You are on page 1of 22

A.

Definisi
Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran udara irreversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada
populasi umum tidak diketahui. Malacia nafas berat atau malacia
berhubungan dengan sindrom tertentu biasanya diakui dan didiagnosis awal
masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinis anak dengan malacia primer,
sering didiagnosis hanya kemudian di masa kecil, langka.
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan
tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,
atau tenggorokan). Tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah
selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan
sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun.(Children’s National Health System,2016)

B. Etiologi
Bronchomalacia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan
mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa
tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.

C. Klasifikasi
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai kongenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran
pembuluh-pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.

D. Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan
mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang
terbagi menjadi dua cabang (bronkus kanan dan bronkus kiri) yang masing-

1
masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari
tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan
napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa
didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk
aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat
menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat
mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi,
batuk, sesak napas, dan/atau napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang
dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi
masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada
orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil
disebut bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru
yang sempit atau runtuh saat menghembuskan napas karena pelunakan
dinding saluran napas.

2
E. Pathway

BRONKOMALASIA

Kelainan Kongenital

Defisiensi pada cincin


kartilago

Menutup saluran pernafasan


kecil( bronkus )

Sesak nafas

KETIDAKEFEKTIFAN
RISIKO ASPIRASI Batuk tidak efektif POLA NAFAS

Akumulasi mukus
Mudah terjadi infeksi di
tulang rawan
KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI Pengeluaran energy
KEBUTUHAN TUBUH berlebihan RISIKO INFEKSI

Anoreksia Kelelahan INTOLERANSI


AKTIVITAS

Cemas DEFISIT
PENGETAHUAN

ANSIETAS

3
F. Manifestasi klinis
1. Batuk dengan suara brassy atau barking
2. Sesak nafas
3. Ditemukan suara wheezing(mengi)
4. Infeksi pada saluran nafas bawah berulang
5. Kelelahan
6. Apnea

G. Komplikasi
1. Pneumonia
2. Bronkitis
3. Polychondritis
4. Asma

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Bronkoskopi
2. CT Scan dada
3. MRI dada

I. Penatalaksanaan Medis
1. Time
Invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang
kontinyu.
2. Tekanan udara positif kontinyu
Metode menggunakan respiratory ventilation/CPAP ( Continuous positive
airway pressure )
3. Trakheotomi
Prosedur pembedahan pada leher untuk membuka/membuat saluran udara
langsung melalui sebuah insisi di trakhe (the windpipe).

4
J. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
 Keletihan, kelelahan, malaise.
 Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
 Ketidakmampuan untuk tidur.
 Dispnea pada saat istirahat.
Tanda: Keletihan, Gelisah, insomnia.
b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
 Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat.
 Distensi vena leher.
 Edema dependent
 Bunyi jantung redup.
 Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis.
 Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c. Integritas Ego
Gejala :
 Peningkatan faktor resiko.
 Perubahan pola hidup.
Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
d. Makanan/cairan
Gejala :
 Mual/muntah.
 Nafsu makan buruk/anoreksia.
 Ketidakmampuan untuk makan.
 Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
Tanda :

5
 Turgor kulit buruk.
 Edema dependen.
 Berkeringat.
 Penurunan berat badan.
 Palpitasi abdomen.
e. Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan
Gejala :
 Batuk brassy.
 Episode batuk terus menerus.
Tanda :
 Pernafasan biasa cepat.
 Penggunaan otot bantu pernafasan.
 Bunyi nafas ronchi/wheezing.
 Perkusi hyperresonan pada area paru.
 Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala :
 Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
 Adanya/berulangnya infeksi.
h. Interaksi sosial
Gejala :
 Hubungan ketergantungan.
 Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat.
i. Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress
pernafasan

6
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi.
e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan
oksigenasi.
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit.

7
3. Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronchus.
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Posisikan 1. Melancarkan
keperawatan 1 x 12 jam, pasien untuk pernapasan
diharapkan kerusakan memaksimalka klien.
pertukaran gas teratasi, dengan n ventilasi
kriteria hasil : udara.
2. Lakukan terapi 2. Merilekskan
- Klien mampu mengeluarkan
fisik dada untuk
secret.
- RR klien normal 16-20 dada,sesuai memperlancar
x/menit kebutuhan. pernapasan
- Irama pernapasan teratur.
klien.
- Kedalaman inspirasi
3. Keluarkan 3. Mengeluarkan
normal.
- Oksigenasi pasien adekuat secret dengan secret yang
melakukan menghambat
batuk efektif jalan
atau dengan pernapasan.
melakukan
suctioning.
4. Monitor 4. Untuk
frekuensi, mendeteksi
ritme, adanya
kedalaman gangguan
pernapasan. pernapasan.
5. Monitor 5. Mendeteksi
tekanan darah, adanya
nadi, gangguan
temperature, respirasi dan
dan status kardiovaskuler.
respirasi, sesuai
kebutuhan.
6. Monitor 6. Mengecek

8
respiration rate adanya
dan ritme gangguan
(kedalaman dan pernapasan.
simetrsi).
7. Pertahankan 7. Untuk membuat
kepatenan jalan klien agar
napas. bernapas
dengan baik
tanpa adanya
gangguan.
8. Berikan posisi 8. Posisi yang
untuk tepat
memfasilitasi menyebabkan
ventilasi yang berkurangnya
memadai tekanan
(misalnya diafragma ke
membukan atas sehingga
jalan napas dan ekspresi paru
mengangkat maksimal
kepala tempat sehingga klien
tidur). dapat bernapas
dengan leluasa.
9. Pantau pola 9. Sebagai
pernapasan. indikator
adanya
gangguan napas
dan indikator
dalam tindakan
selanjutnya.
10. Berikan terapi 10. Untuk
oksigen, jika memperlancar
perlu. pernapasan
klien dan

9
memenuhi
kebutuhan
oksigen klien.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan deformitas tulang rawan


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Posisikan pasien 1. Untuk
keperawatan 3 x 24 jam semi fowler. memaksimalkan
menunjukkan keefektifan pola potensial
napas, dengan kriteria hasil : ventilasi.
2. Auskultasi suara 2. Memonitor
- Frekuensi, irama,
nafas, catat hasil kepatenan jalan
kedalaman pernapasan
penurunan napas.
dalam batas normal.
- Tidak menggunakan otot- daerah ventilasi
otot bantu pernapasan. atau adanya
- Tanda-tanda vital dalam
suara adventif.
rentang normal (tekanan 3. Monitor 3. Memonitor
darah, nadi, pernapasan) pernapasan dan respirasi dan
(TD 120-90/90-60 mmHg, status oksigen keadekuatan
nadi 80-100 x/menit, RR : yang sesuai. oksigen.
16-20 x/menit, suhu 36,5- 4. Mempertahanka 4. Menjaga

37-5 0C n jalan napas keadekuatan


paten. ventilasi.
5. Kolaborasi 5. Meningkatkan
dalam pemberian ventilasi dan
oksigen terapi. asupan oksigen.
6. Monitor aliran 6. Menjaga aliran
oksigen. oksigen
mencukupi
kebutuhan
pasien.
7. Monitor 7. Monitor
kecepatan, ritme, keadekuatan
kedalaman dan pernapasan.
usaha pasien saat

10
bernapas.
8. Catat pergerakan 8. Melihat apakah
dada, simetris ada obstruksi di
atau tidak, salah satu
menggunakan bronkus atau
otot bantu adanya
pernapasan. gangguan pada
ventilasi.
9. Monitor suara 9. Mengetahui
napas seperti adanya
snoring. sumbatan pada
jalan napas.
10. Monitor pola 10. Memonitor
napas : keadaan
bradypnea, pernapasan
tachypnea, klien.
hiperventilasi,
respirasi
kusmaul,
respirasi cheyne-
stoke, dll.

11
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah.
Perencanaan
D Para
Tujuan
x Tujuan Umum Intervensi Rasional f
Khusus
Ketidakseimbanga Menurunny 1. Kaji 1. Pasien distress
n nutrisi akan a kebiasaan pernafasan
teratasi dengan kemampuan diet. akut, anoreksia
cara: akan teratasi karena dispnea,
1. Memberikan
dalam produksi
nutrisi adekuat
waktu sputum.
melalui mulut.
kurang dari
2. Memonitori 2. Auskultas 2. Penurunan
1x 48 jam
berat badan i bunyi bising usus
ditandai
klien. usus. menunjukkan
dengan :
penurunan
1. Menaikk
motilitas
an berat
gaster.
badan.
2. Menaika 3. Berikan 3. Rasa tidak

n 1-2 perawatan enak, bau

kilogra oral. adalah

m pencegahan

melalui utama yang

mulut dapat membuat

hingga mual dan

berat muntah.
4. Timbang 4. Berguna
badan
berat menentukan
ideal
badan kebutuhan
tercapai.
3. Status sesuai kalori dan

nutrisi. indikasi. evaluasi


4. Kebutuh keadekuatan
an rencana nutrisi.
5. Konsul 5. Kebutuhan

12
nutrisi ahli gizi. kalori yang
terpenuh didasarkan
i, pada kebutuhan
dengan individu
asupan memberikan
kalori nutrisi
dan maksimal.
6. Berikan 6. Menurunkan
protein
oksigen dispnea dan
yang
tambahan meningkatkan
cukup
selama energi untuk
setiap
makan makan,
harinya.
5. Temuan sesuai sehingga dapat
pegkajia indikasi. meningkatkan
n fisik masukan.
akan 7. Anjurkan 7. Makanan

kembali makan sedikit dapat

dalam sedikit, menurunkan

batas tetapi kelemahan dan

normal. sering. meningkatkan


6. Penilaia masukan dan
n mencegah
laborato distensi gaster.
rium 8. Kaji 8. Mengidentifika

akan riwayat si defisiensi

kembali nutrisi, menduga

ke batas termasuk kemungkinan

normal. makanan intervensi.


yang
disukai.

4. Resiko tinggi terhadap infeksi.


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Monitor 1. Untuk

13
keperawatan 3 x 2 jam, karakteristik, mengetahui
diharapkan pasien dapat warna, ukuran, keadaan luka
terhindar dari risiko infeksi, cairan, dan bau dan
dengan kriteria hasil : luka. perkembanganny
- Integritas kulit klien normal. a.
- Temperatur kulit klien 2. Rawat luka 2. Agar tidak
normal. dengan konsep terjadi infeksi
- Tidak adanya lesi pada kulit.
steril. dan terpapar
- Tidak ada tanda-tanda
oleh kuman atau
infeksi.
- Menunjukan pemahaman bakteri.
dalam proses perbaikan kulit 3. Ajarkan klien 3. Memandirikan

dan mencegah terjadinya dan keluarga pasien dan

cidera berulang. untuk keluarga.


- Menunjukkan terjadinya melakukan
proses penyembuhan luka. perawatan luka.
4. Berikan 4. Agar keluarga
penjelasan pasien
kepada klien mengetahui
dan keluarga tanda dan gejala
mengenai tanda dari infeksi.
dan gejala dari
infeksi.
5. Kolaborasi 5. Pemberian
pemberian antibiotik untuk
antibiotik. mencegah
timbulnya
infeksi.
6. Bersihkan 6. Meminimalkan
lingkungan risiko infeksi.
setelah dipakai
klien lain.
7. Instruksikan 7. Meminimalkan
pengunjung patogen yang
untuk mencuci ada di sekeliling

14
tangan saat pasien.
berkunjung dan
setelah
berkunjung.
8. Gunakan sabun 8. Mengurangi
anti mikroba mikroba bakteri
untuk cuci yang dapat
tangan. menyebabkan
infeksi.

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan


oksigenasi.
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Kolaborasi 1. Mengkaji setiap
keperawatan 3 x 24 jam, dengan tim aspek klien
diharapkan kondisi klien stabil kesehatan lain terhadap terapi
saat aktifitas, dengan kriteria untuk latihan yang
hasil : merencanakan, direncanakan.
- Saturasi O2 saat aktivitas monitoring
dalam batas normal (95- program
100%). aktivitas klien.
- Nadi saat aktivitas dalam 2. Bantu klien 2. Aktivitas yang
batas normal (60-100 memilih terlalu berat dan
x/menit). aktivitas yang tidak sesuai
- RR saat aktivitas dalam
sesuai dengan dengan kondisi
batas normal (12-20
kondisi. klien dapat
x/menit).
memperburuk
- Tekanan darah systole saat
toleransi
aktivitas dalam batas normal
terhadap latihan.
(100-120 mmHg).
- Tekanan darah diastole saat 3. Bantu klien 3. Melatih

aktivitas dalam batas normal untuk kekuatan dan

(60-80 mmHg). melakukan irama jantung


- Tidak nampak lelah dan aktivitas/latiha selama aktivitas.
lesu. n fisik secara

15
- Tidak ada penurunan nafsu teratur.
4. Monitor status 4. Mengetahui
makan.
- Kualitas tidur dan istirahat emosional, setiap
dalam batas normal. fisik dan social perkembangan
serta spiritual yang muncul
klien terhadap segera setelah
latihan/aktivita terapi aktivitas.
s.
5. Tentukan 5. Mencegah
pembatasan penggunaan
aktivitas fisik energy yang
pada klien. berlebihan
karena dapat
menimbulkan
kelelahan.
6. Tentukan 6. Memudahkan
persepsi klien klien untuk
dan perawat mengenali
mengenai kelelahan dan
kelelahan. waktu untuk
istirahat.
7. Tentukan 7. Mengetahui
penyebab sumber asupan
kelelahan energy klien.
(perawatan,
nyeri,
pengobatan).
8. Anjurkan klien 8. Mencegah
untuk timbulnya sesak
membatasi akibat aktivitas
aktivitas yang fisik yang
cukup berat terlalu berat.
seperti berjalan
jauh, berlari,

16
mengangkat
beban berat,
dll.

6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Mendengarkan 1. Klien dapat
keperawatan 3 x 24 jam, penyebab mengungkapkan
diharapkan klien tidak kecemasan klien penyebab
mengalami kecemasan, dengan dengan penuh kecemasannya
kriteria hasil : perhatian. sehingga
- Kecemasan pada klien perawat dapat
berkurang dari skala 3 menentukan
menjadi skala 4. tingkat
- Menunjukkan relaksasi dan
kecemasan klien
melaporkan berkurangnya
dan menentukan
ansietas ke tingkat yang
intervensi untuk
dapat diatasi.
klien
- Memahami dan
selanjutnya.
mendiskusikan rasa takut.
2. Observasi tanda 2. Mengobservasi
- Menunjukkan kewaspadaan
verbal dan non tanda verbal dan
akan perasaan ansietas dan
verbal dari non verbal dari
cara-cara sehat untuk
kecemasan klien. kecemasan klien
menghadapinya.
- Menunjukkan pemecahan dapat
masalah dan menggunakan mengetahui
sumber-sumber secara tingkat
efektif. kecemasan yang
klien alami.
3. Menganjurkan 3. Dukungan
keluarga untuk keluarga dapat
tetap memperkuat
mendampingi mekanisme
klien. koping klien

17
sehingga tingkat
ansietasnya
berkurang.
4. Mengurangi atau 4. Pengurangan
menghilangkan atau
rangsangan yang penghilangan
menyebabkan rangsang
kecemasan pada penyebab
klien. kecemasan
dapat
meningkatkan
ketenangan pada
klien dan
mengurangi
tingkat
kecemasannya.
5. Meningkatkan 5. Peningkatan
pengetahuan pengetahuan
klien mengenai tentang penyakit
glaucoma. yang dialami
klien dapat
membangun
mekanisme
koping klien
terhadap
kecemasan yang
dialaminya.
6. Menginstruksika 6. Teknik relaksasi
n klien untuk yang diberikan
menggunakan pada klien dapat
teknik relaksasi. mengurangi
ansietas.

18
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit.
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan 1. Monitor 1. Menentukan
keperawatan 1 x 1 jam, kesiapan pasien intervensi yang
diharapkan terjadi peningkatan sebelum tepat dan
pengetahuan pasien dan dilakukan meningkatkan
keluarga, dengan kriteria hasil : kemoterapi. kesiapan pasien
- Pasien/keluarga dapat untuk
menyebutkan kembali tujuan melaksanakan
dan proses kemoterapi. kemoterapi .
- Pasien/keluarga dapat 2. Berikan 2. Meningkatkan
menyebutkan kembali efek informasi pengetahuan
terapeutik kemoterapi. kepada pasien dan kesiapan
- Pasien/keluarga dapat
tentang tujuan pasien untuk
menyebutkan kembali efek
dan proses menjalani
samping kemoterapi.
kemoterapi. kemoterapi.
- Pasien/keluarga dapat
Berikan
menyebutkan kembali
informasi
penanganan terhadap efek
kepada pasien
samping yang timbul akibat
dan keluarga
kemoterapi.
mengenai efek
samping dari
kemoterapi
(mual, muntah,
rambut rontok).
3. Ajarkan pasien 3. Mengurangi
teknik relaksasi kecemasan
untuk dilakukan pasien dan
sebelum meningkatkan
dikemoterapi , kesiapan pasien
saat menjalani
dikemoterapi, kemoterapi.

19
dan setelah
kemoterapi.
4. Anjurkan pasien 4. Relaksasi dapat
dan keluarga mengurangi
untuk kecemasan
meminimalisasi pasien sebelum
rangsangan bau kemoterapi.
yang menyengat
(bau makanan
yang terlalu
kuat).
5. Anjurkan pasien 5. Meningkatkan
untuk diet bubur kesiapan
dan tidak terlalu keluarga untuk
banyak menimalisasi
mengandung efek samping
bumbu. kemoterapi.
6. Anjurkan pasien 6. Meningkatkan
untuk makan kesiapan
dalam porsi keluarga untuk
yang hangat, menimalisasi
sedikit tapi efek samping
sering dan kemoterapi.
menghindari
makanan yang
pedas.
7. Anjurkan pasien 7. Meningkatkan
untuk kesiapan
mempertahanka keluarga untuk
n intake cairan menimalisasi
sebelum efek samping
kemoterapi, kemoterapi
selama

20
kemoterapi, dan
setelah
kemoterapi.
8. Ajarkan klien 8. Meningkatkan
teknik non kesiapan
farmakologi keluarga untuk
untuk menimalisasi
mengurangi efek samping
mual dan kemoterapi
muntah.
9. Kolaborasi 9. Meningkatkan
pemberian obat kesiapan
antiemetic keluarga untuk
untuk menimalisasi
mengurangi efek samping
mual dan kemoterapi
muntah
(Ondansentron
4mg IV).

21
DAFTAR PUSTAKA
 NANDA International. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi, Dan
Klasifikasi 2012-2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made
Sumarwati, dan Nike Budhi Subekti; Editor Bahasa Indonesia, Barrah Bariid,
Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta:EGC.
 Moorhed, (et al). 2013. Nursing Outcomes Classifications (NOC) 5th Edition.
Missouri: Mosby Elsevier.
 Gloria M. Bulechek, (et al). 2013. Nursing Interventions Classifications
(NIC) 6th Edition. Missouri: Mosby Elsevier.
 Concettina Glameo. Nursing Care in Pediatric Respiratory Disease
 Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C.
Geisser.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC
 http://contemporarypediatrics.modernmedicine.com/contemporary-
pediatrics/news/chronic-cough-watch-red-flags?page=full
 http://www.newcastle-hospitals.org.uk/services/childrens_treatment-and
medication_bronchomalacia-in-children.aspx
 https://yayanakhyar.wordpress.com/2010/02/19/bronkomalasia-
bronchomalacia/
 Posted on February 19, 2010
 http://www.gosh.nhs.uk/medical-information-0/search-medical-
conditions/tracheobronchomalacia March 2013
 Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. Asmática con
broncomalacia y buena respuesta al tratamiento con presión positiva continua
en la vía aérea. Arch Bronconeumol. 2014
 Schwartz DS. Tracheomalacia treatment and management. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment. Updated March
23, 2014. Accessed February 13, 2015.

22

You might also like