Professional Documents
Culture Documents
MANADO
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK : II’B
T.A 2018-2019
LAPORAN PENDHULUAN DENGAN
A. Defenisi
Post Partum adalah masa yang dimulai dari persalinan dan berakhir kirakira setelah 6
minggu, tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam
waktu tiga bulan (Wiknjosastro, 2002: 237).
Nifas dibagi menjadi 3 yaitu pertama puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu
telah diperbolehkan berdiri dan berjalan, kedua adalah puerperium Intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang lamanya 6-8 minggu, ketiga adalah remote
puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna (Mochtar,R
.1998:115).
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang lama: gawat janin
(janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif dan gawat ibu (perineum
kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis sempit). Persalinan dengan episiotomi
mengakibatkan terputusnya jaringan yang dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf
sehingga timbul rasa nyeri dimana ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini
menyebabkan Resti konstipasi.Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan
menyebabkan resiko defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi
apabila tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu berada dalam
masa nifas.Pada saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi.Dimana kontraksi uterus bisa
adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus kuat dimana terjadi
adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus ke dalam bentuk normal yang
dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya mempengaruhi syaraf pada uterus.
Dimana setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea yaitu merupakan ruptur dari sisa
plasenta sehingga pada daerah vital kemungkinan terjadi resiko kuman mudah
berkembang.Dikatakan tidak adekuat dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi
perdarahan dan atonia uteri.Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana
setelah melahirkan terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi
peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI keluar
untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan ASI dari ibu maka
reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika ASI tidak keluar disebabkan
kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir sumbing, puting lecet, suplai tidak
adekuat berarti proses laktasi tidak efektif.
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go.Pada fase
Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh pelayanan dan
perlindungan yang mengakibatkan deficit perawatan diri.Pada fase Taking Hold ibu belajar
tentang hal baru dan mengalami perubahan yang signifikan dimana ibu butuh informasi
lebih karena ibu kurang pengetahuan.Pada fase Letting Go ibu mampu memnyesuaikan diri
dengan keluarga sehingga di sebut ibu yang mandiri, menerima tanggung jawab dan peran
baru sebagai orang tua.
D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Laserasi Perineum
Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas robekan didefinisikan berdasarkan
kedalaman robekan :
a. Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
b. Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
c. Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
d. Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
2. Laserasi Vagina
Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina cenderung mencapai dinding lateral
(sulci) dan jika cukup dalam, dapat mencapai levator ani.
3. Cedera Serviks
Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang keluar. Laserasi serviks akibat
persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal dan
pendarahan minimal (Bobak,2004: 344-345).
F. Penatalaksanaan
1. Perbaikan Episiotomi
a. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan
b. Jika infeksi, buka dan drain luka
c. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan berikan
antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48 jam
(Prawirohardjo, 2002).
G. Komplikasi
1. Pendarahan
Karena proses episiotomi dapat mengakibatkan terputusnya jaringan sehingga
merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
2. Infeksi
Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomi berhubungan dengan
ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
3. Hipertensi
Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan mortalitas maternal dan
perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi komplikasi sekitar 7% sampai 10%
seluruh kehamilan.
4. Gangguan psikososial
Kondisi Psikososial mempengaruhi integritas keluarga dan menghambat ikatan
emosional bayi dan ibu. Bberapa kondisi dapat mengancam keamanan dan
kesejahteraan ibu dan bayi.
H. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian diambil dari Doengoes 2001.
1. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, keadaan ini
akan normal kembali dalam waktu 1 jam.
2. Nadi
Nadi kembali ke frekuensi normal dalam waktu 1 jam dan mungkin terjadi sedikit
bradikardi (50 sampai 70 kali permenit).
3. Suhu tubuh
Suhu tubuh mungkin meningkat bila terjadi dehidrasi.
4. Payudara
5. Produksi kolostrom 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur biasanya pada hari ke-3,
mungkin lebih dini tergantung kapan menyusui dimulai.
6. Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah umbilicus. Bila uterus
lembek , lakukan masase sampai keras. Bila fundus bergeser kearah kanan midline ,
periksa adanya distensi kandung kemih.
7. Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat terisi karena diuresis post
partum dan cairan intra vena.
8. Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa dengan aliran sedang.
Bila darah mengalir dengan cepat, dicurigai terjadinya robekan servik.
9. Perineum
Episiotomi dan perineum harus bersih, tidak berwarna, dan tidak edema dan jahitan harus
utuh.
10. Nyeri/ Ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/ pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 dampai ke-5 post
partum. Periksa adanya nyeri yang berlebihan pada perineum dan adanya kematian
dibawah episiotomi.
11. Makanan / Cairan
Kehilangan nafsu makan dikeluhkan kira-kira hari ke-3.
12. Interaksi anak-orang tua
Perlu diperhatikan ekspresi wajah orang tua ketika melihat pada bayinya, apa yang
mereka dan apa yang mereka lakukan. Responrespon negatif yang terlihat jelas
menandakan adanya masalah
13. Integritas ego
Peka rangsang, takut / menangis (”post partum Blues”) sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau kerusakan kulit.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria :
Luka episiotomi sembuh dengan sempurna dan tidak ada tandatanda infeksi (color,
tumor, dolor, dan fungsio laesa)
Pasien mampu mendemontrasikan teknik-teknik untuk meningkatkan penyembuhan.
Tanda-tanda vital dalam batas normal (36-37º C)
Nutrisi terpenuhi (adekuat)
Intervensi :
1) Kaji adanya perubahan suhu.
2) Observasi kondisi episiotomi seperti adanya kemerahan, nyeri tekan yang berlebihan dan
eksudat yang berlebihan.
3) Anjurkan pada pasien untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh genital
4) Catat jumlah dan bau lochea atau perubahan yang abnormal.
5) Anjurkan pada pasien untuk mencuci perineum dengan menggunakan sabun dari depan
kebelakang dan untuk mengganti pembalut sedikitnya setiap 4 jam atau jika pembalut
basah.
6) Ajarkan pada klien tentang cara perawatan luka perineum.
7) Kolaborasi untuk pemberian anti biotik
3. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas fisik nyeri saat
defekasi.
Tujuan : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria
Pasien mampu melakukan kembali kebiasaan defekasi seperti biasanya dengan
ketidaknyamanan minimal.
Intervensi :
1) Auskultasi adanya bising usus.
2) Kaji terhadap adanya hemoroid dan berikan informasi tentang memasukkan heromoid
kembali ke dalam rektal dengan jari yang dilumasi.
3) Anjurkan klien minum secara adekuat ± 1500-2000ml/ hari.
4) Anjurkan klien untuk mengkonsumsi bahan makanan yang berserat tinggi seperti :
sayuran dan buah-buahan.
5) Anjurkan klien untuk rendam duduk dengan air hangat sebelum relaksas
6) Anjurkan pasien untuk ambulasi sesuai toleransi
7) Berikan pelunak feses atau laksatif jika diindikasikan.
4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan perawatan bayi berhubungan dengan
tidak mengenai sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien meningkat setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria
Pasien mampu menyatakan pemahaman tentang pemberian instruksi atau informasi.
Pasien mampu mendemontrasikan prosedur belajar dengan cepat.
Intervensi :
1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi kebutuhannya.
2) Berikan informasi tentang perawatan diri dan bayi.
3) Ajarkan pada pasien tentang cara perawatan bayi dan lakukan prosedur demontrasi yang
benar.
4) Beri kesempatan pasien untuk merawat bayinya.
5) Lakukan rencana penyuluhan sesegera mungkin setelah penerimaan perkiraan, pada
kondisi dan kesiapan untuk belajar.
5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi.
Tujuan : Untuk mempertahankan keseimbangan volume cairan.
Kriteria :
Intake dan output seimbang
Tanda-tanda vital normal, dan tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
Berat badan pasien dalam batas normal.
Pasien dan keluarga mengungkapkan pengetahuan tentang pengawasan status cairan.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda vital
2) Awasi turgor kulit
3) Monitor intake dan output dan timbang berat badan setiap hari
4) Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan sedikitnya 8 gelas sehari
5) Pertahankan terapi intra vena untuk pergantian cairan sesuai instruksi
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. 1998. Hand Book of Nursing Diagnosis : Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, Alih
Bahasa Monica Ester, SKp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. V
b. Umur / tanggal lahir : 29 tahun/ Tateli, 17 Februari 1989
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Alamat : Desa Tateli Jaga IV Kecamatan Pineleng
e. Status : Menikah
f. Agama : Kristen Protestan
g. suku : Minahasa
h. pendidikan : SMA
i. pekerjaan : IRT
j. tanggal masuk RS : 01 April 2018
k. tanggal pengkajian : 02 April 2018
l. Nomor Registrasi : 52.93.86
m. diagnosa medis : Post Partum
2. Identitas penanggung jawab
a. Nama : Tn. H
b. Jenis kelamin : Laki - Laki
n. Alamat : Desa Tateli Jaga IV Kecamatan Pineleng
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : Wiraswasta
e. Hubungan dengan klien : Suami
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat masa nifas
Klien post partum spontan tanggal 01 april 2018 pukul 13:00 wita, kiriman dari runagn VK
pada tanggal 01 april 2018
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh sakit mules (nyeri) pada perutnya, mau melahirkan
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengeluh nyeri pada luka jahitan di perineum
P : Luka episiotomy
Q : Seperti teriris-iris
R : Perineum
S:4
T : Sejak habis melahirkan sampai sekarang
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya belum pernah mengalami persalinan, penyakit kronis, atau dirawat di
rumah sakit
5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien dan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan
6. Genogram
Keterangan :
: Laki - Laki
: perempuan
: Klien
: Garis Keturunan
7. Riwayat Ginekologi
a. Manarche : 13 tahun
b. Lama haid : 3-4 hari
c. Siklus : 28 hari
8. Riwayat perkawinan
a. Perkawinan : pertama
b. Umur saat menikah : 28 tahun
c. Lama pernikahan : 1 tahun
11. Riwayat KB
Klien belum pernah mengikuti program KB
C. Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pola Persepsi dan Managemen Kesehatan
Sebelum MRS : Pasien mengatakan sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit.
Menurut pasien sehat itu sangat penting.
Sesudah MRS : Pasien mengatakan, saat ini pasien dirawat di Rumah Sakit dengan
diagnose Post Partum dengan keluhan Nyeri pada bagian perut.
3. Pola Eliminasi
Sebelum MRS : Pasien mengatakan sebelumnya BAB Dan BAK berjalan dengan
lancar tidak ada gangguan, dalam sehari BAK 6x – 7x dan BAB 3x
dengan konsistensi lembek.
Sesudah MRS : Pasien mengatakan, saat ini mengalami kesulitan untuk BAB selama
dirawat pasien belum pernah BAB karena belum dianjurkan untuk
BAB karena masi dalam masa nifas Dan Untuk BAK sudah 3x
dalam sehari.
b. Kesadaran : CM
c. TTV :
TD : 110/70 mmhg
N : 80 x/menit
R : 22x/menit
S : 36,3oC
d. Head To Toe
isokor
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Therapy
a) Cefodroksil : 3 x 500 mg / hari
b) SF : 1 x 1 tablet / hari
G. Analisa Data
Q : Seperti teriris-iris
Merangsang area sensorik
R : Perineum
S:4
Nyeri Akut
T : Sejak habis melahirkan
sampai sekarang
DO:
- Ekspresi wajah
tampak meringis
- Post partum hari
pertama
- TFU 2 jari bawah
pusat
2 DS : - Jaringan terbuka Risiko infeksi
DO :
Invasi bakteri
- Perineum ada jahitan
jelujur episiotomi
- Nilai Leukosit
Resiko infeksi
12700/uL