You are on page 1of 10

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIA TENTANG

OSTEOPOROSIS DI RW 02 DESA GALANGGANG KECAMATAN


BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT

Ni Made Ayu Damayanti

Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi


Kesehatan Santo Borromeus Padalarang

ABSTRAK

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang. Penyakit ini dijuluki sebagai Silent
Epidemic Disease, karena menyerang secara diam–diam, tanpa adanya tanda–tanda khusus sampai pasien
patah tulang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pria tentang
Osteoporosis di RW 02 Desa Galanggang Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif,
desain deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan
kuesioner pengetahuan osteoporosis berjumlah 25 pertanyaan. Pengambilan sampel menggunakan teknik
Stratified random sampling didapat 141 responden. Hasil pengetahuan tentang pengertian osteoporosis
masuk dalam kategori baik (46.1%), penyebab osteoporosis masuk kurang (44.7%), tanda dan gejala
Osteoporosis kategori berpengetahuan baik (41.2%), pencegahan osteoporosis kategori berpengetahuan
cukup (41.1%), pengetahuan dalam penyakit Osteoporosis masuk dalam kategori kurang (51.1 %). Saran
kepada puskesmas di RW 02 iharapkan kepada pihak puskesmas, memberikan pemahaman kepada
masyarakat melalui penyuluhan tentang osteoporosis khususnya tentang penyebab dan pencegahan guna
meningkatkan pengatahuan warga.

A. PENDAHULUAN tubuh dan tempat untuk melekatkan otot-

Perkembangan globalisasi yang otot untuk menggerakan rangka tubuh.

semakin berkembang menuntut manusia Tanpa tulang, manusia bagaikan seonggok

untuk melakukan banyak aktivitas. daging yang terkulai lemas, tidak dapat

Kehidupan sehari-hari yang semakin padat berdiri, berjalan, ataupun mengangkat dan

dengan aktifitas manusia untuk mengejar memindahkan barang (Purwoastuti, 2009)

perkembangan jaman, tidak akan lepas dari Osteoporosis yang lebih dikenal

fungsi normal muskuloskeletal terutama dengan pengeroposan tulang menurut

tulang yang akan menjadi alat gerak utama WHO (World Health Organization) adalah

bagi manusia. Tulang membentuk rangka penyakit skeletal sistemik dengan

untuk menunjang dan melindungi bagian karakteristik massa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur dari jaringan punggung (Almstedt et al, 2011). Fraktur
tulang dengan akibat meningkatnya yang disebabkan oleh osteoporosis
fragilitas tulang dan meningkatnya membutuhkan biaya pengobatan yang
kerentanan terhadap patah tulang. mahal dan waktu perawatan yang lama.
(Lukman dan Ningsih, 2009). Sebanyak 227.850 fraktur osteoporosis
Penyakit ini dijuluki sebagai Silent terjadi di Indonesia pada tahun 2000 dan
Epidemic Disease, karena menyerang memerlukan biaya pengobatan sebesar 2.7
secara diam–diam, tanpa adanya tanda– milyar. Perkiraan pada tahun 2020 akan
tanda khusus sampai pasien patah tulang. terjadi 426.300 fraktur osteoporosis
Mengutip dari Kemenkes RI (2015) yang dengan jumlah biaya pengobatan yang
menunjukkan sekitar 200 juta orang dibutuhkan sebesar 3.8 milyar. Fraktur
menderita. juga menimbulkan efek sekunder seperti
Data yang diambil dari Kementrian kecacatan, kematian, dan isolasi sosial.
Kesehatan Republik Indonesia (2008), Alexander dan Knight (2010)
menyatakan bahwa angka prevalensi mengemukakan bahwa hingga 20 % orang
osteopenia (osteoporosis dini) sebesar 41% yang p/ atah tulang panggul akan
dan prevalensi osteoporosis sebesar 10.3 meninggal dalam jangka waktu satu tahun
%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia dan dari keseluruhan penderita yang
memiliki resiko untuk terkena berhasil bertahan, 50 % orang tidak bisa
osteoporosis, dimana 41.2% dari menjalani kehidupan sehari-hari secara
keseluruhan sampel yang berusia kurang mandiri sehingga menimbulkan depresi
dari 55 tahun terdeteksi menderita dan isolasi terhadap orang lain di
osteopenia. Prevalensi osteopenia dan sekitarnya. Sedangkan pada pria, risikonya
osteoporosis usia <55 tahun pada pria berada pada angka 13 %. Pada tahun 2050,
cenderung lebih tinggi dibandingkan diperkirakan angka patah tulang pinggul
wanita dan pada 16 wilayah di indonesia akan meningkat dua kali lipat pada wanita
termasuk Jawa Barat mencatat prevalensi dan tiga kali lipat pada pria (Kemenkes RI,
osteoporosis 10.3% (Kemenkes RI, 2008). 2015).
Osteoporosis dilaporkan telah Studi Pendahuluan dilakukan pada
menyebabkan 1.5 milyar fraktur setiap tanggal 10 Desember 2017 dengan
tahunnya, 700.000 terjadi pada tulang wawancara pada 10 warga di RW 02 Desa
Galanggang Kecamatan Batujajar Barat. Waktu penelitian dilakukan pada
Kabupaten Bandung Barat di dapat bahwa tanggal 27 Desember 2017- 25 Februari
7 dari 10 mengatakan tidak mengetahuai 2018. Populasi pada penelitian ini adalah
tentang apa penyakit osteoporosis, pria usia 30-55 tahun yang terdapat di RW
penyebab, tanda gejala dan pencegahan 02 Desa Galanggang Kecamatan Batujajar
osteoporosis. 3 dari 10 mengatakan Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah
mengetahui penyakit osteoporosis karena 217 orang. Teknik Pengambilan sampel
ada anggota keluarga yang terkena, tetapi untuk penelitian probability sampling yaitu
belum mengetahui pasti penyebab atau Stratified random sampling. Jumlah sampel
factor resiko osteoporosis seperti kurang untuk penelitian ini sebanyak 141 orang.
olah raga, kurang vitamin D, kurangnya Instrumen yang digunakan untuk penelitian
asupan kalsium. Dan hanya mengatakan ini kuesioner sebanyak 25 pertanyaan.
tanda gejala yang diketahui nyeri di bagian
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
kaki dan punggung. Ketua RW 02
Hasil
mengatakan belum pernah adanya
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas Responden Berdasarkan Usia
kesehatan mengenai penyakit-penyakit Usia Frekuensi (n) Persentase
(%)
osteoporosis.
Data-data dan hasil studi Dewasa awal 26-35 tahun 23 16.3
Dewasa akhir 36-45 tahun 66 46.8
pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk Lansia awal 46-55tahun 52 36.9
Sumber : Depkes RI
melakukan penelitian yang berjudul
Total 141 100
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa kurang dari
Pria Tentang Osteoporosis di RW 02 Desa setengahnya responden (46.8%) berusia 36-
Galanggang Kecamatan Batujajar 45 tahun dan dikategorikan masa dewasa
Kabupaten Bandung Barat ” akhir

B. METODE PENELITIAN Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik


Responden Berdasarkan Pendidikan
Penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian deskriptif kuantitatif dengan Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

pendekatan cross sectional. Penelitian SD 23 16.3


SMP 29 20.6
dilakukan di RW 02 Desa Galanggang SMA 73 51.7
Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung D3 10 7.1
S1 6 4.3 23.4

Total 141 100 Total 141 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa lebih dari Tabel 4.5 menunjukkan kurang dari
setengahnya responden (51.7%) adalah setengahnya responden berpengetahuan baik
berpendidikan SMA sebanyak 65 orang (46.1%) mengenai
pengertian osteoporosis
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik
Responden Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Tentang penyebab Osteoporosis
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase
Penyebab Frekuensi (n) Persentase
(%) (%)

Buruh 52 36.9 Baik 24 17.0


Pegawai Swasta 41 29.1 Cukup 54 38.3
Kurang 63 44.7
TNI 7 5.0
Wiraswasta 32 22.7 Total 141 100

PNS 4 2.8 Tabel 4.6 menunjukkan kurang dari setengah


Tidak Bekerja 5 3.5
responden berpengetahuan kurang sebanyak
Total 141 100 63 orang (44.7%) mengenai penyebab

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kurang dari osteoporosis.


setengahnya responden (36.9%) bekerja Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Tentang tanda gejala Osteoporosis
sebagai Buruh.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Tanda dan Frekuensi (n) Persentase
Berdasarkan Riwayat Osteoporosis
Gejala (%)
Riwayat osteoporosis Frekuensi(n) Persentase
(%) Baik 58 41.2
Cukup 47 33.3
Ya 0 0
Kurang 36 25.5
Tidak 141 100
Total 141 100
Total 141 100
Tabel 4.7 menunjukkan kurang dari
Tabel 4.4 menunjukkan seluruh responden
setengahnya responden berpengetahuan baik
(100%) tidak pernah mengalami osteoporosis. sebanyak 58 orang (41.2 %) menganai tanda
dan gejala osteoporosis
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Tentang Pengertian Osteoporosis Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden Pencegahan Osteoporosis
Pengertian Frekuensi Persentase (%)
(n) Pencegahan Frekuensi Persentase
Baik 65 46.1 (n) (%)
Cukup 43 30.5
Kurang 33
Baik 55 39.0 penelitian tersebut sebagian besar responden
Cukup 28 19.9
Kurang 58 41.1 memiliki pendidikan formal yang cukup baik,

Total 141 100


hal tersebut di tunjukkan presentase terbanyak
responden berpendidikan SMA sebanyak
Tabel 4.8 menunjukkan kurang dari
setengahnya responden berpengetahuan (33%).
kurang sebanyak 58 orang (41.1%) mengenai
pencegahan osteoporosis. Pada penelitian ini dapatkan
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan responden memiliki 51.8% pendidikan SMA.
Responden Pengetahuan tentang Osteoporosis
Penelitian Dewi (2012) dengan hasil
Gambaran Frekuensi (n) Persentase
mengatakan Semakin tinggi pendidikan
Pengetahuan (%)
formal seseorang pada umumnya akan
Baik 41 29.0
Cukup 71 51.1 mempunyai tingkat pengetahuan yang luas
Kurang 28 19.9
sehingga wawasan dan informasi yang
Total 141 100
dimiliki akan lebih banyak dibandingkan
Tabel 4.9 menunjukkan lebih dari dengan yang berpendidikan lebih rendah.
setengahnya responden berpengetahuan
cukup (51.1 %) mengenai pengetahuan Pendidikan merupakan media untuk
osteoporosis.
menambah wawasan dan kemampuan
penyerapan pengetahuan. Secara umum
Pendidikan berbanding lurus dengan

PEMBAHASAN pengetahuan. Notoatmojo (2010) Pendidikan


berarti bimbingan yang diberikan seseorang
Definisi Osteoporosis
terhadap perkembangan orang lain menuju
Penelitian menunjukkan bahwa kearah cita-cita tertentu yang menentukan
pengetahuan tentang pengertian osteoporosis, manusia untuk berbuat dan mengisi
kurang dari setengahnya responden kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
berpengetahuan baik sebanyak 65 orang kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
(46.1%). Hal ini senada dengan hasil mendapat informasi misalnya hal-hal yang
penelitian Yuliana (2015) dengan hasil menunjang kesehatan sehingga dapat
mengenai definisi osteoporosis menyebutkan meaningkatkan kualitas hidup.
bahwa sebagian besar (51%) responden
Penyebab Osteoporosis
memiliki tingkat pengetahuan baik. Pada
Penelitian menunjukkan pengetahuan setengahnya responden 46.8 % berusia 36-45
penyebab osteoporosis, lebih dari tahun yang dikategorikan dewasa akhir.
setengahnya responden berpengetahuan
Notoadmojo (2010) mengatakan usia
kurang sebanyak 63 orang (44.7%).
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
Penelitian diatas dapat dikaitkan seseorang. Semakin bertambah usia akan
dengan riwayat osteoporosis yakni semakin berkembang pula daya tangkap dan
menunjukkan seluruh responden (100%) yang pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
tidak mengalami osteoporosis. Penelitian diperolehnya semakin membaik. Pada usia
Mulyana (2015) menyampaikan bahwa madya, individu akan lebih berperan aktif
pengalaman pribadi pun dapat dijadikan dalam masyarakat dan kehidupan sosial, serta
sebagai upaya untuk memperoleh lebih banyak melakukan persiapan demi
pengetahuan. Notoadmojo (2010) suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju
mengatakan Pengalaman sebagai sumber usia tua. Selain itu, orang usia madya lebih
pengetahuan adalah suatu cara untuk banyak menggunakan waktu untuk membaca.
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan
Pencegahan Osteoporosis
cara mengulang kembali pengetahuan yang
diperoleh dalam memecahkan masalah yang Penelitian ini menunjukkan bahwa
di hadapi masa lalu. Pengalaman akan pengetahuan tentang pencegahan
memberikan pengetahuan dan keterampilan osteoporosis, kurang dari setengahnya
profesional, serta dapat mengembangkan responden berpengetahuan kurang sebanyak
kemampuan mengambil keputusan yang 58 orang (41.1%). Pada penelitian lain
merupakan manifestasi dari keterpaduan Yuliana (2015) menunjukkan bahwa
menalar secara ilmiah. pengetahuan terhadap pencegahan
osteoporosis dikategorikan kurang (41.6%).
Tanda dan Gejala Osteoporosis
Hasil wawancara di RW 02
Penelitian ini menunjukkan bahwa
mengatakan tidak pernah dilakukan
pengetahuan tentang tanda dan gejala
penyuluhan tentang osteoporosis.
osteoporosis kurang dari setengahnya
Notoadmojo (2012) adalah segala upaya yang
responden berpengetahuan baik sebanyak 58
direncanakan untuk mempengaruhi orang
(41.2%). Hal ini didukung dengan
lain, baik individu, keluarga, kelompok atau
karakteristik responden usia kurang dari
masyarakat , sehingga mereka mengadopsi tingkat pengetahuan rendah. Dikarenkan
perilaku kesehatan. Dalam UUD No 23 tahun penghasilan responden di bawah UMR.
1992 disebutkan bahwa penyuluhan
Hasil Pengetahuan dapat dikaitakan
kesehatan masyarakat diselenggarakan guna
pekerjaan seseorang dari hasil penelitian ini
meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
didapat kurang dari setegahnya (36.9%)
kemauan dan kemampuan masyarakat untuk
bekerja sebagai buruh. Sedangakan ada juga
hidup sehat dan aktif berperan serta dalam
karakteristik pekerjaan responden yakni
upaya kesehatan.
wirasuasta sebesar 29.1 %, Pegawai swasta
Penelitian Kusumawardani (2012) sebesar 22.7%. Penelitian Dewi (2012)
didapat hasil penelitian bahwa pada kelompok mengatakan Pekerjaan seseorang secara tidak
yang mendapat penyuluh kesehatan, terjadi langsung berpengaruh pada tingkat
peningkatan pengetahuan yang ditunjukkan pengetahuan karena pekerjaan berhubungan
dengan perubahan skor yang semakin dengan faktor interaksi sosial dan kebudayaan
meningkat. serta ekonomi, sedangkan factor interaksi
sosial dan kebudayaan berhubungan erat
Gambaran pengetahuan pria tentang
dengan pertukaran informasi sehingga hal ini
Osteoporosis
akan berpengaruh pada tingkat pengetahuan
Peneliti mendapatkan hasil dari seseorang. Status sosial ekonomi juga akan
penelitian dengan jumlah responden sebanyak menentukan tersedianya suatu fasilitas yang
141 orang dan menjawab 25 pertanyaan yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
dilakukan di RW 02 Desa Galanggang status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung pengetahuan seseorang.
Barat. Menunjukkan hasil kurang dari
Selain itu, spenelitian Pertiwi (2015)
setengahnya responden berpengetahuan
Mengemukakan tenaga kerja informal
cukup 51.1 %.
didominasi oleh Pendidikan rendah
Penelitian Damayanti (2012) sedangkan tenaga kerja formal didominasi
mengenai gambaran tingkat pengetahuan berpendidikan tinggi. Hal ini menyebabkan
osteoporosis pada pegawai administrasi di rata-rata pendapatan tenaga kerja informal
universitas Indonesia menunjukkan bahwa lebih rendah dibanding dengan tenaga kerja
sebanyak 48 responden (43,6%) memiliki formal. Wawan dan Dewi (2010) mengatakan
factor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu Diharapkan kepada pihak puskesmas,
Pekerjaan merupakan suatu upaya dalam memberikan pemahaman kepada
membentuk mencari penhasilan untuk masyarakat melalui penyuluhan
memenuhi suatu kebutuhan dan menunjang tentang osteoporosis khususnya
kehidupan . tentang penyebab dan pencegahan
guna meningkatkan pengatahuan
Muthmainnah (2010) dengan judul
warga.
Faktor- faktor yang berhubungan dengan
b. Untuk Peneliti Selanjutnya
pengetahuan di puskesmas pamulung
Peneliti menyarankan kepada peneliti
didapatkan hasil bahwa ada hubungan
selanjutnya untuk menjadikan hasil
bermakna antara pekerjaan dengan
penelitian ini sebagai data pendukung
pengetahuan.
dan acuan untuk melakukan
D. SIMPULAN DAN SARAN penelitian dengan menggunakan
1. Simpulan variable yang berdeda dan sasaran
a. Kurang dari setengahnya responden tetap kepada pria misalnya mengenai
berpengetahuan baik tentang hubungan pengetahuan dengan
pengertian osteoporosis perilaku tentang osteoporosis
b. Kurang dari setengahnya responden DAFTAR PUSTAKA
berpengetahuan kurang tentang Alimul, Aziz. 2011. Riset Keperawatan dan
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta:
penyebab osteoporosis
Salemba Medika.
c. Kurang dari setengahnya responden
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
berpengetahuan baik tentang tanda Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
dan gejala osteoporosis Jakarta: Rineka Cipta.
d. Kurang dari setengahnya responden Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
berpengetahuan kurang tentang Penelitian Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
pencegahan Osteoporosis
e. Lebih dari setengahnya responden Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan Buku

berpengetahuan cukup pengetahuan Pertama. Bandung: Aditama


tentang penyakit osteoporosis
2. Saran Budiman. Riyanto. 2013.Kapita Selekta
Kuesioner Pengetahuan dan Sikap
a. Puskesmas Batujajar
dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta: Kusumawardani, Erika. 2012. Pengaruh
Salemba Medika Penyuluhan kesehatan Terhadap
Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Praktik Ibu Dalam Pencegahan Demam
Berdarah Dengue Pada Anak tahun
Revisi 3.Jakarta: EGC 2012.

Kusumawati, Dwi. 2014. Gambaran Tingkat


Damayanti, Puspa. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia tentang
pengetahuan Osteoporosis Pada Osteoporosis di Panti Werdha Dharma
Pegawai Administrasi Perempuan Di Bakti Surakarta tahun 2014
Universitas Indonesia Tahun 2012.
King,Laura. 2014. Psikologi Umum Sebuah
Dewi, Puspita. 2012. Hubungan Tingkat Pandangan Apenresiatif The Science Of
Pengetahuan Tentang Osteoporosis Psychology- An Appreciative View.
Dengan Aktivitas Latihan Untuk Jakarta. Salemba Medika
Mencegah Osteoporosis Pada Wanita
Usia premenopause tahun 2012. Kementrian Kesehatan RI . 2015. Data &
Kondisi Penyakit Osteoporosis di
Digulio M. Jackson D. 2014. Keperawatan Indonesia. www.depkes .go.id.
Medikal Bedah. Yogyakarta : Rapha Diunduh pada 16 juli 2017 pada pukul
Publishing 13.00
Dharma, Kelana K. 2011. Metodologi Lukman. Ningsih. 2009. Asuhan
Penelitian Keperawatan, Panduan Keperawatan Pada Klien Dengan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Penelitian Cetakan Pertama. Jakarta: Jakarta: Salemba Medika
CV. Trans Info Media.
Muttaqin. 2008.Buku Ajar Asuhan
Febriani.2012. Hubungan Tingkat Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Pengetahuan Osteoporosis Dengan Muskuloskeletal. Jakarta: EGC
Perilaku Pencegahan Osteoporosis
Pada Wanita Pre-Monopause di Muthmainnah, Fithriatul. 2010. Faktor-
Kelurahan Jebres Surakarta 2012 Faktor yang berhubungan dengan
Pengetahuan Ibu Dalam Memberikan
Helmi, Noor Z. 2013. Buku Ajar Gangguan Makanan Pendamping Air Susu Ibu Di
Muskuloskeletal. Jakarta: salemba Puskesmas Pamulang Tahun 2010.
Medika
Munawaroh, Arum.2013. Hubungan Tingkat
Hidayat, Dede. 2009. Pengantar Psikologi Pengetahuan Terhadap Perilaku
Untuk Tenaga Kesehatan Ilmu Perilaku Pencegahan Osteoporosis Pada
Manusia. Jakarta. TIM Mahasiswi Di Universitas
Singaperbangsa Karawang Tahun 2013
Hidayat , Aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian dan Teknik Analisa Data. Misnadiarly. 2013. Osteoporosis.Jakarta:
Jakarta: Salemba Medika Akademia Permata
Nurarif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan
Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi
Jilid 3. Yogykarata: Mediaction

Noor Z. 2014. Buku Ajar Osteosporosis


patofisiologi dan Peran Atom Mineral
Dalam Menejemen Terapi. Jakarta:
Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Proverawati. 2010. Menopause dan Sindrome


Premenopause.Yogyakarta: Nuha
Medika

Sudoyo, Aru W.2009.Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid III Edisi V.
Jakarta: Interna Publishing

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

Wirakusumah, Emma S.2009.Hidup Sehat


Mencegah Osteoporosis lengkap
dengan 39 Jus dan 38 Resep
Makanan.Jakarta: Penebar Plus

Wawan, A dan Dewi M. 2010. Teori &


Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia Cetakan II.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Yuliana, Indra . 2015 . Gambaran


Pengetahuan wanita Premenopause
Tentang Osteoporosis Di Desa Sine
Kecamatan Sine kabupaten Ngawi
Tahun 2015.

You might also like