Professional Documents
Culture Documents
PENCERNAAN
A. Mulut
Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang di batasi
1
B. Esofagus
C. Gaster ( Lambung )
2
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus
dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu fundus yang berbentuk kubah
dan menonjol ke atas dan kiri dari ostium cardiacum, corpus yang
dua ostium, dua curvatura dan dua permukaan. Dua ostium tersebut adalah
3
memasuki lambung dan ostium pyloricus yang berperan sebagai pintu
terdiri dari curvatura minor yang membentuk batas kanan lambung dan
bentuknya mirip dengan curvatura minor tetapi jauh lebih panjang dan
memanjang pada sisi kiri ostium cardiacum, ke arah kubah fundus dan
sendiri terdiri atas facies anterior dan facies posterior (Snell, 2014). Struktur
dan bagian – bagian dari lambung dapat dilihat pada gambar Secara
kiri osteum kardiak, biasanya berisi gas. Pada batas dengan esofagus
dari lambung.
4
4. Kurvatura minor : sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum
Fungsi Lambung
5
1) Pepsin : memecah putih telur menjadi asaam amino ( albumin
6
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
kimus.
2. Kontraksi Pendorong
dinding usus halus. Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup
7
5 meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah
dengan sfingter ileoseikalis dan pada bagian ini terdapat katup valvula
8
b. Tunika Propia: bagian dalam dari tunika mukosa terdapat
dan berkelompok.
c. Mencerna makanan
9
E. Intestinium Mayor ( Usus besar )
1. Kolon asendens
transversum.
10
2. Kolon transversum
3. Kolon desendens
dari atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
4. Kolon sigmoid
polos dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak
11
koksigis. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan
peritoneum.
12
2. viseral yang meliputi semua organ yang bcrada di dalam rongga itu.
Ruang yang bisa lerdapat di antara dua lapis ini disebut rongga peritoneum
(Pierce, 2006).
abdomen menjadi usus. Kedua rongga mesoderm, dorsal dan ventral usus
13
H. Hepar
1. Anatomi Hati
Hati atau hepar merupakan kelenjar aksesori yang terbesar dalam tubuh,
dewasa yang kurus, tepi bawah hati mungkin teraba satu jari dibawah
costa. Hati terbagi dalam dua lobus (bagian utama) dimana lobus kanan
14
(hepatic dextra lobe) berukuran lebih besar dari dari lobus kiri ( sinistra
lobe). Dari dua lobus tersebut, dibagi lagi ke dalam 4 lobus yaitu yaitu :
oleh berbagai pembuluh darah yang masuk dan keluar hati. Fisura
banyak) dan terdiri atas sel-sel hati berbentuk kubus yang disebut
bersama oleh jaringan konektif hati. Peredaran darah hati ada dua
Pada hati terdapat empat saluran, yaitu tiga pembuluh darah utama yang
vena hepatica) serta saluran empedu. Arteri hepatica keluar dari aorta
15
dan memberikan seperlima darahnya kepada hati, darah ini mempunyai
Vena porta hepatica terbentuk dari vena lienalis dan vena mesentrika
oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah dalam vena porta
dari hati ke vena kava inferior (inferior venae cava). Di dalam vena
langsung ke hati.
2. Fisiologi hati
menjadi yang lain, dan pembentukan albumin dan globulin juga terjadi
di hati.
16
b. Fungsi ekskretori : produksi empedu oleh sel hati (bilirubin, kolesterol,
dari luar tubuh seperti logam-logam berat atau bermacam zat warna.
antibody. Bila hati rusak maka berbagai racun akan meracuni tubuh.
racun tersebut.
heparin di hati dan mengalirkan darah ke jantung. Dalam hati sel darah
(RES). Perusakan ini juga terdapat dalam limpa dan sumsum tulang.
hemoglobin.
17
I. Apendiks
saluran cerna termasuk apendik oleh IgA. Munoglobuin itu sangat efektif
Istilah usus buntu yang di kenal di masyarakat awam adalah kurang tepat
karena usus yng buntu sebenarnya adalah sekum. Organ yang tidak di
18
ketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah kesehatan. Peradangan
I Pankreas
19
Pankreas adalah organ pipih yang terletak dibelakang dan sedikit di bawah
lambung dalam abdomen. Organ ini memiliki 2 fungsi : fungsi endokrin dan
melalui duktus pankreas ke dalam usus halus (Sloane, 2003) Pankreas terdiri
tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3% dari berat total
pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50µ, sedangkan
20
2003) Sel endokrin dapat ditemukan dalam pulau-pulau langerhans, yaitu
kumpulan kecil sel yang tersebar di seluruh organ. Ada 4 jenis sel penghasil
activity.
dan insulin.
21
II. Konsep Dasar Medik dan Askep Gawat Darurat Sistem Pencernaan
Organ yang terdapat pada intra abdomen yaitu hepar, lien, gaster, usus
halus, dan sebagian besar usus besar (kolon), sedangkan organ yang
1) Apendiksitis
a) Pengertian
b) Klasifikasi
22
fikalit(tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang
jaringan parut
c) Etiologi
23
adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan
d) Patofisiologi
e) Manifestasi Klinis
24
Mual, muntah, hilang nafsu makan
palpasi)
radang peritoneal.
f) Test Diagnostik
25
Enema barium dapat memperlihatkan tanda khas
kolon (Sodikin,2011).
g) Komplikasi
2002).
2) Peritonitis
a) Pengertian
26
melalui proses infeksi akibat perforasi usus, misalnya pada
(Warsinggih, 2016).
Menurut agens
27
3. Peritonitis tersier : Organisme penyebab biasanya
c) Patofisiologi
28
hilang ke dalam usus mengakibatkan dehidrasi, syok,
d) Manifestasi Klinis
bergerak.
29
penekanan pada dinding abdomen ataupun involunter sebagai
e) Pemeriksaan Diagnostik
30
f) Komplikasi
3) Kolesistitis akut
a) Pengertian
nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan panas badan, yang
(Juliantari, 2014).
2001).
b) Etiologi
31
1. Batu empedu kolesterol, terjadi karena : kenaikan sekresi
Obesitas.
infeksi
32
c) Patofisiologi
susunan empedu
2. Statis empedu
33
pusat presipitasi. Infeksi lebih sering sebagai akibat
d) Manifestasi Klinis
e) Pemeriksaan Fisik
Palpasi :
henti inspirasi.
f) Pemeriksaan Diagnostik
34
Cholescintigraphy, berguna bila kolesistitis akut yang sulit
kehilangan darah.
dan urine.
4) Pankreatitis
a) Pengertian
et al, 2011).
b) Etiologi
35
Penyalahgunaan alkohol.
Trauma abdomen
Idiopatik
Hiperkalsemia.
c) Patofisiologi
36
hormone yang dilepaskan dari pankreas yang cedera
d) Manifestasi Klinis
nyeri abdomen.
Demam
Ileus paralitik
e) Pemeriksaan Diagnostik
Hypokalemia
Hipokalsemia
Peningkatan bilirubin
Hiperglikemia
Hipoksemia.
f) Komplikasi
Peradangan peritoneum
Abses pankreatik
37
Perdarahan gastrointestinal
Translokasi bakteri.
g) Penatalaksanaan Bedah
dilakukan.
pankreatitis.
Hasil Intervensi
1. Oksigenasi/Ventilasi
38
tanda-tanda atelectasis, lakukan fisioterapi dada.
distress pernapasan.
pembebatan menurunkan
efektivitas ventilasi
sesuai kebutuhan
endotrakea.
39
c. pasien tidak mengalami antrium kanan setiap 1 jam
hypovolemia actual
Grey
indikasi
a. pasien euvolemik IV
40
disfungsi ginjal ukur lingkar abdomen setiap 8
jam
PRN
penurunan kesadaran
5. Integritas Kulit
kaji kulit setiap 8 jam dan
a. Integrasi kulit akan tetap utuh
setiap kali pasien diubah
41
posisinya
pertimbangkan pengguanaan
meredakan tekanan.
transferrin, kolestrol,
42
mual minimal nyeri.
respon pasien.
Gunakan teknik
penatalaksanaan nyeri
nonfarmakologis misalnya
nasogastristik
instruksi.
ansietas.
efektif.
43
membantu.
penjelasan.
memungkinkan.
ARDS.
44
lain.
mengikuti program
pembatasan diet.
1) Pengertian
usus halus.
2) Klasifikasi
Obstruksi usus dapat terjadi pada usus besar dan usus halus. Usus
45
lebih meluas hingga dinding usus contohnya diverticulitis,
Etiologi
25% kasus.
Patofisiologi
46
motilitas usus yang normalterjadi pertumbuhan bakteri
berlebihan.
Gambaran klinis
intermiten.
menetap.
5. Konstipasi
47
Pengkajian
Penatalaksanaan
48
4) Pemasangan kateter foley untuk mengkaji penggantian
pembedahan.
b) Ostruksi kolon
Etiologi
Patofisiologis
49
mesenterika. Hal ini merupakan penyebab tersering
c) Ileus
mekanis.
Etiologi
50
Patofisiologi
Gambaran klinis
3) Konstipasi
4) Anoreksia
Pengkajian
51
2) Pemeriksaan fisik : terlihat mencolok pada ileus.
Penatalaksanaan
1) Pasien dipuasakan
kolostomi dekompresi.
d) Fatty Liver
Pengertian
52
Etiologi
liver yaitu :
1) Obesitas
2) Diabetes
makanan.
53
Manifestasi Klinis
kanan atas
Komplikasi
1) Hepatitis alkoholik
2) Liver fibrosis
3) Sirosis hepatis
Penatalaksanaan
54
akhirnya fatty liver akan berkembang menjadi sirosis.
genfibrozil)
3) Hindari alkohol
memperbaiki necroinflamasi.
55
dengan dilakukan biopsy sehingga terapi ini dapat
hipertrigliseridemia.
e) Kolik Abdomen
Pengertian
56
kolik bilier, kolik renal dan kolik karena sumbatan usus
Klasifikasi
1. Kolik biliar
a. Pengertian
b. anamnesis
2009).
57
c. Pemeriksaan Fisik
a. Etiologi
58
beberapa studi telah melaporkan penyakit Crohn
b. Pemeriksaan Fisik
1) Distensi abdomen
obturatorius.
59
5) Temuan pada pemeriksaan rectal touge:
keganasan
obturatorius
Tanda-tanda peritoneal
klien. Jaw thrust atau chin lift dapat dilakukan atau dapat juga
klien tidak sadar dan tidak adagag reflek dapat dipakai guedel.
60
faktor mekanik, atau ada gangguan ventilasi akibat gangguan
masalah teknis.
b. Breathing (pernafasan)
c. Circulation
pembedahan dilakukan.
d. Disability (neurologi)
61
Klien dengan akut abdomen yang mengalami gangguan kesadaran
terjadi pada klien trauma abdomen yang disertai pada klien trauma
a. Apendiksitis
1) Penanggulangan konservatif
2) Operatif
62
Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan
nanah).
3) Pencegahan Tersier
intra-abdomen.
b. Kholesititis akut
(Zosyn, 3,375 gram IV/6 jam atau 4,5 gram IV/8 jam),
63
yang mengancam jiwa, Sanford guide merekomendasikan
IV/6 jam).
nasogastrik.
batu/perporasi.
c. Pankreatitis akut
64
Penatalaksanaan pasien pankreatitis akut bersifat simtomatik dan
65
5) Intervensi Bedah ; meskipun pasien yang berada dalam
1) Konservatif
a) Penderita dipuasakan.
miring ke kanan.
interstisial
66
Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan
cairan intraseluler
paralitik.
terlalu beresiko.
2) Medications
3) Surgery
perlu di perhatikan :
67
4) Indikasi intervensi bedah
usus.
1) Kolik biliar
68
konsultasi operasi yang dini. Dekompresi dilakukan dengan cara
usus).
d. Kaji adanya konstipasi dan keluhan tak dapat flatus biasanya pada
obstruksi usus.
hebat.
69
g. Pada trauma abdomen, dapatkan riwayat mekanisme cedera:
proses infeksi.
koagulasi.
proses infeksi.
NOC :
70
1) Kaji lokasi nyeri dan progresivitas nyeri.
lanjutan.
spasme.
perluasan peritonitis.
pada klien.
peradangan.
71
Label NOC : Fluid Balance
NIC
fluid monitoring
rongga abdomen.
NOC
nutritional status :
72
penurunan frekuensi mual muntah.
NIC :
Nutrition Management
laboratorium.
intervensi lanjutan.
6. kolaborasi dengan ahli gizi terkait nutrisi yang tepat bagi klien.
adekuat.
73
R/ : asupan gizi yang adekuat membantu keseimbangan nutrisi bagi
tubuh.
NOC
NIC
Airway Management
74
R/ : penilaian terhadap respirasi dan keadekuatan oksigen.
oxygen terapy
pasien.
Respiratory Monitoring
bernafas.
intervensi lanjutan.
bantu pernafasan.
7. Evaluasi Keperawatan
75
B. Asuhan keperawatan pada pasien dengan trauma abdomen
1. Pengertian
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera
(Sjamsuhidayat, 1997). Trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi dua jenis
a. Trauma penetrasi
1) Trauma tembak
2) Trauma tumpul
1) Kompresi
3) Sabuk pengaman
4) Cedera akselerasi
b. Laserasi
76
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya cedera
menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan dan hati harus
dieksplorasi.
2. Etiologi
77
3. Patofisiologi
Jika terjadi penetrasi atau non penetrasi kemungkinan terjadi pendarahan intra
disertai penurunan hitung sel darah merah yang akhirnya gambaran klasik
syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami perforasi, maka tanda-
dalam trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri
lepas dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis
umum. Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan
peritonitis mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya
tanda-tanda tidak khas yang muncul. Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk
4. Manifestasi
Pada trauma non penetrasi (tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
78
mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB hitam
(melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa jam setelah trauma.
Cedera serius dapat terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya terdapat luka robekan pada
abdomen.
5. Penanganan awal
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani, penilaian awal
dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi, jika korban tidak berespon, maka
Membuka jalan napas menggunakan teknik head tilt chin lift atau
79
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara “lihat-dengar-rasakan”
tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak,
resusitasi jantung patu segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas
dalam RJP adalah 30 : 2 untuk pasien dewasa dan 15:2 untuk pasien
2) Imobilisasi
80
d) Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran (obat,
dalam BAB atau sekitar anus berarti trauma non penetrasi (trauma
tumpul) mengenai kolon atau usus besar, dan apabila darah hitam
tedapat pada BAB atau sekitar anus berarti trauma non penetrasi
rectum atau pada saat BAB. Perdarahan dinyatakan posistif bila sel
darah merah lebih dari 100.000 sel/mm dari 500 sel/mm, empedu atau
laparatomi.
a) Hamil
81
e. Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
dengan kain kassa pada daerah antara pisau atau memfiksasi pisau
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut tidak
yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau bila ada
verban steril.
4) Imonilisasi pasien
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan menekan.
1) Trauma penetrasi
Pemeriksaan ini sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar
yang berdekatan.
82
Foto rongten torak tegak berguna untuk menyingkirkan
retroperitoneum.
c) Uretrografi
d) Sistografi
sakit.
f) Pemeriksaan rongten
83
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
Asuhan keperawatan
1. Pengkajian data
Dasar pemeriksaan fisik “head to toe” harus dilakukan denga singkat tetapi
a. Aktivitas/istirahat
cedera (trauma).
b. Sirkulasi
(hipoventilasi, hiperventilasi)
c. Integritas ego
dramatis)
84
d. Eliminasi
gangguan fungsi.
f. Neurosensori
Data subyektif : sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
h. Pernafasan
i. Keamanan
2. Intervensi
85
NOC :
Intervensi :
NIC.
Electrolyte Monitoring
Fluid management
5) Transfusi darah
86
b. Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen
NOC :
Intervensi :
87
NOC :
NIC :
Wound care
pasien.
3) Anjurkan klien tidur dengan posisi datar dan lutut fleksi, untuk
88
d. Resiko infeksi b.d tidak adekuatnya pertahanan tubuh
NOC
• Immune Status
• Risk control
Kriteria Hasil:
Intervensi :
NIC
Infection control
infeksi
89
4) Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi
NOC
anxiety level
kecemasan berkurang.
Intervensi
NIC.
anxiety reduction
mengenai penyakit
90
R/ apabila klien tahu tentang prosedur dan tindakan yang akan
menghadapi situasi
NOC.
Mobility Level
Transfer performance
kemampuan berpindah
91
Intervensi :
NIC
a. Pengertian
92
hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. (Mansjoer,
2000).
b. Klasifikasi
i. Varises
93
sirkulasi sistemik. Seiring peningkatan tekanan di dalam
perdarahan.
batuk hebat.
a) Esophagitis
b) Tumor
a) Ulkus peptikum
94
menyebabkan kerusakan mukosa dengan cara merusak
b) Angiodisplasia
95
menggambarkan vena mukosa yang melebar dan
c) Lesi Dieulafoy
d) Divertikulosis.
a) Gastritis
b) Tumor
c) Penyakit Crohn
d) kolitis
e) Hemoroid.
96
d. Patofisiologi
yang terlihat pada saat pengkajian awal. Jika volume darah tidak
efek pada seluruh sistem tubuh, dan tanpa suplai oksigen yang
97
e. Manifestasi Klinis
f. Komplikasi
1) Anemia
2) Dehidrasi
3) Kehilangan darah
4) Syok
5) Kematian
g. Pemeriksaan Diagnostik
(BUN).
parsial (PTT).
h. Penatalaksanaan
1) Resusitasi cairan.
98
i. transfuse lebih dari 2 kantong sel darah merah kemasan
2) Intubasi nasogastrik
bilas lambung.
4.
99
c. Antacid juga dapat diberikan dengan bekerja sebagai buffer
lambung.
iv. Vasopresin
v. Somatostatin
vi. Oktreotida
100
50 µg/jam selama 3-5 hari. Efek oktreotida mirip dengan
5) Endoskopi
endoskopik.
6) Angiografi
bantuan radiologi.
7) Tamponade balon
101
intubasi lambung. Balon lambung kemudian dikembungkan
kardia lambung.
8) Pembedahan
pada usia dan kondisi pasien, serta lokasi, ukuran, dan anatomi
motilitas
b) Antrektomi
102
Dekompresi bedah pada hipertensi porta dapat digunakan
atau endoskopi.
a. Pengkajian
1) Riwayat
lesi Mallory-Wells.
2) Pengkajian Fisik
status mental.
103
c) Pantau ketat tanda-tanda vital untuk mengkaji instabilitas
hemodinamik.
dan melena.
b. Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi Keperawatan
Perdarahan Gastrointestinal
104
tempat tidur, dan siapkan penghisap di samping tempat
saturasi oksigen.
sistemik (SVR).
105
10. Pantau PH lambung, konsultasi dengan dokter tentang
nilainya apnormal.
16. Pantau kadar Hb, HT, hitung sel darah merah, masa
abnormal.
terapeutik.
106
21. Anjurkan untuk berehenti merokok dan hindari alkohol.
kriteria hasil :
celcius).
b) Intervensi :
NIC.
Electrolyte Monitoring
107
1. Identifikasi kemungkinan penyebab
ketidakseimbangan elektrolit.
intervensi penyelesaian.
semakin bertambah.
Fluid Management
hemodinamik
108
R/: monitor status volume dan perfusi jaringan.
Potassium, sodium.
mengancam jiwa.
R/ : Rehidrasi optimal.
terjadinya komplikasi.
perdarahan akut.
volume darah.
NOC
109
Circulation status\
Kriteria Hasil :
dengan :
diharapkan
ditandai dengan :
dengan benar
involunter
NIC :
110
(Manajemen sensasi perifer)
jaringan.
Tujuan/kriteria hasil :
NOC
111
Immune Status
Risk control
Kriteria Hasil:
penatalaksanaannya
timbulnya infeksi
NIC
112
4. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
pasien.
alat.
113
DAFTAR PUSTAKA
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/PERITONITIS-
DAN-ILUES.pdf diakses pada 15 November 2017.
www.kalbemed.com/news/tabid/229/id/1753/penatalaksanaan-fatty -liver-
desease.aspx. chalasani N, et al. 2012; 55(6): 2005-23. The diagnosis
and management of non alcoholic fatty liver desease: Practice guideline
by The American Association for the Study of Liver Disease, American
Collage of Gastroenterology, and The American Gastroenterological
Association Hepatology diakses pada tanggal 16 desember 2017.
114