You are on page 1of 99

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

WAWASAN AGRIBISNIS

Asisten
1. FAKHRUDDIN YULISTIONO
2. FARIZ IRZAT ARIFIN
3. NURUL LAILI
4. NUR IDA SURYANDARI
5. HAFEZD AS’AD
6. DIMAS BRILIAN SYABAN PRAMANA
7. EVA VITYA SARASWATI
8. NINA FAZARIA

Oleh
Golongan E

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
KEGIATAN ON FARM KOMODITAS KOPI DI PUSAT
PENELITIAN KOPI DAN KAKAO INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK LAPANG

diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan Mata Praktikum


Wawasan Agribisnis pada Laboratorium Manajemen Agribisnis
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Asisten
Dimas Brilian Syaban Pramana

Oleh
Golongan E/ Kelompok 2

LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Koordinator : Muhammad Romli AQ.H (171510701062)


Anggota : Regitha Cahyaning Abdi (171510701034)
Khairun Nisa (171510701036)
Febriana Rachmawati (171510701040)
Panji Ramadhani (171510701037)
Imam Wahyudi (171510701005)
Hafid Alwi (171510701001)
Nurfadillah (171510701007)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Laporan Prakek Lapang Wawasan Agribisnis ini tepat pada
waktunya yang berjudul “Kegiatan On Farm Komoditas Kopi di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia”.
Laporan Praktek Lapang ini berisikan tentang manajemen on farm
komoditas Kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia yang ada pada
Kabupaten Jember. Atas kelancaran dan keberhasilan laporan praktek lapang ini,
kami sampaikan terima kasih atas dukungan dari berbagai pihak, khususnya
kepada:
1. Ir. Sigit Soepardjono, M.S., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember
2. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M, selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember
3. Ebban Bagus Kuntadi, SP., M.Sc. selaku Ketua Laboratorium Manajemen
Agribisnis
4. Tim Dosen Pengampu Wawasan Agribisnis
5. Tim Asisten Laboratorium Manajemen Agribisnis
6. Anggota kelompok 2
Demikian laporan praktek lapang ini kami buat. Semoga dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak. Kami menyadari bahwa laporan praktek
lapang ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan
praktek lapang ini.

Jember, 29 Mei 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK.................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................7
1.3 Tujuan dan Manfaat......................................................................................8
1.3.1 Tujuan....................................................................................................8
1.3.2 Manfaat..................................................................................................8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................9


2.1 Komoditas Kopi ..............................................................................................9
2.2 Teori Usahatani................................................................................................11
2.3 Subsitem Agribisnis.........................................................................................14
2.4 Teori Pemasaran..............................................................................................16

BAB 3. HASIL PRAKTEK LAPANG DAN PEMBAHASAN........................20


3.1 Hasil Kunjungan Lapang
...............................................................................................................................
20
3.2 Pembahasan
...............................................................................................................................
24
3.2.1 Penyediaan Input Usahatani Komoditas Kopi Pusat Penelitian Kopi Dan
Kakao
......................................................................................................................
24

iii
3.2.2 Proses Budidaya Kopi
...............................................................................................................................
25
3.2.3 Pemasaran Hasil Produksi Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao
...............................................................................................................................
29

BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN....................................................................31


4.1 Simpulan .........................................................................................................31
4.2 Saran................................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Dokumentasi
- Kuesioner
- Kartu Konsultasi

iv
DAFTAR TABEL

NO. NAMA TABEL HALAMAN


1. Tabel 1.1. Produksi perkebunan di Indonesia (ton) tahun 4
2012-2016
2. Tabel 1.2. Jumlah Produksi Perkebunan Kopi Menurut 6
Wilayah Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2016

v
DAFTAR GAMBAR

NO. NAMA GAMBAR HALAMAN


1. Gambar 2.1. Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana 17
2. Gambar 2.2. Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks 18
3. Gambar 3.1. Tahap-tahap Budidaya Tanaman Kopi 26
4. Gambar 3.2. Saluran pemasaran Produk di Pusat 29
Penelitian Kopi dan Kakao.

vi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mengandalkan sektor
pertanian dari keseluruhan perekonomian nasional. Negara ini sangat diuntungkan
karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung dengan adanya hamparan lahan
yang luas, keanekaragaman hayati yang melimpah, dan beriklim tropis sehingga
bisa menanam sepanjang tahun. Indonesia merupakan negara yang sektor
pertaniannya memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian
nasional. Peran sektor pertanian dapat dilihat dari angka Produk Domestik Bruto
(PDB) Indonesia setiap tahunnya. Peran sektor pertanian dalam perekonomian
Indonesia juga dapat dilihat dari banyaknya jumlah penduduk atau tenaga kerja
yang hidup dan bekerja dalam sektor pertanian (Dewi dkk, 2016).
Sektor pertanian selama ini menjadi sektor penyumbang PDB yang cukup
besar, namun peran sektor pertanian semakin menurun karena pertumbuhan sektor
nonpertanian relatif lebih cepat daripada pertumbuhan sektor pertanian.
Sumbangan sektor pertanian terhadap PDB pada tahun 2014 adalah sekitar
13,38%. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang terbesar dalam penyerapan
tenaga kerja di Indonesia, walaupun perannya juga menurun. Tahun 2004 peran
sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja sekitar 45%, pada tahun 2014
mengalami penurunan menjadi 34%. Walaupun demikian, sektor pertanian masih
merupakan sektor terbesar dalam menyerap tenaga kerja pada tahun 2014 (BPS,
2015).
Peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia membuktikan
bahwa sektor ini merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi untuk
mengambangkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian. Sektor pertanian di
Indonesia menjadikan pemerintah perlu memberi perhatian khusus agar sektor ini
bisa dikembangkan sehingga dapat membantu perekonomian daerah serta
menciptakan lapangan kerja. Terciptanya lapangan kerja pada sektor pertanian
dapat menjadi solusi bagi permasalahan pengangguran di Indonesia, dikarenakan
dapat menyerap tenaga kerja yang banyak. Keberadaan penduduk Indonesia yang
memiliki jumlah penduduk yang sangat besar menjadi pertimbangan utama bagi
pemerintah, untuk mempertahankan sektor pertanian menjadi salah satu sektor

1
yang dapat membangun dan mengembangkan perekonomian Indonesia, serta
mengurangi angka pengangguran yang ada. (Fortunika dkk, 2017).
Menurut Soetriono dan Anik (2016), pertanian adalah suatu jenis kegiatan
produksi yang berlandaskan pada proses pertumbuhan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Pertanian dapat diartikan secara sempit maupun secara luas. Pertanian
secara sempit dapat disebut dengan pertanian rakyat, sedangkan dalam arti luas
pertanian meliputi pertanian dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, dan
perikanan. Pengertian pertanian secara garis besar dapat diringkas menjadi proses
produksi, petani atau pengusaha, tanah tempat usaha, dan usaha pertanian (farm
business). Pertanian dalam arti terbatas yaitu pengelolaan tanaman dan lingkungan
agar dapat menghasilkan suatu output berupa produk pertanian, sedangkan
pertanian dalam arti luas pertanian adalah pengolahan tanaman, ternak dan ikan
agar memberikan suatu produk. Pertanian yang baik yaitu pertanian yang dapat
memberikan hasil atau produk jauh lebih baik daripada tanaman, ternak, dan ikan
tersebut dibiarkan hidup secara alami tanpa dikelola. Usaha pertanian dapat
melibatkan berbagai subjek secara bersama-sama dengan alasan efisiensi dan
peningkatan keuntungan. Subjek-subjek tersebut antara lain peternakan,
kehutanan, perkebunan, dan perikanan. Semua usaha yang dilakukan dalam
pengembangan pertanian pada dasarnya adalah usaha yang ditujukan untuk
membangun pertanian serta perekonomian. Usaha tersebut memerlukan dasar-
dasar pengetahuan dan memperhatikan semua aspek dengan pertimbangan
efisiensi untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal sekaligus membangun
pertanian.
Pembangunan pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
memperbaiki hasil perekonomian masyarakat dengan meningkatkan hasil
pertaniannya melalui kegiatan yang ramah lingkungan atau tetap memperhatikan
sumberdaya lingkungan sekitar dengan mengikut sertakan campur tangan manusia
dalam kegiatan tersebut. Teknologi yang memadai sangat diperlukan untuk
keberhasilan pembangunan pertanian khususnya dalam komoditas pangan.
Pengetahuan pun perlu dikuasai oleh petani sehingga mampu menciptakan
kualitas hasil pertanian yang mampu bersaing di dunia. Pembangunan pertanian di
Indonesia memiliki empat target utama yaitu; mewujudkan swasembada yang

2
berkelanjutan, mewujudkan peningkatan diversivikasi pangan, mewujudkan
peningkatan nilai tambah dan daya saing, serta mewujudkan peningkatan
kesejahteraan petani (Soeaidy, 2013).
Pembangunan pertanian di Indonesia harus mempersiapkan strategi yang
baik untuk terwujudnya suatu negara maju dengan pembangunan dan
kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh masyarakat. Strategi yang
diterapkan pada pertanian berkelanjutan diharapkan dapat menjadikan sektor
pertanian menjadi pendongkrak kebutuhan pangan dan mampu meningkatkan
produktivitas sesuai dengan apa yang diharapkan petani maupun pemerintah.
Pembangunan pertanian berkelanjutan tidak hanya mementingkan perolehan hasil
yang banyak, namun harus menjaga kondisi lingkungan supaya dapat
dipergunakan hingga tahun-tahun berikutnya. Upaya atau salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk pembangunan pertanian yaitu melalui agribisnis (Winarso,
2013).
Agribisnis adalah pertanian yang organisasi dan manajemennya secara
rasional dirancang untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal
dengan menghasilkan barang dan/ jasa yang di minta pasar. Agribisnis proses
tranformasi material yang diselenggarakannya tidak terbatas kepada budidaya
proses biologis dari biota (tanaman, ternak, ikan) tapi juga proses pra usaha tani,
paca panen, pengolahan dan niaga yang secara struktural diperlukan untuk
memperkuat posisi adu tawar (bargaining) dalam interaksi dengan mitra transaksi
di pasar. Ikatan keterkaitan funsional dari kegiatan pra usaha tani, budidaya, pasca
panen, pengolahan, pengawetan dan pengendalian mutu serta niaga perlu
terwadahi secara terpadu dalam suatu sistem agribisnis yang secara sinkron
menjamin kinerja dari masing- masing satuan sub proses itu menjadi pemberi nilai
tambah yang menguntungkan baik bagi dirinya maupun bagi keseluruhan. Sektor
pertanian mencakup beberapa subsektor diantaranya yaitu subsektor tanaman
bahan pangan, subsektor hortikultura, subsektor perikanan, peternakan, dan
perkebunan.
Subsektor pertanian salah satunya adalah subsektor perkebunan yang
memiliki keunggulan komparatif yang berasal dari kelompok industri primer yang

3
didominasi oleh komoditas perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan segala
kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan media tumbuh
lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa
hasil tanam tersebut. Pengertian dan definisi perkebunan menurut UU No 18
Tahun 2004 adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan
memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat (BPKP, 2015).
Menurut Rompas, J., et al (2015), subsektor perkebunan memiliki peluang
yang besar guna untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Perkebunan terus mengalami perkembangan setiap
tahunnya, dimana perkebunan memiliki lahan yang luas, biasanya terletak pada
daerah tropis atau subtropis yang dapat menghasilkan komoditas pertanian dalam
jumlah atau skala yang besar. Subsektor yang memiliki pasar besar dalam Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah perkebunan, dimana Indonesia berhasil
mengekspor hasil produksi perkebunan ke pasar Internasional. Komoditas
perkebunan meliputi kelapa sawit, teh, karet, lada, kopi, kakao, dan sebagainya.
Komoditas perkebunan yang berhasil menembus ekspor dunia adalah kopi dan
kakao. Jumlah produksi kopi di Indonesia memasuki peringkat 10 besar. Jumlah
produksi perkebunan di Indonesia pada tahun 2012-2016 dapat kita lihat dari tabel
1.1 berikut :
Tabel 1.1. Produksi perkebunan di Indonesia (ton) tahun 2012-2016.
Tahun
No. Komoditas
2012 2013 2014 2015 2016
26 29 33
1. Kelapa sawit 27 782 31 070
015.52 278.20 229.40
3 2
2. Kelapa 2 938.41 3 005.90 2 890.70
051.60 920.70
3 3
3. Karet 3 012.26 3 153.20 3 157.80
237.40 145.40
2
4. Tebu 2 592.50 2 579.20 2 498 2 223
553.60
5. Kopi 661.80 645.30 612.90 632.90 639.30
6. Kakao 740.51 720.90 728.40 593.30 656.80

4
7. Tembakau 260.82 164.50 198.30 196.20 196.20
8. Teh 143.41 145.90 154.40 132.60 144
Sumber : Badan Pusat Statistik (2017).
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa produksi tanaman kopi di
Indonesia dari tahun 2012-2016 mengalami fluktuasi pada tiap tahunnya. Produksi
terbesar yaitu pada tahun 2012 mencapai 661.80 ton dan mengalami penurunan
produksi yang paling banyak ada pada tahun 2014 mencapai 32,4 penurunan pada
tahun 2013 sebesar 645.30 menjadi 612.90 di tahun 2014. Jumlah produksi
perkebunan kopi di Indonesia berada pada urutan nomer 5 setelah komoditas
perkebunan seperti kelapa sawit, kelapa, karet, dan tebu.
Menurut Trilaksana (2014), kopi (Coffeeae) merupakan salah satu
komoditas unggulan yang ada di Indonesia. Kopi (Coffeeae) sangat menunjang
dalam meningkatkan perekonomian negara. Penikmat kopi (Coffeeae) di
Indonesia sangat besar, bukan hanya sebagai penikmat namun Indonesia juga
memproduksi kopi. Produksi kopi di Indonesia tidak kalah nikmat dari kopi luar
negeri. Produksi kopi Indonesia masuk kedalam peringkat 10 terbesar dunia, hal
ini dilihat dari jumlah produksi tanaman kopi di setiap wilayah Indonesia yang
tinggi. Jenis kopi yang diproduksi di Indonesia dibagi menjadi beberapa jenis
seperti kopi Arabica, Robusta, Leberika, dan lainnya. Jenis kopi unggulan yang
ada di Indonesia dibagi menjadi dua, yaitu Kopi Arabica (Coffea arabica) dan
Kopi Robusta (Coffea canephora). Kopi Arabica (Coffea arabica) umumnya
banyak dibudidayakan di daerah Aceh, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Bali
dan Flores, sedangkan Kopi Robusta banyak ditanam di daerah Sumatera Selatan,
Lampung, dan Jawa Timur.
Tingkat produksi di suatu wilayah berbeda dengan wilayah yang lainnya.
Perbedaan tingkat produksi dapat dilihat dari jumlah hasil produksi tanaman kopi
di wilayah tersebut. Tingkat produksi kopi di wilayah Jawa timur merupakan yang
tertinggi setelah Sumatera Selatan dan Lampung, dapat kita ketahui dari jumlah
produksi tanaman kopi. Jumlah produksi perkebunan kopi di wilayah Jawa Timur
dibagi menjadi 10 besar kabupaten yang memproduksi kopi. Jumlah produksi
tanaman kopi dapat dilihat pada tabel berikut :

5
Tabel 1.2. Jumlah Produksi Perkebunan Kopi Menurut Wilayah Di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2016
No. Kabupaten Jumlah produksi tanaman kopi (ton)
1. Bayuwangi 13 239
2. Malang 11 429
3. Jember 10 863
4. Bondowoso 8 670
5. Blitar 3 736
6. Kediri 2 481
7. Lumajang 2 336
8. Situbondo 2285
9. Probolinggo 1 563
10. Pacitan 770
Sumber : Badan Pusat Statistika (2017).
Berdasarkan data diatas Kabupaten Jember menempati tingkat ketiga
setelah Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah 13.239 ton dan Kabupaten Malang
sebanyak 11.429 ton. Total produksi perkebunan kopi Kabupaten Jember tahun
2016 sebanyak 10863 ton. Produksi perkebunan kopi salah satunya diproduksi
oleh pusat penelitian kopi dan kakao jember pada tahun 2016 dengan
produktivitas mencapai kurang lebih 900 ton. Diketahui dari data di atas
kebutuhan terhadap biji kopi yang dibutuhkan sebagai bahan tanam meningkat
pada tahun 2014 hingga tahun 2016.
Menurut Merry, dkk (2015), kebutuhan biji tanaman kopi di dunia semakin
meningkat, maka dari itu budidaya tanaman kopi sangat dibutuhkan. Kegiatan on
farm kopi dimulai dari persiapan atau pemilihan lahan, penanaman tanaman
naungan, pemilihan bibit unggul kopi, penanaman bibit kopi, perawatan tanaman,
pemanenan kopi hingga kegiatan pasca panen. Kegiatan on farm kopi bermanfaat
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian petani, karena
komoditas kopi ini dapat dipanen pada saat musim penghujan maupun musim
kemarau dan sebagian besar masyarakat Indonesia suka mengkonsumsi kopi.
kegiatan ini juga dapat meningkatkan produktivitas kopi. Proses budidaya
menjadikan tanaman tumbuh dengan baik dan dapat menghasilkan produksi
tanaman yang banyak. Proses budidaya tanaman kopi on farm juga bermanfaat
sebagai sarana penelitian mengenai komoditas tanaman kopi dengan berbagai
macam jenis kopi.

6
Pusat penelitian kopi dan kakao (Puslit Koka) Indonesia merupakan
tempat pembudidayaan serta pengolahan kopi dan kakao. Puslit Koka didirikan
pada tanggal 1 Januari 1911 dengan nama waktu itu Besoekisch Proefstation.
Sejak didirikan, Puslit Koka Indonesia berkantor di Jl. PB Sudirman No. 90
Jember, namun mulai tahun 1987 sebagian besar kegiatannya atau operasionalnya
dipindahkan ke kantor bar yang berlokasi di Desa Nogosari, Kecamatan
Rambipuji, Kabupaten Jember. Terdapat tiga fungsi dan tugas utama Puslit Koka
Indonesia, pertama untuk mendapakan varietas atau klon bibit unggul kopi dan
kakao. Bibit untuk pengembangan tanaman kopi dan kakao dapat berasal dari biji,
stek, dan cangkok. Kedua melakukan kegiatan pelayanan kepada petani atau
pekebun kopi Indonesia. Ketiga membina sumber daya manusia serta ekosistem
industri terkait. Puslit koka juga membina masyarakat yang ingin belajar tentang
budidaya serta pengolahan kopi dan kakao. Puslit Koka tidak hanya
mengembangkan diri sebagai pusat penelitian, namun juga menjadi rujukan
tempat studi banding dan memfasilitasi masyarakat dengan diadakannya
agrowisata.
Menurut Yulianto F dan Luciana (2014), fasilitas agrowisata kebun kopi
robusta di jember merupakan proyek desain yang bertujuan untuk memfalitasi
kebutuhan wisata di Jember. Hal ini didukung dengan potensi perkebunan kopi di
Jember yang merupakan salah satu daerah penghasil kopi terbesar di Jawa Timur.
Fasilitas ini hadir sebagai wadah yang menampung segala informasi mengenai
kopi, mulai dari penanaman sampai pada akhirnya di konsumsi pecintanya. Oleh
karena itu, konsep dari fasilitas ini adalah mengajak pengunjung untuk
mengeksplorasi kopi melalui semua panca inderanya. Puslit Kopi dan Kakao
memproduksi bermacam-macam produk, seperti kopi bubuk, ice krim, sabun dari
lemak kakao dan lain sebagainya. Budidaya tanaman kopi yang ada di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia tidak semua berjalan dengan baik. Terdapat
berbagai permasalahan yang dihadapi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dalam proses on farm seperti kurangnya penyediaan input. Tanaman
kopi pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao masih memiliki berbagai macam OPT
yang menyerang dan mengakibatkan kerusakan. OPT yang terdapat pada tanaman

7
kopi tersebut seperti hama penggerek. Laporan ini membahas mengenai faktot-
faktor kendala seperti penyediaan input, cara budidaya tanaman kopi yang baik
dan pemasaran produk kopi. Pembahasan ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan dalam proses on farm kopi bagi para mahasiswa,
petani dan pemerintah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penyediaan input atau bahan baku usahatani komoditas kopi di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia ?
2 Bagaimana proses budidaya komoditas kopi di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia ?
3 Bagaimana pemasaran produk kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia ?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui penyediaan input atau bahan baku usahatani
komoditas kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
2. Mahasiswa mengetahui proses budidaya komoditas kopi di Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia
3. Mahasiswa mengetahui pemasaran komoditas kopi di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia
1.3.2 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai keseluruhan kegiatan
on farm Kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
2. Bagi petani dapat digunakan sebagai referensi untuk memperbaiki teknik
budidaya Kopi.
3. Bagi pemerintah dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai
kondisi kegiatan on farm kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
sehingga dapat menentukan kebijakan untuk pengembangan kemajuan on
farm kopi.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komoditas Kopi

8
Kopi (Coffea sp) termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea.
Pohon kopi tumbuh dengan dua arah, batang tanaman tumbuh tegak serta cabang
primer yang tumbuh mendatar. Tanaman kopi tumbuh ke atas hingga mencapai
ketinggian 12 meter. Setiap batang tegak terdapat cabang-cabang. Cabang primer
berfungsi sebagai tempat tumbuhnya bunga dan buah kopi. Kopi dapat tumbuh
baik di zona 200 LU dan 200 LS. Kopi juga dapat tumbuh baik pada ketinggian
kurang lebih 700 mdpl. Unsur iklim juga dapat mempengaruhi tumbuh tanaman
kopi. Curah hujan yang sesuai untuk tanaman kopi adalah 1500-2500 mm per
tahun, dengan rata-rata 1-3 bulan kering dan rata-rata suhu 15-25˚C. Daun
tanaman kopi berwarna hijau yang berbentuk jorong dan berujung runcing. Tulang
daun tanaman kopi menyirip. Tanaman kopi juga menghasilkan bunga yang
banyak yang terletak pada ketiak cabang. Warna buah kopi yang masih mentah
berwarna hijau dan yang sudah matang berwarna merah atau merah tua (Van
Kanten et al., 2005).
Menurut Afriliana (2018), pada abad ke 9 masehi seorang penggembala
kambing abessynia (ethiopia) menemukan tumbuhan kopi pada saat menggembala
kambing, lalu menyebar ke daratan Mesir dan Yaman. Abad ke 15 menyebar
sampai Persia, Mesir, Turki dan Afrika Utara. Belanda yang pertama kali
mengimpor kopi ke Eropa dalam skala besar dan menyelundupkan biji kopi pada
tahun 1690-1691. Tahun 1696 pertama masuk di Indonesia dibawa oleh orang
Belanda. Tanaman kopi pertama kali ditanam di daerah jawa oleh orang Belanda
dengan mendatangkan stek pohon kopi dari Malabar. Tahun 1706 sampel dari biji
kopi yang dihasilkan di Pulau Jawa dikirim ke Negeri Belanda untuk diteliti di
kebun raya, Amsterdam. Tanaman kopi tersebut dijadikan bibit untuk seluruh
perkebunan di Indonesia. Sekitar pada tahun 1880-an pada awalnya negara
Indonesia merupakan negara pengekspor kopi terbesar dan terbaik di dunia,
namun pada tahun tersebut terjadi wabah karat daun yang memusnahkan kopi
arabica yang ditanam di bawah ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Tahun 1945 bertepatan pada tahun kemerdekaan Indonesia semua perkebunan
milik Belanda yang berada di Indonesia semuanya dinasionalisasikan menjadi
milik negara Indonesia, sejak itu Belanda tidak lagi menjadi pemasok biji kopi.

9
Biji kopi yang diusahakan di Indonesia berasal dari tanaman kopi yang memiliki
klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Rubiales
Famili : Rubiaceae
Genus : Coffeae
Spesies : Coffea spp
Menurut Prastowo (2010), dari sekian banyak jenis kopi yang dijual di
pasaran, secara umum ada dua jenis kopi yang dibudidayakan di Indonesia yaitu
kopi arabika dan kopi robusta. Kopi robusta dan kopi arabika memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Tempat tumbuh dan atau lingkungan hingga
citarasa yang dimiliki berbeda untuk setiap jenis kopi. Kopi arabika memiliki
citarasa lebih baik dibandingkan kopi robusta. Kopi arabika dapat tumbuh pada
ketinggian 700 - 1700 meter di atas permukaan laut dengan temperatur 10-16˚C,
dan berbuah setahun sekali. Ciri-ciri dari tanaman kopi arabika yaitu, tinggi pohon
mencapai 3 meter, cabang primernya rata-rata mencapai 123 cm, sedangkan ruas
cabangnya pendek kurang dari 100 cm. Batangnya tegak, bulat, percabangan
monopodial, permukaan batang kasar, warna batangnya kuning keabu-abuan.
Kopi arabika juga memiliki kelemahan yaitu, rentan terhadap penyakit karat daun
oleh jamur HV (Hemiliea Vastatrix), oleh karena itu sejak muncul kopi robusta
yang tahan terhadap penyakit HV, dominasi kopi arabika mulai tergantikan. Kopi
robusta tumbuh baik di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1.000 m di atas
permukaan laut, dengan suhu sekitar 20˚C. Kopi robusta resisten terhadap
penyakit karat daun yang disebabkan oleh jamur HV (Hemiliea Vastatrix) dan
memerlukan syarat tumbuh dan pemeliharaan yang ringan, sedangkan
produksinya lebih tinggi. Kopi robusta juga sudah banyak tersebar di wilayah

10
Indonesia dan Filipina. Ciri-ciri dari tanaman kopi robusta yaitu tinggi pohon
mencapai 5 meter, sedangkan ruas cabangnya pendek. Batangnya berkayu, keras,
tegak, putih ke abu-abuan (Ridwansyah, 2003).
Komoditas kopi di Indonesia merupakan salah satu komoditas pertanian
yang mempunyai andil cukup penting penghasil devisa ketiga terbesar setelah
kayu dan karet. Kopi sebagai tanaman perkebunan merupakan salah satu
komoditas yang menarik bagi banyak negara terutama negara berkembang.
Perkebunan kopi memberi kesempatan kerja yang cukup tinggi dan dapat
menghasilkan devisa yang sangat diperlukan bagi pembangunan nasional, kopi
juga merupakan sumber penghasilan bagi tidak kurang dari satu setengah juta jiwa
petani kopi di Indonesia. Mutu biji kopi sangat bergantung kepada proses
penanganan pasca panen yang tepat dan jenis varietas yang dibudidayakan.
Penanganan pasca panen yang tepat disetiap prosesnya dapat meningkatkan mutu
kopi. Salah satu proses penanganan pasca panen yang sangat penting yaitu pada
proses penyangraian, dimana terjadi perubahan tingkat kadar air pada biji kopi
dan keasaman. Penyangraian ini menyebabkan pengembangan aroma dan cita rasa
pada kopi, pengembangan aroma dan cita rasa pada kopi bergantung kepada suhu
dan lama proses penyangraian yang dilakukan pada kopi (Rahardjo, 2012).

2.2 Teori Usahatani


Menurut Wanda (2015), ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
cara-cara dalam menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan dalam
penggunaan faktor-faktor produksi. Penerapan ilmu usahatani yang efektif dan
efisien berpengaruh terhadap produksi pertanian sehingga menghasilkan
pendapatan yang lebih besar. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan
efisien untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin. Usahatani
dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka
miliki sebaik-baiknya, dan dapat dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya
tersebut mengeluarkan output yang melebihi input.

11
Menurut Suratiyah (2015), budidaya dalam pertanian tidak terlepas dari
program usahatani yang dijalani. Usahatani merupakan suatu usaha yang
mengkoordinir tentang pertanian dimana mempelajari tentang faktor produksi dan
cara-cara pemeliharaan tanaman. Usahatani memanfaatkan tanaman untuk
memenuhi keperluan kesehariannya. Faktor yang mempengaruhi usahatani salah
satunya yaitu, alam dan iklim. Alam sebagai penyedia bahan baku bagi kegiatan
usahatani, sedangkan iklim sangat mempengaruhi keberlanjutannya usahatani.
Iklim mempengaruhi kegiatan tanam yang berlangsung baik di iklim tropis
maupun subtropis.
Usahatani memiliki faktor internal maupun faktor eksternal, faktor internal
usahatani menjadi tonggak utama untuk keberlanjutan usahatani. Faktor internal
usahatani dapat berupa kondisi bibit, sedangkan faktor eksternal dari usahatani
meliputi kondisi alam seperti, iklim, topografi, jenis tanah dan lain-lain. Faktor
eksternal usahatani tidak hanya meliputi keadaan alam saja, selain itu juga ada
modal sebagai faktor eksternal bagi usahtani. Modal bagi usahtani mempengaruhi
kegiatan input dan output bagi kegiatan usahatani. Kegiatan usahatani dapat mulai
dari bagaimana proses membibit tanaman, merawat, memanen dan mengolah
agroindustri hingga memasarkan (Santika et. al., 2014).
Menurut Dongoran (2013), produksi merupakan konsep arus, dimana
kegiatan di ukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode atau waktu
sedangkan outputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya.
Peningkatan jumlah produksi merupakan peningkatan jumlah output dengan
mengansumsikan faktor-faktor yang lain yang sekiranya berpengaruh tidak
berubah sama sekali (konstan). Konsep produksi analisis produksi berfokus
pada penggunaan masukan input yang efisien untuk menciptakan output.
Produksi merupakan hasil akhir dalam proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input.
Menurut Thamrin et al (2015), faktor produksi adalah faktor mutlak yang
diperlukan dalam proses produksi. Faktor produksi terdiri dari lima komponen,
yaitu: tanah, modal, tenaga kerja, skill, dan manajemen. Masing-masing faktor
produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama lain.

12
Ketersediaan faktor produksi berpengaruh terhadap jalannya proses produksi.
Penggunaan faktor produksi yang berlebihan akan meningkatkan biaya produksi
yang pada akhirnya akan mengurangi pendapatan usaha tani jika tambahan biaya
yang dikeluarkan lebih tinggi daripada tambahan penerimaan karena di dalam
pertanian dikenal dengan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang.
Efisiensi adalah kemampuan untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan
(output) dengan mengorbankan (input) yang minimal. Suatu kegiatan telah
dikerjakan secara efisien jika pelaksanaan kegiatan telah mencapai sasaran
(output) dengan pengorbanan (input) terendah, sehingga efisiensi dapat diartikan
sebagai tidak adanya pemborosan. Efisiensi juga merupakan banyaknya hasil
produksi fisik yang dapat diperoleh dari kesatuan faktor produksi atau input.
Efisiensi penggunaan faktor produksi pada tanaman kopi meliputi efisiensi teknis,
efisiensi alokatif dan efisiensi ekonomi (Elly dan Sekar, 2016).
Menurut Ronaldo dkk (2017), pendapatan adalah hasil pengurangan antara
total penjualan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan petani mulai dari
persiapan hingga panen. Tinggi rendahnya pendapatan petani bergantung pada
produksi kopi, harga jual, dan biaya produksi. Besar kecil produksi kopi yang
dihasilkan dapat meningkatkan pendapatan petani dan demikian pula sebaliknya.
Kualitas produk yang dihasilkan mempengaruhi pendapatan petani, karena kopi
yang memiliki kualitas tinggi akan memiliki harga jual yang tinggi pula.
Pendapatan menjadi sangat penting bagi petani. Jumlah pendapatan pada hasil
usahatani akan dapat mempengaruhi produksi kopi selanjutnya. Pendapatan juga
berpengaruh terhadap pengembangan suatu usahatani yang dikelola petani.
Biaya usahatani dibagi menjadi 3 jenis yaitu, 1) biaya alat-alat luar, yaitu
semua pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan kotor. 2)
biaya mengusahakan, yaitu alat-alat dari luar dan upah tenaga keluarga. 3) biaya
menghasilkan. Banyaknya tenaga kerja yang digunakan berpengaruh terhadap
biaya usahatani. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan menyebabkan semakin
berkurangnya biaya yang dialokasikan untuk biaya usahatani. Pengelolaan
usahatani harus mengimbangi antara biaya tenaga kerja dan biaya usahatani, agar
keberlanjutan usahatani tetap terjaga (Sahara dkk., 2004).

13
2.3 Subsistem Agribisnis
Agribisnis berasal dari kata Agribusiness, Agri (Agriculture) artinya
pertanian dan Business artinya kegiatan yang bertujuan mencari profit
(keuntungan). Agribisnis (agribusiness) secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai suatu usaha atau kegiatan dalam pertanian dan terkait dengan pertanian
yang berorientasi profit. Agribisnis merupakan kegiatan yang sangat kompleks
karena meliputi industri pertanian, industri pemasaran hasil pertanian dan hasil
olahan produk pertanian, industri manufaktur dan distribusi bagi bahan pangan
dan serat-seratan kepada pengguna/konsumen. Agribisnis dapat diartikan sebagai
cara pandang ekonomi bagi usaha penyediaan pangan (Baga, 2016).
Menurut Nurif dan Mukhtar (2014), secara konsepsional sistem agribisnis
dapat diartikan sebagai sistem yang mencakup seluruh kegiatan pertanian. Sistem
agribisnis dimulai dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai kepada
pemasaran produk-produk yang dihasilkan oleh usahatani dan agroindustri.
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Subsistem tersebut yaitu: (i) subsistem
pengadaan dan penyaluran sarana produksi; (ii) subsistem usahatani; (iii)
subsistem pengolahan hasil pertanian; (iv) subsistem pemasaran; dan (v)
subsistem sarana. Agribisnis merupakan sistem yang utuh mulai dari proses
produksi, pengolahan hasil dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian yang saling terintegrasi satu sama lain.
Menurut Kusnandar dkk (2013), subsistem penyediaan dan penyaluran
sarana produksi mencakup semua kegiatan perencanaan, pengolahan, pengadaan
dan penyaluran sarana produksi untuk memungkinkan terlaksananya penerapan
teknologi usaha tani dan pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal.
Usaha yang bergerak dalam subsistem penyediaan dan penyaluran sarana produksi
adalah usaha yang menghasilkan barang-barang modal untuk proses produksi
seperti usaha dalam bidang perbenihan atau pembibitan, industri agrokimia, agro-
otomotif, serta pendukungnya. Kebutuhan petani terhadap faktor-faktor dari
subsistem ini yaitu bibit, obat-obatan, peralatan, inovasi, dan teknologi.

14
Subsistem usahatani atau disebut juga susbsistem agriproduksi merupakan
subsistem dalam agribisnis yang meliputi kegiatan pembinaan dan pengembangan
usaha tani dalam rangka peningkatan produksi pertanian baik usaha rakyat
maupun usaha tani berskala besar. Subsistem usahatani merupakan subsistem
yang mengubah bahan input menjadi produk primer. Kegiatan yang termasuk
dalam kegiatan subsistem tersebut adalah perencanaan mengenai lokasi,
komoditas, teknologi, pola usaha tani dan skala usahanya untuk mencapai tingkat
produksi yang optimal (Ramadhan dkk, 2017).
Menurut Rahayu (2017), subsistem pengolahan hasil pertanian disebut
juga dengan subsistem agroindustri. Peran subsistem pengolahan adalah
melakukan proses pengolahan produk primer yang dihasilkan pada sub sistem
usahatani. Kegiatan yang dilakukan pada subsistem pengolahan mencakup
aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, serta mencakup keseluruhan
kegiatan mulai dari penanganan pasca panen komoditi pertanian yang dihasilkan
sampai pada tingkat pengolahan lanjut, selama bentuk, susunan dan cita rasa
komoditi tersebut tidak berubah.
Subsistem pemasaran yaitu subsistem yang mencakup kegiatan distribusi
dan pemasaran hasil usaha tani ataupun hasil olahannya. Subsistem ini tidak
hanya bergerak memasarkan produk di dalam negeri, namun juga dapat
memasarkan produk ke luar negeri. Upaya pengembangan subsistem pemasaran
dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti pemantauan dan pengembangan
informasi pasar. Suatu sistem pemasaran yang baik dan efisien sangat dibutuhkan
dalam mendukung keberhasilan atau kesuksesan pasaran hasil-hasil pertanian
(Kristiana, 2014).
Menurut Prihatiningrum (2014), subsistem penunjang merupakan yang
menunjang keempat subsistem yang ada di atas agar dapat menjalankan fungsi
dan perannya sesuai dengan keperluan di lokalita subsitem agribisnis. Subsistem
penunjang yaitu subsistem yang melakukan kegiatan yang menghasilkan dan
menyediakan jasa yang dibutuhkan kegiatan usahatani. Subsistem penunjang
meliputi lembaga keuangan, transportasi, penyuluhan, pelayanan informasi
agribisnis, hasil penelitian, kebijakan pemerintah dan asuransi agribisnis.

15
2.4 Teori Pemasaran
Menurut Noor (2014), pasar dalam arti sempit adalah tempat berkumpul
dan bertemunya para penjual danpembeli pada suatu lokasi tertentu, sedangkan
dalam arti luas adalah mekanisme bertemunya kepentingan konsumen dan
produsen. Pengertian pasar secara sederhana merupakan tempat bertemunya para
penjual dan pembeli untuk melakukan jual beli produk baik berupa barang
maupun jasa. Barang dan jasa yang dijual menggunakan alat pembayaran yang
sah seperti uang. Pasar bervariasi dalam ukuran, jangkauan, skala geografis, lokasi
jenis dan berbagai komunitas manusia, serta jenis barang dan jasa yang
diperdagangkan.
Menurut Soetriono (2016), pemasaran merupakan segala sesuatu yang
akan menimbulkan perpindahan dalam hal milik daripada barang-barang serta
pemeliharaan daripada penyebarannya. Pemasaran merupakan kunci kesuksesan
usaha tani, dimana kegiatan dari budidaya dan produksi ditentukan oleh
permintaan pasar (konsumen). Seseorang yang bekerja dibidang pemasaran
disebut pemasar. Fungsi pemasaran dapat dikelompokkan menjadi fungsi
pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas.
Konsep pemasaran merupakan suatu konsep dan acara yang diterapkan
dalam melakukan strategi manajemen pemasaran produk atau jasa pada sebuh
organisasi atupun perusahaan. Konsep pemasaran dapat dicapai dengan usaha
mengenal dan merumuskan keinginan dan kebutuhan konsumen.Konsep
pemasaran ini dapat dimulai dari pemenuhan produk, penetapan harga,
pengiriman barang, dan mempromosikan. Konsep pemasaran menyatakan kunci
meraih tujuan usaha organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing
lain dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan serta memuaskan
kebutuhan dan keinginan pasar sasaran. Konsep pemasaran dapat menentukan
alternatif tindakan yang memungkinkan suatu usaha tani mencapai misi dan
tujuan dengan cara terbaik (Diniaty, 2014).
Menurut Abdullah (2015), lembaga pemasaran adalah badan usaha atau
individu yang menyelenggarakan aktivitas pemasaran, menyalurkan jasa dan

16
produk pertanian kepada konsumen akhir serta memiliki jejaring dan koneksitas
dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini muncul
sebagai akibat kebutuhan konsumen untuk memperoleh produk yang diinginkan
sesuai waktu, tempat dan bentuknya. Peran lembaga pemasaran adalah melakukan
fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen
secara maksimal. Secara garis besar lembaga-lembaga pemasaran dibagi menjadi
pedagang, perantara khusus, eksportir dan importir. Pedagang yaitu orang yang
memperjualbelikan suatu barang tertentu dan ikut serta memiliki barang tersebut.
Pedagang dikelompokkan menjadi pedagang besar (grosir) dan pedagang kecil
(pengecer). Perantara khusus merupakan suatu lembaga pemasaraan yang muncul
akibat dari beragamnya produk yang ada. Perantara ini bertugas membantu
mempertemukan penjual dengan pembeli, tanpa harus memiliki barang yang
diperdagangkan. Salah satu contoh perantara khusus adalah agen. Eksportir
merupakan orang atau badan yang bertugas menjual barang ke luar negeri,
sedangkan importir merupakan orang atau badan yang bertugas mendatangkan
barang-barang dari luar negeri ke dalam negeri.
Menurut Soetriono (2016), saluran pemasaran adalah seperangkat
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses pembuatan produk
dan jasa yang berguna untuk dipakai atau dikonsumsi. Saluran pemasaran dapat
berbentuk secara sederhana danada juga yang kompleks, tergantung dari macam
komoditi lembaga pemasaran dan sistem pasar. Sistem pasar yang monopoli
memiliki saluran pemasaran yang sederhana. Berikut adalah gambar saluran
pemasaran:

Produsen/petani Pedagang
pengepul

pengecer

konsumen

17
Gambar 2.1. Bentuk Saluran Pemasaran Sederhana
Berdasarkan gambar 2.1 tersebut dapat dibagi menjadi 3 saluran
pemasaran. Saluran 1, merupakan saluran distribusi langsung karena tidak
mempunyai tingkat perantara. Produsen menjual produk langsung kepada
konsumen. Saluran ini biasa disebut juga saluran distribusi nol-tingkat. Saluran 2,
merupakan saluran distribusi tidak langsung karena mengandung satu perantara,
yaitu pengecer. Produk dari produsen dijual melalui pengecer yang kemudian
menjualnya langsung kepada konsumen. Saluran 3, merupakan saluran distribusi
tidak langsung karena mengandung dua perantara, yaitu pedagang grosir dan
pengecer. Produsen atau perusahaan menjual produknya melalui pedagang grosir,
lalu kepada pengecer, sampai akhinya ke tangan konsumen (Diniaty, 2014).

Petani

pengecer konsumen

tengkulak

Pedagang
pengumpul Pedagang besar eksportir

Gambar 2.2. Bentuk Saluran Pemasaran Kompleks


Berdasarkan gambar 2.2 tersebut memperlihatkan bentuk saluran
pemasaran yang kompleks. Terdapat banyak perantara sehingga produk tidak
langsung sampai ditangan konsumen. Perantara tersebut ada tengkulak, pedagang
pengumpul, pengecer, pedagang besar, dan eksportir. Terlihat bahwa lembaga
pemasaran memegang peranan penting dan juga menentukan saluran
pemasaran.Produsen dan konsumen memegang peranan penting dari saluran
pemasaran. Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang
dikeluarkan (marjin pemasaran yang tinggi) serta ada bagian yang dikeluarkan
sebagai keuntungan pedagang. Hal tersebut cenderung memperkecil bagian yang

18
diterima petani dan memperbesar biaya yang dibayarkan konsumen. Panjang
pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan jumlah pedagang perantara yang
harus dilalui mulai dari petani sampai ke konsumen akhir (Syahza, 2016).
Efisiensi pemasaran dapat diartikan sebagai nisbah antara total biaya
dengan total nilai produk yang dipasarkan. Faktor-faktor yang dipakai sebagai
ukuran efiesiensi pemasaran, yaitu keuntungan pemasaran, harga yang diterima
konsumen, tersedianya fasilitas fisik pemasaran, kompetisi pasar, dan peranan
lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran harus diarahkan kepada
kelancaran proses mengalirnya barang dan jasa untuk memenuhi keinginan
konsumen. Marjin pemasaran sering digunakan sebagai indikator efisiensi
pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat
berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan
aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran (Jumiati, 2014).
Menurut Soetriono (2016), fungsi-fungsi pemasaran dapat dikelompokkan
ke dalam tiga fungsi. Pertama, fungsi-fungsi pertukaran yaitu fungsi yang
melibatkan kegiatan yang menyangkut pengalihan hak kepemilikan dari satu
pihak ke pihak lainnya dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran dalam fungsi
pertukaran terdiri dari fungsi penjualan dan fungsi pembelian. Kedua, fungsi-
fungsi fisik yaitu fungsi pemasaran yang berkaitan dengan kegunaan waktu,
tempat dan bentuk ditambahkan pada produk ketika produk diangkut, diproses
dan disimpan untuk memenuhi keinginan konsumen. Fungsi fisik ini meliputi
fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan dan fungsi fasilitas. Ketiga, fungsi-
fungsi fasilitas yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat membantu sistem pemasaran
agar mampu beroperasi lebih lancar. Fungsi yang termasuk di dalamnya adalah
fungsi standarisasi dan grading, fungsi penanggung resiko, fungsi pembiayaan,
dan fungsi keterangan pasar.

19
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Hasil Kunjungan Lapang


Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia didirikan pada tanggal 1
januari 1991 dengan nama Besoekisch Proefstation. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao ini banyak mengalami perubahan-perubahan baik dari nama maupun
pengelola dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao ini, pada saat ini pusat penelitian
kopi dan kakao resmi berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. Secara struktural Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao ini dikelola oleh Lembaga Riset Perkebunan Indonesia
– Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia (LRPI – APPI).
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao terletak di Desa Nagasari Kecamatan
Rambipuji Kabupaten Jember, sekitar 20 km arah barat daya dari kota jember.
Luas lahan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yaitu sekitar 162 hektar. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao memiliki 3 kebun yang lokasi nya berbeda-beda yaitu
kebun Kaliwining-Jember, Andongsari-Bondowoso, dan Sumberasin-Malang.
Komoditas yang dibudidayakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao lebih
dominan pada tanaman kopi dan kakao. Komoditas yang dibudidayakan tidak
hanya kopi dan kakao saja namun juga terdapat beberapa jenis komoditas lain,
yaitu seperti kelapa sawit, pisang, lada dan juga lamtoro. Komoditas lain yang ada
di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao tersebut dijadikan sebagai penaung untuk
tanaman kopi dan kakao, karena tanaman kopi dan kakao membutuhkan tanaman
penaung agar dapat tumbuh dengan baik. Kegunaan tanaman pelindung dalam
budidaya tanaman kopi dan kakao selain untuk melindungi tanaman dari panas
sinar matahari langsung yaitu untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan
hama penyakit yang dapat menyerang tanaman kopi dan kakao, juga untuk
mempertahankan tingkat kesuburan tanah.
Tanggal 20 Mei 2016 Pusat Penelitian Kopi dan Kakao ditetapkan menjadi
Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSP) atau Taman Sains dan Teknologi
Kopi dan Kakao. Coffee and Cocoa Science Techno Park (CCSTP) Pusat

20
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia merupakan suatu kawasan yang dikelola
secara profesional guna menginisiasi dan menyalurkan inovasi teknologi hulu (on
farm) sampai dengan hilir (off farm) kepada semua pelaku usaha dan industri kopi
maupun kakao serta lembaga pendidikan dan penelitian sehingga mampu
mencetak entrepreneur- entrepreneur baru yang berdaya saing tinggi dan
berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu fungi
CCSTP yaitu bukan hanya tempat rekreasi namun juga sebagai wadah edukasi
komoditas pertanian khususnya komoditas kopi dan kakao. CCSTP diresmikan
oleh Bupati Jember, dr.Hj. Faida, MMR. Destinasi wisata tersebut dibuka untuk
umum pada tanggal 1 Agustus 2016. Lokasi eduwisata – CCSP berada di kebun
percobaan kaliwining (KP. Kaliwining). KP. Kaliwining terletak di desa Nagasari
Kec. Rambipuji Kab. Jember. Jarak lokasi sekitar 20 km arah barat daya dari kota
jember, mudah dicapai dari kecamatan jenggawah yang berjarak 5 km menuju
lokasi.
Visi dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao adalah menjadi lembaga
penelitian dan pengembangan kopi dan kakao yang mandiri dan unggul di tingkat
internasional. Misi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao yaitu :
 Menciptakan dan mengembangkan teknologi yang tekait dengan
perkebunan kopi dan kakao.
 Mempercepat diseminasi dan alih teknologi hasil inovasi teknologi dan
penjaringan umpan balik dari pengguna.
 Meningkatkan peran dalam penelitian dan pengembangan agribisnis kopi
dan kakao, serta kerjasama penelitian dan pengembangan di tingkat nasional
maupun internasional.
 Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas khususnya yang terkait dengan
kemandirian lembaga secara finansial.
 Menjadi pelopor kemajuan industri kopi dan kakao.
 Menjadi mitra pelaku usaha dengan pemerintah dalam mengembangkan
inovasi teknologi baru.
 Menjadi pusat informasi dan pengembangan sumber daya manusia dalam
meningkatkan daya saing.
Proses pengelolaan kopi di Puslitkoka Desa Nogosari Kecamatan
Rambipuji ini dilakukan di tempat, sehingga tidak memerlukan biaya transportasi

21
untuk pengelolaan dan produksi kopi. Fasilitas-fasilitas produksi yang ada telah
dirancang dengan memperhatikan keterkaitan jarak dan waktu sehingga proses
produksi menjadi efektif dan efisien. Konstruksi bangunan yang digunakan
Puslitkoka sebagian besar bukan merupakan ruangan tertutup. Konstruksi ini,
yaitu ruangan beratap dengan dinding terbuka membuat pekerja nyaman karena
sirkulasi udara dan penerangan yang baik. Ruang pengolahan untuk industri kopi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu ruang untuk pengolahan kopi hulu dan ruang
untuk pengolahan kopi hilir. Ruang untuk pengolahan kopi hulu berupa konstruksi
bangunan yang tidak dibatasi oleh dinding ruangan sehingga sirkulasi udara dan
penerangan untuk ruangan tersebut sangat baik. Letak ruang pengolahan kopi hulu
terpisah dengan ruang pengolahan kopi hilir, namun, masih dalam satu lokasi
pabrik. Ruang pengolahan kopi hulu mengolah buah kopi yang datang dari kebun
hingga menjadi biji kopi kering setelah difermentasi yang selanjutnya akan
didistribusikan ke ruang pengolahan kopi hilir. Kondisi ruang pengolahan kopi
hilir berbeda dengan ruang pengolahan kopi hulu. Ruang pengolahan kopi hilir,
sebagian besar dinding ruangan dikelilingi oleh kaca yang sangat membantu
dalam proses penerangan pada waktu pagi dan siang hari. Tersedianya penerangan
yang baik membuat Puslitkoka tidak memerlukan energi untuk menyalakan
lampu, sehingga energi listrik bisa dialihkan untuk keperluan sirkulasi udara,
salah satunya untuk menyalakan kipas angin. Penerangan secara alami yang
terdapat pada ruang pengolahan kopi menyebabkan cahaya matahari dengan
mudahnya masuk kedalam ruangan sehingga kemungkinan ruangan
terkontaminasi oleh jamur sangatlah kecil.
Sosialisasi dilaksanakan pada praktek lapang tentang cara-cara
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tanaman kopi.
Tahapan petama dalam proses budidaya tanaman kopi yaitu mempersiapkan
lahan. Lahan yang akan digunakan sebagai tempat budidaya harus sesuaidengan
syarat tumbuh tanaman kopi. Selanjutnya yaitu mempersiapkan tanaman naungan.
Tanaman naungan harus disiapkan setidaknya 1 tahun sebelum dilakukan
penanaman. Tanaman naungan dibedakan menjadi tanaman naungan sementara
dan tanaman naungan tetap. Tanaman naungan sementara seperti Moghania

22
macrophylla, Leucoena glauca, dan Acacia villosa dan tanaman naungan tetap
seperti lamtoro, dedap, dan sengon. Tanaman lamtoro sebagai tanaman naungan
dilakukan satu tahun sebelum menanam bibit kopi. Pemupukan pertama dilakukan
setelah 45 hari dari ditanam di polybag. Pemupukan bisa menggunakan 2 cara
yaitu per individu tanaman atau dengan cara pupuk dicampur dengan air, misalkan
dengan perbandingan 1 gr : 1 liter air kemudian dilakukan penyiraman dengan
interval 10 hari sekali sampai tanaman itu siap ditanam. Pemupukan dengan cara
penyiraman lebih intensif daripada dilakukan pemupukan per individu tanaman,
akan tetapi setelah disiram dengan pupuk harus diikuti dengan pembilasan
tujuannya agar tidak keracunan. Pupuk yang digunakan bisa menggunakan ZA,
urea, atau NPK.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao mempekerjakan warga sekitar sebagai
tenaga kerja dalam proses budidaya tanaman kakao. Keputusan ini membawa
keuntungan baik pihak warga maupun pihak penelitian. Para peneliti dan ahli juga
bekerja di sini terutama dalam pengelolaan benih dan tanaman. Sumberdaya
manusia pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao berjumlah kurang lebih 301 orang
dan tenaga kerja dalam proses budidaya on farm kopi sejumlah 40 orang, yang
terbagi menjadi 3 bidang yaitu, bidang penelitian dan pelayanan, bidang usaha,
dan bidang administrasi atau penunjang. Peneliti berjumlah 28 orang sedangkan
berdasarkan jabatan dapat dikelompokkan menjadi 6 divisi yaitu, peneliti pasca
panen, agroklimat, agronomi, pemuliaan tanaman, perlindungan tanaman, dan
peneliti sosial ekonomi.
Teknologi yang digunakan dalam kegiatan on farm di Puslit Kopi dan
Kakao Indonesia masih tradisional. Peralatan yang digunakan dalam budidaya
usahatani kopi yaitu sabit, cangkul, handsprayer, dan gunting pangkas. Biasanya
para pekerja membawa sabit dan cangkul sendiri. Alat yang disiapkan oleh pihak
Puslit koka yaitu gunting pangkas dan cangkul, akan tetapi tidak disediakan secara
keseluruhan, tidak hanya alat-alat tradisional saja namun di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao juga menggunakan alat-alat yang sudah moderen. Alat-alat modern
tersebut berupa mesin pengupas, pencuci kopi, pengering, sortasi biji kopi,

23
penggiling, sangrai dan mesin pengemas kopi baik berupa manual maupun
vakum.

3.2 Pembahasan
3.2.1 Penyediaan Input Usahatani Komoditas Kopi di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao
Ketersediaan input yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
untuk saat ini sudah tercukupi baik peralatan, bahan tanam dan perawatan.
Puslitkoka secara fungsional berada di bawah naungan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia. Bahan input
usahatani yang digunakan dikelola dan diuji pada laboratorium yang tersedia
secara berkala guna mempertahankan dan meningkatkan mutu bahan input
pertanian. Peralatan yang digunakan dalam budidaya usahatani kopi yaitu sabit,
cangkul, handsprayer, dan gunting pangkas. Biasanya para pekerja membawa
sabit dan cangkul sendiri. Alat yang disiapkan oleh pihak Puslit koka yaitu
gunting pangkas dan cangkul, akan tetapi tidak disediakan secara keseluruhan,
tidak hanya alat-alat tradisional saja namun di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
juga menggunakan alat-alat yang sudah moderen. Alat-alat modern tersebut
berupa mesin pengupas, pencuci kopi, pengering, sortasi biji kopi, penggiling,
sangrai dan mesin pengemas kopi baik berupa manual maupun vakum. Tanaman
kopi memiliki hama dan penyakit yang lebih sedikit daripada tanaman kakao.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kopi lebih sedikit, maka biaya
produksi lebih rendah daripada biaya produksi tanaman kakao.
Ada beberapa kendala pemenuhan alat dalam usahatani tanaman kopi.
Tingginya biaya produksi dapat diminimalisir dengan cara memilih lokasi yang
tidak terlalu jauh dari pemukiman atau tempat tinggal masyarakat. Lokasi yang
dipilih juga harus diperhitungkan, karena apabila lahan miring dan jalan tidak
mendukung untuk dilewati maka akan mempersulit proses transportasi. Sulitnya
jalan transportasi itu yang akan mempengaruhi biaya produksi semakin
meningkat.

24
Benih dan pupuk yang digunakan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
juga diproduksi sendiri, oleh karena itu kualitas yang dihasilkan dapat terjamin
baik buruknya. Benih kopi yang digunakan pada lahan tersebut menggunakan
varietas BP42, BP358, S759 dan varietas lainnya. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao menggunakan pupuk yang berasal dari limbah hasil produksi tanaman
kopi. Penggunaan pupuk ini berasal dari kulit buah kopi dan daun-daun yang
berguguran yang kemudian diletakkan di sekitar tanaman. Sistem pengairan
tanaman kopi hanya mengandalkan air hujan dan kolam air pada musim kemarau.
Tidak seperti tanaman lainnya tanaman kopi tidak perlu pengairan yang
signifikan.
Tenaga kerja yang digunakan pada proses pembudidayaan berasal dari
warga sekitar sehingga saling menguntungkan antara warga dan pusat penelitian,
terutama pada unskilled worker. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao juga
mempekerjakan peneliti dan para ahli terutama dalam pengelolaan benih dan
tanaman. Sumberdaya manusia pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao berjumlah
kurang lebih 301 orang dan Jumlah tenaga kerja dalam proses budidaya on farm
kopi sejumlah 40 orang, yang terbagi menjadi 3 bidang yaitu, bidang penelitian
dan pelayanan, bidang usaha, dan bidang administrasi/penunjang. Peneliti
berjumlah 28 orang sedangkan berdasarkan jabatan dapat dikelompokkan menjadi
6 divisi yaitu, peneliti pasca panen, agroklimat, agronomi, pemuliaan tanaman,
perlindungan tanaman, dan peneliti sosial ekonomi.

3.2.2 Proses Budidaya Kopi


Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati
yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat atau hasil panennya.
Kegiatan budi daya dapat dianggap sebagai inti dari usahatani. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budi daya adalah usaha yg bermanfaat dan
memberi hasil. Usaha budi daya tanaman mengandalkan penggunaan tanah atau
media lainnya di suatu lahan untuk membesarkan tanaman dan lalu memanen
bagiannya yang bernilai ekonomi. Bagian ini dapat berupa biji, buah/bulir, daun,
bunga, batang, tunas, serta semua bagian lain yang bernilai ekonomi. Budidaya

25
memiliki tahapan-tahapan dalam prosesnya, begitu pula dengan tanaman kopi.
Tahapan dalam budidaya tanaman kopi yaitu dimulai dari mempersiapkan varietas
dan bibit, mempersiapkan lahan dan tanaman naungan, penanaman bibit, dan
perawatan tanaman. Berikut adalah gambar tahap-tahap budidaya tanaman kopi:

Mempersiapkan varietas dan bibit

Mempersiapkan lahan dan tanaman naungan

Penanaman bibit

Perawatan tanaman

Gambar 3.1. Tahap-tahap Budidaya Tanaman Kopi


a. Mempersiapkan varietas dan bibit.
Langkah awal yang dilakukan sebelum melakukan penanaman yaitu
memilih varietas tanaman kopi yang sesuai dengan keadaan lahan di sana yaitu
kopi robusta dan kopi arabika, setelah memutuskan budidaya kopi yang cocok,
langkah selanjutnya adalah mencari bibit unggul yang telah disiapkan oleh
perusahaan kopi dan kakao sebelumnya. Sumber tanaman yang digunakan dalam
budidaya kopi arabika adalah varietas S 795, USDA 762, Kartika-1 dan Kartika-2.
Sumber tanaman budidaya kopi robusta adalah klon. Contohnya klon BP 42 atau
BP 358. Perbanyakan bibit pohon kopi bisa didapatkan dengan teknik generatif
dan vegetatif. Perbanyakan generatif dari biji biasanya digunakan untuk budidaya
kopi arabika, sedangkan kopi robusta lebih sering menggunakan perbanyakan
vegetatif dengan setek. Masing-masing metode perbanyakan bibit mempunyai
keunggulan dan kelemahan sendiri-sendiri. Yang pertama yaitu pada
perbanayakan secara generatif (menggunakan biji), keunggulanya memeiliki
perakan yang kuat, biaya yang dikeluarkan relatif murah, umur tanaman akan

26
lebih lama dan dapat menghasilkan varietas-varietas baru dengan cara
menyilangkan. Sedangkan kelemahanya sendiri yaitu tanaman yang dihasilkan
belum tentu memiliki sifat yang sama dengan induknya, varietas yang muncul
belum tentu baik, waktu berbuah lama dan kualitas tanaman diketahui setelah
tanaman berbuah. Yang kedua menggunakan cara vegetatif (stek), keunggulanya
tanaman seragam dan identik dengan induknya, dapat memepercepat masa
produksi dan dapat dgabung sifat-sifat yang diinginkan. Sedangakan
kelemahanaya sendiri yaitu perakaran kurang baik, membutuhkan keterampilan
dan tenaga kerja yang lebih banyak dan periode penyimpanan bahan tanam
pendek karena lebih cepat rusak.
b. Mempersiapkan lahan dan tanaman naungan.
Budidaya kopi bisa dilakukan baik di dataran tinggi maupun rendah,
tergantung dari jenis atau varietas yang dibudidayakan. Umumnya kopi dapat
tumbuh dengan baik di tanah gembur yang kaya bahan organik. Kesuburan tanah
dapat ditambah dengan memberikan pupuk organik dan penyubur tanah di sekitar
area tanaman. Tanaman kopi arabika dapat tumbuh dengan baik pada keasaman
tanah 5-6,5 pH, sedangkan tanaman kopi jenis robusta pada tingkat keasaman 4,5-
6,5 pH. Hal yang harus disiapkan sebelum memulai budidaya kopi adalah
menanam tanaman naungan. Tanaman naungan harus sudah disiapkan setidaknya
2 tahun sebelum budidaya kopi dilaksanakan. Tanaman naungan memiliki peranan
penting dalam pertumbuhan tanaman kopi. Kegunaan tanaman naungan dalam
budidaya tanaman kopi yaitu untuk mengatur intensitas cahaya matahari yang
masuk. Tanaman kopi termasuk tanaman yang menginginkan intensitas cahaya
matahari tidak penuh. Jenis tanaman naungan yang sering digunakan dalam
budidaya kopi adalah dadap, lamtoro dan sengon.
c. Penanaman bibit
Langkah selanjutnya adalah membuat lubang tanam untuk tempat
penanaman bibit. Setelah membuat lubang tanam, selanjutnya memindahkan bibit
dari polybag ke lubang tanam. Jarak tanam budidaya kopi yang dianjurkan adalah
2,75 × 2,75 meter untuk robusta dan 2,5 × 2,5 meter untuk arabika. Jarak tanam
ini divariasikan dengan ketinggian lahan. Semakin tinggi lahan semakin jarang

27
dan semakin rendah semakin rapat jarak tanamnya. Buat lubang tanam dengan
ukuran 60 x 60 x 60 cm. Sebelumnya papras daun yang terdapat pada bibit
tanaman kopi hingga tersisa ⅓ bagian untuk mengurangi penguapan. Keluarkan
bibit kopi dari polybag, kemudian gali sedikit lubang tanam yang telah
dipersiapkan. Kedalaman galian menyesuaikan dengan panjang akar. Tutup
lubang tanam agar tanaman berdiri kokoh, bila diperlukan beri ajir untuk
menopang tanaman agar tidak roboh.
Pertumbuhan bibit harus diperiksa setidaknya seminggu dua kali. Setelah
bibit berumur 1-6 bulan, periksa sedikitnya satu bulan sekali. Selama periode
pemeriksaan tersebut, bila ada kematian pada pohon kopi segera lakukan
penyulaman. Penyulaman dilakukan dengan bibit yang sama. Lakukan perawatan
yang lebih instensif agar tanaman penyulam bisa menyamai pertumbuhan pohon
lainnya.
d. Perawatan tanaman.
Perawatan tanaman kopi terdiri dari pemupukan, pemangkasan, dan
pengendalian OPT. Pemupukan pada budidaya tanaman kopi bisa menggunakan
pupuk organik atau pupuk buatan. Pupuk organik didapat dari bahan-bahan sekitar
kebun seperti sisa-sisa hijauan dari pohon pelindung atau kulit buah kopi sisa
pengupasan kemudian dibuat menjadi kompos. Kebutuhan pupuk untuk setiap
tanaman sekitar 20 kg. Pemberian pupuk dilakukan sekitar 1-2 tahun sekali.
Caranya dengan membuat lubang pupuk yang mengelilingi tanaman. Kemudian
masukkan kompos ke dalam lubang pupuk tersebut atau dicampurkan pupuk
buatan ke dalam kompos.
Pemangkasan dalam budidaya tanaman kopi terdapat dua tipe yaitu
pemangkasan berbatang tunggal dan pemangkasan berbatang ganda.
Pemangkasan berbatang tunggal untuk jenis tanaman kopi yang mempunyai
banyak cabang sekunder semisal arabika. Pemangkasan ganda lebih banyak
diaplikasikan di perkebunan rakyat yang menanam tanaman kopi jenis robusta.
Pemangkasan ini lebih sesuai pada perkebunan di daerah dataran rendah dan
basah.

28
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan
tahapan yang sangat penting dalam proses budidaya tanaman kopi. Tanaman yang
terserang OPT dapat menurunkan produktiivitas hasil yang diperoleh. Adapun
beberapa OPT yang menyerang tanaman kopi yaitu hama bubuk buah yang
menyerang tanaman yang masih muda maupun sudah tua, hama bubuk cabang
pada batang kopi yang menyerang bagian batang tanaman kopi.biasanya akan
menyerang pada bagian ranting kecil yang baru memiliki diameter 3 cm serta
bagian pucuk tanaman kopi muda, penyakit karat daun pada tanaman kopi
biasanya di sebabkan oleh adanya cendawan yang bisa kita lihat dengan adanya
bercak merah serta bintik-bintik pada bagian daun kopi dan hama kutu dompolan
menyerang bagian buah yang seperti terlilit bubuk putih. Pengendalian OPT harus
dilakukan dengan analisis dan metode penanganan yang tepat. Pengendalian OPT
dapat dilakukan dengan berbagai cara tergantung pada tingkat kerusakan yang
dihadapi, dan jenis OPT yang menyerang. Cara yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara kultur teknis, kimiawi, dan penggunaan trap atau perangkap yang
sudah disiapkan untuk menjebak Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
3.2.3 Pemasaran Hasil Produksi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan bahan
tanaman kopi. Faktor yang menentukan pemasaran diantaranya adalah tingkat
harga dan stabilitas harga serta mutu benih. Semakin tinggi harga jual benih kopi,
petani akan termotivasi untuk meningkatkan mutu benihnya. Hal ini berarti tidak
cukup hanya dengan meningkatkan mutu benih, namun harus diikuti usaha
penyempurnaan atau perbaikan dalam bidang pemasaran. Pemasaran di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao berjalan langsung ke tangan konsumen, sehingga
dapat digambarkan sebagai berikut:

Outlet

Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Konsumen

Eksportir

29
Gambar 3.2. Saluran pemasaran Produk di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Gambar 3.2 menjelaskan bahwa pemasaran yang dilakukan di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao dapat dipasarkan langsung ke konsumen. Lembaga
pemasaran di pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao hanya terdiri dari dua
lembaga, yaitu Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indoneisa itu sendiri dan
konsumen. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia langsung menyediakan
benih ataupun bibit, sehingga para pengunjung yang datang bisa langsung
membeli benih dan bibit tersebut.
Pemasaran produk bahan tanam diambil langsung dari lahan pembibitan
atau lab yang berfungsi sebagai penguji benih yang ada di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao dengan harga yang bervariasi. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
menjual produk on farm berupa benih. Harga benih kopi yang dipatok bergantung
pada jenis dan varietas bahan tanam, seperti kopi arabika klonal dijual
Rp.6000/planlet, kopi robusta klonal dijual Rp.5.500/planlet. Harga persatuan
benih kopi baik dalam bentuk benih ataupun planlet dijual dari harga Rp.300 –
Rp.9000 bergantung pada jenis dan varietasnya.
Lembaga pemasaran merupakan badan usaha ataupun individu yang
melakukan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari produsen hingga
konsumen. Lembaga pemasaran bertugas menjalankan segala fungsi pemasaran
untuk memenuhi permintaan konsumen. Saluran pemasaran bisa terdiri dari dua
lembaga atau lebih. Lembaga pemasaran di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia terdiri dari pihak Pusat Penenlitian Kopi dan Kakao itu sendiri,
eksportir, dan konsumen. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia langsung
menyediakan benih ataupun bibit, sehingga para pengunjung yang datang bisa
langsung membeli benih dan bibit tersebut.
Fungsi-fungsi pemasaran yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya
adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsi pemasaran yang
terjadi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia adalah fungsi pertukaran.
Fungsi pertukaran ini dilakukan oleh konsumen dengan cara menukarkan uang
untuk mendapatkan produk yang diinginkan dari pihak Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao. Contohnya seperti petani yang membeli benih di Pusat Penelitian Kopi

30
dan Kakao. Orang yang melakukan pemasran harus memiliki pengetahuan yang
cukup tentang prinsip pemasaran agar kegiatan dan fungsi-fungsi pemasaran itu
dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia terutama pihak
konsumen yang dituju.

31
BAB 4. SIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao menginput bahan tanam dan alat-alat
pertanian yang berasal dari produksinya sendiri. Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao menggunakan bahan tanam dan pupuk yang diproduksi sendiri,
sehingga kualitasnya dapat terjamin. Alat-alat yang digunakan dalam proses
budidaya sudah menggunakan teknologi modern.
2. Tahapan budidaya kopi di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dimulai dari
mempersiapkan varietas bibit, mempersiapkan lahan dan tanaman naungan,
penanaman dan perawatan tanaman. Budidaya kopi harus memilih varietas
tanaman yang sesuai dengan keadaan lahan yang akan diusahakan. Perawatan
yang tepat juga menjadi faktor dalam kesuksesan budidaya tanaman kopi.
3. Pemasaran yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao merupakan
pemasaran yang efektif. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao memasarkan
produknya melalui dua saluran pemasaran yaitu melalui outlet dan eksportir.
Pendeknya saluran pemasaran mempengaruhi harga yang diterima konsumen.

4.2 Saran
1. Untuk pemerintah sebaiknya penelitian ini dapat dijadikan acuan terhadap
kebijakan tentang Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
2. Untuk masyarakat Desa Nogosari sebaiknya dapat lebih memanfaatkan
produk dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao dan menjadi saluran produk
yang memiliki nilai tambah agar bisa meningkatkan taraf perekonomian
masyarakat.
3. Untuk mahasiswa sebaiknya dapat mengunakan laporan ini sebagai acuan
penelitian selanjutnya agar lebih baik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, 2015. Efisiensi Pemasaran Dan Kelembagaan Mente. Laporan Akhir


Proyek Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Balitro, Bogor. P. 7

Afriliana, asmak. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta. CV Budi


Utama.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Indonesia. 2015. Pertanian.


Jakarta.

Badan Pusat Statistika Indonesia. 2015. Produksi Tanaman Perkebunan di


Indonesia. Jakarta

Badan Pusat Statistika Indonesia. 2017. Produksi Tanaman Perkebunan di


Indonesia. Jakarta

Baga, L. M. 2016. Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Merah di


Kabupaten Solok. Agraris, 2(1): 87-96.

Dewi, F. R., P. H. Prihanto., J. K. Edy. 2016. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja


pada Sektor Pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, 5(1): 19-25.

Diniaty., D Dan Agusrinal. 2014. Perancangan Strategi Pemasaran Pada Produk


Anyaman Pandan. Teknologi Dan Industri. 11(2):175-184.

Dongoran, F. R. 2013. Analisis Keuntungan Usaha Tani Kelapa Di Kecamatan


Padangsidimpuan Batunadua. Tabularasa Pps Unimed 10(2): 1-14

Fortunika, S. O., E. Istiyanti, Sriyadi. 2017. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap


Perekonomian Kabupaten Banjarnegara. Agribusiness and Rural
Development Research, 3(2): 119-127.

Elly, Jumiati., dan S. Inten. 2016. Efisiensi Teknis Usahatani Kopi Di Kabupaten
Tana Tidung (Ktt). Agrifor. 8(2):155-164.

Jumiati., E. 2014. Analisis Saluran Pemasaran Dan Marjin Pemasaran Kelapa


Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. 7(1): 1412 – 6885.

Kristiana, L. 2014. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa sebagai


Komoditas Unggulan di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur. Agrosains,
1(1): 1-12.
Kusnandar, W. Rahayu., D. Padmaningrum. 2013. Model Kelembagaan Subsistem
Hilir Agribisnis Padi Organik di Kabupaten Sragen. Manajemen Agribisnis,
1(2): 56-64.
Merry T.H., S. Raharto dan T. Agustina. 2015. PROSPEK PENGEMBANGAN
KOMODITAS KOPI ROBUSTA DI PT. KALIPUTIH KECAMATAN
LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER. JSEP. 8(2):11-24
Noor., H. 2014. Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional di Kota
Pekanbaru. Ekonomi. 22(1):1-8.
Nurif, M., S. Mukhtar. 2014. Pembangunan Ekonomi Berbasis Agribisnis sebagai
Wujud dari Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan. Sosial
Humaniorah, 3(2): 124-138.

Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, Dan S. J. Munarso.


2010. Budidaya Dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan.

Prihatiningrum, D, N. 2014. Penerapan Sistem Agribisnis Peternakan Kambing


Jawa Randu dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Kecamatan
Karangpucung, Kabupaten Cilacap. Wilayah dan Lingkungan, 1(2): 141-
156.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika Dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahayu, W. 2017. Rancang Bangun Model Kelembagaan Agribisnis Padi Organik


dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Ekonomi Pembangunan, 14(1): 92-
101.

Ramadhan, S. 2017. Pengembangan agribisnis padi di Kecamatan indrapuri


kabupaten aceh besar. Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 2(1): 220-231.

Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Departemen Teknologi Pertanian.


Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Rompas, Jui., D. Engka dan K. Tolosang. 2015. Potensi Sektor Pertanian Dan
Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 15(4):124-136.
Ronaldo, Esayas., Esry, Dan L. G. H. M. Kapantow. 2017. Analisis Pendapatan
Usahatani Kopi Di Desa Purwerejo Timur, Kecamatan Modayag, Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur. Agri-Sosioekonomiunsrat. 13(2):229-236.

Sahara, Dewi., Dahya Dan A. Syam. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao Di Sulawesi Tenggara. Administrasi.
3(1):7-15.

Santika, Nilam., A. Suwandari, And T. Agustina. 2014. Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Untuk Melakukan
Usahatani Benih Kacang Panjang Di Desa Andongsari Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian. 10(10):1-7.

Soeaidy, Saleh., I.M. Fadlina, B. Supriyono. 2013. PERENCANAAN


PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (Kajian Tentang
Pengembangan Pertanian Organik Di Kota Batu). J-PAL. 4(1):43-57.
Soetriono dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia
Kelompok Intan Publishing.

Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur: Penebar Swadaya.

Syahza., A. 2016. Paradigma Baru Pemasaran Produk Pertanian Berbasis


Agribisnis Di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi. 7(2): 1-9.

Thamrin, Syahruni., S. Hartono, D.H. Darwanto and Jamhari. 2015. The


Technical Efficiency of Arabica Coffee Farming in the District Enrekang.
Ilmu Pertanian. 18 (2): 92-97
Trilaksana, Agus. 2014. Perkebunan Kopi Rakyat di Jawa Timur 1920-1942.
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah. 2(1):122-129.
Van Katen And P. Vaast. 2005. Transpiration Of Arabica Coffee And Associated
Shade Tree Species In Sub-Optimal, Low-Altitude Conditions Of Costa
Rica. Agroforestry System, (67): 187-202.
Wanda, F. F. A. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam (Studi Kasus Di
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tana Grogot Kabupaten Paser). Ilmu
Administrasi Bisnis, 3(3) : 600-611.

Winarso, bambang. 2014. Kinerja Pembangunan Pertanian dalam Pelaksanaan


Penggunaan Anggaran Tugas Pembantuan (TP) di Wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14 (1): 53-63.
Yulianto, Fx Andree dan Luciana Kristanto. 2014. Fasilitas Agrowisata Kebun
Kopi Robusta di Jember. eDIMENSI ARSITEKTUR. 2(1):308-315.
LAMPIRAN

Dokumentasi :
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
LABORATORIUM MANAJEMEN AGRIBISNIS

KUESIONER

Judul : Off Farm Kopi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
Lokasi : Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia

Identitas Responden
Nama : Agus Saryono
Umur : 56 tahun
Pekerjaan : Penanggung Jawab Kebun
Pewawancara
Kelompok :2
Golongan :E
Hari/Tanggal : Selasa, 03 April 2018

Tanda Tangan

( )
I. Gambaran Umum Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
a. Gambaran Umum Pusat Penelitian Kopi Dan Kakao Indonesia
1. Apa saja komoditas yang diusahakan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia?
Jawab: Tanaman kopi, tanaman kakao, tanaman kelapa sawit, tanaman
pisang, tanaman lada, dan tanaman lamtoro.
2. Sejak kapan mengusahakan komoditas tersebut?
Jawab: 1 Januari 1991.
3. Mengapa Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memilih untuk
membudidayakan komoditas tersebut?
Jawab: Selain membudidayakan komoditas utama, yaitu tanaman kopi dan
kakao tanaman lainnya seperti tanaman lamtoro berguna sebagai tanaman
penaung komoditas utama. Dan juga sebagai bahan percobaan bagi peneliti
yang bekerja di Puslitkoka.
4. Dimana lokasi kebun dan pengolahan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia?
Jawab: Desa Nagasari Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember, sekitar 20
km arah barat daya dari kota jember.
5. Apakah lokasi tersebut dirasa strategis untuk melakukan usahatani dan
pengelolaan?
Jawab: Iya, lokasi disana strategis.
6. Apakah ada kendala yang berhubungan dengan jarak dalam pemenuhan
kebutuhan peralatan usahatani dan pengelolaan?
Jawab: Ada, semakin jauh jarak yang ditempuh maka semakin tinggi pula
biaya yang harus dibayar.
7. Bagaimana kepemilikan lahan dan usahatani yang telah Pusat Penelitian dan
Kakao Indonesia kelola?
Jawab: Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, namun dikelola oleh
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia (LRPI – APPI).
8. Berapa luas lahan untuk semua komoditas yang diusahakan Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: 162 ha
9. Bagaimana metode yang dilakukan pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dalam melakukan usahatani pada komoditas tersebut?
Jawab: Melakukan budidaya seperti pada umumnya dengan menggunakan
bibit hasil penelitian

b. Gambaran Umum Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri (Kopi dan


Kakao)
1. Dimana lokasi kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Desa Nagasari Kec. Rambipuji Kab. Jember. Jarak lokasi sekitar 20
km arah barat daya dari Kota Jember.
2. Apakah lokasi tersebut dirasa strategis untuk melakukan pengelohan?
Jawab: iya, strategis.
3. Apa kendala yang berhubungan dengan jarak dalam pemenuhan kebutuhan
peralatan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: karena jauhnya jarak yang harus ditempuh dalam pemenuhan sarana
pasca panen atau agroindustri hal tersebut membuat penambahan biaya yang
harus dikeluarkan oleh pihak Puslitkoka.
4. Bagaimana kepemilikan lahan dari kegiatan pasca panen atau agroindustri
yang telah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia kelola?
Jawab: Puslitkoka berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Departemen Pertanian Republik Indonesia, namun dikelola oleh
Lembaga Riset Perkebunan Indonesia – Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia (LRPI – APPI).

5. Bagaimana perkembangan kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat


Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia saat ini?
Jawab: kegiatan pasca panen atau agroindustri saat ini telah menggunakan
alat dan bahan modern.
6. Bagaiman kondisi kegiatan pasca panen atau agroindustri Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia ini?
Jawab: kegiatan pasca panen atau agroindustri berkambang samakin baik,
baik dari segi pelayanan sampai penanganan segala kendala dalam pasca
panen atau agroindustri
II. Sarana Penyedia Input Usahatani Dan Pasca Panen/Agroindustri
a. Sarana Penyediaan Input Usahatani
1. Apa saja input yang dibutuhkan dalam melakukan usahatani di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Dalam kegiatan usahatani kopi membutuhkan input berupa benih,
pupuk dan alat-alat pertanian.
2. Berapa jumlah input yang dibutuhkan dalam kegiatan usahatani di Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: jumlah input yang dibutuhkan dalam usahatani yaitu 3 cangkul dan 3
sabit,
3. Apa saja peralaatan yang digunakan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dalam melakukan kegiatan usahatani?
Jawab: Alat-alat pertanian meliputi mesin pengupas, pencuci kopi,
pengering, sortasi biji kopi, penggiling, sangrai dan mesing pengemas kopi.
Beberapa alat tradisional juga digunakan dalah usahatani kopi seperti, sabit,
cangkul dan gunting pangakas.
4. Apakah peralatan yang digunakan pada kegiatan usahatani tergolong alat
tradisional atau alat modern?
Jawab: Beberapa alat sudah modern, tetapi masih ada beberapa alat yang
masih tradisional.

5. Mengapa memilih peralatan tersebut?


Jawab: Alat – alat yang digunakan tersebut dapat membantu kegiatan
usahatani yang dilakukan sehingga lebih efisien.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memperoleh
input yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan usahatani?
Jawab: Input seperti benih dan pupuk yang digunakan oleh Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao merupakan hasil produksi sendiri. Bahan input usahatani
yang digunakan dikelola dan diuji pada laboratorium yang telah tersedia
secara berkala agar dapat mempertahankan dan meningkatkan mutu bahan
input.
7. Bagaimana cara perawatan peralatan yang digunakan?
Jawab: Cara perawatan peralatan yang digunakan yaitu dengan cara
membersihkan alat-alat setelah dipergunakan, guna menjaga kualitas produk
dan menambah umur pakai alat-alat pertanian tersebut.
8. Apa kendala yang dihadapi dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Lahan yang dimiliki Pusat Penelitian Kopi dan Kakao masih terbatas
sehingga produksi kopi yang dihasilkan juga terbatas, sehingga produk hasil
olahan dari usahatani kopi hanya ada di outlet Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao saja.
9. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan kerjasama
dengan pihak lain dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Dalam pemenuhan input usahatani Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
tidak bekerjasama dengan pihak lain.
10. Berapa jumlah tenaga kerja Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dalam kegiatan usahatani?
Jawab: Jumlah tenaga kerja yang ada di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
sebanyak 301 orang yang dibagi menjadi 3 bidang yaitu, bidang penelitian
dan pelayanan, bidang usaha dan bidang administrasi. Peneliti berjumlah 28
orang, berdasarkan jabatan dikelompokkan menjadi 6 divisi yaitu, peneliti
pasca panen, agroklimat, agronomi, pemuliaan tanaman, perlindungan
tanaman dan peneliti sosial ekonomi.
11. Apakah terdapat penyusutan pada peralatan produksi yang digunakan pihak
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selama melaksanakan kegiatan
usahatani?
Jawab: Ada
12. Bagaimana cara mempertahankan hasil usahatani agar kualitas alat tetap
terjaga?
Jawab: Agar kualitas alat tetap terjaga, alat – alat yang digunakan harus
dibersihkan setelah digunakan agar kualitas produk terjaga dan menambah
umur pemakaian alat. Dalam meningkatkan dan mempertahankan mutu
bahan input dilakukan pengujian dilaboratorium yang telah tersedia secar
berkala.

b. Sarana Penyediaan Input Pasca Panen/Agroindustri


1. Apa saja input yang dibutuhkan dalam melakukan kegiatan pada pasca
panen/agroindustri yang Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
lakukan?
Jawab: Alat-alat yang dibutuhkan meliputi mesin pengupas, pencuci kopi,
pengering, sortasi biji kopi, penggiling, sangrai dan mesing pengemas kopi.
2. Berapa jumlah input yang dibutuhkan dalam kegiatan pasca
panen/agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Input yang dibutuhkan sejumlah 5 setiap alat.
3. Apa saja peralatan yang digunakan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia dalam melakukan kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Mesin pengupas, pencuci kopi, pengering, sortasi biji kopi,
penggiling, sangrai dan mesing pengemas kopi.
4. Apakah perlatan yang digunakan pada kegiatan pasca panen/agroindustri
tergolong alat tradisional atau alat modern?
Jawab: Alat yang digunakan sudah dikategorikan sebagai alat modern.
5. Mengapa memilih peralatan tersebut?
Jawab: Untuk mengefisiensikan pekerjaan pasca panen.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memperoleh input
yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Memproduksi sendiri, namun beberapa komponen alat yang tidak
dapat diproduksi sendiri didatangkan dari luar Puslitkoka
7. Bagaimana cara perawatan peralatan yang digunakan pada kegiatan pasca
panen/agroindustri?
Jawab: Perawatan dilakukakan dengan berkala guna menghindari kerusakan
yang ditimbulkan setalah penggunaan peralatan.
8. Apa kendala yang dihadapi dalam pengadaan dan pemenuhan input pada
kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: Kendala yang didahapi adalah jauhnya jarak yang harus ditempuh
guna mendatangkan peralatan yang dibutuhkan sehingga pengeluaran juga
semakin membengkak.
9. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan kerjasama
dengan pihak lain dalam pengadaan dan pemenuhan input?
Jawab: Iya.
10. Berapa jumlah tenaga kerja Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
kegiatan pasca panen/agroindustri?
Jawab: jumlah tenaga kerja pada kegiatan pasca panen sejumlah 40.
11. Apakah terdapat penyusutan pada peralatan produksi yang digunakan pihak
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia selama melaksanakan kegiatan
pasca panen/agroindustri?
Jawab: Iya
12. Bagaimana cara mempertahankan hasil usahatani agar kualitas alat tetap
terjaga?
Jawab: Untuk mempertahankan kualitas hasil tani maka diperlukan
penyimpanan yang baik.
III. Budidaya Usahatani
1. Bagaimana cara yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Metode yang digunakan adalah perpaduan peralatan tradisional dan
modern.
2. Apa tekonologi yang diterapkan dalam menjalankan kegiatan usaahatani?
Jawab: Teknologi yang diterapkan yaitu, penggunaan benih unggul, traktor
dan pupuk.
3. Bagaimana penentuan waktu tanam dalam menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Penentuan waktu tanam memperhatikan tingkat kebutuhan konsumen
pada pasar.
4. Bagaimana cara yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani pada
komoditas kopi dan kakao pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Budidaya dikerjakan seperti pada umumnya kemudian selain
pengguaan peralatan tradisional, Puslitkoka juga menggunakan peralatan
modern.
5. Apa saja teknologi yang digunakan dalam menjalankan kegiatan usahatani
komoditas kopi dan kakao pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao?
Jawab: Benih unggul, pestisida sintetis dan organik, dan traktor.
6. Berapa ukuran dosis yang digunakan untuk pemupukan pada komoditas kopi
dan kakao pada setiap kegiatan pemupukan?
Jawab: Dosis pupuk yang diperlukan setiap tanaman sejumlah 20 kg.
7. Adakah pembagian kerja dari tenaga kerja yang digunakan?
Jawab: Ada
8. Apa saja gangguan hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman kopi
dan kakao Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Hama yang menyerang yaitu busuk buah, busuk batang, kutu
dompolan. Penyakit yang mengganggu adalah bercak merah.
9. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kopi dan kakao?
Jawab: Cara yang dapat dilakukan yaitu dengan cara kultur teknis, kimiawi,
dan penggunaan trap atau perangkap yang sudah disiapkan untuk menjebak
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
10. Apa kendala yang dihadapi Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia dalam
menjalankan kegiatan usahatani?
Jawab: Penyerangan OPT dan penyediaan sarana usahatani dan pasca panen.
11. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Mengendalikan OPT dengan cara kultur teknis, kimiawi, dan
penggunaan trap atau perangkap yang sudah disiapkan untuk menjebak
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).

IV. Pengelolaan Pasca Panen atau Agroindustri


1. Kapan kegiatan pasca panen atau agroindustri pada Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dilakukan?
Jawab: Agroindustri kegiatan pasca panen melakukan produksi setelah
kegiatan pemanenan.
2. Apa saja produk yang dihasilkan dalam kegiatan pasca panen atau
agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Cokelat batang, cokelat bubuk, minuman cokelat, es krim cokelat,
permen cokelat, dan sabun.
3. Apa saja peralatan yang digunakan dalam kegiatan pasca panen atau
agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Mesin pengering, mesin fermentasi, mesin sortasi, mesin grading,
mesin penggiling, mesin pengepakan dan mesin lain yang
mendukung proses agroindustri.
4. Apakah terdapat pembagian kerja dalam kegiatan pasca panen atau
agroindustri pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Ya. Tenaga kerja pada kegiatan agroindustri sejumlah 11 tenaga kerja
yang setiap tahap kegiatan agroindustri dikerjakan oleh beberapa
tenaga kerja.
5. Berapa jumlah tenaga kerja pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia
dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Tenaga kerja pada kegiatan agroindustri sejumlah 11 tenaga kerja.
6. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mendapatkan
tenaga kerja dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mendapat tenaga kerja
dalam agroindustri berasal dari masyarakat sekitar.
7. Bagaimana status tenaga kerja di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memiliki tenaga kerja
tetap dan tenaga kerja lepas.
8. Berapa lama Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memproduksi
produk dalam sehari?
Jawab: Sekitar 8 jam perhari.
9. Apa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi maupun kualitas
dari hasil produksi?
Jawab: Menggunakan bahan baku yang baik, menggunakan teknologi lebih
modern dan menciptakan produk olahan baru.
10. Apakah dalam kegiatan pasca panen yang dilakukan menghasilkan limbah
dan bagaimana cara mengatasi adanya limbah tersebut?
Jawab: Limbah kakao di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia masih
dimanfaatkan yaitu dijadikan bahan bakar dan pupuk kompos.
11. Apa kendala yang dihadapi dalam kegiatan pasca panen atau agroindustri di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Jika terjadi kesalahan dalam pengolahan maka cita rasa dari cokelat
akan berkurang.
12. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Melakukan kegiatan pengolahan dengan baik dan benar.
13. Adakah kerjasama dengan pihak lain dalam menjalankan kegiatan pasca
panen atau agroindustri tersebut?
Jawab: Tidak ada, karena pihak produsen mampu berproduksi secara mandiri.
V. Pemasaran Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen/Agroindustri
a. Pemasaran Produk Usahatani
1. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia memasarkan
hasil panen yang diperoleh?
Jawab: Memasarkan hasil produksi di outlet Puslitkoka.
2. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia menjalin kerjasama
dengan pihak lembaga pemasaran dalam memasarkan hasil panen?
Jawab: Tidak
3. Berapa harga jual produk yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dari hasil panen yang diperoleh?
Jawab: Rp5000-Rp50.000
4. Bagaimana saluran pemasaran dari hasil panen usahatani Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Saluran pemasaran yang dilakukan di Puslitkoka Indonesia
menggunakan saluran pemasaran sederhan yaitu produsen – outlet
-konsumen.
5. Apakah ada hambatan dalam saluran pemasaran yang dijalankan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena saluran pemasarannya sederhana sehingga kecil
kemungkinan adanya hambatan.
6. Apa alat transportasi yang digunakan dalam kegiatan pemasaran hasil panen?
Jawab: Truk atau pick up.
7. Siapa saja konsumen produk usahatani yang dihasilkan Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Konsumen bibit yaitu petani sedangkan konsumen produk olahan
yaitu masyarakat umum.
8. Adakah perlakuan lebih lanjut terhadap komoditas sebelum dijual?
Jawab: Tidak ada, komoditas yang sudah siap untuk dijual langsung
dipasarkan melalui outlet.

b. Pemasaran Produk Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri


1. Apa saja produk yang akan dipasarkan?
Jawab: Cokelat batang, cokelat bubuk, minuman cokelat, es krim cokelat,
permen cokelat, dan sabun.
2. Siapa saja target pasar yang dituju dalam memasarkan produk yang
dihasilkan?
Jawab: Target pasar pada pemasaran produk yaitu masyarakat umum.
3. Bagaimana pemasaran produk yang dihasilkan Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia pada kegiatan pasca panen atau agroindustri?
Jawab: Pemasaran sederhana, produsen – outlet – konsumen.
4. Strategi apa yang digunakan dalam memasarkan produk?
Jawab: Strategi yang digunakan dalam memasarkan produk di Pusat Penelitan
Kopi dan Kakao Indonesia yaitu dengan meningkatkan kualitas
produk cokelat.
5. Berapa banyak produk yang akan dipasarkan dalam satu kali produksi?
Jawab: Tidak pasti, menyesuaikan kebutuhan atau permintaan konsumen.
6. Apakah Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia pernah mengalami
kerugian dalam memasarkan produk?
Jawab: Tidak pernah, karena pihak produsen masih menyimpan sebagian
hasilnya untuk modal selanjutnya.
7. Bagaimana cara Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia mengatasi
kerugian tersebut?
Jawab: Belum pernah terjadi kerugian sehingga belum pernah dilakukan cara
mengatasi kerugian.

VI. Subsistem Penunjang


a. Sarana dan Prasarana Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen atau
Agroindustri
1. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang usaha di
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Sarana yang menunjang kegiatan usaha tesebut meliputi alat-alat
pertanian dalam usahatani. Prasarana yang menunjang meliputi
saluran pengairan, jalan, alat transportasi.
2. Bagaimana sarana infrastruktur dalam menunjang usaha yang dilakukan Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia?
Jawab: Sarana infrastruktur dalam menunjang usaha yang Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao Indonesia tersedia dengan cukup baik dan
mampu menunjang usaha pada Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia.
3. Bagaimana kondisi transportasi dalam menunjang usaha?
Jawab: Transpotasi dalam kondisi baik dan telah disediakan oleh Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao.
4. Apakah pihak Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia melakukan
kerjasama dengan perkebunan lain?
Jawab: Ada, kerjasama dalam penyediaan bahan baku agroindustri.
5. Apakah ada kebijakan dari pemerintah dalam mendukung kegiatan usahatani
dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena pihak ini sudah siap dan mampu sehingga bantuan
atau kebijakan pemerintah dirasa kurang begitu mendukung.
6. Bagaimana peran kelembagaan formal (Koperasi dan Bank) dalam kegiatan
usahatani dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Peran kelembagaan yaitu untuk memecahkan masalah dalam kegiatan
usahatani dan agroindustri. Koperasi membantu menyediakan input
dan bank membantu menyediakan modal.
7. Bagaimana dukungan lembaga finansial (LSM dan lainnya) dalam kegiatan
usahatani dan kegiatan pasca panen atau agroindustri di Pusat Penelitian Kopi
dan Kakao Indonesia?
Jawab: Tidak ada, karena pihak produsen tidak perlu memerlukan lembaga
yang dirasa malah akan menyulitkan.
b. Pembinaan Usahatani dan Kegiatan Pasca Panen atau Agroindustri
1. Apakah ada pelatihan terkait dengan usaha yang dilakukan?
Jawab: Ada yaitu pelatihan terhadap tenaga kerja.
2. Bagaimana bentuk pelatihan yang dilakukan?
Jawab: Pelatihan tesebut berupa pembinaan terhadap tenaga kerja agar
menjadi lebih terlatih dan terampil.
3. Bagaimana dampak diadakannya pelatihan?
Jawab: Dampak diadakan pelatihan bagi tenaga kerja di Pusat Penelitan Kopi
dan Kakao Indonesia yaitu tenaga kerja menjadi lebih terlatih dan
terampil.
4. Pembinaan seperti apa yang digunakan untuk meningkatkan usaha?
Jawab: Pembinaan mengenai informasi dan teknologi terbaru yang
menunjang usahatani dan agoindustri.
5. Apakah kendala dalam penyediaan sarana dan prasarana untuk menunjang
usaha?
Jawab: Ada, yaitu kendala dalam penyediaan bahan baku proses produksi
agroindustri.
6. Bagaimana cara mengatasi kendala yang dihadapi?
Jawab: Melakukan pemeliharaan tanaman kakao dengan baik agar hasil
panennya memuaskan dan dalam kondisi yang baik juga.
LAMPIRAN

Abdullah, 2015. Efisiensi Pemasaran Dan Kelembagaan Mente. Laporan Akhir

Proyek Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat. Balitro, Bogor. P.


Afriliana, asmak. 2018. Teknologi Pengolahan Kopi Terkini. Yogyakarta. CV Budi
Utama.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Indonesia. 2015. Pertanian.
Jakarta.
Badan Pusat Statistika Indonesia. 2015. Produksi Tanaman Perkebunan di
Indonesia. Jakarta
Badan Pusat Statistika Indonesia. 2017. Produksi Tanaman Perkebunan di
Indonesia. Jakarta
Baga, L. M. 2016. Strategi Pengembangan Agribisnis Kentang Merah di
Kabupaten Solok. Agraris, 2(1): 87-96.
Dewi, F. R., P. H. Prihanto., J. K. Edy. 2016. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja
pada Sektor Pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, 5(1): 19-25.
Diniaty., D Dan Agusrinal. 2014. Perancangan Strategi Pemasaran Pada Produk
Anyaman Pandan. Teknologi Dan Industri. 11(2):175-184.
Dongoran, F. R. 2013. Analisis Keuntungan Usaha Tani Kelapa Di Kecamatan
Padangsidimpuan Batunadua. Tabularasa Pps Unimed 10(2): 1-14
Fortunika, S. O., E. Istiyanti, Sriyadi. 2017. Kontribusi Sektor Pertanian Terh adap
Perekonomian Kabupaten Banjarnegara. Agribusiness and Rural
Development Research, 3(2): 119-127.
Elly, Jumiati., dan S. Inten. 2016. Efisiensi Teknis Usahatani Kopi Di Kabupaten
Tana Tidung (Ktt). Agrifor. 8(2):155-164.
Jumiati., E. 2014. Analisis Saluran Pemasaran Dan Marjin Pemasaran Kelapa
Dalam Di Daerah Perbatasan Kalimantan Timur. 7(1): 1412 – 6885.
Kristiana, L. 2014. Analisis Strategi Pengembangan Agribisnis Kelapa sebagai
Komoditas Unggulan di Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur.
Agrosains, 1(1): 1-12.
Kusnandar, W. Rahayu., D. Padmaningrum. 2013. Model Kelembagaan Subsistem
Hilir Agribisnis Padi Organik di Kabupaten Sragen. Manajemen
Agribisnis, 1(2): 56-64.
Merry T.H., S. Raharto dan T. Agustina. 2015. PROSPEK PENGEMBANGAN
KOMODITAS KOPI ROBUSTA DI PT. KALIPUTIH KECAMATAN
LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER. JSEP. 8(2):11-24
Noor., H. 2014. Analisis Sumber Modal Pedagang Pasar Tradisional di Kota
Pekanbaru. Ekonomi. 22(1):1-8.
Nurif, M., S. Mukhtar. 2014. Pembangunan Ekonomi Berbasis Agribisnis sebagai
Wujud dari Pembangunan Ekonomi yang Berkelanjutan. Sosial
Humaniorah, 3(2): 124-138.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, Dan S. J. Munarso.
Prastowo, B., E. Karmawati, Rubijo, Siswanto, C. Indrawanto, Dan S. J. Munarso.
2010. Budidaya Dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian Dan
Pengembangan Perkebunan.
Prihatiningrum, D, N. 2014. Penerapan Sistem Agribisnis Peternakan Kambing
Jawa Randu dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Kecamatan
Karangpucung, Kabupaten Cilacap. Wilayah dan Lingkungan, 1(2): 141-
156.
Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya Dan Pengolahan Kopi Arabika Dan
Robusta. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahayu, W. 2017. Rancang Bangun Model Kelembagaan Agribisnis Padi Organik
dalam Mendukung Ketahanan Pangan. Ekonomi Pembangunan, 14(1): 92-
101.
Ramadhan, S. 2017. Pengembangan agribisnis padi di Kecamatan indrapuri
kabupaten aceh besar. Ilmiah Mahasiswa Pertanian Unsyiah, 2(1): 220-
231.
Ridwansyah. (2003). Pengolahan Kopi. Departemen Teknologi Pertanian.
Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Rompas, Jui., D. Engka dan K. Tolosang. 2015. Potensi Sektor Pertanian Dan
Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi. 15(4):124-136.
Ronaldo, Esayas., Esry, Dan L. G. H. M. Kapantow. 2017. Analisis Pendapatan
Usahatani Kopi Di Desa Purwerejo Timur, Kecamatan Modayag,
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Agri-Sosioekonomiunsrat.
13(2):229-236.
Sahara, Dewi., Dahya Dan A. Syam. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tingkat Keuntungan Usahatani Kakao Di Sulawesi Tenggara.
Administrasi. 3(1):7-15.
Santika, Nilam., A. Suwandari, And T. Agustina. 2014. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Untuk Melakukan
Usahatani Benih Kacang Panjang Di Desa Andongsari Kecamatan Ambulu
Kabupaten Jember. Berkala Ilmiah Pertanian. 10(10):1-7.
Soeaidy, Saleh., I.M. Fadlina, B. Supriyono. 2013. PERENCANAAN
PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN (Kajian Tentang
Pengembangan Pertanian Organik Di Kota Batu). J-PAL. 4(1):43-57.
Soetriono dan A. Suwandari. 2016. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang: Intimedia
Kelompok Intan Publishing.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta Timur: Penebar Swadaya.
Syahza., A. 2016. Paradigma Baru Pemasaran Produk Pertanian Berbasis
Agribisnis Di Daerah Riau. Jurnal Ekonomi. 7(2): 1-9.
Thamrin, Syahruni., S. Hartono, D.H. Darwanto and Jamhari. 2015. The
Technical Efficiency of Arabica Coffee Farming in the District Enrekang.
Ilmu Pertanian. 18 (2): 92-97
Trilaksana, Agus. 2014. Perkebunan Kopi Rakyat di Jawa Timur 1920-1942.
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah. 2(1):122-129.
Van Katen And P. Vaast. 2005. Transpiration Of Arabica Coffee And Associated
Shade Tree Species In Sub-Optimal, Low-Altitude Conditions Of Costa
Rica. Agroforestry System, (67): 187-202
.
Wanda, F. F. A. 2015. Analisis Pendapatan Usaha Tani Jeruk Siam (Studi Kasus Di
Desa Padang Pangrapat Kecamatan Tana Grogot Kabupaten Paser). Ilmu
Administrasi Bisnis, 3(3) : 600-611.
Winarso, bambang. 2014. Kinerja Pembangunan Pertanian dalam Pelaksanaan
Penggunaan Anggaran Tugas Pembantuan (TP) di Wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14 (1): 53-63.
Yulianto, Fx Andree dan Luciana Kristanto. 2014. Fasilitas Agrowisata Kebun
Kopi Robusta di Jember. eDIMENSI ARSITEKTUR. 2(1):308-315.
KARTU KONSULTASI PRAKTIKUM WAWASAN AGRIBISNIS

Golongan :E
Kelompok :2
Asisten Pembimbing : Dimas Brilian Syaban Pramana

No. Tanggal Kegiatan Keterangan Tanda


Tangan
1. 11 April 2018 Revisi 1 Bab 1 Romli, Regitha, Khairun,
Nurfadila, Febri
2. 12 April 2018 Revisi 2 Bab 1 Romli, Regitha, Khairun, Febri,
Hafid, Imam
3. 17 April 2018 Revisi 3 Bab 1 Romli, Regitha, Khairun,
Febriana, Hafid, Imam, Nurfadila
4. 19 April 2018 ACC Bab 1 Romli, Panji
5. 23 April 2018 Revisi 1 Bab 2 All
6. 30 April 2018 Revisi 2 Bab 2 Febriana
7. 1 Mei 2018 Revisi 3 Bab 2 Febriana, Regitha, Nurfadila
Khairun
8. 1 Mei 2018 -ACC Bab 2 Febriana, Regitha, Nurfadila,
Khairun
-Revisi 1 Bab 3
9. 16 Mei 2018 -Revisi 2 Bab 3 Romli, Regitha, Khairun,
Febriana, Hafid, Imam Wahyudi,
-Revisi 1 Bab 4
Nurfadila
10. 16 Mei 2018 -ACC Bab 3 All
-Revisi 2 Bab 4
11. 16 Mei 2018 ACC Bab 4 All
12. 30 Mei 2018 Revisi Bendel All
13.
14.
15.

You might also like