You are on page 1of 20

Mekanisme Karbohidrat dan Identifikasi Karbohidrat

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Biokimia

Dosen
Ani Riyani

Disusun Oleh :

1. Sita Jumatin Arahpani P17334115410


2. Fidya Istika Hasanah P17334115414
3. Rika Fitriani Nur Fajrina P17334115437
4. Al- Aina’ul Mardiyah P17334115139

D-1V ANALIS KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena hanya atas berkat karunia dan rahmatnya kami dapat
menyusun tugas makalah ini. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah curahkan pada
pemimpin terhebat sepanjang masa, Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih kepada Ibu Ani Riyani, S.Pd, M.Kes yang telah menugaskan makalah ini
karena ini akan dapat menambah wawasan dan pengalaman kami tentang mekanisme karbohidrat
dan identifikasi karbohidrat sehingga kami bisa memiliki potensi seorang analis kesehatan yang
baik dan terimakasih pula kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan laporan ini.

Tentunya masih banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan
saran diharapkan mampu menjadi tolak ukur dan perbaikan di masa selanjutnya.

Kelompok 4
Daftar Isi
Pendahuluan……………………………………………………………………….4

Pembahasan……………………………………………………………………….5

Penutup……………………………………………………………………………19

Daftar Pustaka…………………………………………………………………....20
BAB I

PENDAHULUAN

Karbohidrat merupakan senyawa yang paling penting dan utama serta dibutuhkan oleh tubuh
kita. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energy bagi kita. Ada tiga kelas besar karbohidrt
yaitu : Monosakarida, disakarida dan polisakarida. Bentuk karbohidrat terpenting adalah glukosa,
yaitu suatu senyawa gula sederhana (monosakarida), dipahami ada terdapat di setiap makhluk
hidup untuk proses metabolisme ini. Glukosa dan bentuk karbohidrat lainnya memiliki
tempatnya masing-masing di dalam proses metabolik antarspesies. Contohnya, tanaman
menyimpan energi dengan membentuk karbohidrat dari karbon
dioksida dan air melalui fotosintesis, biasanya dalam bentuk pati atau lipid. Tanaman lalu
dimakan oleh binatang dan jamur, sebagai bahan bakarnya respirasi seluler. Oksidasi pada satu
gram karbohidrat menghasilkan energy sebesar 4 kcal (kilokalori); sementara dari lipid, 9 kcal.
Energi dari metabolisme (contohnya, oksidasi glukosa) biasanya disimpan sementara di sel-sel
tubuh dalam bentuk adenosina trifosfat. Metabolisme pada makhluk hidup dengan respirasi
aerob menguraikan glukosa dengan oksigen untuk menghasilkan energi, dan hasil sampingnya,
karbon dioksida dan air.
Semua bentuk karbohidrat kurang lebih memiliki rumus kimia CnH2nOn; Rumus
kimia glukosa adalah C6H12O6. Setiap molekul monosakarida bisa membentuk
senyawa disakarida, contohnya sukrosa, ataupun senyawa polisakarida yang lebih panjang,
contohnya pati and selulosa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metabolisme Karbohidrat

Metabolisme adalah keseluruhan proses kimiawi dalam tubuh organisme yang melibatkan energi
dan enzim, diawali dengan substrat awal dan diakhiri produk akhir. Metabolisme dapat
digolongkan menjadi dua, yakni proses penyusunan yang disebut anabolisme dan proses
pembongkaran yang disebut katabolisme.

Karbohidrat merupakan hasil sintesis CO2 dan H2O dengan bantuan sinar matahari dan zat hijau
daun (klorofil) melalui fotosintesis. Zat makanan ini merupakan sumber energi bagi organisme
heterotrof (makhluk hidup yang memperoleh energi dari sumber senyawaorganik di
lingkungannya). Pada proses pencernaan makanan, karbohidrat mengalami proses
hidrolisis(penguraian dengan menggunakan molekul air). Proses pencernaan karbohidrat terjadi
dengan menguraikan polisakarida menjadi monosakarida.

Metabolisme karbohidrat dibagi menjadi 4 tahap :

1. Glikolisis
2. Glikogenesis
3. Glikogenelisis
4. Siklus asam sitrat

1. Glikolisis

Pada dasarnya metabolisme glukosa


dapat di bagi dalam dua bagian yaitu
yang tidak menggunakan oksigen
atau anaerob dan yang menggunakan
oksigen atau aerob.Reaksi anaerob
terdiri atas serangkaian reaksi yang
mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini disebut glikolisis. Tiap reaksi dalam proses
glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, dan akan dibahas satu persatu.
a. Heksokinase
Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6-fosfat dengan
reaksi fosforilasi. Gugus
fosfat diterima dari ATP
dalam reaksi sebagai
berikut :

Enzim heksokinase
merupakan katalis
dalam reaksi tersebut di
bantu oleh ion
Mg++ sebagai kofaktor.
Heksokinase yang
berasal dari ragi
merupakan katalis pada
reaksi pemindahan
gugus fosfat dari ATP
tidak hanya kepada
glukosa tetapi juga
kepada fruktosa, manosa
dan glukosamina.

b. Fosfoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu pengubahan glukosa -6-fosfat menjadi fruktosa -6-
fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor dan telah
diperoleh dari ragi dengan cara klistalisasi. Enzim fosfoheksoisomerase terdapat pada jaringan
otot dan mempunyai berat molekul 130.000.

c. Fosfofruktokinase
Fruktosa-6-fosfat diubah menjadi fruktosa-1,6-difosfat oleh enzim fosfofruktokinase dibantu
oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP kepada
fruktosa-6-fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat
dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses
metabolisme ini.

d. Aldolase
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa-1,6-
difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton fosfat dan D-gliseral-
dehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis, telah ditemukan dan
dimurnikan oleh Warburg.

e. Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu D-
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksiasetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dalam
proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3-fosfat. Apabila sel tidak mampu mengubah
dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksiasetonfosfat akan
bertimbun dalam sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel enzim triosafosfat isomerase
yang dapat mengubah dihidroksiasetonfosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.

f. Gliseraldehida-3-Fosfat Dehidrogenase
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi asam 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh
dari asam fosfat.Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat.

g. Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat menjadi asam 3-
fosfogliserat.Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion Mg++diperlukan
sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka reaksi ini
mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam bentuk
ATP.

h. Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3-fosfogliserat
menjadi asam 2-fosfogliserat.

i. Enolase
Reaksi berikutnya ialah reaksi pembentukan asam fosfoenolpiruvat dari asam 2-fosfogliserat
dengan katalis enzim enolase dan ion Mg ++ sebagai kofaktor.Reaksi pembentukan asam
fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi.

j. Piruvat Kinase
Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam fosfoenolpiruvat
kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul piruvat. Piruvat kinase telah dapat
diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal. Enzim ini adalah suatu tetramer dengan berat molekul
165.000.dalam reaksi tersebut, di perlukan ion Mg++ dan K+ sebagai aktivator.

2. Glikogenesis dan Glikogenelisis

2.1 Proses Glikogenesis

Glikogenesis merupakan proses pembentukan glikogen dari glukosa kemudian disimpan dalam
hati dan otot. Pada proses ini,
lintasan metabolisme yang
mengkonversi glukosa menjadi
glikogen akan diaktivasi di dalam
hati, oleh hormon insulin sebagai
respon terhadap rasio gula darah
yang meningkat, misalnya karena
kandungan karbohidrat setelah
makan atau teraktivasi pada
akhirsiklus Cori.
Pada hati, glikogenesis berfungsi
untuk mempertahankan kadar
gula darah sedangkan pada otot
bertujuan untuk kepentingan otot sendiri dalam membutuhkan energi. Proses Glikogenesis
terjadi apabila jumlah glukosa ( dari makanan ) yang masuk kedalam tubuh terlalu berlebih maka
glukosa tersebut akan disimpan di hati dalam bentuk glikogen. Proses terjadinya glikogenesis :

 Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi
juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase
sedangkan di hati oleh glukokinase.
 Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan
katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan
gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya
adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat
 Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim
UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi

 Hidrolisis pirofosfat inorganic berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan


menarik reaksi kearah kanan persamaan reaksi
 Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik
dengan atom C4pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin
difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang
sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini.
Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal
sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1
Glikogen Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek yang
diaktifkan oleh glikogen sintase.Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul
glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul
glikogenin.
 Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa
tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang
memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai
yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang
pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih
lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu
terminal yang non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul akan
meningkat sehingga akan mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis. (Murray
dkk. Biokimia Harper)

Tampak bahwa setiap penambahan 1 glukosa pada glikogen dikatalisir oleh enzim glikogen
sintase.Sekelompok glukosa dalam rangkaian linier dapat putus dari glikogen induknya dan
berpindah tempat untuk membentuk cabang.Enzim yang berperan dalam tahap ini adalah enzim
pembentuk cabang (branching enzyme).
2.2 Proses glikogenelisis
Glikogenolisis merupakan reaksi pemecahan molekul glikogen menjadi molekul glukosa. Proses
ini terjadi apabila tubuh membutuhkan glukosa, untuk digunakan lebih lanjut dalam proses
glikolisis. Glikogenolisis juga dapat berarti lintasan metabolisme yang digunakan oleh tubuh,
selain glukoneogenosis untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa di dalam plasma
darah untuk menghindari simtomahipoglisemia. Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi
kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi.
Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis,
akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari
glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4
glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar
molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang
tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.

(C ) + P à (C ) + Glukosa 1-fosfat
6 n i 6 n-1

Glikogen Glikogen

Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang
ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6
memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan
pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung.
(Murray dkk. Biokimia Harper)

Berikut tahap-tahap glikogenelisis :

1. Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan
reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya
adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat
oleh enzim yang sama
seperti pada reaksi
kebalikannya
(glikogenesis) yaitu
fosfoglukomutase.
2. Tahap reaksi
berikutnya adalah
pembentukan glukosa
dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi
ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa.
Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.
3. Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi sehingga
menghasilkan energi, yang energi itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP

3.Siklus Asam Sitrat

Siklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria, yang
berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat menjadi CO2, H2O
dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses oksidasi dengan menggunakaan oksigen atau aerob
(Poedjiani, A : 264).
Siklus asam sitrat dikenal juga sebagai siklus asam trikarboksilat atau siklus krebs, menggunakan
nama penemunya Hans Krebs seorang ahli biokimia yang banyak jasa atau sumbangannya
dalam penelitian tentang metabolisme karbohidrat.
Siklus asam sitrat merupakan jalur metabolisme bersama untuk oksidasi molekul bahan bakar
seperti asam amino, asam lemak dan karbohidrat, juga berperan sebagai sumber bahan
pembangun untuk proses-proses biosintesis.Sebagian besar molekul masuk siklus asam sitrat
sebagai Asetil KoA.Dekarboksilasi oksidatif piruvat menjadi asetil koA merupakan penghubung
antara glikolisis dengan siklus asam sitrat. Pada eukariot, reaksi ini dan reaksi dalam siklus
berlangsung dalam mitokondria, sedangkan glikolisis berlangsung di sitosol (Stryer, L : 525).

Siklus asam sitrat :

 Senyawa C4 (oksaloasetat) berkondensasi dengan senyawa C2 membentuk senyawa C6(asam


trikarboksilat / sitrat). Reaksi dikatalisis oleh enzim sitrat sintase.
 Sitrat mengalami isomerisasi menjadi isomer sitrat. Reaksi dikatalisis oleh enzim sitrat
akotase.
 Isomer sitrat kemudian mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi senyawa C5 (α-
ketoglutarat). Reaksi dikatalisis oleh enzim isositrat dehidrogenase dan menghasilkan NADH
dan CO2.
 Senyawa ini mengalami dekarboksilasi oksidatif lagi menjadi senyawa C4 (suksinil ko-A.
Reaksi dikatalisis oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase dan menghasilkan NADH dan
CO2.
 Senyawa C4 (suksinil ko-A) lalu dipecah menjadi suksinat (C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim
suksinil koA sintase. Menghasilkan senyawa fosfat berenergi tinggi (GTP).
 Suksinat (C4) dioksidasi menjadi fumarat (C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim suksinat
dehidrogenase dan menghasilkan FADH2.
 Fumarat (C4) mengalami hidrasi menjadi malat (C4). Reaksi dikatalisis oleh enzim fumarase.
 Akhirnya malat (C4) dioksidasi menghasilkan kembali oksaloasetat (C4). Reaksi dikatalisis
oleh enzim malat dehidrogenase dan menghasilkan NADH.

4. Energi yang dihasilkan pada Metabolisme Karbohidrat


Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel.
Metabolisme mencakup sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik
kompleks yang biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim. Metabolisme sel
mencakup semua proses kimia di dalam sel, tanpa metabolisme makhluk hidup tidak dapat
bertahan hidup.

Pada glikolisis aerob, energi yang dihasilkan sebagai berikut:


 Hasil tingkat substrat : +4P
 Hasil oksidasi respirasi : +6P
 Jumlah : 4P+6P = 10P
 Dikurangi untuk aktivasi glukosa dan fruktosa 6P : -2
 Hasil akhir : 10P-2P = 8P

Pada glikolisis anaerob, energi yang dihasilkan sebagai berikut:

 Hasil tingkat substrat : +4P


 Hasil oksidasi respirasi : +0P
 Jumlah : 4P+0P = 4P
 Dikurangi untuk aktifasi glukosa dan fruktosa 6P : -2P
 Hasil akhir : 4P-2P = 2P

Pada siklus asam sitrat, energi yang dihasilkan terinci sebagai berikut:

1. Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 X 3P = 9P


2. Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 X 2P= 2P
3. Pada tingkat substrat : 1P
Jumlah : 12p

Satu siklus krebs akan menghasilkan energi 3P+3P+1P+2P+3P = 2P

Apabila dihubungkan jalur glikolisis, oksidasi piruvat, dan siklus krebs akan dapat kita itung
bahwa 1 mol glukosa jika dibakar sempurna (aerob) akan menghasilkan energi dengan rincian
sebagai berikut:

1. Glikolisis : 8P
2. Oksidasi piruvat (2x3P) : 6P
3. Siklus krebs (2x12P) : 24P
Jumlah : 38P
B. Identifikasi Karbohidrat

Untuk dapat mengetahui berbagai jenis karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh, mak dilakukan
beberapa pengujian untuk mengetahui jenis-jenis karbohidrat. Cara mengindentifikasikarbohidrat
tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Uji Molish

Uji molish adalah reaksi


yang paling umum untuk
mengidentifikasi adanya
karbohidrat. Pada percobaan ini
asam sulfat pekat
menghidrolisis ikatan
glikosidik (ikatan yang
menghubungkan monosakarida
satu dengan monosakarida yang
lain) menghasilkan
monosakarida yang selanjutnya
didehidrasi menjadi fultural dan
turunannya.
Pada percobaan uji
molish dengan menguji keenam larutan karbohidrat yang telah ditetesi dengan pereaksi molish
selanjutnya dihidrolisis dengan asam sulfat pekat (H2SO4) maka terjadi pemutusan ikatan
glikosidik dari rantai karbohidrat polisakarida menjadi disakarida dan monosakarida. Dimana
berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa semua larutan yang diuji (glukosa,
fruktosa, sukrosa, laktosa, dekstrin dan amilum) adalah karbohidrat. Hal ini terlihat jelas dengan
adanya perubahan warna pada kedelapan tabung reaksi yang berisikan larutan karbohidrat
tersebut. Larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin yang berwarna ungu ketika
direaksikan dengan alfa-naftol dan asam sulfat pekat. Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat
pekat bertindak sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan
turunannya yang kemudian dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk
berwarna. Reaksi pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air
dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish membentuk cincin berwarna ungu pada larutan
glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa
lebih banyak karena merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang
harus dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum terdehidrasi menjadi furfural.
Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji molish, hasilnya (fulfural) mengalami sulfonasi
dengan alfa naftol dan memberikan senyawa berwarna ungu kompleks. Dan hal ini terbukti pada
percobaan yang telah kami lakukan. Yaitu semua bahan-bahan (larutan karbohidrat) yang kami
uji memberikan reaksi yang sesuai (sama) dengan prinsip tersebut. Dimana semua bahan
memberikan reaksi berupa warna ungu kompleks. Hal ini menunjukkan bahwa pengujian dengan
molish sangat spesifik untuk menunjukkan adanya golongan monosakarida (glukosa dan
fruktosa), disakarida (sukrosa dan laktosa) dan polisakarida (amilum dan dekstrin) pada larutan
karbohidrat.

2. Uji Benedict

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.
Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan
maltosa. Pada uji Benedict, pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali aldehid
dalam gugus aromatik, dan alpha hidroksi keton. Oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah
gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksiketon, maka fruktosa akan berubah
menjadi glukosa dan mannose dalam suasana basa dan memberikan hasil positif dengan pereaksi
benedict (Adisendjaja, 2014).

Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample
makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam
waterbath selama 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa
adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa
tinggi) (Glory, 2013).
Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua
monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidik sedemikian rupa
sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak
bersifat pereduksi (Glory, 2013).
Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang
mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui
mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula
pereduk siapa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit
diabetes (Glory, 2013).

3. Uji Barfoed

Uji barfoed bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida dan disakarida. Pereaksi
barfoed bersifat asam lemah dan hanya diredusi oleh monosakarida. Pemanasan yang lama
menghidrolisis disakarida sehingga bereaksi positif. Percobaan barfoed menghasilkan endapan
berwarna lebih pekat (Ana, 2014).

Larutan karbohidrat yang paling cepat bereaksi adalah larutan fruktosa. Sementara untuk
larutan karbohidrat jenis glukosa, dan sukrosa, tidak bereaksi atau menunjukkan hasil negatif.
Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya. Namun bentuk ini berada dalam
kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehid atau keton rantai terbuka,sehingga gugus
aldehid atau keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor. Oleh karena itu, karbohidrat
yang menunjukkan hasil reaksi positif (endapan biru lebih pekat) dinamakan gula pereduksi
(Ana, 2014).
Pereaksi barfoed merupakan pereaksi yang bersifat asam lemah dan hanya dapat direduksi
oleh monosakarida dan disakarida meskipun terdapat perbedaan kecepatan mereduksi diantara
keduannya (Ana, 2014).

4. Uji Seliwanoff

Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan gula (karbohidrat) yang diuji
masuk kategori ketosa atau aldosa. Gula aldosa memiliki gugus aldehida, sedangkan ketosa
memiliki gugus keton. Dasar dari uji ini adalah bahwa ketosa lebih cepat terdehidrasi
dibandingkan aldosa saat dipanaskan. HCl dalam reagen seliwanof akan mendehidrasi gula
menjadi furfural yang akan bereaksi dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah
ceri.
Dengan uji ini, gula ketosa seperti fruktosa akan menghasilkan warna merah ceri, sedangkan
gula aldosa seperti glukosa akan memberikan hasil negatif dengan tidak muncul warna merah
pada larutan. Namun apabila pemanasan tidak sesuai dengan prosedur (lebih dari 5 menit), gula
aldosa kadang akan menghasilkan warna merah muda. Sedangkan sukrosa (gabungan antara
fruktosa dan glukosa) akan menghasilkan warna merah ceri karena adanya fruktosa di dalamnya.

Reaksi uji seliwanoff

Reaksi yang terjadi:

 HCl mendehidrasi gula ketosa membentuk furfural.


 Furfural bereaksi dengan resorsinol (dalam reagen seliwanoff) membentuk senyawa berwarna merah ceri.

5. Uji Fehling

Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid. Reagent yang digunakan
dalam pengujian ini adalah Fehling A (CuSO4) dan Fehling B (NaOH dan KNa tartarat).

Reaksi yang terjadi dalam uji fehling adalah :


Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya
dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata)
yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu
larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion
kompleks. Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O. Dengan
larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna merah bata, sedangkan
apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi
berwarna hijau kekuningan.

6. Uji Iodium

Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati ( suatu polisakarida ). Pada percobaan
masing – masing larutan sampel ditambahkan dengan 2 tetes iodin, Iodin yang ditambahkan
berfungsi sebagai indikator suatu senyawa polisakarida. Uji Iodin dalam percobaan dilakukan
dengan 3 kondisi yaitu kondisi, netral,asam dan basa,yaitu pada masing-masing tabung
ditambahkan 2 tetes air pada tabung I ( netral ), 2 tetes HCl pada tabung II ( asam ) dan 2 tetes
NaOH pada tabung III ( basa ). Kemudian ketiga tabung tersebut dipanaskan, setelah dipanaskan
pada tabung I dengan kondisi netral diperoleh (+2 tetes air) tidak terjadi perubahan warna,
dengan basa (+ 2 tetes NaOH) tidak mengalami perubahan warna (warna tetap keruh) atau
dengan kata lain tidak terbentuk ikatan koordinasi antara ion iodida pada heliks. Hal ini
disebabkan karena dengan basa I2 akan mengalami reaksi sebagai berikut:
3 I2 + 6 NaOH → 5 NaI + NaIO3 + 3 H2O
Sehingga pada larutan tidak terdapat I2 yang menyebabkan tidak terjadinya ikatan koordinasi
sehingga warna tetap keruh, sedangkan dengan kondisi asam (+ 2 tetes HCl) terjadi perubahan
warna dari keruh menjadi bening.
Pada kondisi asam NaI dan NaIO3 diubah menjadi I2 kembali oleh asam klorida . Jadi pada
kondisi asam-lah memberikan hasil uji terbaik. Dengan reaksi:
5 NaI + NaIO3 + 6 HCl → 3 I2 + 6 NaCl + 3 H2O
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Metabolisme karbohidrat dapat terjadi melalu empat tahap yaitu glikolisis,


glikogenesis,glikogenolisis dan siklus asam sitrat. Dari keempat proses ini didapatkan hasil 36P.

Untuk mengindentifikasi karbohidrat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1. Uji Molisch : Reaksi yang paling umum untuk mengidentifikasi adanya
karbohidrat.
2. Uji Benedict : Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula
(karbohidrat) pereduksi.
3. Uji Barfoed : Uji barfoed bertujuan untuk memisahkan antara monosakarida
dan disakarida.
4. Uji Seliwanoff : Uji seliwanoff atau tes seliwanoff digunakan untuk membedakan
gula (karbohidrat) yang diuji masuk kategori ketosa atau aldosa.
5. Uji Fehling : Uji Fehling bertujuan untuk mengetahui adanya gugus aldehid.
6. Uji Iodium : Uji iodin digunakan untuk medeteksi adanya pati ( suatu
polisakarida ).
B. Daftar Pustaka

https://sikucingitem.wordpress.com/2014/03/05/makalah-metabolisme-karbohidrat/
http://www.edubio.info/2014/04/uji-seliwanoff.html
http://organiksmakma3c31.blogspot.co.id/2013/04/analisis-karbohidrat.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Metabolisme_karbohidrat

You might also like