You are on page 1of 17

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

A. Istirahat

Kata istirahat mempunyai arti yang sangat luas meliputi bersantai menyegarkan

diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apa pun

yang membosankan, menyulitkan, atau menjengkelkan. Istirahat adalah suatu keadaan

dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa istirahat merupakan keadaan yang tenang, rileks, tanpa

tekanan emosional dan bebas dari kecemasan (ansietas) .(Tarwoto, 2006). Seseorang

dapat benar-benar istirahat bila:

a. Merasa segala sesuatu dapat diatasi dan di bawah kontrolnya;

b. Merasa diterima eksistensinya baik di tempat tinggal, kantor, atau di manapun juga

termasuk ide-idenya diterima oleh orang lain;

c. Mengetahui apa yang terjadi;

d. Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan;

e. memiliki kepuasan terhadap aktivitas yang dilakukannya;

f. Mengetahui adanya bantuan sewaktu-tvaktu bila memerlukannya. (Perry & Potter,

2006)

B. Tidur

1. Pengertian

Tidur adalah suatu keadaan yang berulang-ulang, perubahan status kesadaran

yang terjadi selama periode tertentu. Jika seseorang memperoleh periode tidur yang

cukup, mereka merasa tenaganya telah pulih, hal ini diyakini bahwa tidur

memberikan waktu untuk perbaikan dan penyembuhan system tubuh untuk periode

keterjagaan yang berikutnya (Perry & Potter, 2006). Tidur merupakan suatu keadaan

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 1


tidak sadar di mana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau

hilang, dan dapat dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.

Tidur merupakan kondisi tiak sadar dimana induvidu dapat dibangunkan oleh

stimulasi atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak

sadarkan diri yang relatif, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan,

tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya

aktifitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi terhadap perubahan

fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. (Guyton

dalam Aziz Alimul H).

tidur diperlukan untuk menjaga keseimbangan mental emosional, fisiologis,

dan kesehatan. Seseorang dapat dikategorikan sedang tidur apabila terdapat tanda

tanda sebagai berikut:

a. Aktivitas fisik minimal

b. Tingkat kesadaran yang bervariasi

c. Terjadi perubaban-perubaban proses fisiologis tubuh

d. Penurunan respons terhadap rangsangan dari luar.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubaban proses fisiologis. Perubahan

tersebut, antara lain:

a. Penurunan tekanan darah, denyut nadi;

b. Dilatasi pembuluh darab perifer;

c. kadang-kadang teriadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal;

d. Relaksasi otot-otot rangka;

e. Basal metabolisme rate (BMR) menurun 10-30%.

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 2


2. Fisiologis Tidur

Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh

integrasi tinggi aktivitas system saraf pusat yang berhubungan dengan perubahan

dalam system saraf peripheral, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan dan muscular.

Tiap rangkaian diidentifikasi dengan respon fisik tertentu dan pola aktivitas otak.

Peralatan seperti elektroensefalogram (EEG), yang mengukur aktivitas listrik dalam

korteks serebral, elektromiogram (EMG), yang mengukur tonus otot dan

elektrookulogram (EOG) yang mengukur gerakan mata, memberikan informasi

struktur aspek fisiologis tidur. Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada

hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan

menekan pusat otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme

menyebabkan terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur.

System aktivasi reticular ( SAR ) berlokasi pada batang otak teratas. SAR

dipercaya terdiri atas sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga.

SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri dan taktil. Aktivasi korteks

serebral (mis. Proses emosi atau pikiran) juga menstimulasi SAR. Saat terbangun

merupakan hasil neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti

norepinefrin. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam

system tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut

daerah sinkronisasi bulbar (bulbar synchronizing region, BSR ). Ketika seseorang

mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks.

Stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan tenang, maka aktivasi SAR

selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang

menyebabkan tidur. Perry & Potter, 2006

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 3


3. Siklus Tidur

Secara normal pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan periode sebelum

tidur, selama orang terjaga hanya pada rasa kantuk yang bertahap berkembang secara

teratur. Periode ini secara normal berakhir 10-30 menit, tetapi untuk seseorang yang

memiliki kesulitan untuk tidur, akan berlangsung satu jam atau lebih, tahapan tidur

dibagi dalam beberapa tahap antara lain :

1. Tidur Non Rapid Eye Movement ( NREM)

a. Tahap 1 tidur NREM

1) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur

2) Tahap berakhir beberapa menit

3) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara

bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme

4) Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori seperti suara

5) Ketika terbangun, seseorang merasa seperti telah melamun

b. Tahap II NREM

1) Tahap II merupakan periode tidur bersuara

2) Tahap berakhir beberapa menit

3) Untuk terbangun masih relative mudah

4) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit

5) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

c. Tahap III NREM

1) Tahap III merupakan tahap awal dari tidur yang dalam

2) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

3) Otot-otot dalam keadaan santai penuh

4) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 4


5) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

d. Tahap IV NREM

1) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam

2) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur

3) Jika terjadi kurang tidur, maka orang tidur akan menghabiskan porsi

malam yang seimbang pada tahap ini

4) Tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama jam terjaga

5) Tahap berakhir kurang lebih 15 sampai 30 menit

6) Tidur sambil berjalan dan enuresis dapat terjadi

2. Rapid Eye Movement (REM)

a. Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi

yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.T

b. ahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur

c. Hal ini dicirikan oleh respon otonom dari pergerakan mata yang cepat,

fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi

tekanan darah

d. Terjadi tonus otot skelet penurunan

e. Peningkatan sekresi lambung

f. Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur

g. Durasi dari tidur REM meningkat pada tiap siklus rata-rata 20 menit (Aziz,

2008)

4. Faktor Yang Mempengaruhi Istirahat Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur setiap orang berbeda-beda. Ada yang

kebutuhannya terpenuhi dengan baik. Ada pula yang mengalami gangguan. Seseorang

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 5


bisa tidur maupun tidak dipengaruln oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai

berikut (Asmadi, 2008):

a. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dia dapat ndur dengan

nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat

dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga ia tidak dapat tidur

dengan nyenyak. Misalnya, pada klien yang menderita gangguan pada sistem

pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin

dapat istirabat dan tidur.

b. Lingkungan

Lingkungan dapat meningkatkan atau menghalangi seseorang untuk tidur. Pada

lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur dengan nyenyak.

Sebaliknya lingkungan yang ribut, bising, dan gaduh akan menghambat seseorang

untuk tidur.

c. Stres psikologis

Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini

disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan nonepinefrin darah

melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

Berdasarkan penelitian Desita Febriana tahun 2011 tentang “Kajian Stres

Hospitalisasi Terhadap Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah Di Ruang

Anak Rs Baptis Kediri”, Keadaan hospitalisasi dapat menjadi stresor bagi anak

saat dirawat di rumah sakit, sehingga anak akan mengalami stres hospitalisasi

yang ditunjukkan dengan adanya perubahan beberapa perilaku pada anak. Apabila

masalah tidak teratasi, maka hal ini akan menghambat proses perawatan anak dan

kesembuhan anak itu sendiri. Dalam penelitin tersebut terbukti 85% anak

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 6


mengalami stres hospitalisasi sedang pada anak di Ruang Anak Rumah Sakit

Baptis Kediri dan 62% anak mengalami gangguan pola tidur pada anak usia

prasekolah.

d. Diet

Makanan yang banyak mengandung L-Triptofan seperti keju, susu, daging, dan

ikan tuna dapat menyebabkan seseorang mudah tidur. Sebaliknya, minuman yang

mengandung kafein maupun alkohol akan mengganggu tidur.

e. Gaya hidup

Kelelahan dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Kelelahan tingkat menengah

orang dapat tidur dengan nyenyak. Sedangkan pada kelelahan yang berlebihan

akan menyebabkan periode tidur REM lebih pendek.

f. Obat-obatan

Obat-obatan yang dikonsumsi seseorang ada yang berefek menyebabkan ada pula

yang sebaliknya mengganggu tidur. Misalnya, obat golongan amfetamin akan

menurunkan tidur REM (Asmadi, 2008)

5. Pola Tidur Berdasarkan Tingkat Usia.

Tingkat Perkembangan/
Pola Tidur Normal
Usia

Tidur 14-18 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh

sedikit, 50% tidur NREM, banyak waktu tidurnya dilewatkan


Bayi baru lahir
pada tahap III dan IV tidur NREM. Setiap siklus sekitar 45-

60 menit.

Bayi Tidur 12-14 jam sehari, 20-30% tidur REM, tidur lebih lama

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 7


pada malam hari dan punya pola terbangun sebentar

Tidur sekitar 10-12 jam sehari, 25% tidur REM, banyak tidur

Toddler pada malam hari, terbangun dini hari berkurang, siklus

bangun tidur normal sudah menetap pada umur 2-3 tahun

Tidur sekitar 11 jam sehari, 20% tidur REM, periode

Pra sekolah terbangun kedua hilang pada umur 3 tahun. Pada umur 5

tahun, tidur siang tidak ada kecuali kebiasaan tidur sore hari.

Tidur sekitar 10 jam sehari, 18,5% tidur REM. Sisa waktu


Usia sekolah
tidur relatif konstan.

Remaja Tidur sekitar 8,5 jam sehari, dan 20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7-9 jam sehari, 20-25% tidur REM, 5-10% tidur
Dewasa muda
tahap I, 59% tidur tahap II, dan 10-20% tidur tahap III-IV.

Tidur sekitar 7 jam sehari, 20% tidur REM, mungkin


Dewasa pertengahan
mengalami insomnia dan sulit untuk dapat tidur.

Tidur sekitar 6 jam sehari, 20-25% tidur REM, tidur tahap IV

nyata berkurang kadang-kadang tidak ada. Mungkin


Dewasa tua
mengalami insomnia dan sering terbangun sewaktu tidur

malam hari.

(Perry & Potter, 2006)

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 8


6. Gangguan Tidur

1. Insomnia

Insomnia merupakan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

secara kualitas maupun kuantitas. Seseorang yang terbangun dari tidur, tetapi

merasa belum cukup tidur dapat disebut mengalami insomnia Ada tiga jenis

insomnia diantaranya:

a. Insomnia inisial: ketidakmampuan seseorang untuk dapat memulai tidur

b. Insomnia intermitten: ketidakmampuan untuk memepertahankan tidur atau

keadaan sering terjaga tidur.

c. Insomnia terminal: bangun secara dini dan tidak dapat tidur lagi

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami insomnia

diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan, tekanan jiwa, dan kondisi

yang tidak menunjang untuk tidur. Perawat dapat membantu klien mengatasi

insomnia melalui pendidikan kesehatan, menciptakan lingkungan yang nyaman,

melatih klien relaksasi, dan tindakan lainnya. Ada beberapa tindakan atau upaya-

upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia yaitu:

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu

b. Usahakan agar selalu beranjak tidur pada waktu yang sama

c. Hindari tidur di waktu siang atau sore hari

d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak pada

waktu kesadaran penuh

e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur

f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang tidur

g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha

untuk tidur

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 9


2. Somnambulisme

Somnambulisme merupakan gangguan tingkah laku yang sangat kompleks

mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka

pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, emnabrak kursi, berjalan kaki, dan

berbicara. Somnambulisme ini lebih banyak terjadi pada anak-anak

dibandingkan orang dewasa. Seseorang yang mengalami somnabulisme

mempunyai risiko terjadinya cedera.Upaya yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi somnabulisme yaitu dengan membimbing anak. Upaya lain yang

dapat dilakukan untuk mengatasi somnabulisme adalah dengan membuat

lingkungan yang nyaman dan aman, serta dapat pula dengan menggunakan obat

seperti Diazepam dan Valium.

3. Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak disengaja (mengompol). Terjadi pada anak-

anak dan remaja, paling banyak terjadi pada laki-laki. Penyebab secara pasti

belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan enuresis

seperti gangguan pada bladder, stres, dan toilet training yang kaku. Upaya yang

dapat dilakukan untuk mencegah enuresis anatara lain: hindari stres, hindari

minum yang banyak sebelum tidur, dan kosongkan kandung kemih (berkemih

dulu) sebelum tidur.

4. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tak

terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan pula narkolepsi adalah serangan

mengantuk yang mendadak sehingga ia dapat tertidur pada setiap saat di mana

serangan tidur (kantuk) tersebut datang. Penyebab narkolepsi secara pasti belum

jelas, tetapi diduga terjadi akibat kerusakan genetika sistem saraf pusat dimana

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 10


periode REM tidak dapat dikendalikan. Serangan narkolepsi ini dapat

menimbulkan bahaya apabila terjadi pada waktu mengendarai kendaraan,

pekerja yang bekerja pada alat-alat yang berputar-putar, atau berada di tepi

jurang. Obat-obat agripnotik dapat digunakan untuk mengendalikan narkolepsi

yaitu sejenis obat yang membuat orang tidak dapat tidur. Obat tersebut

diantarnya jenis ampetamin.

5. Night terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak usia 6 tahun atau

lebih. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak,

pucat dan ketakutan.

6. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan

mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang

turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas

pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika

dilewati udara pernapasan.

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 11


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR

1. Pengkajian

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan

kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian mengenal:

a. Riwayat tidur

1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam berapa biasa

bangun tidur, dan keteraturan pota tidur klien;

2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku, buang

air kecil, dan lain-lain;

3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;

4) Kebiasaan tidur siang;

5) lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah kondisinva

bising, gelap, atau suhunya dingin

6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari apakah

peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien mengalami gangguan

tidur

7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi terhadap

kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu mengkaji mengenai

status emosional dan mental klien, misalnya apakah klien mengalami stres

emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres yang dialami klien.

8) Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul sebagai

akibat gangguan istirahat tidur, seperti:

a) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak di

kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 12


b) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah klien

mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau terlihat

bingung;

c) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

b. Gejala Klinis

Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah, emosi, apetis, adanya

kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva merah dan mata perih,

perhatian tidak fokus, sakit kepala.

c. Penyimpangan Tidur

Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi,

night terrors, mendengkur, dll

d. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat energy, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu

2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah, semangat

3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosokgosok mata, bicara

lambat, sikap loyo

e. Data penunjang yang menyebabkan adanya masalah potensial, seperti obesitas,

deviasi septum, TD rendah, RR dangkal dan dalam (Doengoes, 2002)

2. Diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan istirahat tidur

a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi

obat-obatan dan stimulan

b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,

dimensia, nyeri saat tidur

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan

d. Kesiapan meningkatkan tidur (NANDA, 2013)

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 13


3. Intervensi dan rasional

a. Insomia berhubungan dengan faktor lingkungan, pola aktivitas, ansietas, konsumsi

obat-obatan dan stimulan

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam insomnia teratasi

2) Kriteria hasil

Pasien tertidur dalam waktu cukup (6 jam) tekanan daran normal nadi 60-100 x/

menit irama reguler, wajah tidak pucat

3) Intervensi dan rasional

a) Kaji penyebab insomnia

R : insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti lingkungan,

cemas atau obat-obatan

b) Kondisikan lingkungan sesuai dengan kenyamanan pasien

R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien

c) Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum memulai tidur

R : kebutuhan spiritual pasien saat memulai tidur merupakan bagian yang

penting untuk memperoleh ketenangan

b. Deprivasi tidur berhubungan dengan aktivitas yang tidak adekuat, mimpi buruk,

dimensia, nyeri saat tidur

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam deprivasi tidur dapat

teratasi

2) Kriteria hasil

Pasien tertidur dimalam hari dalam waktu yang cukup (6-8 jam )

3) Intervensi dan rasional

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 14


a) Kaji penyebab terjadinya deprivasi tidur

R : deprivasi tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya

karena kondisi lingkungan, kecemasan, pengalaman mimpi buruk

b) Berikan lingkungan yang nyaman untuk tidur

R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien

c) Anjurkan pasien rileks saat memulai tidur

R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat

menenangkan pikiran

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam gangguan pola tidur

teratasi

2) Kriteria hasil

Pasien tidur cukup dimalam dan siang hari (6-8 jam )/hari

3) Intervensi dan Rasional

a) Kaji penyebab terganggunya pola tidur

R : gangguan pola tidur dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti

lingkungan, cemas atau obat-obatan

b) Kondisikan lingkungan yang nyaman untuk tidur

R : lingkungan yang nyaman dapat meningkatkan kualitas tidur pasien

c) Anjurkan pasien untuk rileks saat akan memulai tidur dan berikan pendidikan

kesehatan mengenai manfaat tidur

R : rileks dapat mengendurkan otot-otot yang tegang sehingga dapat

menenangkan pikiran

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 15


d. Kesiapan meningkatkan tidur

1) Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan waktu tidur dapat dipertahankan secara

adekuat

2) Kriteria hasil

Pasien tidur cukup dalam waktu 6-8 jam / hari

3) Intervensi dan rasional

a) Kaji pola tidur pasien

R : dengan mengkaji pola tidur maka perawat dapat mengetahui kualitas tidur

pasien

b) Motivasi pasien untuk tetap mempertahankan waktu tidur yang adekuat

R : motivasi dibutuhkan untuk mempertahankan kualitas tidur

(Doengoes, 2002)

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 16


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.


Aziz, H. A. (2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Doengoes, M. E. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
NANDA. (2013). Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Perry, P., & Potter, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Laporan pendahuluan istirahat tidur Page 17

You might also like