Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya. Manusia
sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan nalurinya serta mampu
menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini berbeda dengan
binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat
melepaskan dari ikatan dorongan nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung
atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada
pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan
waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada
manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalah
sebagai berikut:
3. Ayat- ayat apa saja yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari saripati tanah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
3. Untuk mengetahui ayat- ayat yang menjelaskan bahwa manusia dicipkan dari saripati tanah
D. Manfaat Penulisan
3. Kita mengetahui ayat-ayat yang menjelaskan tentang manusia diciptakan dari saripati tanah
Menurut Ibn Jurair al-Tabari, asal perkataan nutfah ialah nutf ertinya air yang sedikit yang
terdapat di dalam sesuatu bekas samada telaga, tabung dan sebagainya. Sementara perkataan amsyaj
berasal daripada perkataan masyj yang bererti percampuran.
Berasaskan kepada makna perkataan tersebut maksud ayat di atas ialah sesungguhnya Kami
(Allah) menciptakan manusia daripada air mani lelaki dan air mani perempuan.
Daripada nutfah inilah Allah menciptakan anggota-anggota yang berlainan , tingkahlaku yang
berbeza serta menjadikan lelaki dan perempuan. Daripada nutfah lelaki akan terbentunya saraf,
tulang dan fakulti , manakala dari nutfah perempuan akan terbentuknya darah dan daging.
a. Makhluk yang memiliki tenga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya
dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya
sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi
yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa
berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dibanding makhluk lainnya manusia mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-kelebihan
itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk
bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang
bergerak diruang yang terbatas. Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun
tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia
atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan
Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan
tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan
ajaran Allah ( QS. Al-An’am : 165 ). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa dibedakan ) dengan
makhluk lainnya.
Jika manusia hidup dengn ilmu selain ilmu Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam
keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal
an’aam ), bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian manusia
bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
BAB III
PEMBAHASAN
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nutfah, alaqah, dan
mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai
kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Dengan demikian al-Quran tidak berbicara tentang proses penciptaan manusia pertama. Yang
dibicarakan secara terinci namun dalam ungkapan yang tersebar adalah proses terciptanya manusia
dari tanah, saripati makanan, air yang kotor yang keluar dari tulang sulbi, alaqah, berkembang menjadi
mudgah, ditiupkannya ruh, kemudian lahir ke dunia setelah berproses dalam rahim ibu. Ayat berserak,
tetapi dengan bantuan ilmu pengetahuan dapat dipahami urutannya. Dengan demikian, pemahaman
ayat akan lebih sempurna jika ditunjang dengan ilmu pengetahuan.
Manusia adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam unsur
kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses selanjutnya, Al-Quran tidak
menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah
bahwa manusia berawal dari sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep
tersebut hanya berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab teori ini
ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah menjadi pondasi sebuah filsafat yang
menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat
dan martabat kita yang diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Walaupun manusia berasal dari materi alam dan dari kehidupan yang terdapat di dalamnya,
tetapi manusia berbeda dengan makhluk lainnya dengan perbedaan yang sangat besar karena adanya
karunia Allah yang diberikan kepadanya yaitu akal dan pemahaman. Itulah sebab dari adanya
penundukkan semua yang ada di alam ini untuk manusia, sebagai rahmat dan karunia dari Allah SWT.
{“Allah telah menundukkan bagi kalian apa-apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.”}(Q. S. Al-
Jatsiyah: 13). {“Allah telah menundukkan bagi kalian matahari dan bulan yang terus menerus beredar.
Dia juga telah menundukkan bagi kalian malam dan siang.”}(Q. S. Ibrahim: 33). {“Allah telah
menundukkan bahtera bagi kalian agar dapat berlayar di lautan atas kehendak-Nya.”}(Q. S. Ibrahim:
32), dan ayat lainnya yang menjelaskan apa yang telah Allah karuniakan kepada manusia berupa
nikmat akal dan pemahaman serta derivat (turunan) dari apa-apa yang telah Allah tundukkan bagi
manusia itu sehingga mereka dapat memanfaatkannya sesuai dengan keinginan mereka, dengan
berbagai cara yang mampu mereka lakukan. Kedudukan akal dalam Islam adalah merupakan suatu
kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia dibanding dengan makhluk-makhluk-Nya yang lain.
Dengannya, manusia dapat membuat hal-hal yang dapat mempermudah urusan mereka di dunia.
Namun, segala yang dimiliki manusia tentu ada keterbatasan-keterbatasan sehingga ada pagar-pagar
yang tidak boleh dilewati.
Dengan demikian, manusia adalah makhluk hidup. Di dalam diri manusia terdapat apa-apa
yang terdapat di dalam makhluk hidup lainnya yang bersifat khsusus. Dia berkembang, bertambah
besar, makan, istirahat, melahirkan dan berkembang biak, menjaga dan dapat membela dirinya,
merasakan kekurangan dan membutuhkan yang lain sehingga berupaya untuk memenuhinya. Dia
memiliki rasa kasih sayang dan cinta.
A. Setetes Mani
Sebelum proses fertilisasi (baca : pembuahan) terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya . Sperma-sperma
melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi
wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari
dalam saluran reproduksi wanita,dan juga gaya gravitasi yang berlawanan . Hanya seribu dari 250 juta
sperma yang berhasil mencapai sel telur. Sel telur, hanya akan membolehkan masuk SATU sperma
saja . Setelah masuk dan terjadi fertilisasi pun, belum tentu si zygot ini (bahasa biologinya : konseptus)
menempel di tempat yang tepat di rahim.
Menurut M. Quraish Shihab, kata basyarterambil dari akar kata yang bermaknapenampakan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir katabasyarah yang berarti kulit. Al-Qur’an
menggunakan kata basyar sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam
bentuk mutsanna untuk menunjuk manusia dari sudut lahirnya serta persamaannya dengan manusia
lainnya. Dengan demikian, kata basyar dalam Al-Qur’an menunjuk pada dimensi material manusia
yang suka makan, minum, tidur, dan jalan-jalan. Dari makna ini lantas lahir makna-makna lain yang
lebih memperkaya definisi manusia. Dari akar kata basyar lahir makna bahwa proses penciptaan
manusia terjadi secara bertahap sehingga mencapai tahap kedewasaan.
َ ْت َنتَش ُِرونَْ بَشَرْ أَنتُمْ إِذَا ثُمْ ت ُ َرابْ مِ نْ َخلَقَ ُكمْ أَنْ آَيَاتِ ِْه َومِ ن
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian kamu
(menjadi) manusia yang berkembang biak (memiliki anak). (Q.S. ar-Rum [30]: 20)
Selain itu, kata basyar juga dikaitkan dengan kedewasaan manusia yang menjadikannya mampu
memikul tanggung jawab. Akibat kemampuan mengemban tanggung jawab inilah, maka pantas tugas
kekhalifahan dibebankan kepada manusia. Hal ini sebagaimana firman Allah berikut ini.
َْ صالْ مِ نْ بَش ًَرا خَالِقْ ِإنِي لِل َم ََلئِ َك ِْة َربُّكَْ قَا
ْل َو ِإذ َ صل َ ُْاجدِينَْ لَ ْهُ فَقَعُوا ُروحِ ي مِ نْ فِي ِْه َونَفَخت
َ ْ َمسنُونْ َح َمإْ مِ ن. سويت ُ ْهُ فَإِذَا ِ سَ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29):
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman,
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]: 30)
Sementara itu, kata insan terambil dari katains yang berarti jinak, harmonis, dantampak. Musa
Asy’arie menambahkan bahwa kata insan berasal dari tiga kata:anasa yang berarti melihat, meminta
izin, dan mengetahui; nasiya yang berarti lupa; dan al-uns yang berarti jinak. Menurut M. Quraish
Shihab, makna jinak, harmonis, dantampak lebih tepat daripada pendapat yang mengatakan bahwa
kata insan terambil dari kata nasiya (lupa) dan kata naasa-yanuusu(berguncang). Dalam Al-Qur’an,
kata insaandisebut sebanyak 65 kali. Kata insaandigunakan Al-Qur’an untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Bahkan, lebih jauh Bintusy Syathi’ menegaskan
bahwa makna kata insaan inilah yang membawa manusia sampai pada derajat yang membuatnya
pantas menjadi khalifah di muka bumi, menerima beban takliif dan amanat kekuasaan.
Dua kata ini, yakni basyar dan insaan, sudah cukup menggambarkan hakikat manusia dalam Al-
Qur’an. Dari dua kata ini, kami menyimpulkan bahwa definisi manusia adalah makhluk Allah yang
paling sempurna, yang diciptakan secara bertahap, yang terdiri atas dimensi jiwa dan raga, jasmani
dan rohani, sehingga memungkinkannya untuk menjadi wakil Allah di muka bumi (khaliifah Allah fii
al-ardl).
Al-Qur’an telah memberikan informasi kepada kita mengenai proses penciptaan manusia melalui
beberapa fase: dari tanah menjadi lumpur, menjadi tanah liat yang dibentuk, menjadi tanah kering,
kemudian Allah swt. meniupkan ruh kepadanya, lalu terciptalah Adam a.s. Hal ini diisyaratkan Allah
dalam Surah Shaad [38] ayat 71-72.
. َاجدِين
ِ سَ ُمِن ُروحِ ي فَقَعُوا لَه
ْ س َّو ْيتُهُ َونَف َْختُ فِي ِه ٍ ِِإ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ََلئِ َك ِة ِإنِي خَال ٌِق َبش ًَرا مِ ْن ط
َ فَإِذَا. ين
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan
manusia dari tanah. Maka, apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya ruh
(ciptaan)-Ku, maka hendaklah kamu menyungkur dengan bersujud kepadanya.” (Q.S. Shaad [38]: 71-
72.)
Perhatikan juga firman Allah dalam Surah al-H{ijr [15] ayat 28-29.
. َاجدِين
ِ سَ ُس َّو ْيتُهُ َونَفَ ْختُ فِي ِه مِ ْن ُروحِ ي فَقَعُوا لَه
َ فَإِذَا. ون َ ص ْل
ٍ ُصا ٍل مِ ْن َح َمإ ٍ َم ْسن َ َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي خَال ٌِق بَش ًَرا مِ ْن
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya
ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.” (Q.S. al-Hijr [15]: 28-29)
Dalam Al-Qur’an, kata ruh (ar-ruh) mempunyai beberapa arti. Pengertian ruh yang disebutkan dalam
ayat-ayat yang menjelaskan penciptaan Adam a.s. adalah ruh dari Allah swt. yang menjadikan manusia
memiliki kecenderungan pada sifat-sifat luhur dan mengikuti kebenaran. Hal ini yang kemudian
menjadikan manusia lebih unggul dibanding seluruh makhluk yang lain. Karakteristik ruh yang berasal
dari Allah ini menjadikan manusia cenderung untuk mengenal Allah swt. dan beribadah kepada-Nya,
memperoleh ilmu pengetahuan dan menggunakannya untuk kemakmuran bumi, serta berpegang
pada nilai-nilai luhur dalam perilakunya, baik secara individual maupun sosial, yang dapat mengangkat
derajatnya ke taraf kesempurnaan insaniah yang tinggi. Oleh sebab itu, manusia layak menjadi
khalifah Allah swt.
Ruh dan materi yang terdapat pada manusia itu tercipta dalam satu kesatuan yang saling melengkapi
dan harmonis. Dari perpaduan keduanya ini terbentuklah diri manusia dan kepribadiannya. Dengan
memperhatikan esensi manusia dengan sempurna dari perpaduan dua unsur tersebut, ruh dan
materi, kita akan dapat memahami kepribadian manusia secara akurat.
Kemudian, dalam ayat lain juga disebutkan mengenai permulaan penciptaan manusia yang berasal
dari tanah.
Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah)
sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari
segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna, agar kami jelaskan kepada kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak
mengetahui lagi sesuatu pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan, kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Q.S. al-Hajj [22]: 5)
Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka, Mahasuci-lah Allah,
Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minuun [23]: 13-14)
Itulah di antara sekian banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang asal-usul penciptaan manusia.
Penciptaan manusia yang bermula dari tanah ini tidak berarti bahwa manusia dicetak dengan
memakai bahan tanah seperti orang membuat patung dari tanah. Akan tetapi, penciptaan manusia
dari tanah tersebut bermakna simbolik, yaitu saripati yang merupakan faktor utama dalam
pembentukan jasad manusia. Penegasan Al-Qur’an yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari
tanah ini merujuk pada pengertian jasadnya. Oleh karena itu, Al-Qur’an menyatakan bahwa kelak
ketika ajal kematian manusia telah sampai, maka jasad itu akan kembali pula ke asalnya, yaitu tanah.
Secara komprehensif, Umar Shihab memaparkan bahwa proses penciptaan manusia terbagi ke dalam
beberapa fase kehidupan sebagai berikut. Pertama, fase awal kehidupan manusia yang berupa tanah.
Manusia berasal dari tanah disebabkan oleh dua hal: (1) manusia adalah keturunan Nabi Adam a.s.
yang diciptakan dari tanah; (2) sperma atau ovum yang menjadi cikal bakal manusia bersumber dari
saripati makanan yang berasal dari tanah. Kedua, saripati makanan yang berasal dari tanah tersebut
menjadi sperma atau ovum, yang disebut oleh Al-Qur’an dengan istilah nutfah. Ketiga, kemudian
sperma dan ovum tersebut menyatu dan menetap di rahim sehingga berubah menjadi embrio
(‘alaqah). Keempat, proses selanjutnya, embrio tersebut berubah menjadi segumpal daging
(mudlghah). Kelima, proses ini merupakan kelanjutan dari mudlghah. Dalam hal ini, bentuk embrio
sudah mengeras dan menguat sampai berubah menjadi tulang belulang (‘idzaam). Keenam, proses
penciptaan manusia selanjutnya adalah menjadi daging (lahmah). Ketujuh, proses peniupan ruh. Pada
fase ini, embrio sudah berubah menjadi bayi dan mulai bergerak.Kedelapan, setelah sempurna
kejadiannya, akhirnya lahirlah bayi tersebut di atas dunia.
Perbedaan pendapat tentang apakah adam manusia pertama atau tidak, diciptakan langsung
atau melalui suatu proses tampaknya tidak akan ada ujungnya karena masing-masing akan teguh pada
pendiriannya. Jika polemik ini senantiasa diperpanjang, jangan-jangan hanya akan menghabiskan
waktu dan tidak sempat lagi memikirkan tentang status dn tugas yang telah ditetapkan Allah pada
manusia al-Quran cukup lengkap dalam memberikan informasi tentang itu.
Untuk memahami informasi tersebut secara mendalam, ahli-ahli kimi, biologi, dan lain-lainnya
perlu dilibatkan, agar dalam memahami ayat-ayat tersebut tidak secara harfiah. Yang perlu diingatkan
sekarang adalah bahwa manusia oleh Allah, diharapkan menjadi khalifah ( pemilih atau penerus ajaran
Allah ). Status manusia sebagai khalifah , dinyatakan dalam al-baqarah 30. kata khalifah berasal dari
kata khalafa yakhlifu khilafatan atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga kata khalifah dapat
diartikan sebagai pemilih atau penerus ajaran Allah. Kebanyakan umat Islam menerjemahkan dengan
pemimpin atau pengganti, yang biasanya dihubunkan dengan jabatan pimpinan umat islam sesudah
Nabi Muhammad saw wafat , baik pimpinan yang termasuk khulafaurrasyidin maupun di masa
Muawiyah-‘Abbasiah.
Perlu diingat bahwa istilah khalifah pernah dimunculkan Abu bakar pada waktu dipercaya
untuk memimpin umat islam. Pada waktu itu beliau mengucapkan inni khalifaur rasulillah, yang berarti
aku adalah pelanjut sunah rasulillah. Dalam pidatonya setelah diangkat oleh umat islam, abu bakar
antara lain menyatakan “selama saya menaati Allah, maka ikutilah saya, tetapi apabila saya
menyimpang , maka luruskanlah saya”. Jika demikian pengertian khalifah, maka tidak setiap manusia
mampu menerima atau melaksanakan kekhalifahannya. Hal itu karena kenyataan menunjukkan
bahwa tidak semua orang mau memilih ajaran Allah.
Sejarah asal mula manusia menurut Islam dan teori evolusi menurut para ahli. Begitu banyak
penemuan manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi masih ada satu permasalahan
yang hingga kini belum mampu dijawab dan dijabarkan oleh manusia secara eksak dan ilmiah. Masalah
itu ialah masalah tentang asal usul kejadian manusia.
Banyak para ahli mempercayai bahwa, kehidupan manusia berawal dari terpisahnya sebuah
spesies hominid dari garis evolusi primata yang akan menurunkan simpanse dan gorila. Kemudian,
hominid ini berkembang dan menurunkan manusia modern, Homo sapiens. pernyataan ini
dipengaruhi oleh teori evolusi yang dikemukakan olehCharles Darwin.
Teori evolusi adalah suatu teori yang menyatakan bahwa makhluk hidup pada masa lampau,
beradaptasi dan mengalami perubahan bentuk bagian-bagian tubuhnya. biasanya, proses ini terjadi
dalam waktu yang sangat lama. Proses ini disebutevolusi.
Sekitar 2 juta tahun yang lalu, muncullah Homo habilis, spesies ini diperkirakan merupakan
keturunan dariAustralopithecus africanus. Homo habilis sudah memiliki kemampuan untuk membuat
peralatan-peralatan kasar dari batu-batuan dan tulang hewan. Mereka bertahan hingga sekitar 1,5
juta tahun yang lalu. Kemudian, mereka digantikan oleh Homo Erectus.
Homo erectus adalah jenis hominid yang kemungkinan besar merupakan keturunan dari
Homo Habilis. Homo erectus memiliki kapasitas otak yang lebih besar daripada Homo habilis. Mereka
sudah mamou membuat peralatan yang lebih halus dan rapi dari bebatuan dan tulang hewan.
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh
(ciptaan)-ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Di dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering
kemudian dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka oleh Allah
ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan oleh Allah di dalam firman-Nya :
"Yang membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah". (QS. As Sajdah (32) : 7)
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk". (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu
dalah surat Al Hijr ayat 28 dan 29 . Di dalam sebuah Hadits Rasulullah saw bersabda :
"Sesunguhnya manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah". (HR.
Bukhari)
Pada dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam keadaan
berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak menciptakan
lawanjenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam salah sati
firman-Nya :
"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" (QS. Yaasiin
(36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat
1 yaitu :
"Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak..." (QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
Sebagai bukti yang konkrit di dalam penelitian ilmu genetika (janin) bahwa selama embriyo
berada di dalam kandungan ada tiga selubung yang menutupinya yaitu dinding abdomen (perut) ibu,
dinding uterus (rahim), dan lapisan tipis amichirionic (kegelapan di dalam perut, kegelapan dalam
rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup/membungkus anak dalam rahim). Hal ini ternyata
sangat cocok dengan apa yang dijelaskan oleh Allah di dalam Al Qur’an
"...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan
(kegelapan dalam perut, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak
dalam rahim)..." (QS. Az Zumar (39) : 6).
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
a. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia
mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
b. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan :
kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber
utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya
bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian
deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu
kualitas seperti Tuhan
c. Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti
bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap
rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan
peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa
yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati
batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa
mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas
dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
d. Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg
mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis,
mengetahui dan menilai dirinya.
e. Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara
keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia
memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati
parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak
terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
f. Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa
yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor
utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas
di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk
merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah
dan ruhaniah.
g. Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari
ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih
tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati
dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan
kehidupan mereka demi ikatan ini.
h. Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai
suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut
campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam
menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan
tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan men3gacu pada sistem nilai.
DAFTAR PUSTAKA
http://ahyarijonk.blogspot.com/2010/02/manusia-dan-kera-asal-mula-manusia.html
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1024&bih=574&q=pengertian+manusia&aq=f&aq
i=g10&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=9798f548f006646a
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/05/pengertian-manusia.html
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/pengertian-hakikat-manusia.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia