You are on page 1of 15

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN IUFD


DI VK BERSALIN IGD LT II RSUD DR.SOETOMO SURABAYA

FENIKA NIKMATUL RIZKI


P27820714026

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM DIPLOMA IV KEPERAWATAN SURABAYA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN IUFD

1. Definisi
Intra uterine fetal death (IUFD) menurut ICD 10 – International Statistical
Classification of Disease and Related Health Problems adalah kematian fetal atau janin
pada usia gestasional ≥ 22 minggu (Petersson, 2002). IUFD adalah janin yang mati dalam
rahim dengan berat 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih (Petersson, 2003; Winknjosastro, 2008).
Kematian janin diindikasikan oleh adanya fakta setelah terjadi ekspulsi atau
ekstraksi, janin tidak bernafas atau menunjukkan tanda-tanda lain dari kehidupan seperti
detak jantung, pulsasi umbilical cord, atau gerakan yang berarti dari otot-otot volunter.
Detak jantung tidak termasuk kontraksi transien dari jantung, respirasi tidak termasuk
pernafasan yang sangat cepat atau gasping. Pengertian ini kemudian diklasifikasikan
sebagai kematian awal (<20minggu kehamilan), pertengahan (20-27 minggu kehamilan)
dan lambat (>28minggu kehamilan).
IUFD (Intra Uterine Fetal Demise) merupakan kematian janin yang terjadi tanpa
sebab yang jelas, yang mengakibatkan kehamilan tidak sempurna (Uncomplicated
Pregnancy). Kematian janin terjadi kira-kira pada 1% kehamilan dan dianggap sebagai
kematian janin jika terjadi pada janin yang telah berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi
pada usia di bawah usia 20 minggu disebut abortus.

2. Etiologi
Pada 25-30% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat
disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
(Sarwono. 2009 dan Manuaba IBG. 2007)
1) FAKTOR MATERNAL (5-10%)
a. Post term (>42 minggu)/ Prolonged Pregnancy
Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga
fungsinya akan berkurang.Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan
ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat
terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi melalui USG
dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin.
Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara diinduksi. Itulah
perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan akhir kehamilan.
b. Diabetes Melitus tidak terkontrol
c. Sistemik Lupus Eritematosus
Antibodi antikardiolipin dan antikoagulan lupus dilaporkan menyebabkan
vaskulopati desidua, infark plasenta, hambatan pertumbuhan janin, abortus rekuren
dan kematian janin.
d. Infeksi
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi seperti bakteri maupun virus.
Bahkan demam tinggi pada ibu hamil (lebih dari 103º F) dapat menyebabkan janin
tidak tahan dengan tubuh ibunya.
e. Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang disebabkan
oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang disebabkan oleh spasme dan
kadang-kadang trombosis dari pembuluh darah ibu.
f. Preeklamsia/ Eklamsia
g. Hemoglobinopati
h. Umur ibu tua (>40tahun)
i. Penyakit Rhesus
Akan timbul masalah bila ibu memiliki Rh negatif, sementara ayah Rh positif,
sehingga janin akan mengikuti yang lebih dominan yaitu Rh positif, yang berakibat
antara ibu dan janin akan mengalami ketidakcocokan Rhesus. Ketidakcocokan ini
akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya dapat terjadi kondisi Hidrops
fetalis, yaitu suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin antaralain
berupa pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan yang berlebihan pada
rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin penumpukan cairan di rongga dada
atau rongga jantung, dan lain-lain. Akibat dari penimbunan cairan-cairan yang
berlebihan tersebut, tubuh janin akan membengkak yang dapat berakibat pula
darahnya bercampur dengan air. Jika kondisi demikian terjadi, biasanya janin tidak
akan tertolong lagi.
j. Ruptura Uteri
Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk perdarahan yang terjadi pada kehamilan
lanjut dan persalinan, selain plasenta previa, solusio plasenta, dan gangguan
pembekuan darah. Batasan perdarahan pada kehamilan lanjut berarti perdarahan pada
kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi dilahirkan, sedangkan perdarahan
pada persalinana dalah perdarahan intrapartum sebelum kelahiran.
k. Antifosfolopid Syndrom
l. Hipotensi akut
m. Kematian ibu

2) FAKTOR FETAL
Hingga 25-40% kasus lahir mati disebabkan oleh faktor janin
a. Hamil kembar
b. Kehamilan kongenital
Kelainan genetik bisa juga disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan genetik berat
(trisomi). Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi pada saat
kematian sudah terjadi, yaitu dari hasil otopsi janin. Hal ini disebabkan karena
pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan beresiko tinggi dan
memakan biaya banyak.
c. Infeksi
Sebagian besar didiagnosis sebagai “korioamnionitis”, ditandai dengan sebukan
leukosit mononuklear dan polimorfonuklear pada korion, dan sebagian lagi sebagai
“sepsis janin atau intrauterus”.
3) FAKTOR PLASENTAL (25-35%)
a. Kelainan tali pusat
b. Lepasnya plasenta/ Solusio plasenta
Terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya sebelum janin lahir menyebabkan
terjadinya perdarahan. Intensitasnya bervariasi bergantung pada seberapa cepat ibu
mendapat pertolongan. Apabila tertunda, kecenderungan pemisahan luas akan
meningkat pesat dan menyebabkan kematian janin.
c. Ketuban pecah dini
d. Vasaprevia
Untuk diagnosis pasti penyebab kematian janin sebaiknya dilakukan otopsi
janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara
komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis kromosom
dan kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab kematian janin.
Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi keselamatan keluarga, pada
kehamilan berikut perlu pengelolaan yang lebih ketat tentang kesejahteraan janin.
4) FAKTOR PREDISPOSISI
a. Status sosial ekonomi rendah.
b. Tingkat pendidikan ibu yang rendah.
c. Usia ibu >30 tahun atau <20 tahun.
d. Partias pertama dan partias kelima atau lebih.
e. Kehamilan tanpa pengawasan antenatal.
f. Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu yang inadekuat.
g. Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau obstetric.
(Mochtar R. 1998)

3. Patologi Anatomi
Janin yang meninggal intra uterin biasanya lahir dalam kondisi maserasi. Kulitnya
mengelupas dan terdapat bintik-bintik merah kecoklatan oleh karena absorbsi pigmen darah.
Seluruh tubuhnya lemah atau lunak dan tidak bertekstur. Tulang kranialnya sudah longgar dan
dapat digerakkan dengan sangat mudah satu dengn yang lainnya. Cairan amnion dan cairan
yang ada dalam rongga mengandung pigmen darah. Maserasi dapat terjadi cepat dan
meningkat dalam waktu 24 jam dari kematian janin. Dengan kata lain, patologi yang terjadi
pada IUFD dapat terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:
a. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2 ½ jam setelah mati, kemudian janin menjadi lemas sekali.
b. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh-lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih kemudian
menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah janin mati.
c. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat. Terjadi setelah 48
jam janin mati.
d. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah janin mati. Badan janin sangat lemas dan hubungan
antar tulang sangat longgar. Terdapat edema di bawah kulit.

4. Patofisiologi
Sesuai dengan etiologi dari kematian janin dalam rahim atau Intra Uterine Fetal
Death (IUFD), kematian janin disebabkan oleh tiga permasalahan pokok yaitu kausa dari
janin, kausa dari ibu, dan kausa dari plasenta (Cunningham, 2005). Penyebab dari janin bisa
berasal dari cacat genetik atau malformasi kongenital mayor, infeksi janin, gestasi multipel,
dan cacat lahir non kromosom (Silver, 2007). Dari penyebab maternal yang berakibat IUFD
antara lain faktor diabetes tidak terkontrol, hipertensi kehamilan hingga preeklampsia-
eklampsia, kematian ibu, infeksi ibu, SLE, autoantibodi, hemoglobinopati, ruptur uterina,
antifosfolipid, dan lainnya (Nybo-Andersen, 2004). Faktor-faktor kausa dari plasenta berupa
adanya ruptura plasenta prematur, vasa previa, insufisiensi plasenta, perdarahan
fetomaternal, trauma pada umbilikus, dan semacamnya (Korteweg, 2009 , Suparman, 2003).
Karena beberapa hal tersebut, pada kelainan placenta dan tali pusat bisa menyebaban
penurunan suplai makanan O2, sedangkan pada faktor ibu, adanya faktor malnutrisi, dan
kemungkinan dengan adanya infeksi dapat menyebabkan aliran darah terganggu /
insufisiensi placenta. Dan hal tersebut bisa menyebabkan terjadi nya nekrosis yang
menimbulkan adanya kematian janin, hasil konsepsi lepas dari uterus (pengakhiran
kehamilan) sehingga uterus dapat berkontraksi dan tidak ada pembukaan serviks bisa
menjadikan serviks dilatasi yang akan timbul perdarahan, sedangkan pada serviks yang tidak
dilatasi .akan dilakukan tindakan kurretage.

5. Tanda dan Gejala


Pada wanita yang diketahui mengalami kematian janin intra uterine (IUFD), pada
beberpa hari berikutnya mengalami penurunan ukuran payudara. Tanda-tanda lain yang juga
dapat ditemukan adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada gerakan janin. Pada umumnya, ibu merasakan gerakan janin pertama pada usia
kehamilan 18 minggu (pada multipara) atau 20 minggu (pada primipara). Gerakan janin
normalnya minimal 10 kali sehari.
2) Gerakan janin yang sangat hebat atau sebaliknya, gerakan janin yng semakin pelan atau
melemah.
3) Ukuran abdomen menjadi lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pada saat kehamilan
normal dan tinggi fundus uteri menurun atau kehamilan yang tidak kunjung besar,
dicurigai bila pertumbuhan kehamilan tidak sesuai bulan.
4) Bunyi jantung anak tidak terdengar
5) Palpasi janin menjadi tidak jelas
6) Pergerakan janin tidak teraba oleh tangan pemeriksa
7) Pada foto roentgen dapat terlihat:
a. Tulang-tulang cranial saling menutupi (tanda spalding)
b. Tulang punggung janin sangat melengkung (tanda naujokes)
c. Ada gelembung-gelembung gas pada badan janin

6. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
a) Penurunan atau terhentinya peningkatan bobot berat badan ibu.
b) Terhentinya perubahan payudara.
b. Palpasi
a) Tinggi fundus uteri lebih rendah atau lebih kecil dari usia kehamilan.
b) Tidak teraba gerakan-gerakan janin.
c) Dengan palpasi yang teliti dapat teraba krepitasi pada tulang kepala janin.
c. Auskultasi
a) Baik dengan stetoskop monoral maupun doppler tidak terdengar denyut jantung
janin.
2) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
a) Reaksi biologis negatif setelah 10 hari janin mati.
b) Hipofibrinogenemia (defisiensi fibrinogen <100mg%) setelah 4-5 minggu janin mati.
b. Pemeriksaan Radiologi
a) USG
- Gerakan janin tidak ada.
- Denyut jantung janin tidak ada.
- Tampak bekuan darah pada ruang jantung janin.
b) X-Ray
- Spalding Sign (+) : tulang-tulang tengkorak janin saling tumpang tindih, pencairan
otak dapat menyebabkan overlapping tulang tengkorak.
- Nanjouk’s Sign (+) : tulang punggung janin sangat melengkung/ hiperfleksi.
- Robert’s Sign (+) : tampak gelembung-gelembung gas pada pembuluh darah besar.
Tanda ini ada pada kematian janin di bawah 12 jam.
- Adanya akumulasi gas dalam jantung janin dan pembuluh darah besarnya.
7. Penatalaksanaan
Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkkan, penderita segera diberi informasi.
Diskusikan kemungkinan penyebab serta rencana penatalaksanaannya. Rekomendasikan
untuk segera diintervensi.
Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu, kadar fibrinogen akan menurun dengan
kecenderungan koagulopati. Masalah menjadi rumit bila kematian janin terjadi pada salah
satu janin kembar (Norwitz, 2008).
1) Penanganan Umum
Berikut hal-hal yang perlu dilakukan sesaat setelah diagnosis kematian janin telah
ditegakkan;
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital ibu.
b. Pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan dan gula darah.
c. KIE kepada ibu dan keluarga tentang kemungkinan penyebab kematian janin.
d. Rencana tindakan untuk terminasi kehamilan, utamakan pervaginam.
e. Dukungan mental emosional kepada ibu dan keluarga.
2) Penanganan Khusus
a. Jika pemeriksaan radiologik tersedia, konfirmasi kematian janin setelah 5 hari.
b. USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik untuk memastikan kematian
janin dimana gambarannya menunjukkan janin tanpa tanda-tanda kehidupan.
c. Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya psien selalu
didampingi oleh orang terdekatnya.
d. Pilihan cara persalinan dapat secara aktif dengan induksi maupun espektatif, perlu
dibicarakan dengan pasien dan keluarganya sebelum keputusan diambil.
e. Bila pilihan penanganan adalah espektatif;
a) Tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu.
b) Yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.
f. Jika trombosit dalam 2 minggu menurun tanpa persalinan spontan, lakukan
penanganan aktif.
g. Jika penanganan aktif akan dilakukan, nilai serviks dengan skor bishop.
a) Jika serviks matang, lakukan induksi persalinan dengan oksitosin atau
prostaglandin.
Cat : Hati-hati pada induksi dengan uterus pasca seksio sesarea maupun
miomektomi, bahaya ruptur uteri.
b) Jika serviks belum matang, lekukan pematangan serviks dengan prostaglandin
atau kateter foley.
Cat : Jangan lakukan amniotomi karena beresiko infeksi.
c) Persalinan dengan seksio sesarea merupakan alternatif terakhir.
h. Jika persalinan spontan tidak terjadi dalam 2 minggu, trombosit menurun dan serviks
belum matang, matangkan serviks dengan misoprostol.
a) Tempatkan misoprostol 25 mcg di puncak vagina. Dapat diulangi setelah 6 jam.
b) Jika tidak terjadi respon setelah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis menjadi 50
mcg setiap 6 jam.
c) Pada kematian janin 24-48 minggu dapat digunakan misoprostol 50-100 mcg tiap
4-6 jam dan induksi oksitosin. Pada kehamilan diatas 28 minggu dosis misoprostol
25 mcg pervaginam tiap 6 jam.
i. Jika ada tanda infeksi, berikan antibiotika untuk metritis.
j. Jika tes pembekuan darah sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati.
k. Setelah bayi lahir, beri kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan berbagai kegiatan ritual keagamaan merawat mayat janin yang meninggal
tersebut.
l. Pemeriksaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi plasenta
dan infeksi.
(Sarwono, 2009)

8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan IUFD dapat terjadi bila janin
yang sudah meninggal tidak segera dilahirkan lebih dari 2 minggu. Akan tetapi, kasus janin
yang meninggal dan tetap berada di rahim ibu lebih dari 2 minggu sangat jarang terjadi. Hal
ini dikarenakan biasanya tubuh ibu sendiri akan melakukan penolakan bila janin mati,
sehingga timbullah proses persalinan. Adapun komplikasi yang mungkin terjadi adalah
sebagai berikut:
b) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), yaitu adanya perubahan pada proses
pembekuan darah yang dapat menyebabkan perdarahan atau internal bleeding.
c) Infeksi
d) Koagulopati maternal dapat terjadi walaupun ini jarang terjadi sebelum 4-6 minggu
setelah kematian janin.
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN IUFD

A. Data Subjektif
1) Identitas
1. Nama ibu / suami
2. Umur ibu / suami :
Usia ibu >35 thn merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.
4. Pekerjaan
Dimana status sosial ekonomi rendah menjadi faktor predisposisi terjadinya IUFD.
5. Alamat
2) Keluhan
Pada ibu dengan IUFD umumnya memiliki keluhan utama tidak merasakan gerakan janin
selama beberapa waktu dan perut yang tidak kunjung membesar atau malah mengecil.
3) Riwayat Menstruasi
Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami penuaan sehingga fungsinya
akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi dan oksigen. Cairan ketuban
bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau, akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke
dalam paru-paru janin dan menyebabkan kematian janin.
a) Siklus : normalnya 28/35 hari.
b) Lama : normalnya 5 – 7 hari.
c) Teratur/tidak
d) Banyaknya : normalnya 2 – 3 pembalut/hari
e) Dismenorrhoea : normalnya sebelum/ saat/ setelah haid.
f) HPHT : menentukan tafsiran persalinan dan usia kehamilan (sebagai
patokan apakah klien melahirkan at term atau tidak. Bila hari pertama haid terakhir
diketahui maka dapat memperhitungkan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
dengan rumus Nagel (hari + 7, bulan – 3, tahun + 1)
4) Riwayat Obstetri Lalu
Mengetahui berapa kali klien melahirkan dan mengalami abortus, jika sudah pernah
melahirkan, usia anak terkecil ditanyakan untuk mengetahui jarak kelahiran. Paritas
pertama dan kelima atau lebih merupakan faktor predisposisi terjadinya IUFD.
5) Riwayat Kehamilan Sekarang
Mengetahui apa semasa hamil klien melakukan kontrol kehamilan (ANC) yang baik
atau tidak, sebab kehamilan tanpa pengawasan antenatal menjadi faktor predisposisi
terjadinya IUFD.Pada ibu dengan IUFD, perlu dikaji lebih mendalam tentang gerakan
janin. Mulai dari kapan gerakan terakhir, pola gerakan, lokasi gerakan dirasakan paling
banyak, bagaimana sensasi yang ditimbulkan saat janin bergerak, dan hal penting
lainnya.
6) Rwayat Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pada kasus IUFD, ini sangat berpengaruh pada penerimaan ibu dan keluarga atas
kematian janin
7) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Klien
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit yang pernah dan sedang dialami klien yang
berpotensi menjadi penyebab IUFD.
a) Jantung
Penyakit jantung menyebabkan ketidakmampuan jantung untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan O2 untuk tumbuh kembang janin. Terjadi relatif-absolut
gangguan pertukaran O2-CO2 paru (hipertensi-edema paru) yang dapat
menyebabkan terjadinya kematian janin.
b) Hipertensi
Hipertensi dapat menyebabkan kekurangan O2 pada janin yang disebabkan
oleh berkurangnya suplai darah dari ibu ke plasenta yang disebabkan oleh spasme
dan kadang-kadang trombosis dari pembuluh darah ibu.
c) Ginjal
Ditandai dengan fatigue, gagal tumbuh, pucat, lidah kering, hipertensi, proteinun,
nokturia.
d) Hepatitis
Hepatitis dapat terjadi pada setiap kehamilan dan mempunyai pengaruh buruk bagi
janin dan ibu.
e) Asma / TBC
Dampak terhadap kehamilan adalah kekurangan O2 (PO2 < 59 mmHg) sehingga
dapat menyebabkan kematian janin
e. Diabetes
Tanda dan gejala diabetes yang mudah dikenali adalah “3P” yaitu polydipsia,
polyphagia dan polyuria. Pada IUFD, DM merupakan salah satu etiologinya dimana
terjadi kerusakan pembuluh darah, viskositas darah meningkat, aterosklerosisi
sekunder dan kerusakan organ lainnya.
8) Riwayat Kesehatan dan Penyakit Keluarga
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit dalam keluarga yang berpotensi menurun atau
menular kepada ibu dan bayi, meliputi penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes
mellitus, hepatitis, TBC, kelainan darah, maupun gemelli.
9) Riwayat Psikososial dan Budaya
Kawin berapa kali, pada umur th, apakah kehamilan direncanakan/tidak, apakah
keluarga mendukung kehamilan ini, respon keluarga pada kehamilan ini
10) Data Fungsi Kesehatan
a) Nutrisi
Mengkaji terakhir makan dan minum
Informasi ini untuk memperkirakan besarnya intake ibu menjelang masuk Rumah
Sakit sebagai cadangan energi ibu untuk proses perawatan yang akan diterimanya.
b) Eliminasi
Meliputi waktu terakhir ibu BAB dan BAK.
c) Istirahat tidur
Ibu terakhir tidur pada pukul berapa dan berapa lama (untuk menentukan status
istirahat terakhir ibu yang juga merupakan cadangan energi sebelum menjalani
perawatan). Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu.
d) Aktivitas
Aktivitas terakhir apa dan jam berapa, yang dilakukan ibu sebelum mendapati
masuk rumah sakit.
e) Aktivitas Seksual
Kapan terakhir kali ibu melakukan hubungan seksual.
f) Personal hygiene
Kapan ibu terakhir mandi, ganti pakaian dan celana dalam.
g) Pola Kebiasaan

B. Data Objektif
Data ini diperoleh melalui pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi, maupun pemeriksaan penunjang.
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum: Baik/ jelek
b. Kesadaran
c. Tanda-Tanda Vital:
Tekanan Darah : tekanan darah pada pasien bisanya hasilnya normal
Nadi : Normalnya antara 80-110 x/mnt
RR : Terkadang mengalami peningkatan
Suhu : mengalami peningkatan yang menandakan danya infeksi
d. Pemeriksaan Fisik (data fokus)
a) Muka/ Wajah
edema/tidak, tidak ikterus, conjungtiva merah muda/pucat, sklera putih/tidak.
b) Mulut
Bibir tidak pucat.
c) Payudara
Normal, dan simetris
d) Abdomen/ uterus
Kebersihan : bersih
Pemeriksaan Leopold, dilakukan dengan palpasi, meliputi palpasi Leopold I-IV
dengan penjelasan sebagai berikut:
Leopold I : Pada IUFD fundus uteri teraba lebih kecil dari usia
kehamilan yang seharusnya.
Leopold II : Pada IUFD, utamanya dengan kematian diatas 4 minggu, bagian
janin akan sulit teraba karena badan janin telah menjadi sangat
lemas, tulang-tulang janin saling tumpang tindih dan hubungan
antar tulang telah sangat rapuh.
Leopold III: Pada kematian janin yang lama akan sulit menilai bagian terendah
janin, umumnya teraba ballotement.
Leopold IV : Pada kematian janin yang lama akan sulit menilai sejauh
mana bagian terendah janin masuk pintu atas panggul.
Pemeriksaan Denyut Jantung Janin (DJJ)
DJJ harus diantara 110-160 x/menit.. Pada IUFD tidak terdengar denyut jantung
janin.
e) Ekstremitas Atas/ Bawah
- Oedema : -/-
Oedema tungkai terjadi akibat sirkulasi vena terganggu akibat terkena uterus
yang membesar pada vena-vena panggul.
- Varices :
Varices merupakan pembesaran dan pelebaran pembuluh darah yang sering
dijumpai pada ibu hamil di sekitar vulva, vagina, paha, tungkai bawah.
- Refleks patella : +/+
Normal jika tungkai bawah akan bergerak sedikit ketika tendon diketuk. Bila
refleks patella negatif, kemungkinan pasien kekurangan vitamin B1.
f) Genetalia
- Vulva dan Vagina
Pada wanita hamil sering mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak.
Keadaan ini dalam batas normal (tidak berwarna, tidak berbau, tidak gatal).
- Anus : tidak ada hemorrhoid

C. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan adanya kontraksi uterus
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan nyeri
c. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang yang dicintai
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif,tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.

D. Intervensi Keperawatan
NO Perencanaan
Diagnosa Keperawatan Rasional
NOC NIC
1. Gangguan nyaman nyeriNIC: NOC:
berhubungan dengan : Pain Level, pain control,1. Lakukan pengkajianDengan
Kontraksi uterus comfort level nyeri secaramelakukan pain
Setelah dilakukan tindakan komprehensif manajemen bisa
keperawatan selama …. termasuk lokasi,didapatkan data
Pasien tidak mengalami karakteristik, durasi,
untuk tindakan
nyeri, dengan frekuensi, kualitas dan
yang tepat
Kriteria Hasil: faktor presipitasi
a. Mampu mengontrol nyeri2. Observasi reaksidilakukan
(tahu penyebab nyeri, nonverbal dari
mampu menggunakan ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi3. Bantu pasien dan
untuk mengurangi nyeri, keluarga untuk
mencari bantuan) mencari dan
b. Melaporkan bahwa nyeri menemukan dukungan
berkurang dengan4. Kontrol lingkungan
menggunakan manajemen yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri
c. Mampu mengenali nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, pencahayaan dan
frekuensi dan tanda nyeri) kebisingan
d. Menyatakan rasa nyaman5. Ajarkan tentang teknik
setelah nyeri berkurang non farmakologi:
e. Tanda vital dalam rentang napas dala, relaksasi,
normal distraksi, kompres
f. Tidak mengalami hangat/ dingin
gangguan tidur 6. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
7. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Intoleransi aktivitas NOC : NIC : Melakukan
Berhubungan dengan : Self Care : ADLs 1. Observasi adanyapeencanaan
Tirah Baring atau Toleransi aktivitas pembatasan klienuntuk
imobilisasi Konservasi eneergi dalam melakukanintoleransi
Kelemahan menyeluruh Setelah dilakukan tindakan aktivitas aktifitas dapat
Ketidakseimbangan antarakeperawatan selama ….2. Kaji adanya faktor
menjadi acuan
suplei oksigen denganPasien bertoleransi terhadap yang menyebabkan
untuk tindakan
kebutuhan gaya hidup yangaktivitas dengan kelelahan
dipertahankan. Kriteria Hasil : 3. Monitor responyang akan
a. Berpartisipasi dalam kardivaskuler dilakukan
aktivitas fisik tanpa terhadap aktivitas
disertai peningkatan (takikardi, disritmia,
tekanan darah, nadi dan sesak nafas,
RR diaporesis, pucat,
b. Mampu melakukan perubahan
aktivitas sehari hari hemodinamik)
(ADLs) secara mandiri 4. Monitor pola tidur
c. Keseimbangan aktivitas dan lamanya
dan istirahat tidur/istirahat pasien
5.
Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
progran terapi yang
tepat.
6. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
3. Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis Koping (penurunan kecemasan)
situasional, Stress,Setelah dilakukan asuhan1. Gunakan pendekatan
perubahan status kesehatan,selama ……………klien yang menenangkan
ancaman kematian,kecemasan teratasi dgn2. Jelaskan semua
perubahan konsep diri,Kriteria Hasil: prosedur dan apa yang
kurang pengetahuan dana. Klien mampu dirasakan selama
hospitalisasi mengidentifikasi dan prosedur
mengungkapkan gejala3. Temani pasien untuk
cemas memberikan
b. Mengidentifikasi, keamanan dan
mengungkapkan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik4. Libatkan keluarga
untuk mengontol cemas untuk mendampingi
c. Vital sign dalam batas klien
normal 5. Instruksikan pada
d. Postur tubuh, ekspresi pasien untuk
wajah, bahasa tubuh dan menggunakan tehnik
tingkat aktivitas relaksasi
menunjukkan 6. Dorong pasien untuk
berkurangnya kecemasan mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
4. Kurang Pengetahuan NIC: NOC:
Berhubungan dengan : Kowlwdge : disease process 1. Kaji tingkat
keterbatasan kognitif, tidak Kowledge : health Behavior pengetahuan pasien
mengetahui sumber-sumberSetelah dilakukan tindakan dan keluarga
informasi. keperawatan selama ….2. Gambarkan proses
pasien menunjukkan penyakit, dengan cara
pengetahuan tentang proses yang tepat
penyakit dengan 3. Identifikasi
Kriteria Hasil: kemungkinan
a. Pasien dan keluarga penyebab, dengan cara
menyatakan pemahaman yang tepat
tentang penyakit, kondisi,4. Diskusikan pilihan
prognosis dan program terapi atau penanganan
pengobatan 5. Dukung pasien untuk
b. Pasien dan keluarga mengeksplorasi atau
mampu melaksanakan mendapatkan second
prosedur yang dijelaskan opinion dengan cara
secara benar yang tepat atau
c. Pasien dan keluarga diindikasikan
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya

DAFTAR PUSTAKA

Achdiat, C.M.2004. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:EGC


Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Cunningham, F.G., etc. 2005. Kematian Janin. Obstetri Williams vol. 2, edisi 21. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 1200-20.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC, Jakarta.

Marilynn E. Doenges, Mary Prances Moorhouse, Alice C. Beissler, 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan,Jakarta: EGC.

You might also like