan organ- Nyeri kepala Muntah
b.d pemasangan organ yang terdapat didalam otak proyektil
drain/shunt

Pembesaran kepala Potensial komplikasi a. Lemas


peningkatan b. Gg jalan
tekanan intrakranial
b.d akumulasi
Gg mobilitas pd bayi cairan serebrospinal Penurunan
& anak-anak
kesadaran

Gg pertumbuhan somnolen
dan perkembangan
b.d pembesaran
kepala
E. Gejala Klinis
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama
kelamaan menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh
peningkatan dimensi ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran
wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis
dan kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis : terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
pisah dan pelebaranvontanela.
Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim ventrikel . CT scan dapat
menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan dan adnya massa pada
ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan
atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka
akan terjadi retardasi mental dan fisik.

F. Pemeriksaan Penunjang

Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik dan
psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu :
1) Rontgen foto kepala
Dengan prosedur ini dapat diketahui:

1. Hidrosefalus tipe kongenital/infantile, yaitu: ukuran kepala, adanya pelebaran


sutura, tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial kronik berupa imopressio digitate
dan erosi prosessus klionidalis posterior.
2. Hidrosefalus tipe juvenile/adult oleh karena sutura telah menutup maka dari foto
rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.

2) Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus, lebar
halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3) Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1 cm)
dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat normal hal
ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan secara
fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka penutupan
sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4) Ventrikulografi
Yaitu dengan memasukkan konras berupa O2 murni atau kontras lainnya dengan alat
tertentu menembus melalui fontanela anterior langsung masuk ke dalam ventrikel.
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di rumah
sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5) Ultrasonografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan dapat
menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan pemeriksaan
USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di dalam menentukan
keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG tidak dapat
menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya pada pemeriksaan
CT Scan.
6) CT Scan kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan adanya
penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah sumbatan.
7) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Untuk mengetahui kondisi patologis otak dan medula spinalis dengan menggunakan
teknik scaning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

G. Therapy
1. Terapi sementara
Terapi konservatif medikamentosa berguna untuk mengurangi cairan dari pleksus
khoroid (asetazolamid 100 mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan
hanya bisa diberikan sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama
karena berisiko menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan
bagi pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk dilatasi
ventrikular posthemoragik pada anak. Pada pasien yang berpotensi mengalami
hidrosefalus transisi dapat dilakukan pemasangan kateter ventrikular atau yang
lebih dikenal dengan drainase likuor eksternal. Namun operasi shunt yang
dilakukan pasca drainase ventrikel eksternal memiliki risiko tertinggi untuk
terjadinya infeksi. Cara lain yang mirip dengan metode ini adalah dengan pungsi
ventrikel yang dapat dilakukan berulang kali.
2. Operasi shunting
Sebagian besar pasien memerlukan tindakan ini untuk membuat saluran baru
antara aliran likuor (ventrikel atau lumbar) dengan kavitas drainase (seperti
peritoneum, atrium kanan, dan pleura). Komplikasi operasi ini dibagi menjadi tiga
yaitu infeksi, kegagalan mekanis, dan kegagalan fungsional. Tindakan ini
menyebabkan infeksi sebanyak >11% pada anak setelahnya dalam waktu 24 bulan
yang dapat merusak intelektual bahkan menyebabkan kematian.
3. Endoscopic third ventriculostomy
Metode Endoscopic third ventriculostomy (ETV) semakin sering digunakan di
masa sekarang dan merupakan terapi pilihan bagi hidrosefalus obstruktif serta
diindikasikan untuk kasus seperti stenosis akuaduktus, tumor ventrikel 3
posterior, infark serebral, malformasi Dandy Walker, syringomyelia dengan atau
tanpa malformasi Arnold Chiari tipe 1, hematoma intraventrikel,
myelomeningokel, ensefalokel, tumor fossa posterior dan kraniosinostosis. ETV
juga diindikasikan pada kasus block shunt atau slit ventricle syndrome.
Kesuksesan ETV menurun pada kondisi hidrosefalus pasca perdarahan dan pasca
infeksi. Perencanaan operasi yang baik, pemeriksaan radiologis yang tepat, serta
keterampilan dokter bedah dan perawatan pasca operasi yang baik dapat
meningkatkan kesuksesan tindakan ini.
H. Komplikasi
1. Komplikasi sering terjadi karena pemasangan VP shunt adalah infeksi dan
malfungsi. Malfungsi disebakan oleh obstruksi mekanik atau perpindahan
didalam ventrikel dari bahan – bahan khusus ( jaringan /eksudat ) atau ujung
distal dari thrombosis sebagai akibat dari pertumbuhan. Obstruksi VP shunt sering
menunjukan kegawatan dengan manifestasi klinis peningkatan TIK yang lebih
sering diikuti dengan status neurologis buruk.
2. Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat
dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik,
Endokarditis bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis.
Komplikasi VP shunt yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di
sebabkan oleh reduksi yang cepat pada tekanan ntrakranial dan ukurannya.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis abses abdominal, perforasi
organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat pemasangan), fistula
hernia, dan ilius.
3. Keadaan tekanan rendah(low pressure)
Bila cairan yang dialirkan terlalu berlebihan, maka dapat menjadi keadaan dengan
tekanan rendah. Gejaala yang timbul berupa sakit kepala dan muntah saat duduk
atau berdiri. Gejala ini dapat membaik dengan asupan cairan yang tinggi dan
perubahan posisi tubuh secara perlahan

I. Prognosis
Keberhasilan tindakan operatif serta prognosis hidrosefalus ditentukan ada atau tidaknya
anomali yang menyertai, mempunyai prognosis lebih baik dari hidrosefalus yang bersama
dengan malformasi lain (hidrosefalus komplikata). Prognosis hidrosefalus infatil
mengalami perbaikan bermakna namun tidak dramatis dengan temuan operasi pisau. Jika
tidak dioperasi 50-60% bayi akan meniggal karena hidrosefalus sendiri ataupun penyakit
penyerta. Skitar 40% bayi yang bertahan memiliki kecerdasan hampir normal. Dengan
bedah saraf dan penatalaksanaan medis yang baik, sekitar 70% diharap dapat melampaui
masa bayi, sekitar 40% dengan intelek normal, dan sektar 60% dengan cacat intelek dan
motorik bermakna. Prognosis bayi hidrosefalus dengan meningomilokel lebih buruk.
Hidrosefalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis
serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena
penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia.
Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai
kecerdasan yang normal (Allan H. Ropper, 2005).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Anamnesa
1. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
2. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
3. Riwayat Penyakit dahulu
a. Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
b. Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
c. Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
4. Riwayat penyakit keluarga
5. Pengkajian persiste
a. B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
b. B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
c. B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan
mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset eyes ”,
kejang
d. B4 ( Bladder ) : Oliguria
e. B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
f. B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
Observasi tanda – tanda vital
1. Peningkatan systole tekanan darah
2. Penurunan nadi / bradikardia
3. Peningkatan frekuensi pernapasan
Pemeriksaan Fisik
1. Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala dilatasi dan
terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda
macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting – sun ) , mudah terstimulasi, lemah,
kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada
ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan tidak
reflek muntah.
2. Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi , Letargy
Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.

Pemeriksaan Diagnostik
1. Lingkar Kepala pada masa bayi
2. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang
abnormal
3. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
4. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
5. CT Scan
6. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang
intra cranial
7. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di
dalam system ventrikular atau sub – arakhnoid.
Perkembangan Mental/ Psikososial
1. Tingkat perkembangan
2. Mekanisme koping
3. Pengalaman di rawat di Rumah Sakit
Pengetahuan Klien dan Keluarga
1. Hidrosephalus dan rencana pengobatan
2. Tingtkat pengetahuan
B. Diagnosa, intervensi, evaluasi
No Diagnosa kep NOC Rencana Tindakan
NIC
1 Potensial Tidak terjadi  Observasi ketat tanda-tanda
peningkatan TIK (Nyeri
komplikasi peningkatan TIK
kepala, muntah, lethargi,
peningkatan Dengan KH : lelah, apatis, perubahan
personalitas, ketegangan
tekanan
dari sutura cranial dapat
 Kesadaran
intrakranial terlihat pada anak berumur
Komposmetis
10 tahun, penglihatan
berhubungan  Tidak terjadi
ganda, kontruksi
nyeri kepala
dengan penglihatan perifer
 TTV normal
strabismus, Perubahan
akumulasi  Tampak rileks,
pupil)
tidak meringis
cairan
kesakitan  Pantau terus tingkat
serebrospinal kesadaran anak
 Pantau terus adanya
perubahan
 Berkolaborasi dengan
dokter untuk melakukan
pembedahan, untuk
mengurangi peningkatan
 Kaji pengalaman nyeri
pada anak, minta anak
menunjukkan area yang
sakit dan menentukan
peringkat nyeri dengan
skala nyeri 0-5 (0 = tidak
nyeri, 5 = nyeri sekali)
Rasional : Membantu
dalam mengevaluasi rasa
nyeri.
 Bantu anak mengatasi nyeri
seperti dengan memberikan
pujian kepada anak untuk
ketahanan dan
memperlihatkan bahwa
nyeri telah ditangani
dengan baik.
2 Gangguan Klien tidak mengalami  Memberikan diet nutrisi
untuk pertumbuhan ( asuh )
pertumbuhan gangguan pertumbuhan
 Memberikan stimulasi atau
dan dan perkembangan rangsangan untuk
perkembangan Dengan KH perkembangan kepada anak
( asah )
berhubungan  Pertumbuhan
 Memberikan kasih sayang (
pembesaran dan
asih )
kepala perkembangan
klien tidak
mengalami
keterlambatan
dan sesuai
dengan tahapan
usia
3 Resiko tinggi Tidak terdapat tanda-  Pantau tanda-tanda infeksi(
letargi, nafsu makan
infeksi tanda infeksi ( 3 x 24
menurun, ketidakstabilan,
berhubungan jam ) perubahan warna kulit )
 Lakukan rawat luka
dengan Dengan KH
 Pantau asupan nutrisi
pemasangan  Kolaborasi dalam
 TD dalam batas
drain/shunt pemberian antibiotik
normal
 Tidak terdapat
perdarahan
 Tidak terdapat
kemerahan

C. Evaluasi

Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu


pada kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa
keperawatan sehingga :

1) Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)


2) Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
3) Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian
ulang & intervensi dirubah).
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hidrocephalus adalah: suatu keadaan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan cerebrospinal (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intra
kranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya CSS.
Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem
ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama
produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid.
Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial
menyebabkan terjadinya peleburan ruang – ruang tempat mengalirnya liquor.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam
dua bagian yaitu :
1. Hidrochepalus komunikan
2. Hidrochepalus non-komunikan
3. Hidrochepalus bertekanan normal
Insidens hidrosefalus pada anak-anak belum dapat ditentukan secara pasti dan
kemungkinan hai ini terpengaruh situasi penanganan kesehatan pada masing-masing
rumah sakit.

B. Saran
Tindakan alternatif selain operasi diterapkan khususnya bagi kasus-kasus yang
yang mengalami sumbatan didalam sistem ventrikel. Dalam hal ini maka tindakan
terapeutik semacan ini perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Ropper, Allan H. And Robert H. Brown. 2005. Adams And Victor’s Principles Of Neurology:
Eight Edition. USA.
http://haris715.blogspot.com/2012/11/askep-hidrosefalus-pada-anak.html
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35563-Kep%20Neurobehaviour-
Askep%20Hidrosefalus.html
http://asuhankeperawatanakpergatsoe.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-pada-anak-d-
dengan.html
http://nerskece.blogspot.com/2013/06/askep-hidrosefalus-pada-anak.html

You might also like