You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki paling sedikit satu
tujuan umum yang sama dan menyediakan ruang bagi mereka untuk mengaktualisasikan
potensinya guna mewujudkan tujuan umum yang sama itu. Agar tujuan-tujuan itu bisa
dicapai bersama seperti yang dikehendaki maka organisasi membutuhkan manajemen.
Manajemen adalah proses untuk mengelola sumber-sumber organisasi. Ada dua
pemegang kepentingan yang bisa mempengaruhi organisasi, baik secara langsung
maupun tidak secara langsung, yaitu kekuatan sstem internal dan lingkungan eksternal.
Manajemen menjadi semakin penting seiring dengan perkembangan zaman, begitu
juga organisasi tanpa manajemen akan menjadi sulit. Organisasi diselenggarakan karena
adanya kepentingan tujuan yang dicapai, setiap organisasi mempunyai keterbatasan akan
sumber daya manusia, uang dan fisik untuk mencapai tujuan organisasi. Keberhasilan
mencapai tujuan tergantung pada pemilihan tujuan yang akan dicapai dengan cara
menggunakan sumber daya untuk mencapa tujuan organisasi sesuai dengan apa yang
diharapkan . maka salah satu aspek yang diperhatikan adalah faktor manusia. Tanpa
adanya kerjasama sulit bagi organisasi untuk mencapai sukses dan adapun kiranya untuk
mencapai tujuan tersebut organisasi atau perusahaan seharusnya turut membantu dan
menciptakan prestasi kerja karyawan.
Kewirausahaan dapat dilakoni dan dipelajari siapapun. Praktik kewirausahaan
intinya adalah melihat sebuah peluang menjadi awal suatu ide untuk menancapkan sebuah
roda usaha. Namun, hal itu perlu ditindak lanjuti dengan upaya eksploitasi peluang
sehingga menciptakan keuntungan yang menjajikan. Dalam hal in, tidak semua orang
mampu melihat peluang usaha. Jika peluang usaha dikelola dengan baik, diharapkan
kemandirian terbangun sehingga gairah usaha ini menjadi semacam “virus” yang
menyebar dalam dada setiap orang.
Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Muhammad Bani. Ia
mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa baru,
dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang
tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru ataupun yang telah
ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa kewirausahaan adalah orang yang melihat
adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang
tersebut. Sementara itu proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan

1
tindakan untuk mengejar serta memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu
organisasi.
Berdasarkan konsep tersebut, kewirausahaan dapat disimpulkan sebagai suatu
kemampuan kreatif, dan inovatif yang dijadikan kiat dasar untuk menciptakan nilai
tambah barang jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah sukses mengelola bisnis berarti sukses melakukan transformasi
kewirausahaan?
2. Apa itu entrepreneurship dan intrapreneurship?
3. Bagaimana mempersiapkan bisnis?
4. Bagaimana menyusun struktur organisasi, manajemen dan persiapan sumber daya
manusia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apakah seseorang yang sukses mengelola bisnis berarti sukses melakukan
transformasi kewirausahaan
2. Mengetahui perbedaan entrepreneurship dan intraprenenurship
3. Mengetahui cara mempersiapkan bisnis
4. Mengetauhui bagaimana cara menyusun struktur organisasi, manajemen dan persiapan
sumber daya manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sukses Mengelola Bisnis Berarti Sukses Melakukan Transformasi Kewirausahaan

Banyak orang sukses melakukan transformasi pola pikir kewirausahaan. Pertama


ketika mereka memutuskan menjadi wirausahawan. Berikutnya mereka melakukan
transformasi pada saat mereka belajar menemukan peluang bisnis.

Namun tidak sedikit juga orang yang gagal melakukan transformasi


kewirausahaan, yaitu pada saat mereka mengubah pola pikir entrepeneur menjadi
intrapreneur dalam menjalankan usahanya. Banyak juga yang sukses melakukan
transformasi kewirausahaan. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan dalam
pemahaman mengenai paradigma ketika mereka memulai menjadi pemilik bisnis
(entrepreneur) yang teteap membawa paradigma ini saat ia mengelola bisnisnya
(intrapreneur). Inilah faktor kegagalan yang penting untuk diketahui ketika bisnis sedang
berjalan, yaitu transformas entrepreneurship menjadi intrapreneurship. Faktor-faktor
kegagalan seorang wirausahawan ketika ia menjadi pengelola bisnis (intrapreneur) adalah
sebagai berikut :

1. Ia mempertahankan status kepemilikannya dalam aspek pengelolaan keuangan yang


sering tidak memisahkan wewenang dan tanggung jawab keuangan antara uang pribadi
dengan uang perusahaan. Pemlik perusahaan gagal melakukan transformasi pola pikirnya
dalam memahami dan menjalankan profesionalisme di bidang keuangan. Kebangkrutan
usaha biasanya diawali dari masalah ini.
2. Pemilik yang juga sebagai pemimpin perusahaan tidak mengetahui bahwa ia harus bisa
mengubah ego pribadinya dalam menghadapi konflik dengan karyawannya. Tidak
memisahkan diri antara sebagai pemilik dan bos dari sebuah perusahaan yang lalu
semena-mena memecat karyawan yang potensial dan mempertahankan personelnya yang
tidak kompeten hanya dikarenakan masalah suka atau tidak suka (like or dislike). Hal ini
perlu dihindari
3. Salah satu partner yang juga merupakan pemilik bisnis menjadi bawahan dari pemilik
lainnya. Hal ini sering menimbulkan terjadinya konflik kepentingan antara kedua belah
pihak, khususnya bila pengelola keuangan tidak diserahkan oleh profesional. Konflik ini
bisa berujung pada masalah perselisihan yang akan dibawa saat rapat pemegang saham.

3
4. Pemimpin perusahaan yang bertanggung jawab dalam mengelola bisnis harus bersikap
profesional. Pemisahan antara tanggung jawab pengawasan bisnis yang terdiri dari
pemilik (terkadang dipmpin oleh seorang profesional ) sebagai komisaris utam yang
berfungsi sebagai pengawas dan pengendali usaha harus dilakukan dengan profesional.
Hal itu harus dibedakan dari tanggung jawab direksi selaku pelaksana dalam mengelola
usaha yang bertujuan dan berusaha untuk mewujudkan rencana bisnis yang telah
ditetapkan oleh pemlik usaha, dalam hal ini adalah wirausahawan (entrepreneur) itu
sendiri. Semua itu harus jelas.
Untuk itu perlu dilakukan pemisahan pola pikir (mindset) yang jelas antar
pemilik bisnis dengan pengelola bisnis. Dalam proses pengelolaan usaha dan manajmen
organsasi bisnis, seorang wirausahawan dengan pola pikir yang ingin tetap menjadi
pemilik sekaligus harus bisa melakukan transformasi pola pikir kewirausahaannya (the
entrepreneur mindset transformation), yaitu menjad enterpreneur saat menjadi pemilik
dalam rapat pemegang saham dan menjadi intrapreneur (profesional) saat menjadi
pimpinan organisasi. Kendalan ini sering sekali terjadi pada jenis struktur bisnis :
1. Kepemilikan tunggal (sole proprietorship)
2. Persekutuan (partnership) yang tidak melakukan legalisasi persekutuan bisnis
3. Perseroan (corporation) yang diawal membangun dan mengelola bisnis hanya
berdasarkan komitmen tanpa legalisasi struktur organisasi dan kepemilikan di notaris.

2.2 Entrepreuneurship VS Intrapreneurship


Masalah perusahaan muncul pada saat bisnis mulai semakin besar atau pada saat
bisnis belum menguntungkan dan sedang jatuh. Bisnis yang sukses harus dikelola dengan
benar dan profesional dimana pemimpinnya tidak berpkir bahwa ia sebenarnya adalah
salah satu dari pemilik atau pemilik tunggal perusahaan.
Untuk itu, seorang pemimpin bisnis dalam menjalankan bisnisnya harus berpikir
dengan konsep kewirausahaan organisasi (organizational entrepreneurship) yang disebut
intrapreneurship dengan tidak membawa pola pikir kewirausahaan masuk ke dalam
operasional bisnis. Perbedaan yang jelas antara entrepreneurship dan intrapreneurship
adalah sebagai berikut :

4
No. E n t r e p r e n e u r Intrapreneur
U r a i a n
(Pemilk & Pendiri) (Pengelola)
1. Fokus penting dalam bekerja L e a d e r s h i p Manajerial
2. Risiko bisnis yang ditanggung 1 0 0 % T i d a k
3. Tanggung jawab utama P e n e n t u vi s i d a n mi s i Pelaksana visi & misi
4. Profesionalisme Terhadap bisnis Terhadap organisasi
5. J a b a t a n K o m i s a r i s Di r e ks i
6. Posisi dalam organisasi Luar organisasi Dalam organisasi

Untuk memperjelas tahapan-tahapan transformasi entrepreneurship dalam


membangun dan menjalankan sebuah bisnis, kita dapat menguraikannya dengan diagram
di bawah ini

Dari diagram diatas , tampak bahwa batasan tanggung jawab entrepreneur itu
dilakukan sebelum bisnis dibentuk dan akan berubah menjadi intrapreneur saat bisnis
mulai berjalan dan dikelolanya. Inilah transformasi entrepreneurship yang sangat penting
untuk diketahaui.

2.3 Bagaimana Mempersiapkan Bisnis


Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh seorang wirausaha dalam proses transformasi
agar seorang penanggung jawab dapat melaksanakan tugasnya dengan baik adalah :
1. Penunjukan dan pengangkatan orang yang bertanggung jawab untuk mengelola bisnis.
Bila struktur bisnisnya adalah pemilik tunggal maka dirinyalah yang menjadi
penanggung jawab bisnis (entrepreneurship transformation business concept to
become an intrapreneurship management concept)
2. Menentukan, merencanakan, dan mempersiapkan lokasi kantor
3. Mempersiapkan tempat kerja dan pelengkap kantor, yaitu :
a. Alat tulis kantor

5
b. Dokumen-dokumen usaha, seperti kop surat, kartu nama karyawan, surat jalan,
kuitansi, faktur, dan lain-lain
c. Sarana komunikasi, seperti telepon, mesin fax, email, website, dan lain-lain
d. Mempersiapkan kebutuhan furniture
e. Alat, mesin, peralatan, perlengkapan yang mendukung sistem produksi berjalan
dengan baik.
f. Mempersiapkan kebutuhan sumber daya bukan SDM, seperti listrik, air, dan lain-
lain
g. Membuat nomor urut dan sistem administrasinya agar rapi dan teratur sehingga
bisa terdokumentasi dengan baik
h. Mempersiapkan komputer, printer, mesin absensi, dan lain-lain
i. Merencanakan dan membuat struktur organisasi yang dibahas oleh direksi dan
pemilik bisnis
4. Mempersiapkan SDM, seperti proses seleksi, sistem perekrutan, kriteria kebutuhan
SDM, dan posisi yang ada dalam struktur organisasi.
5. Perencanaan peraturan dan proses mengambil keputusan yang bersifat :
a. Regular dalam organisasi dilakukan dan diberi wewenang kepada direksi
b. Investasi yang dilakukan oleh direksi atas persetujuan pemilik (komisaris)
c. Kebijakan bisnis yang telah ditetapkan oleh pemilik dan kebijakan operasional oleh
direksi yang mengacu pada kebijakan bisnis
d. Merekrut karyawan, manajer, dan personel inti yang harus disepakati antara
pemilik dan direksi
e. Keputusan dan aturan tentang kebijakan pembelian barang, pengeluaran uang, dan
penerimaan uang.
6. Membuat tata tertib perusahaan.
7. Merencanakan prosedur kerja dan standarisasi prosedur sistem mutu.
8. Persiapan dan pembelian material, menentukan pemasok, penetapan harga, kebijakan
pembelian, dan sumber-sumbernya.
9. Mempersiapkan sarana promosi, seperti brosur, leaflet, contoh produk, data teknis,
data pendukung produk, dan lain-lain.
10. Persiapan pembuatan prosedur dalam pengendalian biaya dan uang kas sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
11. Penentuan perencanaan dan persiapan implementasi konsep-konsep bisnis yang telah
dituangkan dalam rencana bisnis, yaitu :
a. Konsep dan strategi bisnis

6
b. Konsep operasional dan produksi
c. Konsep pemasaran dan strateginya
d. Konsep keuangan dan strateginya
e. Konsep mutu dan sistemnya
2.4 Menyusun Struktur Organisasi, Manajemen dan Persiapan Sumber Daya
Manusia

Jika bisnis dimulai atau dipasarkan, seorang wirausaha harus mempersiapkan


manajemen operasional organisasi dan strukturnya untuk diisi oleh orang – orang yang
tepat. Namun, bagi wirausaha yang memulai bisnisnya dari skala kecil, rumahan atau dari
‘nol’, struktur organisasinya sebaiknya dibuat untuk skala organisasi yang kecil dengan
visi jangka panjang sehingga suatu ketika tidak terjadi kendala – kendala organisasi bila
bisnisnya terus tumbuh dan berkembang menjadi besar.

Struktur organisasi harus bisa dikembangkan sesuai dengan waktu dan skala
usahanya. Oleh karena itu, wirausahawan perlu memahami manajemen oeprasional dan
organisasi sebelum bisnisnya dipromosikan.

2.4.1 Manajemen Organisasi

Mengapa karyawan itu dibutuhkan ? haruskah wirausahawan yang memulai dari


skala usaha kecil menggunakan konsep manajemen dalam mengelola bisnisnya ?
jawabannya adalah ‘tentu saja dibutuhkan’ apapun jenis dan skala usahanya. Ada 3 alasan
mengapa manajemen itu diperlukan oleh seorang wirausahawan dalam mengelola bisnis
dan usahanya. Ketiga alasan itu ialah :

1. Manajemen sebagai salah satu cara untuk mencapai tujuan organisasi dalam
mewujudkan rencana bisnis.
2. Manajemen digunakan untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan – tujuan
organisasi yang saling bertentangan dari pihak – pihak yang berkepentingan, misalkan
tujuan pemilik usaha dengan tujuan pengelola usaha, tujuan pemasaran dengan tujuan
produksi dan keuangan, tujuan perusahaan dengan tujuan karyawan, tujuan pelanggan
dengan tujuan penjualan, tujuan pembelian dengan pemilihan pemasok.
3. Manajemen digunakan untuk mencapai tujuan organisasi yang efisien dan efektif
dimana tujuan organisasi perlu dinilai kinerjanya dengan cara yang berbeda dan salah
satunya adalah aspek efisiensi dan efektifitasnya.

Marry Parker Follet mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan


pekerjaan melalui orang lain. Sedangkan definisi yang lebih kompleks dan

7
mencangkupaspek – aspek penting dalam pengelolaan ditemukan oleh James A. F.
Stoner. Dia melandaskan : ‘’manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasia,
pengarahan, dan pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan
SDO lainnya agar tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan’’ (James A. F. Stoner.
Management. New York; Prentice Hall International, Inc. Englewood Clift, 1982, p.8).

Dari definisi yang telah dikemukakan diatas terdapat perbedaan antara Marry
Parker Follet dan James A.F. Stoner mengenai manajemen. James A. F. Stoner lebih
menitik beratkan manajemen itu sebagai proses bukan seni. Seni manajemen lebih
menitik beratkan aspek kemampuan dan ketrampilan yang berfokus pada aspek
pengelolaan emosi, perasaan, intuisi, fleksibelitas, kelenturan organisasi dan kebutuhan
akan unsur kreatifitas dan inovasi yang baru mewujudkan tujuan organisasi.

Proses yang ada dalam konsep manajemen bisa dijelaskan lebih singkat, yaitu :

1. Perencanaan (planning)
Menjelaskan bahwa para manajer memikirkan kegiatan – kegiatan apa yang akan
dikerjakan, dilaksanakan, dan diwujudkan yang didasari pada metode, rencana, dan
konsep. Contoh :
a. Perencanaan struktur organisasi.
b. Perencanaan kriteria SDM yang dibutuhkan.
c. Perencanaan system seleksi.
d. Perencanaan uraian tugas dan tanggungjawab (job describtion)
e. Perencanaan analisa kerja sesuai dengan posisinya (jobanalysis).
f. Perencanaan pengembangan organisasi dan lain – lain.
Proses perencanaan sangat penting sekali untuk dilakukan karena menjadi fondasi
dalam konsep manajemen.

2. Pengorganisasian (organizing)
Perusahaan yang telah melakukan perencanaam tentunya perlu dikelola agar SDM
dan aspek yang lainnya dapat dikoordinasikan dengan baik sehingga kemungkinan
terjadinya konflik bisa diminimalisasikan. Kunci pengorganisasian sumber daya terletak
pada kemampuan untuk menganalisa, menyusun, dan memanfaatkan kelemahan
sumberdaya yang ada dan meningkatkan kekuatannya dengan cara memotivasi, dan
manajer bertanggung jawab terhadap pengkoordinasian
.
3. Pengarahan (directing)

8
Selama proses pengorganisasian dan pengkoordinasian berlangsung, maka
diperlukan pengarahan, memimpin (lead) dan memengaruhi (how to motivate) para
bawahan oleh seorang majaer agar efisiensi kerja dan efektifitas hasil bisa terwujud
sesuai dengan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Mengarahkan bukan hanya
memerintah bawahan saja tetapi juga lebih kepada aspek memotivasi orang. Jadi, seorang
manajer juga seorang motivator yang handal.
4. Pengawasan (Controlling)
Berhasil atau tidaknya proses manajemen terletak pada aspek pengawasannya
sehingga pergerakan proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan bisa berjalan
dengan baik. Tanpa aspek pengawasan dibutuhkan improvisasi dan perbaikan system
secac=ra terus – menerus agar menjadi lebih baik. Tingkatan – tingkatan dalam
manajemen suatu organisasi adalah sebagai berikut :

2.4.2 Perencanaan Organisasi

Perencanaan organisasi dangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha untuk


dijadikan sebagai pijakan awal seperti acuan kerja, arah, dan system komunikasi dalam
bekerja bagi dirinya (Direksi) dan para bawahannya termasuk aspek
pertanggungjawabanya. Sebuah organisasi adalah pola hubungan atau banyak hubungan
yang saling terkait, terjalin secara teratur, baik, simultan, serta menjadi peta jalan bagi
orang dalam bekerja dengan pengarahan dari manajernya untuk mencapai sasaran
bersama. Dalam hal ini, sasaran tersebut adalah proses pembuatan keputusan. Untuk itu

9
organisasi juga bisa disebut kerangka kerja yang stabil dan dapat dipahami sebagai
landasan bagi mereka dalam bekerja sama kearah sasaran organisasi.

Pengorganisasian adalah proses manajerial yang berkelanjutan dnegan strategi


yang dapat berubah arah serta lingkungan organisasi yang selalu berubah. Ada 4 langkah
mendasar ketika seorang wirausahawan akan membuat struktur organisasinya pada saat
ingi memulai oeprasional bisnisnya, yaitu :

1. Bagilah seluruh beban kerja (pekerjaan) menjadi banyak tugas yang secara wajar dan
nyaman untuk dilaksanakan oleh individu atau kelompok. Inilah yang disebut dengan
pembagian pekerjaan.
2. Gabungkan tugas tersebut secara logis dan efisien. Pengelompokan dan karyawan
biasanya disebut dengan depatermentalisasi.
3. Menetapkan siapa yang memberi laporan dan kepada siapa laporan itu diberikan
dalam sebuah organisasi. Hubungan ini akan menghasilkan hierarki organisasi.
4. Menetapkan mekanisme yang menyatukan aktifitas departemen menjadi satu kesatuan
untuk memonitor keevektifan dari integrase tersebut. Proses ini disebut koordinasi.

2.4.3 Desain Organisasi

Desain organisasi adalah proses pembuatan keputusan oleh seorang wirausahawan


yang menginginkan bisnisnya berjalan dengan baik. Ada beberapa pendekatan dalam
desain organisasi, yaitu :

1. Pendekatan Klasik
Menciptakan struktur organisasi yang dapat dipakai dalam segala situasi. Max
Webber, Frederick Taylor, dan Henry Fayol merupakan contributor utamanya. Mereka
percaya bahwa organisasi yang paling efisien dan efektif mempunyai struktur berbentuk
hierarki. Menurut Max Webber, organisasi seperti ini mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
a. Spesialisasi jelas dalam tugasnya.
b. Penunjukan tugas berdasarkan penilaian pekerjaan.
c. Menyediakan kepada karyawan untuk meniti karir.
d. Mencerminkan rutinitas dan aktifitas organisasi.
e. Menciptakan iklim organisasi yang rasional.

Konsep seperti ini sering disebut sebagai birokrasi (James A.F Stoner, R. Coward
Freeman, Daniel R. Gillbert Jr. Management, New York Prentice Hall, Inc., 1995)

10
2. Pendekatan tugas-teknologi
Pendekatan organisasi dengan konsep tugas-teknologi yang mengacu pada aspek
teknologi produksi, teknologi komunikasi dan teknologi lainnya yang berhubungan
dengan pembuatan jenis produk yang berbeda.
3. Pendekatan lingkungan
Lingkungan organisasi dapat dijadikan pendekatan dalam mendisain organisasi.
Misalnya, organisasi berdasarkan lingkungan ekonomi, budaya, social, dan lain – lain.
2.4.4 Tipe Struktur Organisasi

Struktur organisasi mengacu pada cara membagi, mengelompokkan dan


mengkoordinasikan aktivitas organisasi menjadi sebuah hubungan yang jelas antara
manajer dan karyawan, manajer dan manajer, serta karyawan dan karyawan lainnya.

Struktur yang berdasarkan departemen organisasi secara formal dapat dilakukan dengan 3
cara pokok, yaitu :

1. Menurut Fungsinya
Organisasi menurut fungsi bisa menyatukan semua orang yang terlibat dalam suatu
aktivitas atau beberapa aktivitas berkaitan yang disebut fungsi dalam satu departemen.
Contoh, struktur organisasi berdasarkan fungsi – fungsi pekerjaan, seperti produksi,
pemasaran, penjualan dan personalia.
Sekarang telah terjadi perubahan dalam desain struktur organisasi menurut
fungsinya yang dahulu dibagi secara berimbang proporsi antara fungsinya dan saat ini
menjadi lebih focus pada disain organisasi berdasarkan kepuasan konsumen dan
pemasaran sebagi fungus pengendalinya. Contoh struktur organisasi menurut fungsinya :

Struktur organisasi berdasarkan fungsinya adalah suatu bentuk organisasi


berdasarkan departementalisasi dimana setiap orang terlibat dalam suatu aktifitas
fungsional masing – masing.
2. Menurut pasar atau produk
Struktur organisasi berdasarkan produk adalah pendekatan perencaan struktur
organisasi berdasarkan jenis produk yang dijual kepada konsumen berdasarkan
organisasinya dalam menentukan departementalisasi dari proses produksi, pemasaran dan
distribusinya

11
Struktur organisasi berdasarkan pendekatan pasar adalah perencanaan organisasi
yang membagi beberapa devisi dari proses produksi hingga pemasaran dan dsitribusinya
berdasarkan masing – masing.

3. Bentuk Matriks
Struktur organisasi yang menggunakan pendekatan dimana setiap karyawan
melapor kepada manajer fungsional atau manajer devisinya maupun manajer proyek
sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
System organisasi matriks ini sering disebut system komando berganda, karena
merupakan komposit dengan menggabungkan kekuatan dari tipe organisasi fungsional
dan produk atau pasarannya. Akibatnya seorang karyawan akan mempunyai dua orang
atasan. Hal ini berarti karyawan bekerja berdasarkan dua mata rantai yaitu :
a. Komando secara vertical, yaitu fungsional atau divisional.
b. Komando pengaturan horizontal yang merupakan penggabungan karyawan –
karyawan dari berbagai departemen divisional atau fungsional kedalam sebuah proyek
atau tim bisnis yang dipimpin oleh manajer proyek atau kelompok yang ditugaskan
untuk menjadi ketua tim. Jika proyek tersebut selesai, maka karyawan akan kembali
ke tugas dan fungsinya masing – masing.

2.4.5 Manajemen Sumber Daya Manusia

12
Sukses sebagai wirausahawan pasti tidak luput juga dari kesuksesan memilih,
merekrut, menyeleksi dan mengendalikan sumber daya manusianya. Mengapa ? karena
semua perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan, dan pengendalian
organisasi serta proses untuk mewujudkan tujuan perusahaan tergantung pada factor
kualitas sumber daya manusianya. Proses manajemen sumberdaya manusia memiliki
beberapa aktivitas dasar, yaitu :
1. Perencanaan sumber daya manusia
Memastikan bahwa sumber daya manusia yang diperlukan akan selalu terpenuhi
secara memadai. Hal ini dapat tercapai dengan dua analisa factor penting, yaitu :
a. Faktor – factor internal, seperti kebutuhan akan ketrampilan yang ada sekarang dan
yang diharapkan, lowongan yang diminta dan progam perluasan departeman serta
rencana pengurangan karyawan.
b. Factor – factor eksternal, seperti lingkungan perusahaan, pasar tenaga kerja, kualitas
lulusan, dan tingkat kebutuhan tenaga kerja yang berkualitas.
2. Perekrutan
Guna memperoleh sumber daya yang tepat, berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi, perekrutan bisa dilakukan secara eksternal dan internal perusahaan.
Secara eksternal bila dilakukan melalu media iklan, lembaga perekrutan dan yang
sejenisnya. Untuk perekrutan secara internal bisa dilakukan melalui rekomendasi dari
orang – orang yang ada di perusahaan. Proses perekrutan yang berkualitas sangat
bergantung pada kriteria yang dibutuhkan, system perekrutan, media yang dipilih, proses
tes dan wawancara serta penawaran gaji dan tunjangan.

3. Seleksi
Merupakan kelanjutan dari perekrutan dan hasil dari proses seleksi akan ditentukan
oleh kualitas hasil proses seleksi. Alat – alat yang sering digunakan dalam proses seleksi
adalah formulir lamaran, daftar riwayat hidup, proses wawancara, psikotest, pengujian
sikap (personality), pengujian ketrampilan, dan evaluasi hasil perekrutan.
4. Sosialisasi (orientasi)
Proses sosialisasi dilakukan setelah proses penyeleksian. Setelah proses sosialisasi
dilakukan makan dilanjutkan dengan proses orientasi yang didesain untuk membantu
orang yang dipilih bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaan, tempat, lingkungan,
kenyamanan, dan keamanan dalam bekerja.
5. Pelatihan (training) dan pengembangan

13
Kedua aspek ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam
memberikan kontribusi pada efektifitas organisasi. Pelatihan dirancang untuk
meningkatkan ketrampilan dalam bekerja atau pekerjaan yang sekarang diberikan dan
dipersiapkan untuk jenjang karirnya.
6. Penilaian prestasi kerja
Membandingkan prestasi kerja seseorang dengan standart atau tujuan kompetisi
yang akan dikembangkan untuk posisi tersebut. Melakukan evaluasi bila prestasi kerja
yang terjadi lebih rendah dari yang diharapkan untuk bisa ditingkatkan dan diperbaiki

.
7. Promosi, transfer, demosi, dan PHK
Nilai dan hasil kerja seorang karyawan bagi organisasi perlu ditindaklanjuti.
Karyawan yang memiliki prestasi kerja yang bagus dan kemauan yang tinggi
dipromosikan; ditransfer jika mampu membantu bagian lain untuk mengembangkan
ketrampilan karyawan lain karena ketrampilannya yang baik. Didemosikan (penurunan
jabatan atau posisi) bila prestasi kerja rendah yang kemudian ditempatkan dibagian yang
kurang penting atau bahkan di-PHK (Pemutusan Hubungan Kerja). Apapun pilihannya
pasti akan memperngaruhi perencanaan SDM.

2.4.6 Manajemen Pengawasan


Pengawasan menurut Robert J. Mockler adalah suatu usaha sistematik untuk
menetapkan standar pelaksanaan tujuan – tujuan perencanaan, merancang system
informasi, umpan balik dan membandingkan kegiatan nyata dengan standart yang telah
ditetapkan. Masalah yang banyak terjadi dalam proses manajemen dan operasional adalah
tidak terselesaikannya suatu penugasan atau tidak ditepatinya waktu penyelesaian
(deadline) pekerjaan, anggaran berlebihan, dan kegiatan – kegiatan lain yang
menyimpang dari rencana.
Untuk itu, perlu dilakukan pengawasan yang baik sehingga kegiatan perusahaan
sesuai dengan yang direncakan. Ada beberapa fungsi pengawasan, yaitu :
1. Mengevaluasi (evaluating)
2. Menilai hasil kerja (appraising)
3. Mengoreksi (correcting)
Apa arti manajemen pengawasan ? manajemen pengawasan dapat didefinisikan
sebagai proses untuk menjamin atau memastikan bahwa tujuan – tujuan organisasi dan

14
manajemen dapat tercapai. Proses pengawasan ini dilakukan sejak awal proses
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personel, pengarahan dan pengendaian.

Tipe – tipe pengawasan


Pengawasan disesuaikan dengan proses kegiatannya. Ada 3 tipe dasar pengawasan, yaitu :
1. Pengawasan pendahuluan. Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan
dilaksanakan.
2. Pengawasan concurrent atau pengawasan yang melekat; biasanya untuk menentukan
‘ya-tidak’ atau ‘berhenti-terus’. Pengawasan ini dilakukan pada saat kegiatan
perusahaan sedang dilaksanakan.
3. Pengawasan feedback atau pengawasan umpan balik. Pengawasan ini dilakukan
setelah kegiatan telah selesai dilaksanakan dengan melihat umpan balik dan
mengukurnya.

2.4.7 Kunci jatuh bangunnya sebuah bisnis


Sudah pasti, jika perusahaan didirikan diata ‘tanah’ atau fonsasi yang lemah maka
akan mudah jatuh dan bila dibangun diatas fondasi yang kuat akan menjadikan bisnisnya
perlahan – lahan makin berkembang. Seorang wirausahawan harus berpikir strategis
dalam mengelola bisnisnya agar bisa tumbuh dengan baik. Kewirausahaan
(entrepreneurship) berintikan pada kekuatan manajemen strategi selain kreativitas dan
yang lainnya. Banyak wirausahawan yang belum memahami kunci jatuh bangunnya
sebuah bisnis khususnya di 3 tahun awal bisnisnya.
Konsep manajemen strategi apa yang harus diketahui dan dimengerti oleh
seorang wirausahawan ? berikut ini adalah kiat sukses dalam membangun sebuah bisnis
yang focus pada strategi menggunakan teori 7S dari McKinsey, yaitu :
I. Elemen perangkat keras (hardware)
1. Membangun sebuah bisnis harus diawali dengan fondasinya, yaitu berpikir strategis
untuk meminimalisir resiko dan mengantisipasi resiko yang mungkin terjadi.
2. Structure (struktur)
Bentuklah struktur organisasi yang teoat agar struktur bisnis yang dibentuk bisa
sejalan dengan visi dan misinya. Selain struktur organisasi ada beberapa hal yang perlu
diketahui oleh seorang wirausahawan dalam memulai bisnis, yaitu struktur biaya, struktur
harga, struktur modal, dan struktur gaji, dan lain – lain.

15
3. System (sitem)
System dibuat setelah struktur organisasi dibuat. Jelas, bahwa sebuah system itu
diibaratkan pagar pada sebuah organisasi. System adalah batasan – batasan bagi
karyawan dalam bekerja dan yang akan diizinkan oleh perusahaan. Contohnya adalah
system mutu, kebijakan mutu, prosedur kerja, instruksi kerja, tata tertib, peraturan
perusahaan, dan lain – lain.
II. Elemen perangkat lunak (software)
1. Staf (staff)
Setelah elemen perangkat keras (hardware) dilakukan seperti struktur organisasi,
maka perusahaan perlu mencari staf untuk mengisi bagian – bagian organisasi tersebut
lalu diseleksi, dan dilatih sehingga akan mendapatkan orang yang tepat dan cocok untuk
mengisi struktur organisasi yang telah dibentuk.
2. Keterampilan (skill)
Keterampilan merupakan factor penting dalam menunjang produktivitas kerja yang
berujung pada kinerja perusahaan.
3. Nilai bersama (share value)
Kebersamaan, kepercayaan, kepentingan, dan kenyamanan dalam bekerja menjadi
factor penting dari jatuh bangunnya sebuah bisnis karena akan berujung pada kepuasan
konsumen dan kepuasan internal perusahaan, yaitu :
- Kepuasan karyawan
Setelah memberikan kontribusi untuk perusahaan, karyawan akan mendapat imbalan
(reward) untuk meningkatkan kesejahteraannya.
- Kepuasan pendukung internal perusahaan
Bagian – bagian yang mendukung kinerja perusahaan sepeti pemasok, konsultan, bank
dan subbagian juga harus dipuaskan karena mereka juga yang membuat bisnis
perusahaan berjalan dengan baik.
- Kepuasan pendukung pemasaran
Bila jenis bisnisnya adalah distribusi, kepuasan penyalur harus diperhatikan.
4. Gaya (style)
Gaya kepemimpinan dari seorang wirausahawan dan penanggungjawab yang
ditunjuk oleh pemilik untuk mengelola bisnisnya sangat penting. Hal ini karena setiap
orang mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh
sebab itu, menentukan gaya kepemimpinan dalam sebuah organisasi perlu dibahas dan
digariskan dalam rencana bisni atau dilakukan pelatihan tentang kepemimpinan yang
efektif bagi seluruh staf dan direksi (Thomas J. Peter and Roberr H. Waterman Jr. In

16
Search of Excellence : Lesson From America’s Best Run Companies. Harper & Row
Publisher: 1992)

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki paling sedikit satu
tujuan umum yang sama dan menyediakan ruang bagi mereka untuk
mengaktualisasikan potensinya guna mewujudkan tujuan umum yang sama itu.
2. Manajemen adalah proses untuk mengelola sumber-sumber organisasi. Ada dua
pemegang kepentingan yang bisa mempengaruhi organisasi, baik secara langsung
maupun tidak secara langsung, yaitu kekuatan sstem internal dan lingkungan
eksternal.
3. ’manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasia, pengarahan, dan
pengawasan usaha – usaha para anggota organisasi dan penggunaan SDO lainnya agar
tercapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan’’ (James A. F. Stoner. Management.
New York; Prentice Hall International, Inc. Englewood Clift, 1982, p.8).
4. Pengorganisasian adalah proses manajerial yang berkelanjutan dnegan strategi yang
dapat berubah arah serta lingkungan organisasi yang selalu berubah.
5. Desain organisasi adalah proses pembuatan keputusan oleh seorang wirausahawan
yang menginginkan bisnisnya berjalan dengan baik.

18
DAFTAR PUSTAKA
-Hendro.2011.Dasar-Dasar Kewirausahaan : Panduan Bagi Mahasiswa Untuk
Mengenal, Memahami dan Memasuki Dunia Bisnis.Erlangga : Jakarta

19

You might also like