You are on page 1of 24

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAKARTA

LAPORAN KASUS

OTITIS EKSTERNA DIFUSA


Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Departemen THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Pembimbing:
dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Disusun Oleh:

Elnisa Asritamara 1620221201

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT-KL


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AMBARAWA

TAHUN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

Otitis Eksterna Difusa

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik

di Departemen THT

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Disusun Oleh:

Elnisa Asritamara 1620221201

Telah Disetujui Oleh Pembimbing:

dr. M. Setiadi, Sp.THT-KL, Msi. Med

Tanggal: 12 Desember 2017

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat
dan Hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus
dengan judul “Otitis Eksterna Difusa” Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi penilaian pada kepaniteraan klinik di bagian Telinga Hidung
Tenggorokan RSUD Ambarawa. Dalam penyelesaian laporan kasus ini penulis
menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak berjasa
sehingga penulis bias menyelesaikan laporan kasus ini. Terimakasih saya ucapkan
kepada dr. M. Setiadi, Sp. THT, Msi, Med, selaku dokter pembimbing yang
banyak memberikan masukan dan saran. Serta teman-teman sejawat yang telah
membantu dalam penyelesaian laporan kasus ini serta kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu per satu

Ambarawa, 12 Desember 2017

Penulis

ii
BAB I

STATUS PASIEN

I.I IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. SR
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Desa Sumetep 01/15 Bawen
Agama : Islam
No. RM : 0000
Tanggal Periksa : 7 Desember 2017

I.II ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal 7 Desember 2017 jam 09.00 WIB di


poli THT-KL RSUD Ambarawa.
1. Keluhan Utama

Nyeri pada telinga kiri

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poli THT RSUD Ambarawa dengan keluhan nyeri


pada telinga kiri sejak ± pasien sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
nyeri dirasakan terus-menerus, sebelumnya pasien mengeluhkan adanya
telinga gatal, pasien juga mengeluhkan adanya cairan berwarna putih
kekuningan dan tidak berbau sejak 2 hari SMRS. Pasien tidak mengeluhkan
adanya penurunan pendengaran, demam, batuk dan pilek, nyeri menelan,
riwayat telinga terpukul dan hobi berenang disangkal pasien. Pasien
mengaku keluhan timbul setelah mengorek-ngorek telinganya dengan cotton
bud, pasien memang memiliki kebiasaan untuk membersihkan telinga
sendiri setiap hari. Pasien mengaku belum berobat ke klinik manapun dan
belum minum obat apapun untuk menghilangkan keluhan tersebut.

1
3. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit serupa : disangkal
- Riwayat penyakit kongenital : disangkal
- Riwayat operasi : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat trauma : disangkal
- Riwayat penyakit lain : Diabetes Melitus (-), Hipertensi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat sakit serupa dengan
pasien. Riwayat alergi pada keluarga disangkal. Riwayat Diabetes Melitus
dan Hipertensi pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Pribadi dan Sosial Ekonomi

Nafsu makan pasien masih baik. Biaya pengobatan pasien


menggunakan biaya BPJS.
6. Riwayat Alergi :
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-
obatan, serta tidak pernah meler dan bersin-bersin saat terkena debu atau
dingin.

I.III PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 7 Desember 2017 pukul 09.00 WIB di
klinik THT-KL RSUD Ambarawa.

1. Keadaan Umum
a. Keadaan umum : tampak baik
b. Kesadaran : compos mentis

2. Vital Sign
a. TD : 119/71 mmHg
b. Nadi : 90 kali/menit

2
c. RR : 18 kali/menit
d. Suhu : 36,5oC
e. BB/TB : 59 kg/158 cm
f. BMI : normoweight

3. Status Generalis
a. Kulit :Dalam batas normal
b.THT – KL
• Kepala : Normocephal, tidak ada tanda trauma kepala
(-)
• Wajah : Simetris, allergic shiner (-), salute (-), crease
, massa (-)
• Mata : gerak bola mata bebas ke segala arah ODS,
konfergensi ODS baik, ptosis (-)
• Leher : Pembesaran kelenjar limfe (-), massa (-)

• Gigi dan Mulut : Gigi lengkap, tidak ada gigi yang bolong, ()
caries gigi, mukosa mulut tampak dalam batas normal
• Lidah : Normal, kotor (-), tremor (-), stomatitis (-)
• Tenggorokan : Tonsil dalam batas normal, faring tidak
edema dan hiperemis

c. Jantung : Tidak dilakukan


d. Paru : Tidak dilakukan
e. Abdomen : Tidak dilakukan
f. Ekstremitas : Tidak dilakukan

4. Status Lokalis

a. Telinga

Telinga luar
Telinga AD AS

3
- Preaurikula Hiperemis (-), edema (-), Hiperemis (-), edema (-),
fistula (-), abses (-), Fistel fistula (-), abses (-), Fistel
(-) (-)
- Retroaurikula Hiperemis (-), nyeri tekan (- Hiperemis (-), nyeri tekan
) edema (-), fistula (-), abses (+) edema (-), fistula (-),
(-) abses (-)
- Aurikula Hiperemis (-), Nyeri tarik Hiperemis (+), Nyeri tarik
aurikula (-), edema (-), aurikula (+), edema (+),
kelainan congenital (-) kelainan congenital (-)
- Tragus pain Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (+)
- Mastoid Nyeri ketok (-) Nyeri ketok (-)

Canalis Akustikus Eksterna


Canalis Acustikus AD AS

Eksternus
Mukosa hiperemis (-) (+)

Edema (-) (+)

Discharge (-) (+) Cairan berwarna


putih kekuningan,
sedikit berbau
Serumen (-) (+)

Granulasi (-) (-)

Furunkel (-) (-)

Jamur (-) (-)

Corpus alienum (-) (-)

Kolesteatom (-) (-)

Membran Timpani
Membran Timpani AD AS

4
Intak (+) Sulit di Nilai

Reflek cahaya (+)

Perforasi (-)

Bulging (-)

b. Hidung dan Sinus Paranasal

Hidung Luar
Bentuk Tidak ada kelainan
Massa (-)
Deformitas (-)
Radang (-)

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Sinus Frontal Sinus Maxilla
Nyeri Tekan (-) (-) / (-)
Nyeri Ketok (-) (-) / (-)

Rinoskopi Anterior
Cavum Nasi Dextra Sinistra
Konka nasi inferior Hiperemis(-) Hiperemis(-)

Hipertrofi (-) Hipertrofi (-)


Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
Secret (-) (-)
Massa (-) (-)

5
Tumor (-) (-)

c. Gigi dan Mulut


Pemeriksaan Keterangan
Penampakan luar Trismus (-)
Mulut/bibir Tanda radang (-), massa (-), sianosis (-),
simetris
Mukosa Warna sama dengan sekitar, massa (-),
stomatitis (-)
Gigi geligi Caries (-), bolong (-)
Lidah Simetris, stomatitis (-)
Palatum Hiperemis (-), massa (-)

d. Faring
Orofaring Kanan Kiri
Mukosa Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Dinding faring Granular (-) Granular (-)
Palatum mole Ulkus (-) Hiperemis (- Ulkus (-)
) Hiperemis (-)
Arcus laring Simetris (+) Simetris (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Uvula Ditengah Edema


(-)
Tonsil
Ukuran T1 T1
Permukaan Rata Rata
Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kripte Melebar (-) Melebar (-)
Detritus (-) (-)

6
I.IV RESUME

Pasien datang ke Poli THT RSUD Ambarawa pada tanggal 7


Desember 2017 pukul 09.00 dengan keluhan nyeri pada telinga kiri sejak ±
pasien sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, nyeri dirasakan terus-
menerus, sebelumnya pasien mengeluhkan adanya telinga gatal, pasien juga
mengeluhkan adanya cairan berwarna putih kekuningan dan tidak berbau
sejak 2 hari SMRS. Pasien tidak mengeluhkan adanya penurunan
pendengaran, demam, batuk dan pilek, nyeri menelan, riwayat telinga
terpukul dan hobi berenang disangkal pasien. Pasien mengaku keluhan
timbul setelah mengorek-ngorek telinganya dengan cotton bud, pasien
memang memiliki kebiasaan untuk membersihkan telinga sendiri setiap
hari. Pasien mengaku belum berobat ke klinik manapun dan belum minum
obat apapun untuk menghilangkan keluhan tersebut.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak baik,
kesadaran compos mentis, tanda vital:
a. TD : 119/71 mmHg
b. Nadi : 90 kali/menit
c. RR : 18 kali/menit
d. Suhu : 36,5oC
e. BB/TB : 59 kg/158 cm
f. BMI : normoweight

3. Status Generalis
Status lokalis didapatkan nyeri tarik aurikula sinistra, nyeri tekan tragus
AS, Auricular AS dan Canalis Acusticus Eksterna AS tampak mukosa
hiperemis dan edema dan terdapat cairan berwarna putih kekuningan dan
sedikit berbau.

I.V DAGNOSIS KLINIS

Otitis eksterna difusa auricula sinistra

I.VI DIAGNOSIS BANDING

7
Otitis eksterna sirkumkripta auricula sinistra

I.VI PENATALAKSANAAN

a. Terapi :

• Medikamentosa :

• Antibiotik : Cefixime tab 100 mg 2x1 selama 5 hari

• Suction serumen

• Ear toilet

b. Monitoring

- Keadaan umum pasien

- Discharge telinga

c. Edukasi :

- Memberitahu kepada pasien tentang penyakit pasien, pemeriksaan


yang diperlukan, komplikasi dari penyakit dan bagaimana cara
menanganinya.
- Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang
mungkin terjadi pada pasien.
- Pasien harus menjaga agar telinganya selalu kering dan diajarkan cara
membersihkan telinga dengan tissue.
- Pasien diingatkan agar tidak menggaruk/membersihkan telinga
dengan cotton bud atau pun benda tajam terlalu sering.
- Tidak boleh berenang dahulu

- Saat mandi telinga jangan sampai kemasukan air

I.VII PROGNOSIS

a. Quo ad vitam : ad bonam

b. Quo ad sanam : ad bonam

8
c. Qou ad functionam : ad bonam

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 ANATOMI

1. Telinga

Telinga terbagi menjadi 3 bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
a. Telinga Luar

Telinga luar terdiri dari daun telinga, dan liang telinga sampai
membran timpani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga
berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada sepertiga bagian
luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari tulang.
Panjangnya kira-kira 2,5-3cm.
Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga terdapat banyak
kelenjar serumen dan rambut, sedangkan pada duapertiga bagian dalam
hanya sedikit dijumpai kelenjar serumen.
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah
liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga.
Bagian atas disebut pars flaksida, sedangkan bagian bawah par tenda

b. Telinga Tengah

Berbentuk kubus dengan:

- Batas luar : membra timpani

- Batas dalam : tuba eustachius

- Batas atas : vena ugularis

- Batas belakang : kanalis facialis pars vertikalis

- Batas bawah : tegmen timpani

c. Telinga dalam

10
Terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan
vertibuler yang terdiri dari tiga buah kanalis semisirkularis. Kanalis
semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang
koklea tampak skala vestibuli dibagian atas, dan skala timpani
dibagian bawah, serta skala media diantaranya. Skala timpani dan
vestibuli berisi perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa.
Dasar skala vestibuli disebut sebagai membran vestibuli
(Reissner’s membrane) sedangkan dasar skala media adalah
membran basalis. Pada membran ini terdapat organ corti.

11
II.2 FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya
ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan
foramen ovale. Energi getar yang teiah diperkuat ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan foramen ovale sehingga cairan perilimfe pada skala vestibuli
bergerak. Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui membran Reissner
yang akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif antara
membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu

12
dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di
lobus temporalis.

II.3 OTITIS EKSTERNA

Definisi

Otitis eksterna difus dikenal dengan swimmer ear (telinga perenang) atau
telinga cuaca panas (hot weather ear) adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga
akibat infeksi bakteri yang menyebabkan pembengkakan stratum korneum kulit
sehingga menyumbat saluran folikel.

Klasifikasi Otitis eksterna

Melihat bentuk infeksi di liang telinga, penyakit dibagi atas:

1. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel/bisul).

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi bermula dari folikel rambut di liang
telinga yang disebabkan oleh bakteri stafilokokus dan menimbulkan furunkel di
liang telinga di 1/3 luar. Sering timbul pada seseorang yang menderita diabetes.

Gejala klinis otitis eksterna sirkumskripta berupa rasa sakit (biasanya dari ringan
sampai berat, dapat sangat mengganggu, rasa nyeri makin hebat bila mengunyah
makanan). Keluhan kurang pendengaran, bila furunkel menutup liang telinga. Rasa
sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat tanda infiltrat atau abses pada
1/3 luar liang telinga.

Penatalaksanaan otitis eksterna sirkumskripta Lokal yakni pada stadium infiltrat


diberikan tampon yang dibasahi dengan 10% ichthamol dalam glycerine, diganti
setiap hari. Pada stadium abses dilakukan insisi pada abses dan tampon larutan
rivanol 0,1%. Terapi sistemik : antibiotika diberikan dengan pertimbangan infeksi
yang cukup berat. Dapat diberikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

2. Otitis eksterna difus

13
Otitis eksterna difus adalah infeksi pada 2/3 dalam liang telinga akibat infeksi
bakteri. Umumnya bakteri penyebab yaitu Pseudomonas. Bakteri penyebab
lainnya yaitu Staphylococcus albus, Escheria coli, dan sebagainya. Kulit liang
telinga terlihat hiperemis dan udem yang batasnya tidak jelas. Tidak terdapat
furunkel (bisul). Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta
(furunkel = bisul). Kandang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir (musin) merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media.

Pengobatan otitis eksterna difus ialah dengan memasukkan tampon yang


mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat kontak yang baik antara
obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan obat antibiotika
sistemik

3. Otomikosis

Infeksi jamur dipermudah oleh kelembapan yang tinggi di daerah tersebut kuman
tersering adalah Pityrosporum, Aspergillus, Candida albicans. Gejala yang timbul
biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga. Pengobatan yang
diberikan berupa : membersihkan telinga dengan tetes telinga seperti otopain,
maupun yang mengandung campuran anti biotik dan steroid. Diperlukan pula obat
tetes anti jamur untuk pengobatan hingga tuntas.

Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung lama dan ditandai
oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks). Adanya sikatriks menyebabkan liang
telinga menyempit.

Etiologi

Organisme yang paling sering ditemukan pada pasien dengan otitis eksterna difusa
adalah bakteri gram negatif Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocaneus) dan
staphylococci. Yang lebih jarang ditemukan adalah bakteri streptococci dan
Proteus vulgaris. Selain itu, jamur dapat terlibat dalam infeksi pada telinga luar,
yaitu jamur Candida albicans dan Aspergillus niger. Otitis eksterna difusa dapat
juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.

14
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya otitis eksterna, yaitu :

1. Derajat keasaman (pH) pH pada liang telinga biasanya normal atau asam,
pH asam berfungsi sebagai protektor terhadap kuman. Peningkatan pH
menjadi basa (di atas 6.0) akan mempermudah terjadinya otitis eksterna
yang disebabkan oleh karena proteksi terhadap infeksi menurun.

2. Udara

Udara yang hangat dan lembab lebih memudahkan kuman dan jamur mudah
tumbuh.

3. Trauma

Trauma ringan misalnya mengorek-ngorek telinga dengan benda tumpul seperti


cotton bud merupakan faktor predisposisi terjadinya otitis eksterna.

4. Berenang

Terutama jika berenang pada air yang tercemar. Air kolam renang menyebabkan
maserasi kulit dan merupakan sumber kontaminasi yang sering dari bakteri

Patofisiologi

Saluran telinga dapat membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-
sel kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan
saluran telinga dengan cotton bud bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini
dan bisa mendorong sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga
kotoran menumpuk disana.

Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan
air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Terjadinya
kelembaban yang berlebihan karena berenang atau mandi menambah maserasi
kulit liang telinga dan menciptakan kondisi yang cocok bagi pertumbuhan bakteri.
Perubahan ini dapat juga menyebabkan rasa gatal di liang telinga sehingga
menambah kemungkinan trauma karena garukan.

15
Gejala Klinis

Gejala klinis yang terjadi pada pasien dengan otitis eksterna difusa antara lain:

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari
otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan
daun telinga.

Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa
gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan
peradangan suatu otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan
keluhan utama.

Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh di dalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa
sakit yang hebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala
yang dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan.
Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan
yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar
langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema

16
dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagipula,
kulit dan tulang rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang
rawan daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan
rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna. Nyeri terutama ketika
daun telinga ditarik, nyeri tekan tragus, dan ketika mengunyah makanan. Rasa
gatal dan nyeri disertai pula keluarnya sekret encer, bening sampai kental purulen
tergantung pada kuman atau jamur yang menginfeksi. Pada jamur biasanya akan
bermanifestasi sekret kental berwarna putih keabu-abuan dan berbau.

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna
akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit
yang progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis
dan menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut,
serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan ke dalam telinga bisa menutup
lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.

Diagnosis Klinis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik pada pasien biasanya menunjukkan:

1. Kulit MAE edema dan hiperemis merata sampai ke membran timpani dengan
sekret pada CAE. Jika terjadi edema CAE yang hebat, membran timpani dapat
tidak tampak. 2. Nyeri tekan tragus (+)
3. Nyeri tarik auricula (+)

4. Adenopati regional yang nyeri tekan

Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi :


a. Otitis Eksterna Ringan :
Kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit
b. Otitis Eksterna Sedang :
Liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif

17
c. Otitis Eksterna Komplikasi : Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak

d. Otitis Eksterna Kronik :


Kulit liang telinga/pina menebal, keriput, eritema positif

Otitis eksterna akut berlangsung kurang dari 4 minggu atau terjadi kurang dari 4
kali dalam setahun, sedangkan otitis eksterna kronis berlangsung selama lebih dari
4 minggu atau terjadi lebih dari 4 kali dalam satu tahun. Pada penderita DM atau
pasien dengan immunocompromised, otitis eksterna dapat berkembang menjadi
tipe maligna.

Histopatologi

Pada otitis eksterna difusa akut tampak adanya gambaran hiperkeratosis


epidermis, parakeratosis, akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum
korneum dan stratum germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit,
nekrosis, nekrosis fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan
aparatus kelenjar berkurang, serta aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari keadaan yang serupa dengan otitis eksterna antara lain
meliputi :
1. Otitis eksterna sirkumskripta

2. Otomikosis

3. Otitis eksterna nekrotik

4. Otitis eksterna bullosa

5. Otitis eksterna granulosa

6. Perikondritis yang berulang

7. Furunkulosis dan karbunkulosis

18
Penatalaksanaan

Otitis eksterna difusa harus diobati dalam keadaan dini sehingga dapat
menghilangkan edema yang menyumbat liang telinga. Dengan demikian, biasanya
perlu disisipkan tampon berukuran ½ x 5 cm kedalam liang telinga mengandung
obat agar mencapai kulit yang terkena. Setelah dilumuri obat, tampon kasa
disisipkan perlahan-lahan dengan menggunakan forsep aligator. Penderita harus
meneteskan obat tetes telinga pada kapas tersebut satu hingga dua kali sehari.
Dalam 48 jam tampon akan jatuh dari liang telinga karena lumen sudah bertambah
besar. Polimiksin B dan colistemethate merupakan antibiotik yang paling efektif
terhadap Pseudomonas dan harus menggunakan vehiculum hidroskopik seperti
glikol propilen yang telah diasamkan bahan kimia lain, seperti gentian violet 2%
dan perak nitrat 5% bersifat bakterisid dan bisa diberikan langsung ke kulit liang
telinga. Setelah reaksi peradangan berkurang, dapat ditambahkan alcohol 70%
untuk membuat liang telinga bersih dan kering.

Terapi sistemik hanya dipertimbangkan pada kasus berat; dianjurkan untuk


melakukan pemeriksaan kepekaan bakteri. Antibiotik sistemik khususnya
diperlukan jika dicurigai danya perikondritis atau kondritis pada tulang rawan
telinga.

Pasien harus diingatkan mengenai kemungkinan kekambuhan yang mungkin


terjadi pada pasien, terutama setelah berenang. Untuk menghindarinya pasien
harus menjaga agar telinganya selalu kering, dengan cara menggunakan alkohol
encer secara rutin tiga kali seminggu. Pasien juga harus diingatkan agar tidak
menggaruk / membersihkan telinga dengan cotton bud terlalu sering.

Komplikasi

1. Perikondritis

2. Selulitis

3. Dermatitis aurikularis

19
Prognosis

Otitis eksterna adalah suatu kondisi yang dapat diobati biasanya sembuh dengan
cepat dengan pengobatan yang tepat. Paling sering, otitis ekserna dapat dengan
mudah diobati dengan tetes telinga antibiotik. Otitis eksterna kronis yang mungkin
memerlukan perawatan lebih intensif. Otitis eksterna biasanya tidak memiliki
komplikasi jangka panjang atau serius.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta:


EGC.1997.

2. Ballanger, Jhon. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher


Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara. 1996.
3. Becker W, Naumann H, Pfaltz C. Ear, Nose, and Throat, A Pocket
Reference.

Second, revised edition. New York: Thieme. 1994.

4. Enriquez A, et al. Basic Otolaryngology. Manila: Department of


Otorhinolaryngology UP - PGH. 1993.
5. Lee K.J, Essential otolaryngology: head and neck surgery. Stamford:
Appleton & Lange. 1995.

6. Restuti, Bashiruddin, Iskandar, Soepardi. 2012. Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 7. FKUI:Jakarta.
7. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid.
Dalam: Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6.
Jakarta: EGC, 1997: 88-118

8. Picture of ear anatomy. Available at :


http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002077.htm
9. Stöppler M. Swimmer’s Ear Infection. Available at:
http://www.medicinenet.com/otitis_externa/article.htm. (diakses pada, 26
September 2017)

21

You might also like