You are on page 1of 4

Table of Contents

No. Title Page


1 HUBUNGAN KADAR INTERLEUKIN-8 (IL-8) SALURAN NAPAS DENGAN -
DERAJAT KEPARAHAN PPOK
2 PERAN ANTIKOLINERGIK SEBAGAI BRONKODILATOR -
3 PENYAKIT PARU YANG DIINDUKSI OBAT (DRUG-INDUCED LUNG DISEASE) -
4 Terapi Bedah pada Penderita dengan Persistent Hemoptysis -
5 SEORANG PENDERITA FISTEL EMPIEMA TORAKS DENGAN COLOSTOMY -
BAG
Vol. 2 - No. 1 / 2011-01
TOC : , and page : -

SEORANG PENDERITA FISTEL EMPIEMA TORAKS DENGAN COLOSTOMY BAG

SEORANG PENDERITA FISTEL EMPIEMA TORAKS DENGAN COLOSTOMY BAG

Author :
Isa Ansori | Majalah.Respirasi.Unair@Gmail.com
PPDS I IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Soedarsono | Majalah.Respirasi.Unair@Gmail.com
Staf Bag/SMF IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya

Abstract

Empiema toraks adalah pengumpulan cairan purulen/nanah di dalam rongga pleura, secara bebas atau terlokalisir
(kantong-kantong).2,10,11

Empiema toraks masih merupakan masalah kesehatan yang penting, meskipun tehnik operasi sudah mengalami
kemajuan, juga adanya pemakaian antibiotik yang baru dan lebih kuat.2,6,10

Penyebab empiema toraks yang paling utama adalah infeksi yang berasal dari paru, selain itu tindakan bedah (paru dan
gastroesofageal) juga merupakan faktor predisposisi penting terjadinya empiema.9,16

Sejak ditemukannya antibiotik, penyakit ini diperkirakan sudah jauh berkurang, namun meskipun demikian morbiditas
maupun mortalitasnya masih cukup tinggi.3,11,13 Di Inggris angka kejadian Pneumonia dilaporkan sebanyak 5 sampai 11
kasus per 1000 populasi, dan 40 – 57% disertai empiema.12 Di bagian Paru RSU Dr. Soetomo Surabaya tahun
2000 - 2004, dirawat sebanyak 1,07 – 1,29% penderita dengan empiema toraks, dengan perbandingan pria :
wanita = 3,4 : 1.1,2

Akibat kemajuan dari pemakaian obat antituberkulosa dan antibiotik menyebabkan para dokter cenderung untuk merawat
penderita empiema secara medikamentosa, sehingga sering terjadi keterlambatan konsultasi dan tindakan bedah yang
mana hal ini mempengaruhi morbiditas dan mortalitas. 3,11,13

Keyword : Empiema, Colostomy, bag, Fistel, ,

Daftar Pustaka :
1. Alsagaff H, (2006). Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan VIII Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Bagian Paru

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)


SEORANG PENDERITA FISTEL EMPIEMA TORAKS
DENGAN COLOSTOMY BAG
Isa Ansori*, Soedarsono**

* PPDS I IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.


** Staf Bag/SMF IP Paru FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya.

PENDAHULUAN berwarna coklat kekuningan keruh terus menerus,


Empiema toraks adalah pengumpulan dalam sehari sekitar 3 sendok makan. Penderita
cairan purulen/nanah di dalam rongga pleura, tidak merasa sesak maupun nyeri dada. Penderita
secara bebas atau terlokalisir (kantong- mengalami batuk sejak 14 bulan yang lalu dengan
kantong).2,10,11 disertai dahak berwarna kekuningan dan tidak
Empiema toraks masih merupakan masalah didapatkan batuk darah. Pasien sering merasa
kesehatan yang penting, meskipun tehnik operasi sumer-sumer dan kadang-kadang demam. Penderita
sudah mengalami kemajuan, juga adanya mengalami penurunan nafsu makan, penurunan
pemakaian antibiotik yang baru dan lebih kuat. 2,6,10 berat badan dan keringat malam.
Penyebab empiema toraks yang paling Riwayat Penyakit Dahulu
utama adalah infeksi yang berasal dari paru, selain Penderita tidak mempunyai riwayat alergi,
itu tindakan bedah (paru dan gastroesofageal) juga asma, hipertensi dan diabetes melitus. Penderita
merupakan faktor predisposisi penting terjadinya tidak pernah merokok, minum obat anti
empiema.9,16 tuberculosis dan kontak dengan penderita
Sejak ditemukannya antibiotik, penyakit ini tuberkulosis.
diperkirakan sudah jauh berkurang, namun Pada bulan September 2005 pernah
meskipun demikian morbiditas maupun menjalani rawat inap di RS Mojokerto dengan
mortalitasnya masih cukup tinggi. 3,11,13 Di Inggris keluhan sesak dan sempat dirawat selama 1
angka kejadian Pneumonia dilaporkan sebanyak 5 minggu, penderita sempat diambil cairan dari dada
sampai 11 kasus per 1000 populasi, dan 40 – 57% kanan sebanyak 1 gelas setelah itu penderita
disertai empiema.12 Di bagian Paru RSU Dr. dipasang selang selama 6 hari, kemudian
Soetomo Surabaya tahun 2000 - 2004, dirawat diperbolehkan pulang tapi penderita tidak pernah
sebanyak 1,07 – 1,29% penderita dengan empiema kontrol lagi karena tidak punya biaya.
toraks, dengan perbandingan pria : wanita = 3,4 : Pemeriksaan Fisik
1.1,2 Pada saat pasien rawat inap keadaan umum
Akibat kemajuan dari pemakaian obat penderita cukup, kesadaran komposmentis, tidak
antituberkulosa dan antibiotik menyebabkan para tampak konjungtiva yang pucat, ikterik maupun
dokter cenderung untuk merawat penderita sianosis. Berat badan 56 kg, tinggi badan 162 cm.
empiema secara medikamentosa, sehingga sering Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit
terjadi keterlambatan konsultasi dan tindakan bedah reguler, suhu aksiler 37° C, pernapasan 20
yang mana hal ini mempengaruhi morbiditas dan kali/menit. Pada pemeriksaan kepala leher tidak
mortalitas. 3,11,13 didapatkan pernafasan cuping hidung dan tekanan
vena jugularis tidak meningkat.
KASUS Pada pemeriksaan toraks, jantung : iktus
Seorang laki-laki Tn. S berusia 26 tahun, kordis tidak teraba. Suara 1 dan suara 2 tunggal,
suku Jawa, beragama Islam, pendidikan SMA, reguler tidak didapatkan adanya murmur maupun
berdomisili di desa Randegan kecamatan gallop. Pada pemeriksaan paru bentuk dada
Kedundung kabupaten Mojokerto. Penderita datang asimetris kanan tertinggal, fremitus raba kanan
ke Instalasi Rawat Darurat RSU Dr. Soetomo pada menurun. Sedangkan pada perkusi didapatkan suara
tanggal 04 Oktober 2006 dengan keluhan keluar redup pada parahiler dan parakardial kanan, sonor
cairan dari lubang bekas pemasangan toraks drain pada lapangan paru kiri. Pada auskultasi didapatkan
sebelah kanan sejak satu tahun yang lalu. suara napas vesikuler menurun parahiler dan
Riwayat Penyakit Sekarang parakardial kanan dan pada lapangan paru kiri
Penderita datang dengan keluhan utama normal. Tidak didapatkan ronki dan wheezing di
keluar cairan dari lubang bekas pemasangan toraks kedua lapangan paru.
drain sebelah kanan sejak 1 tahun yang lalu

Majalah Kedokteran Respirasi Vol. 2. No. 1 Januari 2011 33

You might also like