You are on page 1of 22

BAB I

PENDAHULUAN

Hormon (dari bahasa Yunani, yang berarti "yang menggerakkan") adalah pembawa
pesan kimiawi antar sel atau antar kelompok sel. Definisi dari hormon adalah senyawa
organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin (kelenjar buntu). Semua organisme
multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi hormon. Hormon berfungsi untuk
memberikan sinyal ke sel target yang selanjutnya akan melakukan suatu tindakan atau
aktivitas tertentu (Anonim, 2011).
Hormon dikeluarkan dan masuk ke aliran darah dalam konsentrasi rendah hingga
menuju ke organ atau sel target. Beberapa hormon membutuhkan substansi pembawa seperti
protein agar tetap berada di dalam darah. Hormon lainnya membutuhkan substansi yang
disebut dengan reservoir hormon supaya kadar hormon tetap konstan dan terhindar dari reaksi
penguraian kimia. Saat hormon sampai pada sel target, hormon harus dikenali oleh protein
yang terdapat di sel yang disebut reseptor.

Berbagai macam hormon sudah diketahui dan banyak lagi yang ditemukan. Selain
mengatur beberapa aspek metabolisme, hormon juga mempunyai fungsi yang lain yaitu
mengatur pertumbuhan sel dan jaringan, denyut jantung, tekanan darah, fungsi ginjal,
pergerakan saluran gastrointestinal, sekresi enzim-enzim pencernaan, laktasi dan sistem
reproduksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani, yaitu horman yang artinya “yang
menggerakkan”, jadi hormon adalah pembawa pesan kimiawi antar sel atau
antarkelompok sel. Hormon merupakan suatu pesan kimia yang disintesa pada sel-sel
khusus dan ditranspor ke sel sasaran yang jauh letaknya melalui darah. Hormon berfungsi
mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan metabolisme.
Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja yang besar dan
lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel. Kebanyakan
hormon disekresi langsung ke sirkulasi. Akan tetapi, beberapa hormon disekresi oleh
jaringan yang secara primer bukan jaringan endokrin. Hormon lainnya disekresi oleh
lebih dari satu jaringan. Semua hormon bersifat khas dan selektif dalam pengaruhnya
terhadap organ sasaran yang ditentukan secara genetik. Organ sasaran segera bereaksi
terhadap suatu hormon tertentu untuk menghasilkan zat atau perubahan-perubahan
sebagaimana yang telah diprogramkan secara genetic. Hormon mengatur aktifitas
jaringan sasarannya melalui 2 cara umum: (1) dengan mengatur aktivitas protein yang
sudah ada dalam sel pada saat kerja hormonal, dan (2) dengan mengatur sintesis atau
degradasi protein.

B. Karakteristik Hormon

Karakteristik umum hormon adalah sebagai berikut :

1. Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam

jumlah sangat kecil.

2. Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target.

3. Memiliki pengaruh mengaktifkan enzim khusus.

2
4. Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel target, tetapi dapat juga
mempengaruhi beberapa sel target berlainan.

5. Hormon, seperti enzim tidak mengkatalisis reaksi apapun.

6. Sekresi hormon diatur oleh sistem saraf melalui efek umpan balik.

7. Hormon biasanya menyebabkan efek jangka panjang seperti perubahan perilaku,


pertumbuhan, dll

8. Hormon berfungsi untuk merangsang atau menghambat organ sasaran.

9. Hormon di alam mungkin protein atau non-protein (asam amino atau steroid).

C. Fungsi Hormon
Fungsi hormon diantaranya adalah:
1. Integrasi fungsi-fungsi tubuh.
2. Mempertahankan homeostasis tubuh. Hormon akan mendeteksi dan memberi respon
terhadap kondisi lingkungan. Contohnya, pada sel kanker, hormon akan memberi
sinyal bahwa sel tersebut mengalami kerusakan.
3. Mengaktifkan atau menghambat proses metabolism.
4. Berperan pada proses reproduksi, pertumbuhan sel dan diferensiasi sel.

D. Faktor Kerja Hormon


Faktor yang mempengaruhi kerja hormon pada organ sasaran:
1. Kecepatan sintesis hormon,sekresi hormon, dan kelenjarnya.
2. Sistem transportasi hormon di dalam plasma (spesifik carrier protein).
3. Reseptor hormon khusus yang terdapat pada organ sasaran yang berbeda dengan letak
reseptornya.
4. Kecepatan degradasi hormon.
5. Kecepatan perubahan hormon dari bentuk inaktif menjadi bentuk yang aktif.

3
E. Perbedaan Sistem Saraf dan Sistem Hormon

No Aspek Pembeda Sistem Saraf Sistem Hormon

1 Aksi Bersifat cepat/segera Bersifat lambat


2 Pengaturan Melalui serabut saraf Melalui pembuluh darah
3 Sekresi Jangka pendek Sekresi Jangka pendek, Jangka panjang, misalnya
misalnya denyut jantung dan pertumbuhan dan
kontradiksi otot perkembangan hormon
neurotransmitter
4 Komunikasi Komunikasi melalui sistem Komunikasi antar neutron
sirkulasi melalui sinapsi.

F. Reseptor Hormon

Konsentrasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 –10-9. Sel
target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga
antar hormon dengan molekul lain. Derajat pembeda dilakukan oleh molekul pengenal
yang terikat pada sel target disebut Reseptor .
Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum
memulai efek biologiknya
Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen
Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun
intraselluler.
Struktur Reseptor Hormon
 Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain fungsional yaitu :
1. Domain pengenal akan mengikat hormon
2. Regio skunder menghasilkan (tranduksi) signal yang merangkaikan pengaturan
 Beberapa fungsi intrasel :
 Reseptor hormon Steroid dan Thyroid membentuk suatu superfamili yang besar
dari faktor transkripsi. Disini termasuk juga reseptor untuk vitamin D dan Asam
retinoid.
 Reseptor untuk hormon Glukokortikoid mempunyai beberapa domain fungsional
yaitu:

4
1. Regio pengikat hormon dalam bagian terminal karboksil
2. Regio pengikatan DNA yang berdekatan
3. Sedikitnya dua regio yang mengaktifkan transkripsi gen
 Reseptor Insulin berupa heterotetramer (α2β2) terikat lewat ikatan disulfida yang
multipel :
 Subunit ekstramembran akan mengikat insulin
 Subunit perentang membran akan mentransduksi sinyal yang mungkin terjadi
lewat komponen tirosin kinase pada bagian sitoplasmik polipeptida ini

G. Mekanisme Kerja Hormon

Hormon adalah molekul pembawa pesan dari sistem endokrin. Hormon endokrin
bergerak ke seluruh tubuh dalam darah. Namun, masing-masing hormon hanya
mempengaruhi sel-sel tertentu, yang disebut sel target. Sebuah sel target adalah jenis sel
yang hormon akan memiliki efek. Sebuah sel target dipengaruhi oleh hormon tertentu
karena memiliki protein reseptor yang spesifik untuk hormon tersebut. Hormon berjalan
melalui aliran darah sampai menemukan sel target dengan reseptor yang cocok dapat
mengikat. Ketika hormon berikatan dengan reseptor, hal itu menyebabkan perubahan
dalam sel. Persis bagaimana ini bekerja tergantung pada apakah hormon adalah hormon
steroid atau hormon non-steroid.

Hormon steroid

Hormon steroid terbuat dari lipid, seperti fosfolipid dan kolesterol. Mereka larut
dalam lemak, sehingga mereka dapat berdifusi melintasi membran plasma sel target dan
mengikat dengan reseptor dalam sitoplasma sel (lihat Gambar di bawah). Hormon steroid
dan reseptor membentuk kompleks yang bergerak ke dalam inti dan mempengaruhi
ekspresi gen, pada dasarnya bertindak sebagai faktor transkripsi. Contoh hormon steroid
termasuk kortisol dan hormon seks.

5
hormon steroid melintasi membran plasma dari sel target dan mengikat dengan reseptor di
dalam sel.

Hormon non-steroid

Hormon non-steroid terbuat dari asam amino. Mereka tidak larut dalam lemak,
sehingga mereka tidak dapat berdifusi melintasi membran plasma sel target. Sebaliknya,
hormon non-steroid berikatan dengan reseptor pada membran sel (lihat Gambar di
bawah). Pengikatan hormon memicu enzim dalam membran sel. Enzim mengaktifkan
molekul lain, yang disebut pesan kedua, yang mempengaruhi proses dalam sel.
Kebanyakan hormon endokrin adalah hormon non-steroid, termasuk hormon insulin dan
tiroid.

H. Klasifikasi Hormon dan Kelenjar Endokrin

Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara, yaitu menurut komposisi


kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di
dalam sel :

 Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya

6
1. Golongan Steroid, yang termasuk golongan ini adalah turunan dari
kolestrerol yaitu androgen ,estrogen, dan adrenokortikoid
2. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil, yang termasuk
golongan ini adalah tiroid, katekolamin, epinefrin, dan tiroksin
4. Golongan Polipeptida/Protein yang termasuk golongan ini adalah insulin,
glucagon, GH, TSH, oksitosin vasoperin,
hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain-lainnya.

 Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon :


1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak, contohnya
: hormon golongan steroid (estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid,
aldosteron) dan tironin (tiroksin).
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air, contohnya insulin,
glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin dan katekolamin
(dopamin, norepinefrin, epinefrin).

 Berdasarkan lokasi reseptor hormon


1. Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2. Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)

 Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon didalam sel yaitu kelompok
hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP, cGMP,
Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler.

 Berdasarkan pola siklus sekresi hormon, maka di bedakan atas :


1. Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam,
contohnya kortisol , dimana kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun
pada malam hari.
2. Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjangwaktu tertentu,
seperti bulanan, contohnya Estrogen dimana merupakan non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.

7
3. Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar
subtract lainnya, contohnya hormon paratiroid dimana proses sekresinya
tergantung respons terhadap kadar kalsium serum.

KELENJAR ENDOKRIN

Di dalam tubuh manusia terdapat 9 kelenjar endokrin yang berfungsi


menghasilkan hormon, yaitu hipotalamus, pituitari, pineal, tiroid, paratiroid, kelenjar
adrenal, pankreas, ovarium (pada wanita), dan testis (pada laki-laki).

1. Hipotalamus

Hipotalamus terletak di otak depan dan berfungsi penting dalam pengaturan


homeostasis. Hipotalamus mempunyai sel-sel saraf khusus yang memproduksi neurohormon.
Neurohormon ada yang berfungsi sebagai faktor pencetus dan ada pula yang berfungsi
sebagai faktor penghambat. Hormon yang berperan sebagai faktor pencetus akan dihasilkan
dan dibawa melalui pembuluh darah porta hipotalamohipofisis menuju ke hipofisis. Jika
hormon itu tiba di hipofisis, maka hipofisis akan mengeluarkan hormon yang sesuai.

Berikut ini adalah hormon yang dihasilkan hipotalamus beserta fungsinya:

 Hormon pencetus kortikotropin atau Corticotrophic Releasing Factor (CRF)


merangsang lobus anterior hipofisis agar mensekresi Adenocorticotropic
Hormone (ACTH)
 Hormon pencetus hormon pertumbuhan atau Growth Hormone Releasing Faktor
(GRF) merangsang pengeluaran hormon pertumbuhan Somatotrophic
Hormone (STH)
 Hormon pencetus tirotropik atau Tyrotrophic Releasing Factor (TRF) merangsang
lobus anterior agar mensekresi Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
 Hormon pencetus hormon FSH atau Follicle Stimulating Hormone Releasing Factor
(FRF) merangsang lobus anterior mensekresi FSH (Follicle Stimulating Hormone)
 Hormon pencetus hormon LH atau Luteinizing Hormone Releasing Factor (LRF)
merangsang lobus anterior mensekresi LH (Luteinizing Hormone)

8
Neurohormon yang bekerja sebagai faktor penghambat, misalnya Prolactin Inhibiting
Factor (PIF) yang berfungsi untuk menghambat pengeluaran prolaktin. Hipotalamus juga
menghasilkan hormon yang bukan faktor pencetus. Hormon ini diangkut oleh neurit sel-sel
neurosekresi kedalam hipofisis bagian belakang. Hormon-hormon tersebut adalah
vasopressin (mempengaruhi pengeluaran air pada urine) dan oksitosin (mempengaruhi
kontraksi uterus).

2. Hipofisis (Kelenjar Pituitari)

Kelenjar hipofisis terletak di dasar otak besar. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi 3 bagian
(lobus), yaitu bagi anterior, tengah, dan posterior. Lobus tengah hanya terdapat pada saat kita
bayi, kemudian akan hanya tinggal sisa saat sudah beranjak dewasa. Kelenjar hipofisis
memegang peranan penting dalam koordinasi kimia tubuh, sehingga kelenjar ini disebut
“master of glands” karena sekresinya digunakan untuk mengontrol kegiatan kelenjar endokrin
lainnya. Kelenjar endokrin lain baru mensekresi hormon setelah mendapat kiriman sinyal
(berupa hormon) dari kelenjar hipofisis.

 Perbedaan Hormon Hipofisis Anterior dan Posterior


Hipofisis memiliki 2 lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis
posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis posterior terdiri dari jaringan saraf dan karenanya
juga dinamai neurohipofisis. Hipofisis anterior terdiri dari jaringan epitel kelenjar dan
karenanya juga dinamai adenohipofisis (adeno berarti “kelenjar”).

Hipotalamus dan hipofisis anterior membentuk suatu sistem neuroendokrin yang terdiri
dari suatu populasi neuron neurosekretorik yang badan selnya terletak di dua kelompok di
hipotalamus (nukleus supraoptika dan nukleus paraventrikel). Secara fungsional dan
anatomis, hipofisis posterior sebenarnya hanya perpanjangan dari hipotalamus.

9
Hipofisis posterior sebenarnya tidak mengahsilkan hormon apapun. Bagian ini hanya
menyimpan dan setelah mendapat rangsangan yang sesuai mengeluarkan dua hormon peptida
kecil, vasopresin (ADH) dan oksitosin. ADH dibentuk terutama di dalam nukleus
supraoptika, sedangkan oksitosin dibentuk terutama di dalam nukleus paraventrikular.

Vasopresin (hormon antidiuretik, ADH) memiliki 2 efek : (1) meningkatkan retensi


H2O oleh ginjal (efek antidiuretik) dan (2) menyebabkan kontraksi otot polos arteriol (efek
presor pembuluh). Oksitosin merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu
mengeluarkan janin selama persalinan dan hormon ini juga merangsang penyemprotan
(ejeksi) susu dari kelenjar mamalia (payudara) selama menyusui, selain itu oksitosin juga
terbukti meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayinya.

Tidak seperti hipofisis posterior, hipofisis anterior membentuk hormon sendiri yang
kemudian akan dibebaskan dalam darah. Berbagai populasi sel dalam hipofisis anterior
mengeluarkan enam hormon peptida utama, yaitu :

10
1. Hormon pertumbuhan (Growth Hormone, GH, Somatotropin) → pertumbuhan tubuh
keseluruhan dan metabolisme intermediat.
2. Thyroid-stimulating hormone (TSH, tirotropin) → sekresi hormon tiroid dan
pertumbuhan kelenjar tiroid.
3. Hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone, ACTH,
adrenokortikotropin) → sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan pertumbuhan
korteks adrenal
4. Follicle-stimulating hormone (FSH) → pada wanita merangsang pertumbuhan dan
perkembangan folikel ovarium, tempat berkembangnya ovum atau sel telur serta
mendorong sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria untuk produksi sperma.
5. Luteinizing hormone (LH) → pada wanita pembentukan korpus luteum penghasil
hormon di ovarium setelah ovulasi serta mengatur hormon estrogen dan progesteron.
Pada pria merangsang sel interstisium Leydig di testis untuk mengeluarkan hormon
testosteron sehingga memiliki nama alternatif interstisial cell-stimulating hormone
(ICSH).
6. Prolaktin (PRL) → perkembangan payudara dan produksi air susu pada wanita.
Fungsi ada pria belum jelas.

TSH, ACTH, FSH dan LH adalah hormon tropik karena masing-masing mengatur sekresi
kelenjar endokrin spesifik lain. FSH dan LH secara kolektif disebut sebagai gonadotropin
karena mengontrol sekresi hormon-hormon seks oleh gonad (ovarium dan testis). Di antara

11
hormon-hormon hipofisis anterior, prolaton adalah satu-satunya yang tidak mengontrol
sekresi hormon lain. Di antara hormon-hormon tropik, FSH, LH, dan hormon pertumbuhan
berefek pada sel sasaran non-endokrin.

 Umpan Balik Hormon Hipofisis Anterior Dan Posterior


Tidak satu pun hormon hipofisis anterior dikeluarkan dengan kecepatan tetap meskipun
masing-masing hormon ini memiliki sistem kontrol tersendiri. Dua faktor terpenting yang
mengatur sekresi hormon hipofisis adalah : 1) Hormon hipotalamus dan 2) Umpan balik oleh
hormon kelenjar sasaran. Karena mengeluarkan hormon-hormon yang mengontrol sekresi
berbagai hormon lain maka hipofisis anterior sejak lama dijuluki sebagai “Master Gland”.

Sekresi sistem hormon hipofisis anterior dirangsang atau dihambat oleh satu atau lebih
dari tujuh hormon hipofisiotropik hipothalamus (tropik artinya merawat). Umumnya hormon
hipofisiotropik terlibat dalam rantai komando hirearki tiga hormon. Hormon hipofisiotropik
hipothalamus mengontrol mengeluarkan hormon hipofisis anterior. Hormon tropik ini
selanjutnya mengatur sekresi hormon kelenjar endokrin sasaran yang menimbulkan efek
fisiologik akhir.

Hipofisis Anterior

Kelenjar Hipofisis Anterior terbagi menjadi 2 (dua) yaitu hormon tropik dan hormon
non tropik. Hormon tropik menghasilkan enam hormon yang merangsang kelenjar hormon
(endokrin) lainnya

12
Hipofisis Posterior

Hipofisis Posterior adalah Bagian belakang kelenjar Hipofisis, hanya tempat


menyimpan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus. Pada keadaan yang dibutuhkan,
hormon-hormon ini dilepaskan dengan perintah dari hipotalamus.

Mekanisme kerja hormon tersebut dikenal dengan mekanisme umpan balik, dimana :

1. Sintesa dan sekresi hormon hipofisis dikontrol oleh hipotalamus, kemudian hormon
hipofisis mengatur sintesa dan sekresi hormon pada organ target, sebaliknya hormon
yang disekresi organ target mengatur juga sekresi hipotalamus dan/atau hipofisis.
2. Hubungan antara hipofisis dengan jaringan perifer (organ target) adalah feedback
mechanisme atau mekanisme umpan balik. juga antara hipofisis dengan hipotalamus.

Saat ini sedang dilakukan studi-studi untuk mengungkapkan sinyal saraf dari berbagai
bagian otak ke neuron-neuron sekretorik hipofisiotropik. Sebagian sinyal ini membawa
informasi tentang berbagai kondisi lingkungan. Salah satu contoh adalah peningkatan
mencolok sekresi corticotropin-releasing hormone (CRH) sebagai respon terhadap stres. Juga
13
terdapat banyak hubungan saraf antara hipotalamus dan bagian-bagian otak yang berkaitan
dengan emosi (sistem limbik). Karena itu, emosi sangat mempengaruhi sekresi hormon-
hormon hipofisiotropik. Gangguan haid yang dialami oleh wanita dengan gangguan emosi
merupakan manifestasi umum hubungan ini.

3. Kelenjar Pineal

Kelenjar pineal terletak di otak tengah. Kelenjar ini menghasilkan hormon yang
bernama melatonin. Konsentrasi melatonin dalam darah naik-turun sesuai siklus diurnal.
Kadar melatonin paling tinggi terjadi di malam hari sehingga membuat kita mengantuk;
sedangkan pada siang hari kadarnya hanya sedikit. Kelenjar pineal diduga membantu
mengatur siklus proses fisiologi siang dan malam sehingga mempengaruhi pola tidur, selera
makan, dan suhu tubuh.

4. Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid atau kelenjar gondok terdiri dari dua lobus yang terletak di sebelah
kanan dan kiri trakea. Sekresi kelenjar tiroid diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior
kelenjar hipofisis, yaitu hormon tirotropik. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin
yang berfungsi mengatur reaksi metabolisme karbohidrat, mengatur penggunaan O2 dan CO2,
mempengaruhi perkembangan tubuh dan mental.

(http://www.parathyroidglands.com/images/parathyroid-glands-
2.jpg)

14
Kekurangan hormon tiroksin pada masa anak-anak dapat menyebabkan kretinisme,
yaitu terjadinya pertumbuhan kerdil dan kemunduran mental. Kekurangan homo tiroksin
pada orang dewasa menyebabkan mixudema, dengan gejala proses metabolisme menurun,
berat tubuh bertambah, gerakan lamban, berpikir dan berbicara lamban, kulit tebal, dan
rambut rontok. Kelebihan tiroksin pada orang dewasa akan mengakibatkan penyakit “Grave’s
disease” atau penyakit gondok eksoftalmus. Tanda-tanda penyakit tersebut adalah mata
menonjol, mudah gugup, denyut nadi bertambah, mata lebar, nadi dan napas cepat serta tidak
teratur, dan insomnia. Selain nafsu makan meningkat tetapi diiringi dengan menurunnya berat
badan karena meningkatnya metabolisme dan gangguan pencernaan.

Tiroksin mengandung banyak iodin, kekurangan iodin dalam waktu lama dapat
mengakibatkan pembengkakan kelenjar tiroid. Pembengkakan ini terjadi karena kelenjar
harus bekerja keras agar produksi tiroksin terjamin. Akibatnya kelenjar gondok mengembang
dan muncullah penyakit gondok. Penyakit ini sering dijumpai di daerah-daerah yang
kekurangan iodin, misalnya daerah pegunungan atau daerah perbukitan. Pencegahan dapat
dilakukan dengan mengonsumsi makanan yang mengandung cukup iodin, misalnya ikan laut,
atau menggunakan garam beriodin.

5. Kelenjar Anak Gondok (Paratiroid)

Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat sepasang kelenjar kecil, yaitu kelenjar anak
gondok atau disebut juga dengan kelenjar paratiroid. Kelenjar ini berfungsi untuk
menghasilkan hormon paratiroid untuk mengatur kandungan ion fosfat (PO4) dan ion kalsium
(Ca) dalam darah dan tulang. Kerja hormon ini sinergis dengan vitamin D. Jika seseorang
mengalami defisiensi (kekurangan) hormon paratiroid akan mengakibatkan tetani, dengan
gejala kejang pada tangan dan kaki, gelisah, susah tidur, dan merasa kesemutan.

Kebalikannya pula, kelebihan hormon ini akan mengakibatkan kelainan pula, yaitu
menyebabkan kalsium dan fosforus dalam tulang akan dikeluarkan dan dialirkan ke dalam
serum darah sehingga penderita akan mudah untuk mengalami patah tulang, serta dalam urine
akan mengandung banyak kapur dan fosforus, sehingga memperbesar kemungkinan untuk
menimbulkan batu ginjal yang jika sudah parah dapat mengakibatkan kegagalan ginjal.

6. Kelenjar Anak Ginjal (Adrenal)

Kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal) atau kelenjar suprarenal terletak di atas (kutub)
setiap ginjal. Kelenjar ini terdiri dari bagian luar berwarna kekuningan yang disebut korteks

15
dan bagian dalam yang disebut medula. Setiap bagian tersebut menghasilkan hormon yang
berbeda,

1. Bagian Medula

 Hormon adrenalin (epinefrin) mempercepat kerja jantung, menaikkan tekanan darah,


mempercepat pengubahan glikogen menjadi glukosa pada hati, menaikkan gula darah,
dan mengubah glikogen menjadi asam laktat pada otot.

 Hormon noradrenalin (norepinefrin) menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.


Biasanya adrenalin dan noradrenalin bekerja antagonis

2. Bagian Korteks

 Hormon Glukokortikoid (kortisol, kortikosteron) menurunkan metabolisme hidrat


arang dan lemak, meningkatkan metabolisme protein dan lemak, serta mengurangi
kekebalan.

 Hormon Mineral kortikoid (aldosteron) regulasi Na+ dan K+, meningkatkan


metabolisme hidrat arang, menahan Na+ dan Cl- dalam tubuh, dan regulasi air.

Adrenalin berfungsi mengubah glikogen menjadi glukosa. Hormon adrenalin bekerja


berlawanan dengan hormon insulin. Kedua hormon tersebut bekerja secara berlawanan,
namun tujuannya sama yaitu mengatur kadar gula dalam darah agar tetap normal.

(http://healthcarehubindia.com/media/wysiwyg/Adrenal_Cortex.jpg)

16
Apabila kita terkejut, maka hormon adrenalin akan dilepaskan yang mengakibatkan
denyut jantung meningkat. Hormon adrenalin diedarkan ke seluruh tubuh untuk mengubah
glikogen menjadi glukosa yang digunakan dalam proses pembakaran untuk menghasilkan
energi. Hormon adrenalin juga mengakibatkan saluran bronkiolus melebar, pupil mata
melebar, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut berdiri.

Kurang berfungsinya kelenjar adrenal akan mengakibatkan penyakit Addison, yang


mempunyai gejala kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah, terasa sakit di dalam
tubuh, dan meningkatnya pigmen melanin pada kulit. Hiperfungsi kelenjar adrenal
mengakibatkan tumor kelenjar adrenal yang menyebabkan penyakit sindrom cushing dengan
gejala yang terlihat badan gemuk, anggota gerak kurus, wajah seperti “bulan purnama”,
adanya “punuk lembu” di punggung, dan perutnya menggantung. Kulit wajah juga memerah,
hipertensi dan mudah stres.

7. Pankreas

Pada pankreas terdapat kelompok sel yang disebut dengan pulau Langerhans. Pulau
Langerhans berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon
ini membantu mengubah gula menjadi glikogen pada hati dan otot lurik. Kekurangan hormon
ini akan mengakibatkan gula darah tidak dapat diubah menjadi glikogen untuk disimpan di
dalam otot sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit kencing manis (diabetes melitus).
Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glukagon yang berfungsi
menaikkan gula darah dengan mengubah glikogen menjadi glukosa.

17
(https://my.bpcc.edu/content/blgy225/Hormones/pancreas.jpg)

8. Ovarium

Ovarium berbentuk seperti buah kenari dan terletak di kanan dan kiri uterus. Selain
menghasilkan ovum (sel telur), ovarium juga menghasilkan hormon. Ada dua macam hormon
yang dihasilkannya, yaitu estrogen dan progesteron.

18
 Estrogen, dihasilkan oleh folikel Graff. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH.
Fungsi hormon estrogen adalah merangsang pertumbuhan ciri-ciri kelamin sekunder
pada wanita dan perilaku seksual.
 Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukan progesteron dirangsang
oleh LH. Fungsi hormon ini adalah untuk memelihara kehamilan, perkembangan, dan
pertumbuhan kelenjar air susu.

9. Testis

Testis adalah organ reproduksi laki-laki, berfungsi untuk menghasilkan spermatozoa


dan hormon testosteron. Sekresi hormon ini dirangsang oleh LH. Sekresi hormon testosteron
bertambah pada masa pubertas. Hormon testosteron berpengaruh terhadap perkembangan
ciri-ciri kelamin sekunder pada pria dan perilaku seksual.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin


(kelenjar buntu). Semua organisme multiselular, termasuk tumbuhan, memproduksi
hormon.

20
Hormon merupakan suatu pesan kimia yang disintesa pada sel-sel khusus dan
ditranspor ke sel sasaran yang jauh letaknya melalui darah. Hormon berfungsi
mengatur pertumbuhan, reproduksi, tingkah laku, keseimbangan, dan metabolisme.
Jumlah yang dibutuhkan sedikit namun mempunyai kemampuan kerja nya besar dan
lama pengaruhnya karena hormon mempengaruhi kerja organ dan sel.

Hormon dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endokrin bila ada rangsangan saraf
yang sesuai. Kelenjar endokrin pada manusia meliputi hipotalamus, kelenjar
hipofisis/pituitari, kelenjar pineal, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal,
kelenjar kelamin (ovarium pada wanita dan testis pada laki-laki) dan pankreas
(kelenjar pulau-pulau langerhans).

Daftar Pustaka

http://www.softilmu.com/2015/06/hormon.html

http://www.softilmu.com/2014/06/hormon-hipofisis-anterior-dan-posterior.html

http://www.softilmu.com/2014/07/umpan-balik-hormon-hipofisis-anterior.html

https://pararisfriends.wordpress.com/?s=mengenal+jenis+dan+klasifikasi+hormon+dalam+tubuh+m
anusia&submit=Lanjut

http://www.berbagimanfaat.com/2011/01/hormon.html

21
http://aqinimee.blogspot.co.id/2011/04/hormon.html

22

You might also like