You are on page 1of 7

c 

  
  c

 

    

 

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SUKTAN AGUNG SEMARANG

2010
    adalah gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua
gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang, karena apabila seseorang telah hilang semua
gigi geliginya, maka dapat menghambat fungsi pengunyahan, fungsi fonetik, fungsi estetik dan
dapat mempengaruhi keadaan psikis.

Tujuan pembuatan GTL adalah :

a.? Merehabilitasi seluruh gigi yang hilang sehingga dapat memperbaiki atau
mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, estetis dan psikis.
b.? Memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous
c.? mencegah pengerutan / atropi processus alveolaris (residual ridge), mencegah
berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena tidak ada
penyangga dan hilangnya oklusi sentrik

Indikasi pembuatan GTL antara lain:

a.? Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.


b.? Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
masih ada tidak mungkin diperbaiki.
c.? Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.
d.? Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.
e.? Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosa yang akan diperoleh

Tahapan dalam pembuatan GTL dapat dibagi menjadi tahap klinis dan tahap laboratoris.

! "

Tahap awal setelah pasien dianamnesa dan diindikasikan adalah pencetakan (impression), yaitu
suatu bentuk negatif dari jaringan mulut yang akan dipakai sebagai basal seal prothesa (Swenson,
1964). Soelarko dan Herman (1980), membagi dua macam cetakan, yaitu:

1. Cetakan anatomis (dalam keadaan tidak berfungsi), yaitu pencetakan tidak menghiraukan
tertekan atau tidaknya mukosa. Cetakan dilakukan dengan sendok cetak biasa (stock tray), bahan
yang dipakai adalah compound, alginat.

2. Cetakan fisiologis (dalam keadaan berfungsi), yaitu dalam pencetakan ini memperhatikan
jaringan bergerak dan tidak bergerak juga memperhatikan tertekannya mukosa. Digunakan
sendok cetak individual yang dibuat dari bahan shellac atau self curing acrilic resin.

Hasil cetakannya digunakan sebagai model kerja. Kedua jenis cetakan tersebut dilakukan untuk
mendapatkan hasil cetakan seakurat mungkin, dikenal sebagai double impression.
Langkah-langkah pencetakan

r? Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok atas


r? Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping kanan
belakang.
r? casien mengucapkan ³ah´ untuk mencetak vibrating line.
r? casien mengucapkan ³oh´ untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum labialis superior.
r? cosisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
r? Cetakan dilepas dan dicuci Rahang Bawah
r? Bahan cetak diaduk kemudian dimasukkan ke dalam sendok bawah
r? Masukkan sendok cetak ke dalam mulut dengan posisi operator disamping kanan depan.
r? casien diminta menjulurkan lidah untuk mencetak frenulum lingualis.
r? casien mengucapkan ³oh´ untuk mencetak frenulum buccalis, frenulum labialis inferior.
r? cosisi dipertahankan sampai bahan cetak setting
r? Cetakan dilepas, dicuci

Cara membuat sendok cetak individual menurut Itjiningsih (1993),

? shellac dipanaskan pada model studi sambil ditekan.


? Lakukan pemotongan sesuai dengan batas jaringan bergerak dan tidak bergerak. Bila
dikehendaki dapat 1-2 mm lebih rendah untuk memberi tempat pada bahan cetak asal
jangan mudah lepas dari rahang pasien.
? Buatlah pegangan sendok individual dan buat pula lubang dengan bur bulat no. 3 pada
daerah palatum, berjarak 4-5 mm. Kegunaan lubang ini adalah untuk mengalirkan bahan
cetak yang berlebih karena bila tertahan akan menyebabkan tekanan yang berlebih dari
geligi tiruan pada jaringan pendukungnya. Di Fakultas Kedokteran Gigi UGM individual
tray dibuat dari shellac base material.

! #$$"

cembuatan gigi tiruan di dalam mulut perlu memperhatikan keadaan jaringan disekitarnya, yaitu
jaringan yang bergerak dan tidak bergerak. Jaringan yang tidak bergerak dijadikan sebagai
landasan gigi tiruan penuh, dengan membuat batas antara jaringan mulut bergerak dan jaringan
mulut tidak bergerak yang serapi-rapinya dan seakurat mungkin akan mempengaruhi hasil dan
suksesnya pembuatan gigi tiruan lengkap. Selain itu pembuatan GTL perlu memperhatikan
pendukung utama, yaitu residual ridge karena tidak adanya gigi asli yang dapat digunakan
sebagai pegangan. Agar tercapai hasil yang baik juga diperlukan artikulator sebagai alat yang
berguna untuk mendapatkan bentuk tiruan rahang manusia yang menirukan gerakan rahang pada
saat artikulasi.
%c&#"'& 

cembuatan base plate diklasifikasikan dalam 2 golongan (Jehl, 1959), yaitu:

1.?Temporer base, bila digunakan untuk perlekatan oklusal rim guna merestorasi facial dari
rahang atas dan rahang bawah.
2.?cermanent base, berguna untuk mencatat posisi relasi rahang dan menempatkan gigi-gigi.

Base plate adalah suatu bentuk sementara yang mewakili dasar gigi tiruan dan digunakan untuk
membuat Maxillo-Mandibular Record, menempatkan gigi ± gigi dan untuk insersi ke dalam
mulut. Sedangkan bite rim dibuat di atas base plate yang telah dihaluskan dengan menggunakan
modeling wax (Swenson, 1964). Base plate yang telah bergabung dengan bite rim disebut
occlusal bite rim atau tanggul gigitan.

Kegunaan bite rim adalah:

1. Untuk melekatan gigi sebelum diganti dengan akrilik.

2. Untuk mencatat maxilo-mandibula relationship pada pasien Bite rim atas harus sejajar dengan
garis pupil dan bite rim harus kelihatan kira-kira 2 mm di bawah garis bibir atas dan lehernya
harus mengikuti general out line processus alveolaris (Soelarko dan Wachijati, 1980).

%$&$

Artikulator mounting artinya adalah memasang occlusal bite rim rahang atas dan bawah dari
mulut pasien ke artikulator bersama modelnya setelah ditentukan dimensi vertikal maupun
sentrik oklusinya (Soelarko dan Harman, 1980). Vertikal dimensi disebut juga tinggi gigitan,
dapat dicapai dengan mengukur jarak pupil dengan sudut mulut akan sama dengan jarak hidung
dengan dagu pasien (cM=HD) dalam keadaan oklusi sentris (Soelarko dan Harman, 1980).
Menurut Itjiningsih (1996), pengukuran vertical dimensi terdapat 2 cara:

1. Dengan Willis bite gauge cada alat ini ada 3 bagian penting:

a.? Fixed arm


b.? Sliding arm : diletakkan di bawah hidung : yang dapat digeser dan mempunyai sekrup,
diletakkan di bawah dagu
c.? Verctical orientation gauge : mempunyai skala dalam mm/cm, ditempatkan sejajar sumbu
vertical dari muka

2. Two dot technique Mengukur 2 titik (satu pada rahang atas, satu lagi pada rahang bawah),
yang ditempatkan pada daerah yang tidak ergerak yaitu di atas dan di bawah garis bibir dan
kedua titik di ukur dengan jangka sorong
Tahap pemasangan di artikulator

a.? Tentukan besar derajat tonjol caninus superior dan premolar superior pertama.
b.? Bite rim RA beserta modelnya diletakkan pada mounting table dengan pedoman : garis
tengah bite rim dan model RA berhimpit dengan garis tengah mounting table, tepi luar
anterior bite rim RA menyinggung garis incisal edge mounting table, jarum horizontal
incisal guide pin ujungnya menyentuh tepi luar anterior dari bite rim model RA dan tepat
pada garis tengah bite rim.
c.? Fiksasi dengan wax pada mounting table.
d.? Buat adonan gips.
e.? Upper member digerakkan ke atas dan adonan gips dituang perlahan pada bagian atas model
kerja RA lalu upper member digerakkan ke bawah sampai menekan gips yang ada pada
model kerja RA.
f.? Upper member dan lower member diikat dengan karet, rapikan gips yang memfiksir upper
member dengan model RA kemudian tunggu sampai keras.
g.? Mounting table dilepas dari artikulator kemudian artikulator dibalik.
h.? Bite rim RB diletakkan kembali pada bite rim RA sesuai dengan oklusinya.
i.? Buat adonan gips, lower member diangkat ke atas dan adonan gips dituang pada model kerja
RB kemudian lower member digerakkan ke bawah sampai menekan adonan gips, setelah itu
artikulator dibalik dan gips dirapikan.

%&$""(&"

Oklusi sentrik adalah hubungan kontak maksimal dari gigi-gigi rahang atas dan rahang
bawah dalam keadaan relasi sentris. Relasi sentris adalah hubungan maksila dan mandibula
dimana kedua condylus berada dalam keadaan paling posterior dalam fossa glenoid (Swenson,
1964).

cemasangan gigi geligi yang penting untuk diperhatikan adalah r 


r 

 
 
 

 

 r  

r 
 
  


  
 

 
 
 
 
 
 r 


r  

 
r 

r 


 

  
 


 r
 

 
 
  
r  
r   
 r 
 
r

r  


  

r   
 
r 
r 
 
  
 

r

 


r  
 
 

r
r
r  


cada saat pemasangan geligi tiruan dalam articulator di laboratorium, dimensi vertical
oklusal ditetapkan dengan pengasahan selektif (selective grinding). cengasahan selektif adalah
memodifikasi permukaan oklusal gigi-gigi dengan mengasahnya pada tempat selektif/terpilih
sesuai dengan peraturan yang berlaku. cengasahan ini menghilangkan kontak oklusal yang
menyimpang kontakkontak gigi yang menyimpangkan rahang bawah dari alur penutupan normal
hingga relasi sentris. Cups palatal gigi-gigi atas dan cups bukal gigi-gigi bawah atau holding
cups yang mempertahankan dimensi vertical. Oleh karena itu tidak boleh mengashanya terlalu
banyak. Oklusi diperbaiki dengan spot grinding selektif sampai incisal guide pin berkontak
dengan meja incisal dalam hubungan sentris (Itjiningsih, 1996).

Langkah-langkah selective grinding pada articulator (Itjiningsih, 1996):

1. Langkah awal dari pengasahan selective adalah selalu untuk memperoleh kembali dimensi
vertical oklusal.

‡? Elemen kondil dikunci dalam hubungan sentris hingga hanya suatu gerakan engsel yang
mungkin dilakukan. Gigi-gigi dikatupkan di atas kertas karbon dengan membuka dan
menutup articulator. cermukaan gigi yang menyimpang kontak oklusalnya terlihat
berwarna.
‡? Setelah menandai kontak-kontak yang menyimpang pada oklusi sentrik, lepaskan elemen
kondil dan gerakan gigi-gigi ke oklusi kerja, seimbang, dan protrusive untuk menandai
kontak oklusi yang menyimpang dalam oklusi sentrik.
‡? Untuk memperoleh kembali dimensi vertical oklusal, satu dari kedua permukaan gigi yang
berlawanan dari setiap kontak yang menyimpang dalam oklusi sentrik harus dikurangi.
cermukaan gigi yang akan dikurangi dipilih sesuai dengan dua hukum dasar, yaitu:
a.? Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris dan eksentris, kurangi ketinggian
cupsnya.
b.? Jika cupsnya terlalu tinggi dalam oklusi sentris tetapi tidak dalam oklusi eksentris,
perdalam fossanya.
‡? Setelah menghilangkan kontak awal yang menyimpang, tandai setiap kontak menyimpang
tambahan dengan kertas artikulasi. Elemen kondil harus selalu terkunci dalam relasi sentris
ketika kontak-kontak yang menyimpang dalam oklusi sentris ditandai, kemudian kunci
dilepaskan untuk menandai kontak-kontak yang meyimpang dalam oklusi eksentrik.
Lanjutkan pengasahan selektif sampai jarum penunjuk incisal menyentuh meja incisal,
menunjukkan dimensi vertical oklusak telah diperoleh kembali. cada saat ini warna
penunjuk dapat terlihat di semua permukaan oklusal , menunjukkan bahwa gigi-gigi dalam
oklusi sentris.
‡? Setelah dimensi vertical oklusal diperoleh kembali, terdapat 3 hukum tambahan yang harus
diperhatikan, yaitu:
a.? Jangan mengurangi holding cusp/cusp palatal gigi-gigi atas
b.? Jangan mengurangi holding cusp/cusp fasial gigi-gigi bawah
c.? Jangan memperdalam fossa manapun

2. cengasahan selektif kontak menyimpang pada oklusi eksentris, sebagai berikut:

a.? cada sisi kerja: Kurangi lereng bagian dalam cusp facial/guiding cusp gigi atas
Kurangi lereng bagian dalam cusp lingual/guiding cusp gigi bawah
b.? cada sisi bawah yang mengimbangi, kurangi lereng bagian dalam cusp
facial/holding cusp gigi bawah
c.? Dalam relasi protrusive, kurangi guiding cusp/cusp facial gigi-gigi atas dan
guiding cusp/cusp lingual gigi-gigi bawah

Instruksi untuk pemeliharaan protesa :

a.? crotesa direndam dalam air sewaktu dilepas


b.? crotesa dijaga kebersihannya
c.? crotesa dijaga agar tidak mudah lepas Diberikan instruksi kepada pasien untuk: beradaptasi
dengan protesa tersebut sampai biasa; Malam hari ketika tidur, protesa dilepas agar jaringan
otot-otot dibawahnya dapat beristirahat; casien membersihkan protesanya setiap kali sehabis
makan; Apabila ada rasa sakit, gangguan bicara, protesa tidak stabil, pasien dianjurkan
untuk segera kembali ke klinik; dan Kontrol sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
guna pengecekan lebih lanjut dan bila nantinya tidak ada gangguan, pasien bisa terus
memakainya.

Yang perlu diperhatikan pada saat kontrol :

a.? cemeriksaan subyektif: Ditanyakan apakah ada keluhan atau tidak, ditanyakan apakah ada
gangguan atau tidak, dan ditanyakan apakah ada rasa sakit.
b.? cemeriksaan obyektif: Dilihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan dan
diperiksa retensi dan stabilisasi


  

1. Itjingningsih , W. H., 1996, Geligi Tiruan Lengkap Lepas, Cetakan III, EGC, Jakarta.

2. Soelarko, R. M. dan Wachijati, H., 1980, Diktat crostodonsia Full Denture, FKG Unnpad,
Bandung.

3. Ian E. Barnes dan Agus Walls, 2006, cerawatan Gigi Terpadu Untuk Lansia, terj., EGC,
Jakarta

You might also like