Professional Documents
Culture Documents
A. Istirahat
Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan
diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun
dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa
tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .(Tarwoto, 2006). Seseorang
b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga
2006)
B. Tidur
1. Pengertian
yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang
cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur
memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode
keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan
hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.
Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh
stimulasi atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak
sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,
tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya
fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. (Guyton
dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda
Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan
integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan
Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak.
struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada
hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan
menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme
System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR
dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.
SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks
serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun
norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut
mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks.
Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR
Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum
tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara
teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang
memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur
b. Tahap II NREM
d. Tahap IV NREM
3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi
a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi
c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,
tekanan darah
g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit (Aziz,
2008)
Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang
kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang
a. Status kesehatan
Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan
nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat
dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur
dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem
pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin
b. Lingkungan
Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang
untuk tidur.
c. Stres psikologis
Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini
melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.
Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak
saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila
masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan
kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak
Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia
prasekolah.
d. Diet
Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan
ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang
e. Gaya hidup
orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan
f. Obat-obatan
Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula
Tingkat Perkembangan/
Pola Tidur Normal
Usia
60 menit.
Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama
Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur
Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5
tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.
Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.
Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.
malam hari.
1. Insomnia
secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi
merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis
insomnia diantaranya:
c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi
diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi
yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi
melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-
a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu
d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada
f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur
untuk tidur
pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan
lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat
3. Enuresis
Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-
anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti
belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis
seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang
dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari
minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih
4. Narkolepsi
Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak
mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana
serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum
jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana
pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi
yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut
5. Night terrors
Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau
lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak,
6. Mendengkur
mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang
pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika
1. Pengkajian
Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan
a. Riwayat tidur
1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah
tidur
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap
kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai
status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres
emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.
8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai
bingung;
b. Gejala Klinis
Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya
kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,
c. Penyimpangan Tidur
d. Pemeriksaan fisik
2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,
1) Tujuan
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100 x/
b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,
1) Tujuan
teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )
menenangkan pikiran
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola tidur
teratasi
2) Kriteria hasil
Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari
c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan pendidikan
menenangkan pikiran
1) Tujuan
adekuat
2) Kriteria hasil
R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui kualitas tidur
pasien
(Doengoes, 2002)